Curah Hujan. Hasil perhitungan dengan menggunakan Log Pearson Type 111 didapatkan nilai rata-rata logaritma dapi

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELPTIAN. menggunakan metode yang dapat menganalisa besaran curah hujan yang tejadi

BAB IV ANALISA HIDROLOGI

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik

ANALISIS DAN EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG SUNGAI SAMPEAN BONDOWOSO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS 4.1

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik

Peta Sistem Drainase Saluran Rungkut Medokan

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan

Perencanaan Sistem Drainase Pada Sungai Buntung Kabupaten Sidoarjo ABSTRAK:

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI GAYUNGSARI BARAT SURABAYA DENGAN BOX CULVERT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS DATA HIDROLOGI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap beberapa bagian sungai. Ketika sungai melimpah, air menyebar pada

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Flow Chart Rencana Kerja Tugas Akhir

Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur

BAB III ANALISIS HIDROLOGI

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

Perencanaan Sistem Drainase Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

Analisa Frekuensi dan Probabilitas Curah Hujan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

PERENCANAAN PENGENDALIAN BANJIR KALI BANGILTAK DAN KALI WRATI DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN NORMALISASI TUGAS AKHIR

Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo

NORMALISASI KALI KEMUNING DENGAN CARA PENINGGIAN TANGKIS UNTUK MENGURANGI LUAPAN AIR DI KABUPATEN SAMPANG MADURA JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

4. BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DATA CURAH HUJAN

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

BAB IV ANALISIS DAN HASIL. Sungai

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. adalah merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dalam RTRW

Studi Pengendalian Banjir Sungai Kalidawir Tulungagung

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... PENGANTAR...

GENANGAN DI KABUPATEN SURABAYA

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrologi merupakan salah satu cabang ilmu bumi (Geoscience atau

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Perencanaan Perbaikan Sungai Batan Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Oleh : AVIDITORI

BAB IV ANALISA HIDROLOGI. dalam perancangan bangunan-bangunan pengairan. Untuk maksud tersebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci : banjir, kapasitas saluran, pola aliran, dimensi saluran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

ANALISA SISTEM DRAINASE DENGAN MENGGUNAKAN POLDER (STUDI KASUS SALURAN PRIMER ASRI KEDUNGSUKO KECAMATAN SUKOMORO KABUPATEN NGANJUK) TUGAS AKHIR

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

PERENCANAAN NORMALISASI SUNGAI KEMUNING KABUPATEN SAMPANG PULAU MADURA TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HUJAN PADA STASIUN HUJAN DALAM DAS BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA. Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

Vol.14 No.1. Februari 2013 Jurnal Momentum ISSN : X

ANALISA CURAH HUJAN DALAM MEBUAT KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) PADA DAS BEKASI. Elma Yulius 1)

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN GRAND CITY BALIKPAPAN

ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI TONDANO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA I DAN HSS LIMANTARA

KAJIAN SISTEM DRAINASE PATUKANGAN-PEGULON KABUPATEN KENDAL

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENGUMPULAN DATA. Perdanakusuma tahun Data hujan yang diperoleh selanjutnya direview

TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAS (STUDI KASUS DAS TEMPE SUNGAI BILA KOTA MAKASSAR)

APLIKASI METODE NAKAYASU GUNA PREDIKSI DEBIT DAN PENCEGAHAN BENCANA BANJIR DI KALI BATAN PURWOASRI KEDIRI

ABSTRAK. Kata kunci : Tukad Unda, Hidrgraf Satuan Sintetik (HSS), HSS Nakayasu, HSS Snyder

BELAJAR HEC RAS BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Pengendalian Banjir Sungai Jragung Kabupaten Demak

ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

STUDI EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN AW.SYAHRANI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan dilakukan bertempat di kolam retensi taman lansia kota bandung.

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014)

PEMODELAN HIDROLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI TUKAD PAKERISAN DENGAN SOFTWARE HEC-HMS TUGAS AKHIR

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

BAB 3 METODE PENELITIAN

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN PENGENDALIAN BANJIR KALI NGOTOK KABUPATEN MOJOKERTO TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

REHABILITASI BENDUNG SINOMAN DI KALI BRANGKAL UNTUK MENGATASI BANJIR DI DESA SOOKO, KOTA MOJOKERTO

TUGAS AKHIR ANALISIS PROFIL MUKA AIR BANJIR DENGAN METODE UNSTEADY FLOW MENGGUNAKAN SOFTWARE HEC-RAS 4.1 PADA

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK PENDUGAAN DEBIT BANJIR PADA DAS BATANG ARAU PADANG

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Curah Hujan Analisa curah hujan harian maksimuii menggunakan metode Thiessen untuk tiga stasiun hujan yakni Stasiun Tangerang, Stasiun Cengkareng, Stasiun BMG Jakarta berdasarkan periode pencataan dari tahun 1973-2003. Berdasarkan hasil perhitungan luasan poligon Thiessen untuk ketiga statiun hujan didapatkan antara lain: Stasiun Tangerang sebesar 34.33 %, Stasiun Cengkareng sebesar 61.19 % dan Stasiun BMG Jakarta sebesar 4.48 %. Gambaran penyebaran stasiun hujan dan luasan poligon Thiessen lihat pada Lampiran 1. Hasil perhitungan analisa data curah hujan harian maksimum didapatkan nilai rata-rata curah hujan di Stasiun BMG Jakarta Pusat sebesar 119.53 mm, Stasiun Cengkareng 113.87 mm dan Stasiun Tengerang 87.33 mm. Nilai rata-rata ke-3 stasiun dengan metode Thiessen adalah sebesar 101.06 mm. Curah hujan tertinggi sebesar 213.9 mm yang terjadi pada tahun 1979 dan curah hujan yang terendah adalah 59 mm pada tahun 1987 (Lampiran 2). Setelah dilakukan perengkingan data hujan dari yang terendah sampai yang tertinggi berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai Standar deviasi (S) = 37.47, Koefisien Variasi (Cv) = 0.37, Koefisien Skewness (Cs) = 1.26 dan Koefisien Kurtosis (Ck) = 4.59. Curah hujan rancangan adalah curah hujan yang diperkirakan tejadi dengan periode ulang tertentu yang didasarkan data curah hujan pada kejadian tahun sebelumnya. Dengan analisa fiekuensi dapat di ramalkan berapa besar hujan yang te jadi dalam suatu jangka tertentu. Analisa frekuensi curah hujan rancangan yang digunakan adalah Log Pearson Type 111. Hasil perhitungan dengan menggunakan Log Pearson Type 111 didapatkan nilai rata-rata logaritma dapi - data hujan logx = 1.979, Standar Deviasi (S) = 0.147, Koefisien Variasi (Cv) = 0.074, Koefisien Skewness (Cs) = 0.585 dan Koefisien Kurtosis (Ck) = 2.829 (Lampiran 3). Hasil perhitungan rancangan hujan untuk berbagai periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun dengan koefisien kemencengan (K) dari distribusi Log

Pearson Type I11 didapatkan nilai sebesar 93 mm, 125 mm, 149 mm, 182 mm, 208 mm dan 237 mm (Tabel 5). Tabel 5 Curah Hujan Harian Maksimum untuk berbagai peroide ulang Periode Ulang Curah Hujan Harian Maksimum T (Tahun) (mm) 2 93 Untuk mengetahui kebenaran dari data dengan distribusi teoritis yang dipilih (distribusi Log Pearson Type III), maka masih perlu dilakukan pengujian. Pengujian ini disebut dengan pengujian kecocokan. Cara pengujian kecocokan yang digunakan adalah Chi-kuadrat clan Sminov-Kolmogorov (Sri Harto 1993). Hasil perhitungan uji kecocokan Chi-kuadrat (w) dengan besarnya derajat kebebasan (DK) = 28, derajat nyata (a) = 5 %,dan nilai Wcr =41.337 yang didapat dari tabel critical value for Chi-Square Wcr Test didapatkan nilai Chi- kuadrat (B) adalah 0.097. Sehingga sarat : < X2cr = 0.097 < 41.337 dapat dipenuhi, maka distribusi Log Pearson Type 111 dianggap tidak berbeda nyata, sehingga dapat digunakan untuk perencanaan (Uji Chi-Square Bcr, Lampiran 4). Hasil perhitungan Sminiv-Kolmogorov dengan nilai derajat nyata (a) = 5 %, jumlah data (n) =3 1 dan nilai 4cr = 0.238 yang didapat dari tabel nilai kritikal A untuk tes Smirnov-Kolmogorov di peroleh 4- = 0.0032 sehingga sarat ~,~,<~cr = 0.0032 < 0.238 dapat dipenuhi, maka distribusi Log Pearson Type I11 data dianggap tidak berbeda nyata, sehingga dapat digunakan untuk perencanaan (Uji Sminov-Kolmogorov, Lampiran 5). Debit Banjir Rancangan Dalam menentukan debit banjir rancangan, perlu didapatkan harga suatu intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan yang digunakan adalah intensitas curah hujan dengan rumus Mononobe, dikarenakan hanya mempunyai data curah

hujan harian maksimum dan tidak adanya data curah hujan jangka pendek. Hasil perhitungan intensitas curah hujan mengunakan rumus Mononobe berdasarkan data curah hujan harian maksimum rata-rata periode pencataan dari tahun 1973-2003 didapatkan intensitas terbesar yaitu 19.71 mm/jam terjadi pada tahun 1979 dan intensitas terkecil sebesar 5.44 mmljam terjadi pada tahun 1987 (Lampiran 8). Tabel 6 Intensitas hujan harian maksimum Sungai Mookenart Stasiun Hujan Hujan Rata-rata (mm) Intensitas (mdjam) Sta BMG Jak-Pus 119.53 Sta Cengkareng 113.87 Sta Tanggerang 87.33 13.11 Hasil perhitungan besamya intensitas hujan untuk beberapa periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun, dengan waktu konsentrasi sebesar 7.3 jam didapat intensitas sebesar 8.54 mdjam, 11.54 mmljam, 13.74 mdjam, 16.75 mdjam, 19.20 mmljam dan 21.80 mdjam. Hasil disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Intensitas Curah Hujar~ untuk berbagai peroide ulang Periode Ulang Intensitas T (Tahun) (mmljam) 2 8.54 Metode Nakayasu Debit banjir rancangan yang digunakan untuk perencanaan bangunan air di Sungai Mookenart adalah debit banjir rancangan dengan metode Nakayasu. Metode Nakayasu menggunakan data curah hujan tiga stasiun yakni Stasiun Tangerang, Stasiun Cengkareng dan Stasiun BMG Jakarta dengan periode pencatatan dari tahun 1973-2003. Hasil perhitungan besarnya debit banjir rancangan untuk berbagai periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun adalah sebesar Qzn =78.14 m3/dt, Qsn,

=143.16 m3/dt, Qlom =193.6 m3/dt, Q25m =264.48 m3/dt, Qsom =322.6 m3/dt dan QlooTh=384.61 m3/dt seperti disajikan pada Gambar 8. 38 Gambar 8 Hidrograf debit banjir rancangan untuk berbagai periode ulang Hasil perhitungan debit dalam rentang waktu pengukuran akibat hujan dengan metode Nakayasu didapatkan nilai debit minimum sebesar 5.46 m3/dt dan debit maksimum sebesar 8.28 m3/dt sedangkan berdasarkan nilai mta-rata curah hujan untuk 3 stasiun pada DAS Mookernart dengan hujan 101.06 mm didapatkan debit sebesar 108.09 m3/dt (Tabel 8). Dari hasil pengukuran lapangan didapatkan debit ratarata 12.23 m3/dt dengan debit minimum 7.3 m3/dt, dan debit maksimum 16.55 m3/dt (Lampiran 10). Tabel 8 Debit yang diakibatkan berbagai hujan. No Hujan TP QP Analisa Pengerukan Sungai Pengukuran dilaksanakan pada penampang Sungai Mookewart dari Profil 1 s/d 130 dengan jarak 100 m untuk penampang melintang. Kondisi di beberapa titik penampang sungai, muka air yang ada sudah mendakati bantaran sungai sehingga dapat menyebabkan rawan banjir dan genangan.

Hasil perhitungan volume total untuk daya tampung sungai ini sebesar 683 134.46 m3 (Lampiran 12). Analisa Pengerukan dengan Program HEC RAS (Hydrologic Engineering Center- River Analysis System) Hasil analisa dengan mengunakan program HEC RAS pada Sungai Mookervart sepanjang 13 km mulai dari Pintu Air Sewan Gate Cisadane Tangerang hingga bertemu dengan Cengkareng Drain di wilayah Jakarta Barat dapat dilihat sebagai berikut: Kondisi Existing Analisa dengan program HEC RAS didapat kapasitas aliran maksimal yang dapat dialirkan adalah 34 m3/dt, dimana dengan debit tersebut belurn terjadi luapan pada penampang Sungai Mookervart. Hasil analisa dengan program HEC RAS dengan debit 35 m3/dt dibeherapa titik penampang sungai debit air meluap (Gambar 9), sehingga bila tejadi debit yang melebihi dari 35 m3/dt akan menyebabkan terjadinya banjir. Berdasarkan Tabel 8 dengan hujan sebesar 101.06 mm dan hujan sebesar 93 mm untuk periode ulang 2 tahun (Tabel 5) mengakibatkan terjadinya banjir pada Sungai Mookervart. Hasil analisa dengan program HEC RAS dengan debit rancangan untuk periode ulang 25 tahun didapatkan ketinggian air di hilir Sungai Mookervart adalah 4.2 m dan air meluap dari penampang profil 1 (PR.Ml) setinggi 2.2 m di atas tebing kanan dan tebing kiri sungai, seperti disajikan pada Gambar 10 clan 11. Gambar 9. Potongan Penampang Sungai Mookervart dengan Q 35 m3/dt, yang meluap.

-1 I 2m0 urn smo oom 4- tam0 turn Main Chanel Diince (m) Gambar 10 Tiggi muka air dengan debit rancangan periode ulang 25 th I Sungel Mookllnrl sxstl Plan: Plan01 Y11GUs mn Garnbar 11 Tinggi muka air dengan debit rancangan periode ulang 25 th pada PR. M1 Untuk mengatasi ha1 tersebut maka perlu dilakukannya pengerukan atau normalisasi terhadap Sungai Mookervart, sehingga dapat mengakomodasii besaran debit yang diinginkan.

Kondisi Normalisasi Kondisi normalisasi atau pengerukan dengan rencana penampang pada Sungai Mookernart dapat dilakukan sebagai berikut: kedalaman (h) sungai sebesar 5 m, lebar penampang bawah (b) sebesar 24 m dan kemiringan penampang (m) sebesar 1 : 1. Hasil analisa program HEC RAS dengan dimensi penampang sungai tersebut, untuk debit rancangan dengan periode ulang 2, 5 dan 10 tahun belum tejadi luapan pada penampang sungai dan debit air dapat di akomomodasikan oleh sungai Mookernart. Hasil analisa dengan program HEC RAS untuk debit rancangan periode ulang 25 tahun didapatkan ketinggian air dihilir adalah 1.1 m. Air meluap dari penampang profil 1 (PR.Ml) setinggi 0.6 m diatas tebing kanan dan tebing kiri sungai, seperti terlihat pada Gambar 12 dan 13. Gambar 12 Tinggi muka air dengan 425 tahun setelah dinormalisasi

Gambar 13 Tiggi Muka dengan Q 25 th setelah normalisasi pada PR.M1 Perencanaan Bangunan Air Perencanaan dimensi sungai setelah dilakukan nonnalisasi dengan debit rancangan untuk periode ulang 2, 5 dan 10 tahun berturut-turut sebesar 78.14 m3/dt, 143.16 m3/dt dan 193.60 m3/dt dengan analisa program HEC RAS yang digunakan debit air masih dapat diakomodasikan dalam penampang Sungai Mookernart. Dimensi Sungai Mookewart yang digunakan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Altematif perencanaan penampang sungai untuk debit rancangan periode ulang 2,5 dan 10 tahun. Bentuk B H A P V Q Vol m Slope (1) n Penampang (m) (m) (mz) (m) (ddt) (m3/dt) (m3) Untuk mengatasi pennasalahan yang diakibatkan debit banjir rancangan periode ulang 25 tahun sebesar 264.48 m3/dt, maka dibutuhkan bangunan air berupa tanggul. Perencanaan bangunan air berupa tanggul digunakan untuk

mengatasi pernasalahan banjir yang terjadi di Sungai Mookervart. Penggunaan tanggul untuk Sungai Mookewart berfbgsi untuk menahan luapan air dan menambah kapasitas daya tampung debit air, sehingga pada saat debit air rancangan yang mengalir dapat diakomodasikan oleh Sungai Mookewart. Perencanan tanggul dan rencana penampang sungai yang digunakan sebagai altematif untuk pengendalian banjir pada Sungai Mookewart ada enam jenis pilihan. Pilihan altematif ke-i, ke-2 dan ke-3 mempunyai bentuk penampang trapesium, dan altematif ke-4, ke-5 dan ke-6 mempunyai bentuk penampang persegi. Debit yang diperoleh dengan altematif ke-1 yakni penampang saluran berbentuk trapesium dengan ditambahnya tanggul adalah sebesar 335.01 m3/dt dengan kecepatan 1.25 m/dt yang didapatkan dari rumusan Manning. Altematif ke- 2, ke-3, ke-4, ke-5 clan ke-6 berturut-brut mempunyai debit sebesar 342.79 m3/dt, 350.59 m3/dt, 317.29 m3/dt, 325.02 m3/dt, 332.76 m3/dt dan kecepatan sebesar 1.256 m/dt, 1.261 nddt, 1.230 nddt, 1.236 m/dt, 1.242 nddt yang disajikan pada Tabel 10. Beberapa altematif volume pengerukan yang digunakan antara lain: altematif penampang 1 dengan volume 1 187 365.54 m3, altematif penampang 2 dengan volume 1 251 865.54 m3, altematif penampang 3 dengan volume 1 316 365.54 m3, alternatif penampang 4 dengan volume 1 058 365 54 m3, altematif penampang 5 dengan volume 1 122 865.54 m3 dan alternatif penampang 6 dengan volume 1 187 365.54 m3. (Lampiran 13). Perencanaan tanggul dapat mengunakan tanah, pasangan batu, beton dan sheet pile. Penampang saluran dapat mempertahankan penampang alami saluran, menggunakan bronjong, pasangan batu kali, beton dan sheet pile. Beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk perkuatan tebing dan tanggul antara lain: Alternatifpenggunaan tanah. Keuntungan yang didapat antara lain: biaya murah, pelaksanaan konstruksi dapat cepat dan pemeliharaannya mudah. Kerugiannya antara lain : mudah cepat rusak dan mudah tergerus oleh aliran arus sungai.

Alternatifpenggunaan bronjong Keuntungan penggunaan bronjong antara lain: biaya murah, kemiringan struktur bisa tegak, pemeliharaan mudah, ltonstruksi dapat fleksibel mengikuti keadaan sungai dan pengejaannya dapat dilakukan dengan padat karya. Kerugian antara lain: anyaman kawat dengan diameter kecil akan mudah putus karena karat, jika digunakan urhk sungai yang besar dan berms deras batuan dapat hanyut. Alternatifpenggunaan pasangan batu dun tiang pancang Keuntungan yang diperoleh adalah konstruksi dapat tahan lama dan kuat menahan beban yang menimpa dari sungai. Kemgiannya antar lain: biaya mahal dan pelaksanaannya makan waktu cukup lama karena ada proses pencetakan. Alternutif penggunaan beton dun tiang pancang (sheet pile) Keuntungan yang diperoleh adalah konstruksi dapat rapi, tahan lama clan kuat. Kerugiannya antara lain: biaya mahal, pelaksanaannya makan waktu cukup lama karena ada proses pencetakan dan jika tejadi kerusakan struktur konstmksi dapat patah. Alternatifpenggunaan sheet pile. Keuntungan yang diperoleh adalah. pemeliharaan mudah, pelaksanaan mudah, tahan lama dan kuat. Kemgian antara lain : biaya mahal dan sat pemancangan sheetpile tidak mudah rapat. Penggunaan bahan &an dipakai dalam perencanaan bangunan dapat melihat beberapa pilihan altematif yang ada, sehingga besarnya biaya yang di perlukan dapat disesuaian dengan kebutuhan.

Tabel 10 Alternatif perencanaan penampang sungai dan rencana tanggul untuk debit rancangan periode ulang 25 tahun Penampang Tanggul Alternatif Slope A P V n Q Vol Keruk ke H B b h m m (1 (m2) (m) (rnldt) (m3ldt) (m3) (m) (m) (m) (m) 1. Trapesium 5 24 38 1 3 1 0.00084 0.05 268 84.6274 1.250 335.007 1 187 365.54 2. Trapesium 5 25 38 1 3 1 0.00084 0.05 273 85.6274 1.256 342.793 1 251 865.54 3. Trapesium 5 26 38 1 3 1 0.00084 0.05 278 86.6274 1.261 350.596 1 316 365.54 4. Persegi 5 27 38-3 1 0.00084 0.05 298 81.4853 1.23 317.294 1 058 365.54 5. Persegi 5 28 38-3 1 0.00084 0.05 303 82.4853 1.236 325.019 1122 865.54 6. Persegi 5 29 38 3 1 0.00084 0.05 303 85.4853 1.242 332.762 1187365.54

Gambar 14. Penampang trapesium dan tanggul " i I" Gambar 15. Penampang persegi dan tanggul b