BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bulan terbukti dapat mencegah segalakonsekuensi tersebut. The Joint

BAB I PENDAHULUAN. US Preventive Service Task Force melaporkan bahwa prevalensi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat

BAB I PENDAHULUAN. akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Hearing loss atau kurang pendengaran didefinisikan sebagai kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Studi yang dilakukan pada bayi baru lahir didapatkan 2-3/1000 bayi lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bayi dengan faktor risiko yang mengalami ketulian mencapai 6:1000 kelahiran

Faktor Risiko Gangguan Pendengaran pada Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center

HEARING DISORDERS ON NEWBORN WITH PREMATURE RISK FACTORS AT GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN FAKTOR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. (BBLR) atau Low Birth Weight (LBW) sebagai bayi dengan berat badan lahir yang kurang

PENGARUH FAKTOR RISIKO TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN PEMERIKSAAN DISTORTION PRODUCT OAE

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

Pengembangan Sentra Diagnostik dan Gangguan Pendengaran dan Komunikasi di RSUP Fatmawati Jakarta

Periode kritis perkembangan pendengaran dan

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN

Berdasarkan Data Survei Kesehatan Indera

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum

Tesis. Oleh: OKTI TRIHANDANI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Berdasarkan WHO (2012), rubela adalah penyakit. infeksi virus RNA yang menular dan belum ada pengobatan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Survei yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS) menunjukkan bahwa

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap

Gangguan pendengaran pada bayi memiliki

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

Karakteristik Gangguan Dengar Sensorineural Kongenital pada Anak yang Dideteksi dengan Brainstem Evoked Response Audiometry

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

DETEKSI DINI GANGGUAN PENDENGARAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

Asfiksia Perinatal Sebagai Faktor Resiko Gangguan Pendengaran Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat pada kasus persalinan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

Asfiksia Perinatal Sebagai Faktor Resiko Gangguan Pendengaran Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada ketidakmampuan untuk mengendalikan fungsi motorik, postur/ sikap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan rumah tangga dan lingkungan, serta meningkatnya pendapatan dan

SELAMAT PAGI NEUROBIOPHYSIK PENDENGARAN DISUSUN OLEH KELAS A : KELOMPOK 2

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. praktik kedokteran keluarga (Yew, 2014). Tinnitus merupakan persepsi bunyi

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Bayi berat lahir nornal mempunyai potensi tumbuh kembang yang. lebih baik dibandingkan dengan berat lahir rendah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

TESIS ASFIKSIA NEONATORUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Epilepsi merupakan salah satu penyakit pada otak tersering mencapai 50 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, diperkirakan ibu meninggal karena komplikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Skrining dan Edukasi Gangguan Pendengaran pada Anak Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Persalinan merupakan proses fisiologis yang dialami oleh hampir setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. pendengaran yang bersifat progresif lambat ini terbanyak pada usia 70 80

POLA GANGGUAN PENDENGARAN DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER (THT-KL) RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH BERDASARKAN AUDIOMETRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASFIKSIA PERINATAL SEBAGAI FAKTOR RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA ANAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan preterm menurut The American College of. Obstreticians and Gynecologists (ACOG), 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. 1. perkembangan, dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

Is There Any Specific Measurement to Monitor Growth and Development in Infant Born with Small for Gestational Age

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah nilai. normal, bila terjadi berlarut-larut dan berulang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. G DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN KONGENITAL DI RUANG OTOLOGI POLI KLINIK THT RUMAH SAKIT DR HASAN SADIKIN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. makanan yang terbaik bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan indera pendengaran merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah membuat rencana Strategi Nasional dalam penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian, yang disesuaikan dengan UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan (UU Republik Indonesia 2009; Bashiruddin 2010). Tahun 1993 National Institute of Health Consencus Conference menganjurkan program Universal Newborn Hearing Screening. Setahun kemudian American Joint Committee on Infant Hearing merekomendasikan program Universal Detection of Hearing Loss in Infants yang sudah harus dilakukan pada bayi usia 3 bulan dan program habilitasi sudah harus dimulai pada usia 6 bulan. Hampir seluruh negara sudah mencanangkan program ini, namun Indonesia baru mulai mencoba melakukannya di beberapa Rumah Sakit (American Academy of Pediatrics 2007; Bashiruddin 2010). Masih banyak kendala dalam penemuan kasus gangguan pendengaran di Indonesia dan negara berkembang lainnya yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, informasi, perhatian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menemukan kasus gangguan pendengaran sejak dini (Bashiruddin 2010). Di Indonesia insidens gangguan pendengaran atau ketulian sejak lahir belum diketahui. Namun dari data yang diperoleh dari Survei Kesehatan Indera penglihatan dan pendengaran di 7 Propinsi (1994-1996) dengan 19.375 responden didapatkan prevalensi gangguan pendengaran 16,8%.

Di seluruh dunia ada sekitar 0,1-0,3% bayi yang tuli sejak lahir (Hendarmin 2006). Tuli pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Faktor risikonya antara lain adalah kadar bilirubin yang tinggi (jaundice), prematuritas atau bayi berat lahir rendah (BBLR), obat-obat ototoksik, ventilasi mekanik yang lama, Apgar score rendah dan meningitis (Bashiruddin 2009). Salah satu faktor risiko gangguan pendengaran adalah BBLR. Masalah yang sering terjadi pada BBLR adalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan termasuk gangguan pendengaran yang kemungkinan disebabkan gangguan perkembangan neurologi dan sensoris (Norton & Perkins 2005; Reynolds 2006; Roberts, Anderson & Doyle 2009; Sangtawesin, Singarj & Kanjanapattanakul 2011). Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR terdapat di negara berkembang. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, dari hasil penelitian multisenter di 7 daerah diperoleh angka BBLR antara 2,1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka BBLR sekitar 7,5% (Suwoyo, Antono & Triagusanik 2011). Di RSUP H. Adam Malik sejak tahun 2009-2012 didapatkan angka kelahiran bayi dengan BBLR sebanyak 285 bayi. Gangguan pendengaran sejak lahir dapat menimbulkan gangguan perkembangan bahasa, komunikasi, kognitif, tingkah laku, perkembangan sosial dan emosional. Gangguan pendengaran ini juga dapat berjalan lambat sehingga gagal didiagnosis, sebab itu diagnosis dini dan intervensi yang cepat merupakan faktor yang menentukan dalam perkembangan dan prognosis anak (Cristobal & Oghalai 2008; Taghdiri et al. 2008; Bashiruddin 2010).

Suatu penelitian transversal selama 2 tahun di Hospital de Clínicas de Porto Alegre dari 96 BBLR yang diperiksa dengan distortion product otoacoustic emissions dan auditory brainstem response didapati 6 (6,3%) neonatus mengalami gangguan pendengaran (Uchôa et al. 2003). Studi kohort di Israel dari 346 bayi berat lahir sangat rendah, yang mendapat hasil refer adalah 12,8% dan 87,2% mendapatkan hasil pass pada pemeriksaan dengan transient evoked otoacoustic emissions (Roth et al. 2006). Penelitian di Iran mulai tahun 2005-2006 didapati hubungan statistik yang bermakna antara berat lahir kurang dari 1500 gram dengan hasil automated auditory brainstem response (AABR) yang abnormal (Taghdiri, et al. 2008). Penelitian di RSUP H. Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi Medan didapatkan faktor risiko terbanyak yang menghasilkan bilateral refer adalah faktor risiko BBLR yaitu sebesar 57,14% atau 4 bayi (Trihandani 2009). Bayi berat lahir sangat rendah mempunyai hubungan bermakna dengan hasil skrining pendengaran yang failed. Didapatkan 4 (10,5%) bayi berat lahir sangat rendah yang diperiksa dengan AABR mendapat hasil failed (Olusanya 2010). Otoacoustic emissions (OAE) dan AABR direkomendasikan sebagai metode skrining pendengaran pada neonatus. Baik transient evoked otoacoustic emissions (TEOAEs) dan distortion product otoacoustic emissions (DPOAEs) dapat dipakai untuk skrining. OAE adalah pemeriksaan integritas sel rambut luar di koklea, sedangkan auditory brainstem response (ABR) adalah pengukuran elektrofisiologikal fungsi jaras auditori dari saraf kranial ke delapan menuju ke batang otak (Rundjan et al. 2005; Carlson & Reeh 2006; Olusanya 2010). Penemuan kasus gangguan pendengaran pada BBLR sejak dini merupakan hal yang penting untuk mencegah gangguan perkembangan anak selanjutnya. Untuk dapat menilai gangguan pada telinga perifer/jalur

preneural dan gangguan retrokoklear/jalur neural maka pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan DPOAEs dilanjutkan dengan pemeriksaan ABR. Dalam rangka deteksi dini dan untuk mendapatkan data dasar gangguan pendengaran pada BBLR maka peneliti tertarik melakukan penelitian ini. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimanakah gambaran hasil pemeriksaan DPOAEs dan ABR pada BBLR yang dirawat di ruang Perinatologi RSUP H. Adam Malik Medan, periode Januari-Maret 2013. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan DPOAEs dan ABR pada pada BBLR yang dirawat di ruang Perinatologi RSUP H. Adam Malik Medan, periode Januari-Maret 2013. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan DPOAEs dan ABR pada BBLR berdasarkan jenis kelamin. b. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan DPOAEs dan ABR pada BBLR berdasarkan kelompok berat lahir. c. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan DPOAEs dan ABR pada BBLR berdasarkan kelompok umur bayi. d. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan DPOAEs dan ABR pada BBLR berdasarkan kelompok umur kehamilan ibu. e. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan DPOAEs dan ABR pada BBLR berdasarkan telinga yang terlibat.

1.4. Manfaat Penelitian a. Mendapatkan data dasar gangguan pendengaran pada BBLR untuk penelitian selanjutnya di bidang tumbuh kembang anak dan THT komunitas. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan data dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pustaka guna pengembangan ilmu Neurotologi dan THT Komunitas.