BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini, pelaksanaan sistem jaminan halal menjadi isu global.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang terbuat dari gelatin sapi (Sahilah dkk., 2012). Produsen akan memilih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengalami pemisahan bagian-bagian dari karkas hewan utuh sehingga jenis

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB. I PENDAHULUAN. bakso menggunakan daging sapi dan daging ayam. campuran bakso, dendeng, abon dan produk berbasis bakso lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-

PENDAHULUAN. Latar Belakang. terpenting dalam memenuhi kebutuhan gizi dan nutrien yang di perlukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

DAFTAR ISI... A. Latar Belakang Penelitian B. Rumusan Masalah C. Keaslian Penelitian D. Urgensi Penelitian... 5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE Waktu dan Tempat Materi Sampel DNA Primer

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Application method of fourier transform infrared (FTIR) combined with chemometrics for analysis of rat meat (Rattus diardi) in meatballs beef

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk Indonesia mencapai lebih dari 246 juta jiwa dengan angka

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan

PERAN ISOFORM TAp73 DAN STATUS GEN p53 TERHADAP AKTIFITAS htert PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RISBIN IPTEKDOK 2007

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL. TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun)

ANALISIS KANDUNGAN LEMAK TIKUS DALAM CAMPURAN BAKSO SAPI DENGAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH DAN KALIBRASI MULTIVARIAT

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000).

IDENTIFIKASI DAGING BABI MENGGUNAKAN METODE PCR-RFLP GEN Cytochrome b DAN PCR PRIMER SPESIFIK GEN AMELOGENIN

Gambar 1. Skema penggolongan HIV-1 [Sumber: Korber dkk. 2001: ]

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

I. PENDAHULUAN. Salah satu dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan belum berjalan efektif. Hal ini menyebabkan pelanggaran-pelanggaran

DETEKSI FRAGMEN DNA RENDAH PENGKODE GEN SITOKROM B (cyt b) BABI PADA SAMPEL MIE INSTAN MENGGUNAKAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan makanan itulah manusia akan dapat melakukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan kesehatan makanan memperoleh perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang identifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)

Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KANDUNGAN LEMAK ANJING DALAM BAKSO YANG BEREDAR DI PASAR WAGE PURWOKERTO MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFROM INFRARED

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

ANALISIS KONTAMINASI LEMAK BABI DALAM MINYAK GORENG SAWIT (RBD PALM OIL) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI FOURIER TRANSFORM INFRARED (FTIR) DAN KEMOMETRIK

ANALISIS GEN PENYANDI HEMAGLUTININ VIRUS HIGHLY PATHOGENIC AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 ISOLAT UNGGAS AIR

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

Isolasi dan Karakterisasi Gen Penyandi Protein Permukaan VP28 White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius, 1798)

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

I. PENDAHULUAN. yang berfungsi sebagai penstabil pada emulsi. Pada makanan, emulsifier berperan

SKRIPSI DETEKSI KEMURNIAN DAGING SAPI PADA BAKSO DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK PCR-RFLP

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara yang mendapat perhatian yang lebih besar. Pada saat ini

Deteksi Daging Babi pada Sampel Bakso Menggunakan Metode Near Infra Red (NIR) dan Kemometrik sebagai Verifikasi Kehalalan

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)

BAB VI JAMINAN KEHALALAN DAN MEKANISMENYA

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DETEKSI MOLEKULER CEMARAN DAGING BABI PADA BAKSO SAPI DI PASAR TRADISIONAL KOTA MALANG MENGGUNAKAN PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

BAB I PENDAHULUAN. dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang hampir seluruh orang pernah

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

METODE PENELITIAN. Survei dan Pendataan

Identifikasi Type Human Papillomavirus (HPV) pada Penderita Kanker Serviks

2 adanya standar alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan yang harus ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pada prinsipnya, setiap orang yang beru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Salah satu sumber bahan pangan berasal dari hewani, seperti

- 7 - BAB III STANDARDISASI. Bagian Kesatu Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.


Advertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini, pelaksanaan sistem jaminan halal menjadi isu global. Mengkonsumsi makanan halal adalah suatu keharusan bagi setiap Muslim. Dalam al Qur an, disebutkan makanlah apa apa yang ada di bumi yang halal dan thoyib untukmu, dan janganlah kamu mengikuti langkah setan, sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagimu (al Baqarah: 168). Halal sendiri mempunyai arti diizinkan/boleh dikonsumsi atau dipergunakan oleh manusia, sedangkan thoyib mempunyai komponen makna baik, aman, sehat, bersih, bermanfaat, dan bergizi secara ilmiah (Dahlan, 2012). Halal telah menjadi isu internasional. Bahkan dalam Codex Alimentarius istilah halal telah muncul pada tahun 1997. CAC/GL 24-1997 berisi tentang panduan umum mengenai istilah "Halal". Makanan halal berarti makanan yang diijinkan dalam hukum Islam dan memenuhi persyaratan: tidak mengandung material apapun yang tidak diperbolehkan dalam hukum Islam; pada penyiapan, pemrosesan, pendistribusian dan penyimpanan tidak menggunakan fasilitas yang tidak bebas dari material non-halal sesuai hukum Islam; serta tidak bersentuhan dengan makanan lain yang non-halal (Codex Alimentarius, 1997). Pemalsuan produk makanan merupakan permasalahan yang besar dalam industri makanan, karena menyebabkan kebingungan dan kerugian bagi konsumen dan produsen makanan. Kerugian yang ditimbulkan karena pemalsuan makanan tidak hanya kerugian materi, tetapi juga kerugian spiritual, karena umat Islam 1

dilarang memakan produk makanan apapun yang mengandung daging babi. Deteksi dan kuantifikasi pemalsuan sangat penting untuk melindungi kesejahteraan dan kesehatan konsumen (Rohman et al., 2011). Hak untuk memiliki makanan halal bagi Muslim harus dilindungi. Negara-negara Muslim harus memiliki peraturan mengenai makanan halal, serta harus menyertakan sebuah sistem penjaminan halal yang dilaksanakan oleh produsen makanan. Sistem ini dapat meyakinkan bahwa produsen menghasilkan produk halal secara konsisten (Apriyantono, 2012). Prinsip-prinsip sistem jaminan halal, dalam banyak kasus, pada dasarnya mirip dengan sistem yang dimaksudkan untuk menjaga kualitas dan keselamatan (quality control and quality assurance), yang membedakan hanyalah bahwa sistem jaminan halal tidak memiliki batas toleransi. Sistem halal harus mengikuti konsep tiga nol, yaitu batas nol (zero limit), cacat nol (zero defect), dan risiko nol atau zero risk (Apriyantono, 2012). Seiring dengan UU Pangan No. 18/2012 bagian ke delapan tentang jaminan produk halal yang dipersyaratkan berisi tentang Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap penerapan sistem jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan terhadap Pangan, Pemerintah Indonesia berkewajiban melakukan pengawasan terhadap jaminan produk halal ini. Penerapan sistem jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi undang-undang yang dimaksud masih belum ada di Indonesia. 2

Selain itu, saat ini juga sedang dibahas RUU Jaminan Produk Halal yang salah satu butirnya menyatakan bahwa produk makanan yang bererdar di Indonesia harus mempunyai kepastian hukum terhadap Produk yang dibuktikan dengan sertifikat halal, nomor registrasi halal, dan label halal. Untuk mensukseskan UU ini (sekiranya nanti disahkan) diperlukan seperangkat metode analisis untuk mendeteksi adanya komponen non halal dalam produk makanan. Bakso merupakan produk makanan yang biasanya dibuat dari daging yang dapat berasal dari daging sapi, ayam, dan babi (Purnomo and Rahardiyan, 2008). Jenis produk bakso yang terdapat di Indonesia dapat menyebabkan kekhawatiran, khususnya pada komunitas Muslim, karena dimungkinkan adanya kandungan daging babi dalam bakso (Rohman et al., 2011). Akhir-akhir ini, seiring dengan naiknya harga daging sapi di pasaran, maka terdapat isu yang terkait dengan pencampuran daging babi ke dalam daging sapi dalam produk bakso. Tantangan analitik untuk mendeteksi hal-hal yang bersifat non-halal dalam makanan dan produk farmasi menjadi perhatian utama (Sismindari, 2012). Beberapa metode analisis yang telah diusulkan untuk analisis daging babi dan/atau lemak babi, seperti e-nose GC-MS (Nurjuliana et al., 2011), spektrofotometri FTIR (Rohman et al., 2011), ELISA (Asensio et al., 2008), PCR-elektroforesis (Che Man et al., 2007), PCR-RFLP (Ali et al., 2011), TaqMan probe RT-PCR (Koppel et al., 2011), Molecular beacon RT-PCR (Yusop et al., 2012), SYBR green RT-PCR (Farrokhi and Jafari Joozani, 2011), dan gold nanoparticle (Ali et al., 2012; Ali et al., 2011) telah digunakan. Beberapa metode tersebut memerlukan waktu dan biaya yang banyak, sehingga perlu dikembangkan 3

suatu teknik analisis yang cepat dan reliable terhadap analisis daging babi di dalam produk bakso. Menurut Rohman et al. (2011), spektrofotometri FTIR telah mendapat perhatian besar untuk digunakan dalam analisis kuantitatif minyak dan lemak. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan potensi penggunaan spektrofotometri FTIR untuk analisis lemak babi dalam kue (Syahariza et al., 2005) dan pada produk cokelat (Che Man et al., 2005). Rohman (2010) telah mengembangkan metode spektrofotometri FTIR untuk deteksi lemak babi dan lemak edible lain dalam campuran. Rohman dan Che Man (2010) telah berhasil menggunakan metode spektrofotometri FTIR yang dikombinasikan dengan partial least square (PLS) dan discriminant analysis untuk analisis lemak babi dalam campuran dengan lemak sapi, lemak ayam dan lemak kambing. Kebanyakan jenis kemometrika yang digunakan untuk analisis lemak babi bersifat kuantitatif, padahal adanya lemak babi dalam produk makanan apapun bersifat zero tolerance, sehingga jenis analisis yang penting adalah analisis pengelompokkan (klasifikasi) antara produk makanan yang mengandung dan yang tidak mengandung lemak babi dalam produk makanan. Meskipun demikian, pengelompokkan adanya lemak babi dalam campuran dengan lemak sapi yang diekstraksi dari bakso belum pernah dipublikasikan. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan klasifikasi/pengelompokkan bakso yang mengandung lemak babi atau lemak sapi dalam formulanya. Lebih lanjut, metode yang terlebih dahulu berkembang dalam analisis campuran daging babi dalam bakso sapi adalah TaqMan probe real-time PCR, yaitu mengkombinasikan primer 4

spesifik babi dan TaqMan probe untuk penentuan 109bp pada gen sitokrom b babi (Ali et al., 2012). Maede (2006) telah sukses menggunakan metode RFLP PCR dari sekuen DNA mitokondria dan sekuen gen kromosom, dan kombinasi tersebut dapat mendeteksi DNA babi, sapi, unggas, kambing, rusa dan kuda. Penelitian juga telah dilakukan menggunakan sekuen kromosom (leptin), namun belum memberikan hasil yang spesifik hanya terhadap DNA babi (Tjondro, 2012). Pengembangan primer baru pada penggunaan real-time PCR dengan menggunakan sekuen gen leptin yang terletak pada kromosom menjadi salah satu tujuan penelitian ini. Berdasarkan paparan latar belakang sebagaimana di atas, maka dapat ditentukan: 1. Perumusan Masalah a. Apakah spektrofotometri FTIR dengan analisis multivariat principal component analysis (PCA) dapat mengelompokkan adanya campuran daging babi dan daging sapi dalam bakso? b. Apakah primer yang berasal dari leptin dan mitokondria D-Loop dapat secara spesifik mengidentifikasi adanya DNA babi dalam sediaan bakso menggunakan real-time PCR? c. Bagaimana manfaat penerapan metode spektrofotometri FTIR yang dihubungkan dengan PCA dan real-time PCR dalam penentuan campuran daging babi dan daging sapi dalam bakso? 5

2. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai analisis campuran daging babi dalam bakso yang pernah dilakukan diantaranya adalah kajian tentang penggunaan metode spektrofotometri FTIR yang digabungkan dengan kemometrika PLS (partial least square) untuk analisis daging babi dalam formulasi bakso sapi yang disiapkan di laboratorium (Rohman et al., 2011). Model yang dikembangkan mampu menganalisis daging babi dalam bakso dengan menggunakan bilangan gelombang 1200 1000 cm -1. Meskipun demikian, kelompok peneliti ini belum melakukan model pengelompokkan bakso yang terbuat dari daging sapi dan daging babi dengan menggunakan analisis multivariat principal component analysis (PCA). Penelitian lainnya mengenai analisis campuran daging babi dalam bakso menggunakan metode real-time Polymerase Chain Reaction antara lain dilakukan oleh Ali et al. (2012) yang meneliti tentang analisis penambahan daging babi dalam bakso di pasaran menggunakan probe TaqMan yang mempunyai target spesifik terhadap gen sitokrom B mitokondria babi (menggunakan primer forward: TCC TGC CCT GAG GAC AAA TA, reverse: AAG CCC CCT CAG ATT CAT TC, Taqman probe, dan quencher). Terdapat pula identifikasi spesies babi dalam bakso menggunakan PCR-RFLP untuk pengujian halal menggunakan primer forward: CCA TCC AAC ATC TCA GCA TGA TGA AA dan reverse: GCC CCT CAG AAT GAT ATT TGT CCT CA (Erwanto et al., 2012). Dalam penelitian ini akan dikembangkan primer baru pada sekuen gen kromosom (leptin). Primer DNA dari sekuen gen leptin yang terletak pada 6

kromosom yang sudah ada ternyata tidak spesifik untuk babi saja pada waktu dilakukan analisis menggunakan real-time PCR. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dikembangkan primer baru yang berdasarkan sekuen dari gen leptin yang spesifik hanya untuk babi saja. Selain leptin, pengembangan desain primer juga didasarkan pada sekuen gen mitokondria D-Loop. 3. Urgensi Penelitian Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan, dalam kaitannya dengan suatu metode analisis yang mampu mendeteksi dan mengkuantifikasi adanya daging babi dalam produk makanan, terutama bakso, untuk menjamin keamanan dan kehalalannya. Dibandingkan dengan daging sapi, harga daging babi adalah setengah dari daging sapi. Kenyataan ini mendorong pedagang bakso yang tidak beretika untuk mencampur atau menggantikan daging sapi dengan daging babi. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA, Food and Drug Administration) menyatakan daging babi sebagai salah satu bahan yang aman digunakan. Meskipun demikian, produk makanan yang mengandung unsur babi dilarang penggunaannya untuk komunitas Muslim.. B. TUJUAN PENELITIAN Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode spektrofotometri FTIR dan real-time PCR untuk penentuan adanya campuran daging babi dalam daging sapi dalam bakso. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah: 7

1. Mengembangkan metode spektrofotometri FTIR yang digabungkan dengan kemometrika kalibrasi multivariat untuk penentuan adanya campuran daging babi dan daging sapi dalam bakso. 2. Mendapatkan primer DNA yang secara spesifik mampu mengidentifikasi adanya daging babi dalam campuran dengan daging sapi pada sediaan bakso menggunakan real-time PCR. 3. Mendapatkan manfaat dari penerapan metode spektrofotometri FTIR yang dihubungkan dengan PCA dan metode real-time PCR dalam penentuan campuran daging babi dan daging sapi dalam bakso. 8