BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

dokumen-dokumen yang mirip
KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri.

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

TATA PENGELOLAAN BANJIR PADA DAERAH REKLAMASI RAWA (STUDI KASUS: KAWASAN JAKABARING KOTA PALEMBANG)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Drainase Perkotaan. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

commit to user BAB I PENDAHULUAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Lahan/Penggunaan Lahan di Kota

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM JEBAKAN AIR BERANTAI SEBAGAI PENDEKATAN TERPADU MENGATASI BANJIR DAN KEKERINGAN

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS. pengangkut bagian-bagian tanah. Di dalam bahasa Inggris dikenal kata run-off

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

PENDAHULUAN Latar Belakang

4/12/2009. Water Related Problems?

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Kota Lhokseumawe terletak pada posisi Lintang

KONSEP DRAINASE DI LAHAN RAWA Oleh: Rusdi HA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Erwindy, Jossy. Tesis Magister dengan judul Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai Masukan

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk lahan perumahan, industri sehingga terjadi. penyimpangan guna lahan yang mengakibatkan meluapnya aliran aliran

BAB I PENDAHULUAN. siklus hidrologi dengan mengembalikan limpasan sungai ke laut.

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan sosial ekonomi yang menyertainya. Peningkatan kebutuhan lahan ini merupakan implikasi dari semakin beragamnya fungsi di kawasan perkotaan seperti pemerintahan, perdagangan dan jasa serta industri yang disebabkan oleh keunggulannya dalam hal ketersediaan fasilitas dan kemudahan aksesibilitas sehingga mampu menarik berbagai kegiatan untuk beraglomerasi. Kebutuhan penataan ruang di berbagai tingkat wilayah perkotaan dirasakan semakin mendesak dan tidak terlepas dari perkembangan yang semakin pesat dari sektor pembangunan dan akhirnya harus diakomodasikan dalam ruang kawasan. Palembang sebagai salah satu kota yang masih membangun dihadapkan pada perencanaan kota yang secara spesifik sangat dipengaruhi kondisi geografisnya berupa daerah sungai dan rawa. 1.1.1 Orientasi Wilayah Pengembangan Kota Palembang Berkaitan dengan karakteristik lahan yang terbatas, dinamika perkembangan kegiatan di kawasan perkotaan ini menimbulkan persaingan antar penggunaan lahan yang mengarah pada terjadinya perubahan penggunaan lahan dengan intensitas yang semakin tinggi. Akibat yang ditimbulkan oleh perkembangan kota adalah adanya kecenderungan pergeseran fungsi-fungsi 1

kota ke daerah pinggiran kota (urban fringe) yang disebut dengan proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar (urban sprawl). Pergeseran fungsi yang terjadi di kawasan perkotaan dan pinggiran adalah lahan yang tadinya diperuntukkan sebagai kawasan hutan, daerah resapan air dan pertanian, berubah fungsi menjadi kawasan komersial. Adanya fenomena semakin berkurangnya daerah resapan air didaerah perkotaan memberikan konsekuensi logis bahwa semakin besar perubahan penggunaan daerah resapan air menjadi penggunaan perkotaan (non-agraris) akan memancing terjadinya penyimpangan perubahan pemanfaatan lahan oleh kegiatan komersial yang tidak sesuai kebijakan yang ada. Kota Palembang dengan luas 400,61 km2 sedangkan berdasarkan hasil perhitungan peta luas Kota Palembang seluas 36.484,94 Ha, 54% di antaranya merupakan lahan rawa yang digunakan sebagai daerah resapan air Kota Palembang. Seiring dengan semakin berkembangnya Kota Palembang dan dengan adanya kebutuhan pembangunan maka lahan rawa ini tersentuh untuk dijadikan areal terbangun (RDTRK Jakabaring, 2006:6). Perubahan ini berarti mengurangi daerah resapan air bagi Kota Palembang karena lahan rawa mempunyai fungsi sebagai kolam penampungan air, seharusnya tidak ditutup oleh bangunan karena akan mengganggu kestabilan siklus air. Pengurukan itu membuat air yang sebelumnya dapat tertampung di rawa, akan beralih ke jalanan atau kawasan lain yang lebih rendah sehingga menyebabkan banjir di lokasi-lokasi tertentu. Kondisi ini didukung dengan topografi Kota Palembang yang relatif datar yang sangat berpotensi terjadinya genangan atau banjir. 2

Kota palembang terdiri atas dua bagian yang dibelah oleh sungai musi yaitu wilayah Seberang Ilir dan Seberang Ulu. Semakin banyaknya pembangunan di wilayah seberang ilir inilah yang mendorong pemerintah kota palembang untuk melakukan pengembangan pembangunan kota ke daerah Seberang Ulu yang termasuk didalamnya kawasan Jakabaring. Pengembangan pembangunan kawasan Jakabaring dilakukan dengan jalan reklamasi rawa dengan pembangunan fasilitas fisik yang dapat berfungsi sebagai generator kawasan berupa area stadion utama olahraga Jakabaring, pasar induk, dan area perkantoran pemerintah selain itu dalam perencanaan pengembangannya juga terdapat fasilitas berupa office park, amusement park, water boom, commercial center, terminal, hotel, sport center, perumahan atlit, danau retensi dan berbagai fungsi-fungsi lainnya, dengan adanya generator dikawasan tersebut diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan pada kawasan pengembangan baru Jakabaring sehingga pembangunan tidak hanya dilakukan di daerah ilir saja tetapi meluas juga ke daerah ulu. Gambar 1.1. Kepadatan pada Wilayah Ilir Palembang mengakibatkan orientasi pengembangan kota menuju pada daerah Ulu kota Sumber : Rencana Tata Ruang wilayah Kota Palembang, 2010 3

1.1.2 Daerah Reklamasi Rawa jakabaring Terhadap Pengembangan Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan dengan luas wilayah 87.017 km² menghadapi tantangan pembangunan yang berkaitan dengan pengembangan IPTEK daerah rawa yang cukup signifikan. Sebagai salah satu kawasan yang berfungsi sebagai daerah resapan air diwilayah kota Palembang, kawasan Jakabaring memiliki arti penting untuk konservasi air. Sehingga luas area antara daerah rawa yang terbangun dan tidak terbangun dapat seimbang sehingga dapat mengatasi permasalahan lingkungan seperti banjir. Seiring pertumbuhan kota, pengembangan Seberang Ulu, khususnya Jakabaring, dipandang perlu untuk menyeimbangkan pembangunan di kedua bagian Kota Palembang ini. Kesenjangan pembangunan yang selama ini terjadi pada dua bagian kota itu dirasakan kian mendesak untuk diatasi. Pengembangan kawasan Jakabaring diharapkan dapat menyediakan fasilitas kota yang lebih layak, serta mengurangi kesesakan yang mengimpit masyarakat Palembang di Seberang Ilir. Lebih dari itu, pengembangan kawasan ini juga akan memberi ruang bagi pertumbuhan sektor ekonomi. Akan tetapi, agaknya usaha pengembangan kawasan Jakabaring dibutuhkan pengerahan sumber daya yang tak sedikit. Pengembangan kawasan ini terhitung mahal, karena reklamasi (perluasan lahan dengan cara penimbunan atau pengurukan) menjadi syarat mutlak. Lahan reklamasi yang dicadangkan di kawasan ini mencapai 3.500 hektar, atau 8,7 persen dari luas Kota Palembang yang kini mencapai 400,6 kilometer persegi (Hidayati, Nur. 2003. Jakabaring, Mengembangkan Kota Palembang di Atas Rawa. www.kompas.com. Diakses tanggal 12 Maret 2010) 4

Pengembangan kawasan reklamasi ini dituangkan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Palembang Nomor 64 Tahun 2000. Upaya mereklamasi Seberang Ulu, khususnya Jakabaring, dimulai lebih dari sepuluh tahun lalu dengan telah disertai analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) di kawasan tersebut. Pembebasan lahan di daerah itu dilakukan oleh Pemprov Sumsel (Hidayati, Nur. 2003) Sebagai kawasan pengembangan kota yang berada didaerah rawa, tidak mengherankan jika kawasan jakabaring, palembang memiliki daya tarik unik dan dinamis berikut budaya tradisional masyarakatnya untuk menciptakan lingkungan binaan yang harus memperhatikan kualitas lingkungan. 1.1.3 Dampak Reklamasi Rawa jakabaring dan penataan kawasan sebagai upaya menyelesaikan permasalahan keterbatasan lahan. Akibat dari reklamasi rawa mengakibatkan terganggunya fungsi hidrologis. Karena, konversi lahan di daerah tangkapan air, yakni dari lahan resapan air (rawa) menjadi lahan terbangun (permukiman, industri, jalan, dan fasilitas lainnya), sehingga air yang meresap ke dalam tanah semakin berkurang mengakibatkan bertambahnya koefisien run off air permukaan. Menurut Arya Hadi Dharmawan, 2005 dalam Jurnal Pusat Studi Pembangunan - Institut Pertanian Bogor. Fungsi hidrologis DAS (rawa) akan berjalan dengan baik selama tutupan lahan atau struktur vegetasi di kawasan hulu dan kawasan di bawahnya terpelihara dengan baik. Secara alamiah, luapan air bisa saja terjadi utamanya pada saat puncak heavy run-off di musim penghujan. Pada DAS yang terkelola baik, sistem ekologinya memiliki derajat fleksibilitas yang tinggi dalam menyimpan dan melepaskan cadangan air atau 5

mengendalikan potensi run-off secara optimal. Kapasitas menyimpan air akan berkurang, manakala ekosistem DAS mengalami kerusakan sebagaimana yang terjadi bila luasan tutupan lahan oleh vegetasi berkurang secara nyata. Secara alamiah, aliran sungai mungkin terhambat dan berakumulasi di beberapa titik di kawasan hilir sebelum akhirnya terbuang ke laut. Pada titik-titik tersebut, dapat terbentuk genangan-genangan yang bersifat temporer ataupun permanen. Pada situasi dimana keadaan vegetasi tidak memungkinkan dukungan kapasitas simpan air (water retention capacity) secara memadai, maka genangan air akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengalirkannya ke laut. Pada ekosistem yang terganggu, maka genangan akan terjadi secara permanen. Masalah lingkungan muncul bila, genangan permanen terjadi di pemukiman yang tidak dikehendaki. Memang lahan-lahan yang terletak di daerah resapan air semacam itu merupakan tempat-tempat yang harus dihindari bagi pembangunan fisik, dengan maksud untuk mempertahankan daur hidrologi dan daur kehidupan. Namun bukan berarti untuk kawasan yang telah terbangun tidak dapat diperbaiki kualitas lingkungannya dengan usaha-usaha pendekatan ekologis yaitu mensenyawakan pola pemukiman penduduk ke dalam pola kehidupan alam tentunya kawasan tersebut akan menjadi tempat pelestarian daya dukung lingkungan dan sekaligus peningkatan aktifitas ekonomi. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan arahan penataan permukiman di daerah rawa ditinjau dari aspek tata bangunan dan pengembangan infrastruktur kawasan yang tanggap terhadap pengelolaan rawa untuk resapan air yang bertujuan menjamin dan memelihara kelestarian 6

keberadaan rawa sebagai sumber air atau meningkatkan fungsi dan pemanfaatannya. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan mengenai kawasan jakabaring Palembang, didapatkan perumusan masalah sebagai berikut : Perubahan fungsi daerah rawa sebagai kawasan terbangun menyebabkan hilangnya daerah resapan air beserta vegetasi alaminya yang berakibat terganggunya siklus hidrologis di kawasan. Belum adanya sistem drainase yang mendukung siklus hidrologi di kawasan reklamasi rawa Kurangnya baiknya penataan kawasan permukiman di daerah reklamasi rawa sebagai kawasan terbangun yang menyebabkan terganggunya siklus hidrologi di kawasan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari perumusan masalah tersebut timbul pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana tata vegetasi di area reklamasi rawa agar keseimbangan siklus hidrologi kawasan tetap terjaga? 2. Bagaimana sistem drainase di kawasan permukiman Jakabaring yang dapat digunakan pada area reklamasi rawa dalam usaha mendukung siklus hidrologi? 3. Bagaimana penataan tata bangunan di kawasan permukiman di daerah reklamasi rawa agar keseimbangan siklus hidrologi kawasan tetap terjaga? 7

1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan tata vegetasi yang cocok untuk menjaga keseimbangan siklus hidrologi di area rawa yang telah mengalami alih fungsi lahan sebagai kawasan permukiman. 2. Mendapatkan pengaturan / arahan drainase di area rawa yang telah mengalami reklamasi menjadi lahan terbangun agar keseimbangan siklus hidrologi tetap terjaga. 3. Mendapatkan pengaturan/arahan sistem tata bangunan yang dapat diterapkan di area rawa yang telah mengalami reklamasi menjadi lahan terbangun berkaitan dengan pola permukiman, pola pengembangan bangunan, konstruksi bangunan, penggunaan material penutup tanah, pola drainase air hujan bangunan, dan sistem sanitasi bangunan agar keseimbangan siklus hidrologi tetap terjaga. 1.5 Manfaat Penelitian Untuk kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian ini bermanfaat bagi wawasan bidang arsitektur, khususnya tentang permukiman di daerah rawa. Untuk kepentingan perencanaan dan perancangan, penelitian ini bermafaat bagi pengembangan perencanaan dan perancangan lingkungan binaan di daerah rawa. Temuan penelitian ini dapat memperkaya rancangan fisik yang memiliki aspek kontrol terhadap lingkungan disuatu lingkungan binaan. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan (guideline) dalam penataan 8

bangunan dan lingkungan rawa, khususnya yang berada di kota Palembang. 1.6 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian serupa namun memiliki tujuan/ lokasi/ metoda yang berbeda yang pernah dilakukan sehubungan dengan pengelolaan air di kawasan permukiman antara lain: Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti Judul Tujuan Lokasi Metoda Don carlos Frederik Leopold Nisnoni, 2006 (S2/MDKB/UGM) Arahan desain pengembangan perumahan lopo indah permai kupang dengan menggunakan kaidah konservasi sumber daya air tanah ditinjau dari aspek tata hijau dan pola pengembangan bangunan Pengembangan Rancangan Permukiman Kaliurang dengan tinjauan Pengelolaan Air Permukaan Pengembangan kawasan untuk mempertahankan konservasi air tanah Perumahan Lopo indah Permai Kupang Rasional Deskriptif Mengetahui faktor yang mempengaruhi pengurangan run off air permukaan Kawasan Permukiman kaliurang Rasional kualitatif Mengetahui sistem tata bangunan dan infrastruktur dalam upaya meningkatkan daya dukung lingkungan berkaitan dengan siklus air akibat reklamasi rawa Kawasan jakabaring Palembang Rasional kuantitatif Teguh Dedi Hariyanto, 2002 (S2/MDKB/UGM) Fajar sadik Islami, 2008 (S2/MDKB/UGM) Arahan Penataan Kawasan Permukiman di Daerah Reklamasi Rawa Melalui Pendekatan Siklus Hidrologi (Studi Kasus : Kawasan Jakabaring Palembang) Penulisan tesis yang berjudul arahan penataan kawasan permukiman di daerah reklamasi rawa melalui pendekatan siklus hidrologi (studi kasus : kawasan Jakabaring Palembang ini membahas tentang penataan kawasan reklamasi rawa guna menemukan arahan desain yang sesuai untuk mengembalikan keseimbangan siklus hidrologis di kawasan terbangun. 9

1.7 Alur Pola Pikir Penelitian Kebutuhan akan pengembangan kawasan baru untuk permukiman sehingga mengurangi beban pusat kota palembang Terjadi proses perubahan penggunaan lahan dengan cara reklamasi rawa, sehingga rawa yang mempunyai peran sebagai daerah tangkapan air dalam siklus hidrologi menjadi terganggu Karakteristik kawasan Siklus hidrologi pada daerah reklamasi rawa Run off infiltrasi Perlu penataan yang tanggap terhadap kondisi lingkungan (rawa) VARIABEL PENELITIAN Kendala/ Hambatan 1. Tata bangunan Pengembangan Bangunan Konstruksi bangunan Penggunaan material penutup tanah Pola drainase air hujan bangunan Sistem sanitasi bangunan 2. Drainase kawasan 3. Tata vegetasi METODE PENELITIAN TINJAUAN UMUM KAWASAN KOMPILASI DATA BERDASARKAN VARIABEL ANALISIS & PEMBAHASAN KOMPILASI DATA BERDASARKAN VARIABEL KESIMPULAN & REKOMENDASI ARAHAN PENATAAN PERMUKIMAN PADA DAERAH RAWA 10