BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu :

dokumen-dokumen yang mirip
Uji Organoleptik Ikan Mujair

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil devisa dari sumber hayati perikanan Indonesia. Menurut James (1989) ikan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

KUESIONER HUBUNGAN PERILAKU PENGOLAHAN LIMBAH IKAN ASIN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN KERJA PADA INDUSTRI IKAN ASIN PHPT MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

ANALISA KELAYAKAN INDUSTRI FILLET IKAN PATIN BEKU. (Pangasius hypophthalmus) DI KABUPATEN BOGOR. Oleh RONNY MARTHA FO

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. energi untuk kepentingan berbagai kegiatan dalam kehidupan. Bahan makanan terdiri

Gambar 1. Ikan Tongkol (Ethynnus affinis) (Sumber: Anonim b 2010 )

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan tentang penyimpanan bahan pada katering pelayanan lembaga

BAB III BAHAN DAN METODE

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

Sosis ikan SNI 7755:2013

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IX SANITASI PABRIK

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

Lampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini?

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM. Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

BAB III CARA PENGOLAHAN MAKANAN YANG BAIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

From Farm to Fork...

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

Gambar 1 Tanaman P. guajava var. pomifera Sumber: Parimin (2007)

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

4. Menurut anda jenis es batu apa yang baik digunakan?

PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR. Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu : Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Scombridae Genus : Scomberomorus Spesies : Scomberomorus commerson Gambar 1. Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) *Sumber, Doc. Kegiatan PKL (Syahdian) Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak terdapat di Propinsi Gorontalo dari hasil utama bagi para nelayan. Secara fisik ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu daging merah (gelap) dan daging putih (terang), sedangkan secara kimia daging merah banyak mengandung lemak, glikogen dan vitamin dan untuk daging putih banyak terdapat protein (Hasan, 1984).

Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang mempunyai bentuk memanjang, daging kulit yang licin, tidak bersisik kecuali sisik-sisk pada gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua, letaknya berdekatan sekali yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak 16-17 buah, yang belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari lunak. Sirip dubur sama besar nya dengan sirip punggung yang belakang, dan disebelah belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan sebanyak 9-10 buah, sama seperti pada sirp punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam dengan kedua ujung sirip-siripnya yang panjang. Mulut nya lebar, rahang atas dan rahang bawah begerigi tajam dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil. Warna punggungnya kebiru-biruan, pinggiran tubuh dan perut beawarna seperti perak. Jenis ikan ini tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya dapat sampai 150 cm (Djuhanda, 1981). Selanjutnya disebutkan bahwa ikan ini termasuk ikan perenang tercepat dan juga termasuk ikan buas, predator dan karnivor. Penyebarannya terdapat di laut Merah, dekat pantai Timur Afrika, Laut-laut India, Malaysia, Indonesia dan sekitarnya yang banyak disukai orang-orang dan dipasar selain dijual segar banyak jua yang diasin dan dipindang bahkan ada yang dibuat empek-empek dan kerupuk karena dagingnya yang begitu halus dan gurih. 2.2 Prinsip penanganan Produk perikanan merupakan bahan pangan yang sangat mudah rusak, menjaga dan menjamin produk ikan aman bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Banyak peluang produk segar dapat terkontaminasi dalam perjalananya dari lahan sampai siap disajikan dan dijual ke konsumen. Beberapa hal yang dapat

mempengaruhi mutu dan keamanan produk perikanan misalnya adalah : (1) praktek-praktek selama produksi atau selama penangkapan, (2) praktek-praktek selama penanganan pasca panen, (3) praktek-praktek selama pengiriman dan, (4) praktek-praktek selama penanganan dan pengolahan selama di pabrik (Mohalisi, 2006). Kondisi sepanjang rantai pangan sejak pemanenan harus dikontrol dengan baik untuk mencegah terjadinya perubahan yang tidak diharapkan yang dapat mempengaruhi mutu dan keamanan seafood. menjaga kesegaran ikan merupakan kunci dari sistem penanganan produk seafood yang baik (Mohalisi, 2006). 2.3 Penanganan saat penerimaan Beberapa hal yang harus dilakukan pada saat penerimaan adalah pemeriksaan mutu produk, praktek penerimaan yang baik, pengecekan suhu, pengecekan alat transportasi dan penerapan rantai pendingin yang ketat dari penerimaan ke penyimpanan. bahan baku harus dibeli dari sumber yang terpercaya. Harus dipastikan bahwa mobil yang memuat ikan harus dilengkapi dengan sarana pendingin baik itu es maupun mesin pendingin.keberadaan sistem rantai pendingin merupakan kunci menjaga mutu dan keamanan dari produk. patut dicurigai ikan yang terlihat masih segar padahal disaat pasca panen tidak diperlakukan dengan baik begitu juga pada saat pengangkutan didalam mombil ikan tidak diberikan es tetapi kelihatan masih segar.kemungkinan penggunaan formalin dalam kansentrasi kecil patut dicurigai juga, terlebih-lebih bila bau ikan tidak lagi alami, bahkan tercium bau yang bland/tawar (Mohalisi, 2006).

Harikedua (1994), pada saat penerimaan ikan harus diperiksa kesesuaianya dengan spesifikasi yang telah disepakati sesuai dengan jenis produk pemeriksaan ada yang difokuskan pada keadaan mata dan kulit, insang dan perut, kepala, warna dan bau bagian daging dan mata. Hal penting yang harus diperhatikan pada saat penerimaan, bahwa semua produk tidak bisa dibiarkan terlalu lama diarea penerimaan. Waktu tunggu harus kurang dari 15 menit. Segera setelah produk datang dan diturunkan di area penerimaan (receiving yard) produk harus segera diperiksa dan dimasukan kedalam container plastik dan ditutup dengan es untuk segera bawah ke ruang penyimpanan. 2.4 Penanganan pada saat penyimpanan Juniarto (2003), segera setelah ikan diperiksa dan diterima di area penerimaan (receiving yard) ikan segera di masukan ke dalam wadah-wadah yang diberi es dan diberi tutup, dan diberi label tanggal penerimaan dan simpan pada suhu yang sesuai untuk dingin simpan pada cold storage suhu 2-4 o C dan untuk produk seafood beku di simpan pada ruang beku dengan suhu di bawah 18 o C. Hal yang perlu di perhatikan pada saat penyimpanan produk di antaranya adalah : 1. Ruang pendingin harus tertata rapi, lampu dan kipas angin bekerja dengan baik, pintu mudah di buka dan di tutup serta ada plastik curtain. 2. Terdapat pemisahan dari produk,tidak boleh ikan-ikan di campur. 3. Tidak boleh ada benda-benda asing selain produk seafood itu sendiri. 4. Tiap produk seafood diberi perlindungan yang cukup seperti di tutup dengan plastik. 5. Semua container yang digunakan berada dalam keaadaan bersih.

6. Tidak boleh terdapat trolley konsummen di dalam ruang pendingin. 7. Menerapkan prosedur pembersihan yang cukup dan kebersihan 8. Semua produk diberi label dan disusun sedemikian rupa sehingga prinsip FIFO (First In Frist Out) bias diterapkan. 2.5 Faktor penyebab kerusakan ikan Penyebab utama kerusakan ikan dilihat dari sumbernya meliputi penyebab dari keadaan ikan itu sendiri pada saat ditangkap dan penyebab dari kondisi di luar tubuh ikan. Penyebab kerusakan oleh keadaan ikannya sendiri meliputi kondisi fisik dan komposisi kimiawi ikan, sedangkan kerusakan dari luar tubuh ikan disebabkan oleh kontaminasi dan tekanan atau benturan fisik yang di alami ikan selama penanganannya dilakukan.dengan mengetahui mekanisme penyebab terjadinya kerusakan dapat diupayakan langkah-langkah pencegahan untuk menghambat proses penurunan mutu ikan (Mohalisi, 2006). Juniarto (2003), faktor penyebab terjadinya kerusakan meliputi : 1. Komposisi fisik dan kimiawi ikan Dari bentuk fisiknya bagian tubuh ikan yang dapat dimakan (edible portion) adalah dagingnya, sedaangkan bagian lainnya seperti kepala, insang, isi perut, kulit, sirip, dan tulang merupakan bagian yang tidak dapat di makan meskipun pada ikan tertentu. Bagian ini merupakan produk perikanan eksklusif yang mahal harganya setelah mendapatkan perlakuan pengolahan/penanganan khusus. Porsi dari bagian-bagian tersebut sangat tergantung dari jenis ikan yang berkaitan dengan bentuk tubuhnya.

2. Kontaminasi Kontaminasi adalah penularan kotoran, mikroba pembusuk atau pathogen (penyebab penyakit) dan bahan kimia berbahaya ketubuh ikan yang berasal dari lingkungan di sekelilingnya saat masih hidup, dan saat pengangkutan sehingga ikan yang tertular menjadi tercemar dan tidak layak lagi untuk dikonsumsi meskipun kondisinya segar (Aprianto, 1989). Prinsip untuk mencegah terjadinya kontaminasi antara lain : - Menangkap/ memelihara ikan diperairan yang tidak tercemar oleh kotoran, mikroba pembusuk atau pathogen (penyebab penyakit) dan bahan kimia yang berbahaya. - Menggunakan air bersih dengan standar air bahan baku untuk diminum, untuk mencuci, dan mengemas ikan. - Menggunakan es yang di buat dari air bersih, disimpan, di angkut, dan dihancurkan dengan peralatan yang bersih. - Menggunakan bahan pengemas, peralatan dan bangunan yang bersih, dimana permukaanya yang bersentuhan langsung dengan ikan harus cukup halus dan bersih,serta mudah di bersihkan. - Melindungi ikan dengan menempatkan dalam wadah yang terlindung dari serangga atau binatang pengerat lainnya. - Memisahkan wadah ikan yang berbedah jenis dan mutunya. - Menyiapkan wadah-wadah untuk penampung limbah cair atau padat sesuai dengan rencana pengelolaanya. Wadah-wadah yang digunakan untuk menampunah limbah padat dan saluran-saluran penampung limbah cair harus

dalam keadaan tertutup agar tidak dihinggapi serangga pencemar (lalat, kecoa dan sebagainya). - Mencuci semua peralatan dan bangunan (permukaan lantai, dinding, wastafel) tempat menangani ikan ikan setiap kali pekerjaan penanganan ikan akn dimulai dan setelah diakhiri. 3. Tekanan dan benturan fisik Tekanan dan benturan fisik yang di alami ikan selama penangkapan dan penanganannya menyebabkan kerusakan fisik pada tubuh ikan seperti dagingnya memar, tubuhnya luka, perutnya pecah dan sebagainya. Tekanan dan benturan fisik atas ikan harus dihindari pada tahapan-tahapan kegiatan penanganan ikan.