ORNAMEN DAN BENTUK RUANG RUMAH TINGGAL DI KAWASAN KAMPUNG AL MUNAWAR 13 ULU PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MORPOLOGI PERMUKIMAN TRADISIONAL DI KAWASAN SEBERANG ULU PALEMBANG

Pendampingan dalam Pendataan Bangunan di Kawasan Permukiman Tradisional 3-4 Ulu Palembang

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

IDENTIFIKASI KONFIRGURASI PERUBAHAN RUANG RSS GRIYA HARAPAN A PALEMBANG

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Pelestarian Kawasan Kampung Arab Almunawar Palembang

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

b e r n u a n s a h i jau

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

BAB III KOTA PALEMBANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

EKSISTENSI RUMAH TRADISIONAL BANJAR SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN BERSEJARAH DI KELURAHAN KUIN UTARA, BANJARMASIN

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development

1. PENDAHULUAN. lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tionghoaterhadap kebudayaan Indonesia.Etnis

KARAKTERISTIK INTERIOR RUKO DI KAWASAN KAMPUNG CINA KOTA MANADO. Ernawati Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

Kata Kunci : Kebijaksanaan, Permukiman Ramah Lingkungan, Permukiman Berdikari

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

ABSTRAK KAJIAN AKULTURATIF INTERIOR ISTANA MAIMUN DI MEDAN-SUMATERA UTARA (Periode Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, )

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

Jawa Timur secara umum

BAB II LANDASAN TEORITIS...

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

POLA HUNIAN DI KAWASAN PERMUKIMAN DIATAS SUNGAI (DESA TANJUNG MEKAR, KABUPATEN SAMBAS)

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB III ANALISA. ±4000 org b. Debarkasi Penumpang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

AKULTURASI BUDAYA PADA RUMAH PANGGUNG CINA DI 10 ULU PALEMBANG Studi Kasus: Rumah Bapak Effendy

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL RANCANGAN

I. PENDAHULUAN. Daerah Palembang (Sumatera Selatan) banyak memiliki aneka ragam budaya,

I. PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan suatu negara kaya akan kebudayaan. Dengan

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

UTS SPA 5 RAGUAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN

Kesimpulan dan Saran

(dilatasi), sehingga memiliki perbandingan panjang dan

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

DAFTAR ISI. A. Pendahuluan. B. Pengertian Warisan Budaya Tak BendaHasil. C. Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Bogor

P E N D A H U L U A N

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

POLA LETAK STRUKTUR PONDASI PADA RUMAH LAMA PEKANBARU

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

IDENTIFIKASI CIRI-CIRI PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR KASUS KELURAHAN SAMBULI DAN TODONGGEU KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI. Djumiko.

Rumah Lanting : Rumah Terapung Diatas Air Tinjauan Aspek Tipologi Bangunan

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

Transkripsi:

ORNAMEN DAN BENTUK RUANG RUMAH TINGGAL DI KAWASAN KAMPUNG AL MUNAWAR 13 ULU PALEMBANG Wienty Triyuly Tenaga Pengajar Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Indralaya OI 30662 Email : bunda_wienty@yahoo.com ABSTRAK Pada masa Kesultanan Palembang penduduk pendatang / timur asing (Cina, India, Jawa, Arab/ Tambi dan etnik lainnya) tidak diperkenankan untuk tinggal di daratan, yang diperkenankan hanyalah orang pribumi / penduduk asli. Namun pada sekitar tahun 1700- an karena jasa terhadap perdagangan yang menjadikan perekonomian daerah berkembang pesat, maka beberapa dari penduduk Timur Asing tersebut diberi kebebasan untuk dapat bertempat tinggal di daratan dalam bentuk hidup berkelompok membentuk kampung dengan mempertahankan tradisi kebudayaan asal. Penduduk yang berasal dari keturunan Arab membentuk beberapa kawasan permukiman antara lain membentuk kawasan permukiman 13 Ulu yang ditujukan sebagai kawasan permukiman untuk penduduk Arab yang kaya. Kawasan permukiman ini terdiri dari beberapa jenis bangunan rumah tinggal, berupa bangunan rumah batu, rumah kaca, rumah kembar laut, rumah tinggi, rumah kapiten Arab, rumah Indis, rumah kembar darat dan rumah limas. Bangunan rumah tinggal ini memiliki ornamen (ukiran-ukiran Arab) dan bentuk bangunan yang berbeda menyesuaikan dengan latar belakang kondisi sosial ekonomi masyarakat penghuninya. Kata Kunci : Ornamen, rumah batu, rumah kaca, rumah kembar laut, rumah tinggi, rumah kapiten Arab, rumah Indis, rumah kembar darat, limas. I. PENDAHULUAN Berbagai macam bentuk bangunan tradisional di Indonesia merupakan salah satu kekayaan budaya yang menunjukkan ciri khas dan sejarah daerah yang perlu dilestarikan. Kota Palembang memiliki sejarah budaya yang sangat mempengaruhi proses terbentuknya bangunan-bangunan tradisional terutama bangunan rumah tinggal sebagai bangunan hunian yang digunakan masyarakat secara umum. Bangunan rumah tinggal ini banyak dibangun pada daerah aliran sungai yang merupakan jalur transportasi utama sehingga bentuk bangunannya banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya masyarakat pendatang. Seiring dengan perkembangan kebudayaan dan teknologi, bentuk bangunan rumah tinggal cenderung ditinggalkan dan berganti dengan bentuk rumah yang menyesuaikan dengan kebutuhan sehingga ciri khas bangunan rumah tradisional di Kota Palembang tidak muncul dalam pembangunan bangunan rumah selanjutnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu kajian yang dapat mengungkapkan ornamen dan bentuk ruang rumah tinggal sehingga bentuk rancangan rumah dapat dikembangkan dan menjadi suatu identitas bentuk langgam arsitektur Kota Palembang. Salah satu kawasan yang masih menunjukkan ciri khas bangunan rumahnya adalah kawasan kampong Al Munawar Hal. 186

13 Ulu Palembang yang merupakan kawasan permukiman Arab yang berada ditepian sungai. II. TINJAUAN PUSTAKA Rumah sebagai pusat kegiatan budaya manusia baik merupakan tempat untuk mencapai tujuan dan kesempurnaan hidup serta sebagai tempat yang dapat memenuhi kebutuhan, aspirasi dan keinginan manusia untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia (Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat). Fungsi rumah terbagi menjadi tiga fungsi yang spesifik (Turner, 1972:164) : 1) Penunjang identitas keluarga Fungsi ini diwujudkan dengan kualitas hunian dan perlindungan yang diberikan oleh rumah (the quality of shelter provided by housing). Aspek ini mengarah pada hal yang mendukung berdirinya suatu bangunan dan berfungsinya bangunan tersebut sebagai tempat tinggal seperti material bangunan, konstruksi bangunan, standar ukuran dan fungsi ruang, fasilitas pendukung, dan luas tanah. 2) Penunjang rasa aman penghuni Fungsi ini diwujudkan dalam bentuk kepemilikan (the forms of tenure) dan berkaitan dengan ikatan-ikatan atau jaminan hukum tentang status penghuni dalam hal ini kepemilikan tanah dan rumah yang ditempati. Semakin erat ikatan hukum antara penghuni dan hak kepemilikannya atas tanah dan rumah, maka semakin merasa aman penghuni tersebut. 3) Penunjang pengembangan keluarga dan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya Perwujudan fungsi ini pada suatu rumah tinggal adalah pada lokasi dimana rumah tersebut didirikan. Bentuk suatu bangunan akan menyesuaikan dengan fungsi bangunan tersebut (Form Follow Function) sehingga bangunan rumah terdiri atas beberapa bagian ruang yaitu ruang yang berfungsi mendukung ruang memiliki ruang utama sebagai tempat melaksanakan kegiatan utama yaitu untuk shalat dan beberapa ruang lain yang merupakan ruang pendukung kegiatan utama. Perkembangan ruang selanjutnya dipengaruhi oleh pengaruh sosial, budaya dan politik yang mengungkapkan kondisi masyarakat penggunanya (Louis Hellman) serta menyesuaikan dengan pertambahan kebutuhan ruang (DK Ching:76). Bentuk ruang dalam rumah menyesuaikan dengan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam rumah sehingga bentuk ruang dalam rumah tinggal biasanya berbentuk persegiempat. III. METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan tahapan : Hal. 187

(1) Pemilihan rumah dan pengamatan langsung pada bangunan rumah tinggal di Kawasan Al Munawar 13 Ulu Plembang. (2) Mencari data dan informasi melalui : a) Studi literatur yang berhubungan dengan rumah tinggal dan sejarah rumah tradisional Kota Palembang b) Survey lapangan melihat kondisi fisik bangunan rumah tinggal dan lingkungan sekitar rumah tinggal di Kawasan Al Munawar 13 Ulu Palembang. Pengamatan dilakukan dengan pengukuran, penggambaran bentuk dan pengambilan foto. c) Wawancara dengan beberapa nara sumber sebagai bahan kajian sejarah kepada pengelola rumah tinggal dan masyarakat lingkungan sekitar rumah tinggal (3) Membuat analisis deskriptif kualitatif terhadap data untuk menemukan langgam arsitektur ornamen dan bentuk ruang rumah tinggal di Kawasan Al Munawar 13 Ulu Palembang (4) Membuat kesimpulan terhadap hasil temuan meliputi temuan mengenai langgam arsitektur rumah tinggal tradisional Palembang. 4.1. Sejarah IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Palembang sebagai kota sungai menjadi tujuan bagi pedagang-pedagang dari luar daerah terutama penduduk pendatang yang merupakan pedagang dari Cina, India, Jawa, Arab/ Tambi dan etnik lainnya pada periode antara runtuhnya kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 1500M dan munculnya Kesultanan Palembang (1700M),. Pada masa Kesultanan Palembang ini, penduduk pendatang / Timur asing (Cina, India, Jawa, Arab/ Tambi dan etnik lainnya) tidak diperkenankan untuk tinggal di daratan, yang diperkenankan hanyalah orang pribumi / penduduk asli. Pada mulanya para pedagang ini tinggal si rumah rakit yang kemudian pindah ke rumah di atas tiang, hidup berkelompok membentuk kampung dengan mempertahankan tradisi kebudayaan asal. Namun pada sekitar tahun 1700-an karena jasa terhadap perdagangan yang menjadikan perekonomian daerah berkembang pesat, maka beberapa dari penduduk pendatang tersebut termasuk Cina diberi kebebasan untuk dapat bertempat tinggal di daratan. Habib Hasan Abdurachman bin Achmad Al-Munawar adalah anak laki-laki satusatunya dari Al Habib Muhammad bin Abdurahman bin Agil Al Munawar yang dilahirkan di kota Shewun Hadramaut pada abad ke XII Hijriyah. Pada masa kanak-kanak hingga remaja beliau dididik dengan baik tentang agama Islam maupun tentang ilmu perniagaan dengan harapan dapat mengikuti jejak para Habib Aslafuna Sholihin yang dalam kehidupannya selalu berpindah tempat menyampaikan dakwah risalah Rasulullah SAW. Habib Hasan Abdurachman bin Achmad Al-Munawar dalam perantauannya sampai di negeri Palembang Darussalam dan berdomisili di kawasan lorong Temenggung yang merupakan suatu kawasan yang terletak dipinggir sungai Temenggung. Kawasan ini kemudian dihuni oleh keturunan Habib Hasan Abdurachman bin Achmad Al-Munawar sehingga kawasan ini Hal. 188

berubah menjadi Kawasan Kampung Al Munawar karena penghuni kawasan tersebut mayoritas adalah sekelompok masyarakat keturunan Arab yang dominan bermarga Al- Munawar. 4.2. Kondisi Eksisting Kawasan Kampung Al Munawar 13 Ulu A. Lokasi dan Orientasi Kawasan Kampung Al Munawar 13 Ulu terletak di Kelurahan 13 Ulu Palembang dengan batasan kawasan adalah sebelah utara berbatasan dengan Sungai Musi, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan K.H. Azhari, sebelah barat berbatasan dengan Sungai Temenggung dan sebelah timur berbatasan dengan Sungai Belenggo. Kawasan 13 Ulu dominan dihuni oleh penduduk keturunan Arab dan merupakan lokasi perumahan bagi pedagang-pedagang Arab yang kaya. Hal ini dapat dilihat dari bangunan rumah yang menunjukkan status sosial masyarakat sebagai orang yang berkecukupan, dengan orientasi bangunan ke arah sungai. Sungai Belenggo Sungai Musi Jl. KH. Azhari Sungai Temenggung Gambar 1. Lokasi Kawasan Al Munawar 13 Ulu Palembang B. Kondisi Fisik Kawasan Bangunan di sekitar Kampung Al-Munawar 13 Ulu berupa rumah tinggal dengan bentuk rumah panggung dan rumah di darat seperti pemukiman di sepanjang sungai Musi. Rumah tinggal tersebut ada yang berupa rumah tradisional Sumatera Selatan dan rumah tinggal arsitektur Arab dengan ornamen-ornamen Arab dalam bangunan. Setiap tahunnya terjadi pertambahan penduduk yang menyebabkan terjadinya pertambahan jumlah rumah di Kawasan Kampung Al Munawar 13 Ulu. Lingkungan permukiman 13 Ulu pada akhirnya mencapai optimalisasi pada daerah permukiman.. Bangunan di Kawasan Kampung Al Munawar 13 Ulu dalam pembangunannnya banyak yang tidak menerapkan aturan jarak antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lainnya sehingga jarak bangunan dan jarak koridor- Hal. 189

koridor jalan menjadi sempit dan menyebabkan lingkungan permukiman menjadi semakin padat serta melenyapkan titik orientasi dari permukiman. Kondisi ini berakibat kawasan Kampung Al-Munawar 13 Ulu terkesan semrawut, padat dan tidak teratur. Kampung Al-Munawar 13 Ulu dihuni oleh 77 Kepala Keluarga dengan tingkat kepadatan penduduk adalah 300 jiwa/ha. Kampung Al-Munawar 13 Ulu memiliki lahan seluas 17,6 Ha dengan kondisi lahan yang terdiri atas rawa-rawa/tergenang terus menerus, lahan rawan tergenang dan lahan kering/daratan. Tipikal kawasan Kampung Al-Munawar 13 Ulu terdiri atas tipikal kawasan tepian sungai, tipikal kawasan transisi darat sungai dan tipikal kawasan daratan. 4.3. Bentuk dan Ornamen Rumah Tinggal Rumah tinggal yang ada di Kawasan Kampung Al Munawar 13 Ulu membentuk pola linier sesuai dengan pola jalan walaupun jalan pemisah rumah tinggal tidak dapat dilalui oleh kendaraan mobil secara langsung tetapi jalan ini yang menjadi pembatas suatu rumah dengan rumah yang lain. Rumah-rumah yang terdapat di daerah Kampung Al-Munawar 13 Ulu dominan dimiliki oleh Habib Hasan Abdurachman bin Achmad Al-Munawar yang kemudian diwariskan kepada keturunannya. Rumah-rumah yang terdapat di daerah Kampung Al-Munawar 13 Ulu adalah bangunan rumah batu, rumah kaca, rumah kembar laut, rumah tinggi, rumah kapiten Arab, rumah Indis, rumah kembar darat dan rumah limas. Rumah Kaca Rumah kembar darat Rumah Kapiten Arab Mushollah Rumah Batu Rumah Kembar Laut Rumah Tinggi Rumah Darat Rumah Indis Gambar 2. Lokasi Rumah Tinggal Kawasan Al. Munawar 13 Ulu Palembang Hal. 190

1. Rumah Batu Rumah batu merupakan salah satu rumah yang bersejarah dikawasan Al-Munawar yang telah berusia 300 tahun dengan kepemilikan pertama adalah Bapak Hasan Abdul Al-Munawar. Rumah ini disebut rumah batu karena seluruh material rumah merupakan semen dan batu tidak seperti rumah lainnya dikawasan Al-Munawar, sedangkan untuk tiang kolom, pintu dan jendela serta elemen kayu lainnya menggunakan bahan bangunan kayu tembesu. Bentuk ruang persegiempat dengan pembagian modul yang sama sehingga bentuk ruang bangunan ini hampir sama. Bangunan ini telah mengalami penambahan ruangruang menyesuaikan dengan kebutuhan penghuninya. Rumah Batu ini merupakan bangunan 1 lantai dengan teras bangunan pada bagian depan bangunan, bangunan ini tidak menonjolkan bentuk tiang/kolom, sehingga bentuk tiang/kolom sama dengan bentuk dinding. Bagian ruang luar dan ruang dalam dipisahkan dengan menggunakan pemisah 3 buah pintu (2 daun) sehingga bangunan terbagi menjadi tiga bagian bangunan (3 modul). Gambar 3. Denah dan Tampak Rumah Batu Pintu depan memiliki ornamen yang berbeda dengan ornamen jendela dengan bentuk ornamen yang menunjukkan kekhasan rumah batu. Pada bagian teras terdapat ornamen besi yang berbentuk lingkaran, berbeda dengan ornamen pintu dan jendela. Lantai bangunan memiliki 3 pola lantai yang digunakan pada ruangan yang berbeda, lantai ruang memiliki motif yang unik dengan bahan keramik yang didatangkan khusus dari Italia. Beberapa elemen interior tetap dipertahankan seperti lemari dan pembatas ruang yang terbuat dari kayu. Hal. 191

Gambar 4. Ornamen Jendela dan Pintu Rumah Batu Gambar 5. Pola Lantai Rumah Batu Gambar 6. Ornamen Elemen Interior Rumah Batu 2. Rumah Kaca Rumah Kaca merupakan salah satu rumah yang bersejarah dikawasan Al-Munawar yang didirikan tahun 1206 H oleh Habib Hasan Abdurachman Al-Munawar. Rumah ini dikenal dengan rumah Kaca karena lantai 2 rumah ini dominan menggunakan kaca. Rumah Kaca memiliki 2 lantai dengan kondisi saat ini terdiri atas lantai dasar terbuat dari beton dan lantai atas menggunakan elemen kayu. Bentuk ruang merupakan perpaduan bentuk ruang segiempat dengan bentuk ruang bagian depan lebih kecil dibandingkan dengan bentuk ruang bagian belakang. Gambar 7. Denah dan Tampak Rumah Kaca Hal. 192

Bentuk bangunan rumah terdiri atas 3 modul dengan lebar modul tengah berbeda dengan modul lainnya. Bangunan memiliki 2 anak tangga yang menunjukkan 2 cara pencapaian terhadap bangunan. Bagian belakang bangunan memiliki 3 buah pintu sedangkan pada bagian depan bangunan memiliki 1 buah pintu, sehingga bangunan ini memiliki pintu masuk yang lebih banyak pada bagian belakang bangunan. Ornamen yang digunakan pada bagian atas pintu berbentuk seperti bunga dengan tulisan arab pada bagian tengah ornamen, sedangkan ornamen pada bagian jendela hanya berbentuk segiempat. Lantai bangunan terdiri atas lantai motif dengan motif membentuk lingkaran pada bagian tengahnya dan lantai polos dengan warna hitam,merah dan abu-abu. Ornamen pada tangga belakang berbentuk seperti uliran bunga dengan tiang-tiang tangga terletak pada lantai dasar, bordes dan lantai atas. Gambar 8. Ornamen Pintu dan Jendela Rumah Kaca Gambar 9. Pola Lantai Rumah Kaca Gambar 10. Elemen Interior Rumah Kaca 3. Rumah Kembar Laut Rumah Kembar Laut merupakan salah satu rumah yang bersejarah dikawasan Al- Munawar. Rumah ini sudah berumur lebih dari ± 350 tahun. Pemilik rumah yang sekarang merupakan keturunan ke-7 dari pemilik rumah yang pertama yaitu Syarifah Nur Al- Hal. 193

Munawar. Pada material lantai Rumah Kembar Laut semuanya menggunakan lantai batu dan keramik. Sedangkan pada dinding menggunakan kayu unglen. Rumah ini masih seperti aslinya belum dilakukan renovasi bangunan yang mencolok dan ada beberapa bagian rumah yang hilang dikarenakan rusak. Rumah ini terdiri atas 2 lantai dengan lantai bawah bangunan terbuat dari batu dan lantai atas banguan terbuat dari kayu. Bentuk ruang bangunan merupakan penggabungan dua buah bangunan yang memiliki bentuk sama. Bentuk ruang terdiri atas tiga modul dengan penanda tiga buah pintu pada bagian depan rumah. Gambar 11. Denah dan Tampak Rumah Kembar Laut Gambar 12. Tampak Rumah Kembar Laut Pada bagian depan bangunan terdapat teras yang ditopang oleh 8 buah tiang kayu dengan railing tiang berbentuk ukiran seperti pedang. Ornamen yang digunakan pada bagian atas pintu terdiri atas tiga jenis ornamen yang membedakan letak pintu dalam bangunan. Ornamen pintu pada bagian depan bangunan berbentuk ukiran, ornamen pintu belakang berbentuk ukiran lingkaran dan ornamen pintu bagian tengah berbentuk untaian ukiran dengan penggunaan pintu setengah bagian. Lantai yang digunakan terdiri atas lantai polos dan lantai bermotif ukiran yang jika digabungkan 4 buah lantai akan membentuk satu kesatuan motif. Pada bagian atap terdapat ornamen yang terbuat dari besi dengan bagian atas berbentuk runcing. Hal. 194

Gambar 13. Ornamen Jendela dan Pintu Rumah Kembar Laut Gambar 14. Pola Lantai Rumah Kembar Laut Gambar 15. Ornamen Atap 4. Rumah Tinggi Rumah Tinggi ini sudah berumur lebih dari 350 tahun. Pemilik rumah yang sekarang merupakan keturunan ke-7 dari pemilik rumah yang pertama yaitu Syarifah Hafsah. Pada material lantai Rumah Tinggi semuanya menggunakan lantai kayu, sedangkan pada dinding menggunakan kayu unglen. Rumah ini masih seperti aslinya belum dilakukan renovasi bangunan yang mencolok. Beberapa furniture rumah juga masih lengkap, karena masih sangat dijaga oleh pemilik rumah. Bangunan terdiri atas 2 lantai dengan lantai dasar terbuat dari batu dan lantai diatasnya terbuat dari kayu. Bentuk ruang lantai dasar menyesuaikan dengan pola runag lantai diatasnya. Bentuk ruang tidak memiliki modul yang jelas sehingga jumlah pintu menyesuaikan dengan kebutuhan ruang. Pada bagian lantai dasar tidak terdapat pintu masuk secara langsung (tersamar) sedangkan pada bagian lantai diatasnya terdapat 4 (empat) buah pintu masuk yang diarahkan oleh dua buah anak tangga. Gambar 16. Denah dan Tampak Rumah Tinggi Hal. 195

Ornamen yang terdapat diatas pintu dan jendela depan sama dengan bentuk ukiran setengah lingkaran dan berbentuk seperti kipas. Ornamen jendela samping sama dengan ornamen jendela depan tetapi mengalami penambahan pewarnaan pada bagian lubang ukiran dan penambahan pembatas setengah jendela pada bagian dalam bangunan. Pada bagian tengah bangunan terdapat pembatas ruang yang terbuat dari kayu dengan bentuk ornamen persegiempat dengan tambahan ornamen ukiran pada bagian tengah pembatas ruang. Lantai bangunan tidak memiliki motif karena merupakan lantai kayu dan bentuk plafon polos tanpa tambahan ornamen ukiran. Gambar 17. Ornamen Jendela dan Pintu Rumah Tinggi Gambar 18. Lantai pada Rumah Tinggi Gambar 19. Ornamen Lain pada Rumah Tinggi Hal. 196

5. Rumah Kapiten Arab Rumah Kapiten Arab merupakan rumah yang berada diatas tanah dengan bentuk ruang terdiri atas beberapa ruang menyesuaikan dengan kebutuhan penghuni sehingga tidak memiliki modul yang sama. Gambar 20. Denah dan Tampak Rumah Kapiten Tampilan depan bangunan terdiri atas deretan jendela kaca dengan pintu depan satu buah yang terbuat dari kaca juga. Pintu dan jendela tidak memiliki ornamen khusus hanya adanya ventilasi dengan bentuk garis vertikal dan horisontal. Bentuk bangunan secara keseluruhan sederhana tanpa adanya ornamen secara khusus. 6. Rumah Indis Rumah Indis merupakan rumah yang berada diatas tanah dengan bentuk ruang yang terdiri dari banyak pembatas ruang sehingga bentuk ruang yang terbentuk menyesuaikan dengan kebutuhan tanpa pembagian modul bangunan yang jelas. Bangunan terbagi menjadi dua yang dipisahkan dengan ruang luar sehingga bentuk atap terpisah. Pada bagian rumah satu hanya berbentuk persegiempat sedangkan pada bagian depan bangunan yang lain ada ruang yang berbentuk segitiga sehingga bagian ruang ini menjadi bagian yang menonjol. Pada bagian depan bangunan terdapat teras dengan penutup teras menggunakan sistem kabel yang diikatkan dengan struktur bangunan utama. Atap berbentuk pelana dengan bentuk atap menyesuaikan dengan bentuk denah bangunan. Hal. 197

Gambar 21. Denah dan Tampak Rumah Indis Pintu dan jendela terbuat dari kayu dan kaca polos. Bagian atas jendela ruang segitiga yang merupakan ventilasi berbentuk garis vertikal dan horisontal, sedangkan bagian atas jendela dan pintu ruang yang lain hanya brbentuk kaca polos tanpa ornamen/ukiran. Bentuk bangunan secara keseluruhan sederhana tanpa adanya ornamen secara khusus. 7. Rumah Kembar Darat Rumah kembar darat merupakan rumah yang berdiri atas dua buah rumah yang sama tetapi tidak berhubungan secara langsung. Bentuk ruang terbagi atas beberapa bagian dengan modul yang berbeda sehingga bentuk ruangnya berbeda juga. Tampilan bangunan didominasi oleh atap pelana dengan bentuk bangunan yang terdiri atas bangunan kayu dan beton. Gambar 22. Denah dan Tampak Rumah Kembar Darat Hal. 198

Bentuk pintu dan jendela depan dan sisi samping bangunan sama dengan bentuk krepyak dan pada bagian atas jendela berbentuk seperti mahkota. Ornamen pintu pada bagian tengah bangunan berbentuk seperti 3 buah kubah, sedangkan bentuk pintu penghubung ruang memiliki ornamen garis dengan ukiran pada daun pintunya. Gambar 23. Ornamen Pintu dan Jendela Gambar 24. Ornamen Lantai, Plafon dan Tangga Bentuk dan ornament lantai memiliki motif sendiri. Pada bagian bawah bangunan lantai terdiri atas lantai bermotif dan lantai polos dengan warna hitam, merah dan kuning tua, sedangkan lantai pada bagian atas bangunan berupa lantai kayu. Tangga memiliki ukiran pada railingnya sehingga bentuk tangga ini mendominasi bentuk tampilan bangunan secara keseluruhan. Hal. 199

8. Rumah Limas Rumah Limas ini sudah berumur lebih dari 200 tahun. Pemilik rumah yang sekarang merupakan keturunan ke-6 dari pemilik rumah yang pertama yaitu Habib Hasan Bin Ahmad Al-Munawar. Rumah Limas ini hampir sama seperti rumah limas pada umumnya, dengan kondisi bagian dalamnya terdapat kekijing. Gambar 25. Denah dan Tampak Rumah Limas Bentuk ruang rumah terdiri atas bagian depan (kekijing), bagian tengah dan bagian belakang. Bagian kekijing memiliki 8 buah tiang kayu dengan 3 tingkat kekijing. Bangunan tidak mempunyai teras sehingga pintu depan (1 buah) berhubungan langsung dengan ruang luar. Bagian depan terdapat tangga dengan jumlah anak tangga 7 buah (ganjil). Pintu dan jendela tidak memiliki ornamen secara khusus hanya berupa bentukan ukiran pada bagian atas pintu dan jendela. Hal ini disebabkan karena rumah limas ini merupakan bangunan tradisional masyarakat biasa sehingga tidak memiliki ornament khusus. Gambar 26. Ornamen Pintu dan Jendela Hal. 200

Gambar 27. Ornamen Lantai dan Dinding V. KESIMPULAN Bangunan yang terdapat pada kawasan Kampung Al Munawar 13 Ulu memiliki bentuk ruang dan ornamen yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan adanya pertambahan penduduk sehingga bertambahnya jumlah rumah tinggal. Pertambahan rumah tinggal berkembang menjauhi daerah sungai Musi dan lebih dekat ke daerah daratan sehingga bentuk ruang dan ornamen ruang yang digunakan juga berbeda. Bangunan yang terdapat pada kawasan Kampung Al-Munawar 13 Ulu dapat dikategorikan ke dalam beberapa tipe bangunan berdasarkan bentuk ruang dan ornamen bangunan yaitu : 1. Rumah Panggung Rumah panggung merupakan bentuk rumah yang terdiri atas dua lantai dengan bangunan utama berada pada lantai atas. Rumah Panggung terletak lebih dekat dengan sungai Musi karena daerahnya masih berupa pinggiran sungai dan daerah rawan tergenang. Rumah yang termasuk dalam jenis ini adalah rumah kaca, rumah kembar laut, rumah kembar darat, rumah tinggi dan rumah limas. Bentuk ruang yang berada lebih dekat ke arah Sungai Musi lebih cenderung berupa rumah 2 lantai (panggung) dengan modul yang terbagi menjadi tiga sehingga bangunan ini memiliki 3 pintu/jendela pada bagian depan bangunan. Ornamen pada pintu dan jendela untuk setiap ruangan berbeda menyesuaikan dengan fungsi ruang. Ornamen ini menunjukkan tingkatan kehidupan penghuninya. 2. Rumah Batu Rumah batu merupakan bentuk rumah yang terdiri atas satu lantai dengan bahan bangunan dominan dinding permanen. Rumah batu terletak lebih dekat ke daratan (jalan) sehingga bangunan ini berada diatas tanah.. Hal. 201

Rumah yang termasuk dalam jenis ini adalah rumah batu, rumah kapiten Arab dan rumah indis. Bentuk ruang rumah tinggal yang berada dekat ke arah jalan (daratan) lebih cenderung berbentuk rumah batu dengan ornamen yang sederhana bahkan tidak ada ornamen yang menonjol. DAFTAR PUSTAKA Ching, Francis DK., 1979; Architecture : Form, Space and Order, Van Nostrand Reinhold, New York. Turner, John F.C.,(1972) Housing By People, Marion Boyars Publisher Ltd, London Hal. 202