TEKNOLOGI ALAT DAN MESIN UNTUK AGRIBISNIS PETERNAKAN DI KAWASAN PERKEBUNAN SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia. Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

KAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT PENDAHULUAN

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

BAB I PENDAHULUAN. atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeae adalah salah satu tanaman

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

UJI KERJA ALAT PENGGILING TYPE PALU (HAMMER MILL) DENGAN BEBERAPA JENIS BAHAN PAKAN SEBAGAI BAHAN UJI

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gandum dan padi. Biji Jagung menjadi makanan pokok sebagian penduduk Afrika

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN. limbah pertanian. Limbah pertanian merupakan sisa hasil pertanian yang

PENGERTIAN LIMBAH A C. Gambar 1. Ilustrasi hubungan antara limbah (A), bahan pakan konvensional (B) dan bahan pakan non konvensional (C)

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Zero Waste. [Prinsip Menciptakan Agro-Industri Ramah Lingkungan] Dede Sulaeman [1]

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan manusia.

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

Nutrisi dan Pakan Kambing dalam Sistem Integrasi dengan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena itu manusia berperan aktif dalam mengembangkan daya kreatifitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

Transkripsi:

TEKNOLOGI ALAT DAN MESIN UNTUK AGRIBISNIS PETERNAKAN DI KAWASAN PERKEBUNAN SAWIT ASTU UNADI Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian PENDAHULUAN Pertanian modern dicirikan dengan terwujudnya sistem dan usaha agribisnis yang kuat dengan visi berdaya saing, berkerakyatan, berkesinambungan dan terdesentralisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dikembangkan kemampuan pelaku usaha agribisnis yang memproduksi hasil yang tinggi, berkualitas dan selalu menyesuaikan dengan pasar, efisien dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan input teknologi yang tepat. Pembangunan pertanian berjangkauan ke depan dan mampu melihat kondisi yang ada dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia serta memanfaatkan peluang yang ada. Sub sektor peternakan mempunyai peran yang sangat nyata dalam penyediaan pangaan serta bahan baku industri, serta melestarikan kesuburan tanah. Untuk mengantisipasi hal tersebut terobosan teknologi diperlukan untuk meningkatkan daya saing produk peternakan. Sumbangan mekanisasi pertanian dari aspek teknologi budidaya, dan teknologi pascapanen perlu terus digali dan ditumbuh kembangkan untuk mendukung agribisnis peternakan. Agribisnis peternakan dapat dikembangkan baik di lahan irigasi, lahan kering dan lahan marjinal. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian telah melakukan beberapa kegiatan penelitian dan rancang bangun alat dan mesin sebagai upaya untuk meningkatkan potensi dan pemanfaatan sumber daya pertanian, kualitas dan nilai tambah produk peternakan. POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS PETERNAKAN Dewasa ini dibidang peternakan telah mulai dikembangkan suatu konsep pengembangan kawasan agribisnis peternakan sebagai strategi pembangunan pertanian berkelanjutan. Pengembangan kawasan agribisnis berbasis peternakan adalah suatu proses pembangunan disuatu wilayah dan atau daerah yang diarahkan pada pengembangan kawasan khusus yang memiliki kegiatan utama usaha peternakan dan kawasan terpadu yaitu kawasan ternak dengan tanaman pangan maupun ternak dengan tanaman perkebunan (ANONIMUS, 2002 a ). Potensi dan manfaat limbah pertanian untuk peternakan Pakan merupakan faktor utama dalam produksi peternakan. Salah satu sumber pakan yang murah dan berpeluang untuk dikembangkan adalah limbah pertanian. Sebagaimana diketahui, pemanfaatan dan penanganan limbah pertanian sampai saat ini masih belum optimal. Hal ini patut disayangkan, mengingat limbah pertanian mempunyai potensi yang sangat besar bagi pembangunan pertanian. Oleh karena itu kebijakan yang ditempuh Departemen Pertanian dalam rangka memenuhi 211

kebutuhan pangan adalah mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian dalam suatu sistem usaha tani yang terintegrasi yang dikenal dengan Sistem Integrasi Tanaman- Ternak. Sistem ini merupakan salah satu pola yang dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pertanian, dengan memanfaatkan potensi limbah tanaman untuk pakan ternak, pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik, disamping meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan usaha agribisnis yang berdaya saing dan ramah lingkungan. Produksi limbah usaha tani tanaman pangan dan perkebunan yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sekitar lebih kurang 25%. Potensi daya dukung limbah tanaman pangan dan pengembangan peternakan adalah sebagai berikut: Potensi limbah jerami padi yang dihasilkan dari luas panen 11.616.220 Ha setiap tahunnya diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia besar (sapi) sebanyak 17.424.330 ekor. Potensi tersebut belum termasuk limbah industri pengolahan seperti dedak padi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai salah satu komponen bahan pakan untuk membuat ransum. Potensi limbah jerami jagung yang dihasilkan dari usaha tani jagung dari luas panen 3.499.694 Ha diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi dewasa sebanyak 1.654.159 ekor. (ANONIMUS, 2002 b ) Ternak ruminansia besar maupun kecil yang mempunyai keunikan dan keistimewaan mengkonsumsi hijauan pakan dalam jumlah besar sebagai sumber gizi dan energi utama. Hal ini sangat berbeda dengan ternak nonruminansia (monogastrik). Pemanfaatan limbah pertanian seperti jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia bukan hal baru bagi petani peternak. Namun disadari bahwa limbah pertanian tersebut bila digunakan sebagai pakan tidak mengandung nutrisi yang mencukupi kebutuhan ternak jenis ruminansia. Untuk jerami padi hanya mengandung 3,4% protein, 35% serat kasar dan 7% lignin. Nilai pakan dari limbah pertanian sangat tergantung pada macam limbah, varietas tanaman, pemupukan, saat dan cara panen. Faktor pembatas tingkat pemanfaatan limbah pertanian untuk ternak diantaranya kegunaan bahan, kualitas yang rendah dan kurang disukai ternak. Atas dasar pertimbangan itu, perlu ditemukan upaya meningkatkan pendayagunaan limbah pertanian untuk pakan ruminansia dengan masukan teknologi pakan seperti fermentasi, mekanisasi dan pasca panen. Tujuannya adalah memperoleh sumber pakan alternatif yang murah, berasal dari sumber inkonvensional yang mudah diperoleh, aman dipakai, dan menumbuhkan kreativitas petani peternak sendiri untuk mengerjakannya. Potensi dan pemanfaatan limbah kelapa sawit Berdasarkan lokasi pembentukannya, limbah hasil perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu: Limbah di lapangan, berupa sisa tanaman yang ditinggalkan sewaktu panen, peremajaan, atau pembukaan areal perkebunan baru. Satu hektar tanaman kelapa sawit akan menghasilkan pelepah daun sebanyak 10,40 ton bobot kering dalam setahun. Limbah ini tidak semuanya dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Sebagai bahan pakan pelepah harus dikuliti terlebih dahulu. Limbah di tempat pengolahan, yaitu hasil ikutan yang terbawa pada waktu panen yang kemudian dipisahkan dari produk utama dalam proses pengolahan. Menurut penggunaannya, jenis limbah tersebut dapat dibagi lagi dalam 3 kategori lagi yaitu: a. Diolah menjadi produk tersendiri karena memiliki arti ekonomis yang besar, misalnya inti sawit. 212

b. Didaur ulang untuk menghasilkan energi dalam pengolahan dan pupuk misalnya tandan kosong, cangkang dan serat (sabut) buah sawit. c. Dibuang sebagai sampah pengolahan. Contoh limbah jenis ini menurut wujudnya adalah: 1) Bahan padat: Lumpur dari decanter pada pengolahan buah kelapa sawit 2) Bahan cair: limbah cair pabrik kelapa sawit dan air cucian 3) Bahan gas: gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit Potensi perkebunan kelapa sawit sebagai sumber pakan dapat memanfaatkan tanaman rumput yang tumbuh antar pohon kelapan sawit (HAT). Dari perkebunan kelapa sawit seluas 3.393.000 Ha diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak dewasa sebanyak 2.262.000 ekor per tahun. Potensi tersebut belum termasuk potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak berupa bungkil inti sawit, serat perasan buah sawit, tandan buah kosong serta pelepah dan daun kelapa sawit. (ANONIMUS, 2002. b ) TEKNOLOGI ALAT DAN MESIN UNTUK PETERNAKAN Teknologi pakan ternak (ruminansia) meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas nutrisi pakan, mempermudah untuk dicerna, dan memperpanjang daya simpan bahan pakan tanpa harus mengurangi mutu pakan. Di lain pihak pengembangan teknologi pakan dari hijauan atau limbah pertanian secara aktif telah memberikan sumbangan nyata terhadap penurunan potensi limbah pertanian yang terbuang. Teknologi tentang bahan-bahan pakan dan ransum yang telah siap dikonsumsi oleh ternak, masih terpaku pada pengadaan pakan dan prosesnya, namun belum banyak pada mutu dari kandungan nutrisinya. Pengolahan bahan pakan secara fisik, seperti halnya pada perlakuan pencacahan, pemotongan hijauan sebelum diberikan pada ternak akan membantu memudahkan ternak untuk mengkonsumsi dan mencerna. Sedangkan perlakuan kimiawi, umumnya ditujukan terbatas pada upaya penambahan aditif atau vitamin atau upaya lain seperti pemecahan dinding sel hijauan yang umumnya mengandung khitin, selulosa dan hemiselulosa sehingga hijauan sulit dicerna dan atau diproses oleh mikroba dalam rumen. Penambahan proses kimiawi ini sangat sedikit diterapkan di peternak kecil, karena adanya tambahan biaya yang tidak sedikit. (WIBISONO dan NURRAHMAH, 1998). Dalam rangka untuk menyediakan teknologi untuk peningkatan produksi, produktivitas, kualitas dan nilai tambah hasil peternakan serta upaya untuk dapat memanfaatkan limbah hasil pertanian tersebut, beberapa penelitian dan rekayasa alat dan mesin untuk pengolahan pakan telah dilakukan baik oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian maupun instanti yang terkait dengan pakan. Diantara alat dan mesin untuk pakan ternak hasil rekayasa Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian adalah sebagai berikut: Alsin pengepres pakan berbentuk bata untuk ternak ruminansia Usaha dalam penyediaan kebutuhan pakan ternak khususnya ruminansia terus diupayakan seiring dengan meningkatnya populasi ternak di Indonesia. Namun untuk memenuhi kebutuhan pakan yang bernutrisi masih banyak dijumpai kendala mulai dari bahan baku pakan, bentuk pakan 213

maupun sistem agribisnisnya. Pada musim penghujan pakan dari hijauan cukup banyak dan limbah pertanian seperti jerami juga melimpah. Produksi jerami di Indonesia diperkirakan 85 juta ton namun sebagai bahan pakan kandungan nutrisinya rendah sehingga masih harus diolah dan dicampur dengan bahan pakan lainnya agar menjadi pakan yang bernutrisi tinggi. Bahan pakan kemudian di mampatkan dengan pengepresan menjadi pakan lengkap bentuk bata (complete feed block) agar mudah dalam penanganannya serta tidak memakan tempat. Penyusun pakan ternak lengkap bentuk bata ini adalah jerami/rumput tanpa atau dengan fermentasi, konsentrat dan bahan perekat yang berupa tepung tapioka maupun molases. Mesin pengepres pakan lengkap bentuk bata telah direkayasa dan diuji di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian pada tahun 2002. Biaya operasi mesin mencapai Rp 150/ kg dengan benefit cost ratio (B/C) sebesar 1,3. Jenis pakan ini mengandung nutrisi lengkap, mudah diangkut, disimpan dan diumpankan ke ternak. Ukuran pakan yang dihasilkan antara 2-4 kg setiap bata. Kapasitas mesin rata-rata 200 kg/jam sehingga cocok untuk usaha peternakan antara 50-75 ekor sapi Gambar 1. Alsin pengepres jerami Pencacah hijauan pakan ternak (pisau vertikal) tipe BS-1 Dalam suatu proses produksi ternak, pakan merupakan faktor penting dalam upaya peningkatan hasil produksi. Oleh karena itu, ketersediaan pakan dan mutunya perlu diperhatikan bahkan ditingkatkan selama proses produksi. Dalam upaya peningkatan tersebut, khususnya bagi ternak ruminansia kebutuhan pakan selain dicukupi dengan hijauan, bungkil yang tersedia di lapang, juga dengan cara pencampuran suplemen (tambahan) berupa berbagai mineral, vitamin, dan limbah pertanian seperti tepung ikan, kulit kedelai dan sebagainya dengan cacahan hijauan pakan ternak. Hijauan untuk pakan ternak secara alami mempunyai bentuk yang tidak beraturan dan komoposisi fisik yang heterogen. Beberapa bagian seperti pucuk daun (sawit, kelapa dan serialia) mudah dikunyah dan dicerna oleh ruminansia namun bagian pangkal sangat keras sehingga sering 214

tidak dimakan oleh ternak. Hijauan yang telah dicacah memungkinkan ternak dapat mengkonsumsi/mengunyah hijauan tersebut dengan lebih baik. Disamping itu dalam proses pembuatan silase diperlukan hijauan yang telah tercacah agar prosesnya berlangsung lebih cepat dan hasilnya lebih seragam. Terdapat beberapa jenis alsin pencacah hijauan ternak. Alsin yang dirancang oleh Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian, salah satunya adalah alsin pencacah hijauan pakan ternak dengan pisau vertikal tipe BS-1. Alsin tipe tersebut memungkinkan pencacahan menjadi potonganpotongan secara seragam dengan panjang potongan 2-5 cm. Beberapa jenis hijauan yang dapat dipotong/ dicacah dengan alsin tipe ini adalah: rumput gajah, batang jagung, pucuk batang tebu, dan jenis limbah pertanian lainnya. Oleh karena sifat fisik bahan hijauan tersebut di atas mirip dengan daun kelapa dan kelapa sawit, maka kemungkinan besar hijauan ini juga dapat dicacah dengan mesin jenis ini. Dari hasil uji lapang diperoleh kapasitas kerja 800 1.000 kg/jam, pencacahan bahan (rumput) menjadi potongan-potongan secara seragam dengan panjang potongan 2-5 cm. Pada kondisi normal jarak lempar bisa mencapai 3-5 meter dari lubang pengeluaran. Sedangkan dari hasil analisis ekonomis diketahui biaya operasional Rp. 35/kg dengan asumsi harga mesin sebesar Rp. 6.000.000 dan umur ekonomi empat tahun. Pencacah hijauan pakan ternak ini telah diadaptasikan di Propinsi Nusa Tenggara Barat bekerjasama dengan BPTP setempat. SPESIFIKASI 1. Motor penggerak : Motor bensin 5 Hp 2. Kapasitas : 800 1000 kg/jam 3. Konstruksi : Besi siku, Plat, Pisau, dan lain-lain 4. Dimensi - Panjang : 1.530 mm - Lebar : 750 mm - Tinggi : 1.080 mm - Berat : 110 Kg 5. Pemakaian BBM : 0,8 l/jam 6. Biaya Operasional : Rp 4,5/kg Gambar 2. Mesin Pencacah Hijauan Pakan Ternak (Pisau Vertikal) Tipe S-1 215

Jenis kedua dari mesin pencacah hijauan adalah pencacah dengan pisau horizontal sejajar poros. Mesin ini terdiri dari silinder pencacah dimana disekeliling silinder dipasang pisau pencacah, gigi pengumpan, kerangka dan motor penggerek. Pada umumnya pencacah jenis ini digunakan untuk mencacah limbah pertanian yang berukuran lebih besar dan lebih keras. Salah satu penggunaannya adalah untuk menacacah ranting-ranting batang. Meskipun belum cicoba untuk tandan buah, pelepah daun kelapa sawit dan kelapa, mesin ini kemungkinan besar dapat digunakan karena pelepah sawit mempunyai kemiripan fisik dengan ranting batang. Namun demikian, pelepah harus dikupas sebelum dicacah. Akan tetapi untuk mengupas kulit pelepah, masih harus dikerjakan secara manual dengan pisau atau golok. Mesin pembuat pelet skala industri kecil Perbaikan dalam produksi ternak terkait dengan ketersediaan pakan yang memadai baik dari segi kualitas yang ditunjukkan oleh kandungan nutrisi dan dari segi kuantitas. Untuk memenuhi kebutuhan pakan dijumpai banyak kendala. Kendala tersebut berasal dari kurangnya bahan penyusun pakan tersebut maupun ketersediaan pakan dalam bentuk jadi oleh karena harga yang berfluktuasi. Kondisi tersebut memacu para peternak untuk dapat memproduksi pakan sendiri dari bahan-bahan yang ada untuk kebutuhan ternaknya. Untuk itu diperlukan teknologi mekanisasi sederhana berupa mesin pembuat pelet yang mudah dibuat dan mudah dalam perawatannya. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian telah merekayasa mesin pembuat pelet yang mempunyai kapasitas 140 kg/jam yang dilengkapi dengan unit pencampuran bahan sebelum dilakukan pencentakan pelet. Disamping itu dilengkapi dengan pisau pemotong pelet, sehingga pelet yang telah dicetak dapat langsung dikeringkan dengan ukuran relatif seragam. Dari hasil uji lapang pelet yang telah tercetak dengan menggunakan mesin ini berdiameter rata-rata 5 mm dan panjang 5 13 mm. Limbah olahan kelapawit yang berupa lumpur sawit merupakan limbah yang mempunyai kandungan lemak dan protein yang cukup tiunggi sehingga cukup potensial sebagai bahan campuran pelet pengganti protein hewani seperti ikan dan juga minyak sebagai bahan tambahan untuk mempermudah pembuatan pelet itu sendiri. Namun demikian penelitian yang lebih mendalam sedang dilakukan oleh BALITNAK, Ciawi. Mesin tersebut belum dicobakan untuk bahan dari lumpur sawit. Mesin pengolahan pakan ternak unggas dan ikan terintegrasi Usaha dalam pemenuhan ketersediaan kebutuhan akan pakan ternak terus digalakkan baik untuk unggas maupun ruminansia. Hal ini dilakukan dengan perbaikan proses penanganan dan teknologi untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu dan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup. Selama ini alat dan mesin pengolah pakan belum dirancang secara terintegrasi sehingga kemampuannya belum optimal serta menyulitkan dalam pembuatan dan perencanaan pabrik pakan. Oleh karena populasi unggas menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, konsekuensinya akan meningkatkan kebutuhan pakan. Peluang usaha ini harus didukung dengan usaha yang memadai, terlebih jika diwujudkan dalam suatu alur proses yang terintegrasi dari awal sampai akhir hingga dihasilkan produk jadi pakan ternak. Hal ini memungkinkan terbentuknya agroindustri di bidang peternakan. alat dan mesin pengolah pakan yang diintegrasikan yaitu alat dan mesin pencampur (mixer), pencetak pelet, pengering pelet. 216

SPESIFIKASI 1. Motor penggerak : Motor Diesel 6 HP 2. Kapasitas : 142,78 kg/jam. 3. Dimensi pelet yang dihasilkan: - panjang : 5 13 mm - diameter : 35 41 mm - berat : 0,1 0,2 g/buah 4. Bahan utama : Stainless steel 5. Dimensi: - Panjang : 500 mm - Lebar : 300 mm - Tinggi : 1.000 mm Gambar 3. Mesin pembuat pakan ternak (pelet) skala industri kecil Gambar 4. Diskmill Jagung Gambar 5. Mixer 217

Gambar 6. Alsin Pembuat Pelet Gambar 7. Alsin Pengering Pelet Pelet yang dihasilkan dari penggunaan alsin pakan ternak memiliki dimensi pelet panjang ratarata 2,12 cm dan diameter rata-rata 3,4 mm. Berdasarkan hasil uji labolatorium di Balitnak Ciawi diperoleh komponen dasar pakan ternak unggas dan ikan adalah: air 10,65%, protein kasar 22,51%, serat kasar 6,63%, lemak 7,31%, Abu 8,22%, Kalsium 1,04%, Fospor 1,10% dan energi 15,62 mj/kg. Berdasarkan uji coba alsin pakan terintegrasi, penerapan teknologi penerapan yang terbaik tipe burr mill dibanding tipe disk mill. Hal ini didasarkan kepada kapasitas yang besar serta kemudahan dalam perawatan. Sedang mixer untuk kapasitas dibawah 100 kg/jam teknis, menggunakan type horizontal dibanding vertikal, karena type vertikal efektif apabila kapasitas diatas 500 kg/jam. Pembuatan pelet dengan type basah seperti yang digunakan pada pengujian ini, hanya dapat digunakan apabila kapasitas antara 40-100 kg/jam, lebih besar dari 100 kg/jam pabriknya menggunakan alat pelet type kering. Guna pengeringan pelet, type Traydyer merupakan tipe yang paling tepat, dengan pertimbangan pada ketepatan pengeringan, kekerasan serta kesesuaian bentuk dari pelet. PENUTUP Dalam perspektif pembangunan peternakan, saat ini aplikasi teknologi mekanisasi untuk agrobisnis peternakan sangat diperlukan. Penerapan inovasi teknologi akan bermanfaat bagi peningkatan potensi sumberdaya, peningkatan produksi dan kualitas produk pertanian, kompetitif dan selaras dengan lingkungan yang akhirnya akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani/peternak sebagai pelaku agribisnis. Beberapa inovasi teknologi mekanisasi hasil rekayasa dan pengembangan yang telah dihasilkan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian khususnya alat mesin peternakan dapat dijadikan alternatif teknologi yang dapat mendukung pembangunan agribisnis peternakan. 218

DAFTAR PUSTAKA HADI, A. 2001. Teknologi Selaras Lingkungan Sebagai Basis Pertanian Indonesia Abad ke-21. Makalah Pengantar Sinergy Forum PPI Tokyo Institute of Technology, 1-14 Februari 2001. ANONIMUS. 2002a Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit untuk Pakan Ternak. Direktorat Pengembangan Peternakan, Departemen Pertanian. ANONIMUS. 2002b Liputan: Pertemuan Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan. Direktorat Pengembangan Peternakan, Departemen Pertanian. Pertanyaan: DISKUSI 1. Apakah alat dan mesin untuk pencacah rumput dapat dimodifikasi untuk memotong pelepah daun? Kalau dapat, atau tidak perlu dimodifikasi, apakah kekuatan pisau akan terpengaruh 2. Kulit pelepah daun sawit adalah sangat keras dan tidak disukai sapi, oleh karena itu perlu dikupas. Apakah perlu dikupas (ada alat dan mesinnya? ) atau perlu teknologi pelunakan kulit. Jawaban: 1. Oleh karena pelepah kelapa sawit berukuran lebih besar dan lebih keras dibanding rumputrumputan, maka agar mesin pemotong rumput dapat digunakan untuk memotong pelepah daun sawit, perlu beberapa modifikasi antara lain: a) pisau pemotong perlu dimodifikasi lebih tebal dan lebih keras b) daya motor penggerak perlu ditingkatkan dan bilamana perlu, kerangka juga diperkuat agar dapat menahan beban putaran poros piringan penacacah dan getaran mesin. 2. Mesin pengupas kulit pelepah sawit belum pernah direkayasa oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi. Pengupas kulit rotan yang sudah banyak digunakan kemungkinan besar dapat digunakan untuk pengupasan kulit pelepah sawit dengan sedikit modifikasi lebar pisau. Apabila kulit pelepah mengandung cukup nutrisi untuk ternak teknologi fermentasi kemungkinan dapat diaplikasikan untuk memperlunak kulit pelepah sehingga mudah dikunnyah dan dicerna oleh ternak ruminansia. 219