BAB I PENDAHULUAN. Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. optimal dalam pembangunan daerahnya masing-masing sehingga pembangunan

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis (RENSTRA)

BAB 1 LATARBELAKANG. adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

Rencana Strategis BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Konsep tentang mekanisme penyusunan program kerja pemerintah daerah,

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

1 UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAYA

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

BAB III METODE PENELITIAN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesungguhnya. Seperti dikemukakan oleh Menteri Keuangan Boediono (Sidik et

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah, salah satunya adalah terkait dengan manajemen keuangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR... i

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa dan negara. Untuk itu diperlukan pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif,

BAB I P E N D A H U L U A N

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

RENSTRA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan prima seharusnya dapat menjawab keluhan-keluhan tersebut, dimana

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. good governance. Good governance merupakan salah satu alat reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kerja (Renja) SKPD 2015 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

KATA PENGANTAR BUPATI BARRU, TTD. Ir. H. ANDI IDRIS SYUKUR, MS.

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan yang sangat penting tidak hanya sebagai instrumen dalam pengambilan kebijakan pemerintah dalam berbagai bidang tetapi juga alat untuk mewujudkan tujuan pembangunan. Untuk mengoptimalkan fungsi APBN maka diperlukan sistem anggaran yang lebih komprehensif dengan melakukan penatausahaan atas penerimaan dan pengeluaran negara secara cermat dan sistematis. Pengganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses pengganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategis dan perencaaan strategis telah selesai dilaksanakan. Tahap pengganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun (Arniati et al 2010). Indikator keberhasilan otonomi daerah dan desentralisasi adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, kehidupan demokratis yang semakin maju, keadilan pemerataan,serta adanya hubungan yang 1

serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. Keadaan tersebut dapat tercapai salah satunya apabila manajemen keuangan (anggaran) dilaksanakan dengan baik. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa atau disebut juga dengan good governance. Good governance menurut World Bank dalam Mardiasmo (2009) adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Sedangkan Halim (2002) dalam Hendriani (2011) mendefinisikan good governance dengan lebih mengarah kepada unsur-unsurnya, yaitu bahwa good governance adalah akuntabilitas, transparansi, keterbukaan dan penegakan hukum. Langkah awal dalam menciptakan good governance yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang mengubah sistem sentralistik yang terjadi selama ini menjadi sebuah sistem yang memberikan kewenangan bagi daerah untuk menyelenggarakan pemerintahannya secara mandiri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang dikenal dengan otonomi daerah, yang kemudian diamandemen dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 serta terakhir Undang-undang Nomor 14 tahun 2014. Disamping itu dikeluarkannya TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 2

tentang penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, menjadi pedoman dalam mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik. Pada lampiran II (dua) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014 menerangkan bahwa pelaporan kinerja merupakan bentuk dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran.hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Pelaporan kinerja bertujuan untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai, juga sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerahmenjelaskan bahwa untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif di bidang perencanaan pembangunan derah, diperlukan adanya tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah. 3

Penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dengan tegas mengemukakan bahwa aspek penting yang diatur dalam peraturan pemerintah ini adalah keterkaitan antara kebijakan, perencanaan dan penganggaran oleh pemerintah daerah agar sinkron dengan berbagai kebijakan pemerintah pusat, sehingga tidak menimbulkan tumpang tindih antara pelaksanaan program dan kegiatan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hasil evaluasi yang dilakukan selama ini menunjukan bahwa mengabaikan keterkaitan antara dokumen perencanaan yang ada, menyebabkan tidak konsistennya pelaksanaan kegiatan dan penganggaran. Akibatnya, tidak semua anggaran dalam program peningkatan pelayanan publik bisa diimplementasikan. Sebagai contoh perencanaan dan penganggaran dalam bidang pendidikan. Tidak semua dana yang dianggarkan untuk peningkatan proses belajar mengajar digunakan secara langsung untuk peningkatan tersebut. Bahkan dibeberapa daerah tertentu ditemukan bahwa dana tersebut digunakan untuk keperluan keperluan lain, seperti biaya kantor, perjalanan dinas dan kesejahteraan pegawai. Pembangunan infrastruktur menjadi bagian integral dari pembagunan nasional. Infrastuktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Kondisi perekonomian yang membaik tidak dapat dilepaskan dari peran penting infrastruktur. Kegiatan pembangunan, rehabilitasi, 4

pemeliharaan serta subsidi operasi telah berhasil meningkatkan aksebilitas, kapasitas, kualitas, dan jangkauan pelayanan berbagai infrastruktur, yang pada gilirannya mampu memberikan dukungan kepada berbagai sektor perekonomian seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan pembangunan daerah. Untuk itulah pemerintah berkomitmen mengutamakan pembangunan infrastruktur karena peran dan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi sangat besar. Karena pentingnya pembangunan insfrastruktur pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka harus disikapi dengan serius perencanaan dan penganggarannya. Perencanaan dan penganggaran merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya. Agar anggaran yang direalisasikan bisa sesuai dengan tujuan sehingga anggaran tersebut efektif dan efisien maka dalam mengalokasikan anggaran tersebut sebaiknya mengikuti perencanaan yang sudah disusun. Disamping itu di dalam merealisasikan anggaran untuk mencapai tujuan pembangunan yang direncanakan harus mempedomani semua peraturan pemerintah yang terkait dengan perencanaan dan penganggaran. Akan tetapi yang terjadi selama ini diduga bahwa perencana cenderung kurang memperhatikan dokumen dokumen dalam perencanaan dan penganggaran serta tidak adanya keterkaitan antar dokumen.. Permasalahan berikutnya adalah masih sangat dirasakan ego sektoral antara para aparat pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. Masing masing dinas dan instansi 5

cenderung mengatakan tugas dan fungsinyalah yang terpenting dalam kegiatan pembangunan. Permasalahan tersebut menyebabkan koordinasi dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan menjadi sulit dilakukan. Akibatnya kurang optimalnya pelaksanaan proses pembangunan dan bahkan sasaran yang dituju dapat tidak terlaksana dengan baik. Proses perencanaan dan penganggaran menjadi penting karena keterbukaan informasi publik menuntut pemerintah untuk melakukan perencanaan yang matang agar lebih efektif dan efisien dalam mengalokasikan dana publik ke dalam program dan kegiatan pemerintah. Dalam penganggarannya diperlukan perhitungan proyeksi baik satu tahun kedepan atau tahun-tahun berikutnya dengan memperhitungkan biaya untuk menyelesaikan program atau kegiatan. Dibutuhkan kemampuan untuk menyeimbangkan kebutuhan dengan sumber daya yang tersedia agar dapat mengurangi timbulnya ketidakkonsistenan antara kebijakan perencanaan dan penganggran jangka menengah. Salah satu cara untuk menjaga kebijakan perencanaan dan penganggaran adalah dengan melakukan perkiraan belanja untuk 3-5 tahun kedepan untuk program-program pemerintah yang menjadai prioritas. Perencanaan dan penganggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang sangkat perlu dijaga karena perencanaan dan penganggaan di SKPD sangat berkontribusi terhadap suksesnya perencanaan dan penganggaran di daerah. Namun pada kenyataannya perencanaan dan penganggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang belum sepenuhnya konsisten, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 6

Tabel 1.1 Perencanaan dan Anggaran pada dinas Pekerjaan Umum Kota Padang PanjangTahun 2015 Tahun Perencanaan (Renja) Penganggaran (DPA) Selisih 2015 97.252.372.000 89.228.518.303 8.023.853.697 Sumber : Renja dan DPA Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang Tahun 2015 (data diolah) Dari tabel diatas dapat dilihat adanya inkonsistensi antara perencanaan dan penganggaran. Inkonsistensi ini akan menimbulkan kerugian yang menyebabkan tujuan pembangunan tidak tercapai. Menyadari pentingnya pembangunan infrastruktur sebagai proses dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah, maka perlu kiranya disiapkan dengan baik perencanaan dan penganggarannya.dalam rangka perwujudan perencanaan dan pengangaran yang baik ini maka semua dokumen perencanaan dan penganggaran pengelola insfrastuktur ini harus dijaga konsistensinya. Oleh sebab itu, dirasa perlu melakukan penelitian tentang Analisis Konsistensi Perencanaan dan PenganggaransertaCapaian Kinerja pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Rini Octavanti (2008), penelitiannya berjudul analisi konsistensi perencanaan dan penganggaran program pendidikan dasar dan menengah di kabupaten solok selatan. Penelitian ini mencoba melakukan analisis terhadap konsistensi antara berbagai dokumen perencanaan daerah yang saling terkait mulai dari perencanaan jangka panjang, 7

menengah dan tahunan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penyusunan RPJPD dan RPJMD di solok selatan kurang menunjukan konsistensi, secara kuantitatif hanya sekitar 50% program kegiatan di RPJMD yang sinkron dengan program kegiatan di RPJPD. Hal ini disebabkan karena RPJMD tidak membahas secara rinci program untuk SKPD dinas pendidikan. Sementara itu analisis antara dokumen RPJMD dengan Renstra SKPD dinas pendidikan konsisten sekitar 75%. Analisis antara renstra SKPD dengan renja SKPD menunjukan konsistensi 100%. Selanjutnya analisis konsistensi antara renja SKPD dan APBD menunjukan tingkat konsistensi sebesar 40%. Pengembangan yang penulis lakukan adalah analis capaian kinerja serta konsistensi perencanaan dan penganggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota dengan lokasi di Pemerintah Kota Padang Panjang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rini Octavanti adalah dengan menambahkan indikator baru yakni melakukan analisis terhadap capaian kinerja dinas pekerjaan umum kota padang panjang. Apakah sudah mencapai target atau belum sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang tahapan, tatacara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi rencana pembangunan daerah. 8

1.2 Perumusan Masalah Ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana konsistensi perencanaan dan penganggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang Tahun 2015. 2. Bagaimana capaian kinerja dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk : 1. Menganalisis konsistensi perencanaan dan penganggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang Tahun 2015. 2. Menganalisis pelaksanaan capaian kinerja pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang Tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian Disamping untuk memenuhi persyaratan dalam penyelesaian studi pada Program Pasca Sarjana Universitas Andalas, penelitian ini sangat banyak menambah wawasan penulis khususnya dalam penyusunan Renstra dan Renja SKPD nantinya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang dalam menentukan langkah langkah untuk menjaga konsistensi perencanaan dan penganggaran dan juga sebagai sumbangan pemikiran bagi pembaca atau penulis yang berminat mengkaji atau 9

membahas keberhasilan atau kegagalan pembangunan daerah khususnya dari segi capaian kinerja serta konsistensi perencanaan dan penganggaran. 1.5 Batasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membatasi masalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan terbatas pada dokumen perencanaan dan penganggaran di dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang tahun 2015 dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah Dinas Pekerjaan Umum tahun 2015. 2. Penelitian ini difokuskan pada tingkat konsistensi antara dokumen perencanaan RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, Renja SKPD, PPAS dan APBD tahun 2015. 3. Objek penelitian adalah program dan kegiatan yang terdapat pada dokumen perencanaan dan penganggaran Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang tahun 2015. 10