2013, No.217 8

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit dapat berbuah setelah berusia 3-4 tahun dengan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN Penetapan Target

Tugas dan Tanggung Jawab Tiap-Tiap Jabatan pada Struktur. Organisasi. Menurut data bagian kantor Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 013 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 3: ISBN

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB II KERANGKA TEORI

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

TABEL PRODUKSI PTPN IV UNIT/KEBUN PABATU TAHUN 2004

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Namun tidak sedikit perusahaan yang mengalami kerugian dalam kurangnya berat

Produksi dan Panen Kelapa Sawit

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

Koreksi Pajak Masukan sebesar Rp ,00

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan dalam persaingan maka perlu diterapkan kebijakan-kebijakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. efesien dan tangguh serta dapat menunjang sektor industri. Kemudian sektor

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesejahteraan bangsa secara berkesinambungan dan terus-menerus dilakukan oleh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PT Perkebunan Nusantara IV Laporan Realisasi dan Anggaran Produksi Teh Tahun 2007 Luas Areal Di Panen-Realisasi: 5.396,11 Ha RKAP: 5.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: tertinggi di PT. Socfindo Kebun Mata Pao. Manager/ADM mempunyai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI i. DAFTAR TABEL. ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN iv

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

2013, No.217 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA CARA PANEN, MUTU PANEN, SORTASI, PENGANGKUTAN, PENETAPAN BERAT TBS, SANKSI, INSENTIF, PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN, PERHITUNGAN BESARNYA INDEKS K SERTA BESARNYA RENDEMEN MINYAK SAWIT KASAR DAN INTI SAWIT (PK) A. TATA CARA PANEN 1. TBS yang dapat diterima minimal 3 Kg (tiga kilogram) per tandan. 2. Rotasi panen dilakukan sekali dalam tujuh hari dan pada keadaan tertentu disesuaikan dengan kenyataan potensi produksi. 3. Brondolan yang dikirim ke harus bersih, tidak bercampur tanah, pasir dan sampah lainnya. 4. Brondolan yang dikumpulkan dari piringan dimasukkan dalam karung dan dikirim ke PKS bersama-sama dengan tandannya. 5. TBS yang dipanen harus dapat diterima di pada hari yang sama (tidak lebih dari 48 (empat puluh delapan) jam sejak panen). B. MUTU PANEN 1. Mutu panen TBS adalah hasil penilaian terhadap kematangan panen, keadaan fraksi buah, buah menginap atau tidak, gagang panjang dan pendek serta jumlah dan mutu brondolan yang diserahkan. 2. Matang panen untuk tandan yang boleh dipotong adalah apabila ada brondolan dipiringan sebanyak 1 (satu) butir lepas per Kg TBS. 3. Buah menginap adalah buah yang diserahkan ke setelah lebih 48 (empat puluh delapan) jam sejak dipanen. 4. Gagang panjang adalah gagang TBS yang panjangnya lebih dari 2,5 cm (dua koma lima sentimeter) diukur dari pangkal tandan dan potongan huruf V. 5. Penilaian mutu panen TBS yang masuk ke diberlakukan bagi seluruh TBS, baik yang berasal dari perusahaan, pekebun/ kelembagaan pekebun dan kebun lainnya. C. SORTASI TBS 1. Sortasi mutu panen TBS di dilakukan oleh karyawan bersama wakil pekebun/kelembagaan pekebun.

9 2013, No.217 2. Sortasi TBS dilakukan melalui 2 (dua) cara antara lain: a. secara acak, minimal 5% (lima persen) dari truk yang datang dari setiap bagian kebun (afdeling) di loading ramp, TBS dalam truk yang disortasi, dibongkar dan dituang dilantai; atau. b. pemeriksaan total, pemeriksaaan total dilakukan masing-masing truk yang masuk dalam loading ramp dibongkar dan dituang serta disortasi dalam alat sortasi oleh petugas yang diawasi oleh pekebun atau kelembagaan pekebun. 3. Hasil sortasi di disampaikan secara resmi oleh perusahaan inti kepada pekebun melalui kelembagaan pekebun. 4. TBS yang diterima di harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. brondolan harus dikirim ke dan jumlah brondolan minimal 12,5% (dua belas koma lima persen) dari berat TBS keseluruhan yang diterima ; b. tandan terdiri dari buah mentah 0% (nol persen), buah matang minimal 95% (sembilan puluh lima persen) dan buah lewat matang maksimal 5% (lima persen); c. tandan tidak boleh bergagang panjang; d. tidak terdapat tandan yang kosong; e. tandan maupun brondolan segar dalam karung, harus bebas dari sampah, tanah, pasir atau benda lainnya; f. tidak terdapat TBS yang dikirim ke beratnya kurang dari 3 Kg (tiga kilogram) per tandan. D. PENGANGKUTAN TBS 1. Kelompok pekebun atau kelembagaan pekebun bertanggung jawab dalam pengangkutan TBS dari Tempat Pemungutan Hasil (TPH) sampai ke dan TBS tidak diperkenankan tertinggal dalam sarana angkutan 2. Sarana angkutan TBS yang dipersiapkan hendaknya sebanding dengan produksi TBS yang dipanen 3. Sarana angkutan TBS diwajibkan menggunakan jaring penutup untuk menghindari jatuhnya TBS. E. PENETAPAN BERAT TBS Penimbangan TBS dilakukan di perusahaan inti/mitra dengan timbangan yang telah ditera secara periodik oleh instansi berwenang yaitu Badan Metrologi.

2013, No.217 10 F. INSENTIF Jika buah yang dikirim memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam Huruf C Angka 4, maka kepada yang bersangkutan diberi insentif sebesar 4% (empat persen) dari TBS yang diterima. G. TATA CARA PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN 1. Kelembagaan pekebun (atas nama semua pekebun) menyerahkan TBS kepada perusahaan inti sesuai dengan perjanjian. 2. Penimbangan TBS di dilakukan oleh perusahaan inti/mitra dan disaksikan oleh petugas yang mewakili dari kelembagaan pekebun. 3. Petugas yang mewakili kelembagaan pekebun mencatat besarnya penyetoran hasil TBS masing-masing anggotanya dan tembusannya disampaikan kepada perusahaan inti/mitra. 4. Biaya angkut TBS dari kebun sampai ke menjadi beban pekebun. 5. Hasil pembelian TBS pekebun dibayarkan oleh perusahaan inti kepada pekebun setelah dikurangi kewajiban-kewajiban pekebun sesuai dengan ketentuan. Pembayaran dilakukan minimal 1 (satu) kali sebulan atau berdasarkan kesepakatan bersama antara kelembagaan pekebun dengan perusahaan inti. H. CARA PERHITUNGAN BESARNYA INDEKS K 1. Penetapan indeks K Penetapan indeks K dilakukan berdasarkan harga penjualan, biaya pengolahan dan pemasaran minyak sawit kasar (CPO) dan Inti Sawit (PK) serta biaya penyusutan. 2. Komponen Biaya Pengolahan dan Pemasaran Minyak Sawit Kasar (CPO) dan Inti Sawit (PK) serta penyusutan sebagai berikut: No. Jenis Biaya Rp/ Kg Keterangan I. PENGOLAHAN Jumlah seluruh biaya A. Biaya Umum dan Lingkungan pengolahan (A+B+C+D+E) yang dikeluarkan perusahaan 1. Umum Pabrik 2. Pengolahan limbah B. Gaji dan Tunjangan 1. Gaji dan tunjangan pegawai staf di 2. Gaji dan upah pegawai non staf di

11 2013, No.217 No. Jenis Biaya Rp/ Kg C. Biaya Langsung 1. Alat-alat dan perkakas kecil 2. Bahan kimia dan perlengkapan untuk pengolahan 3. Bahan dan alat analisa 4. Bahan bakar dan minyak pelumas 5. Penerangan dan air 6. Pengangkutan dalam (forklift) D. Pemeliharaan 1. Pemeliharaan bangunan 2. Pemeliharaan mesin, instalasi dan perlengkapan lainnya E. Biaya Pengepakan/Kemasan II. PEMASARAN Keterangan 1. Sewa tangki timbun Jumlah pengeluaran seluruh biaya pemasaran 2. Instalasi/Pemompaan sesuai dengan pengeluaran minyak sawit kasar riil masing-masing 3. Asuransi barang/produksi perusahaan 4. Ongkos pemuatan pelabuhan 5. Provisi Bank 6. Analisa dan sertifikat III. PENGANKUTAN KE PELABUHAN Pengiriman dari ke pelabuhan IV. PENYUSUTAN PABRIK Penyusutan mesin, instalasi dan bangunan Dihitung menurut harga perolehan secara proporsional dikurangi nilai sisa, dibagi dengan perkiraan jumlah produksi berdasarkan kapasitas

2013, No.217 12 Catatan : Biaya pengangkutan TBS ke merupakan beban pekebun, karena itu tidak dimasukkan kedalam perhitungan biaya tersebut diatas. 3. Biaya Penyusutan Besarnya biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metode penyusutan satuan hasil produksi (service output). Berdasarkan metode besarnya biaya penyusutan diperoleh melalui cara membagi harga perolehan (aktiva) secara proporsional (dari nilai investasi) di kurangi nilai sisa dengan perkiraan jumlah produksi selama umur ekonomis. Harga perolehan Pabrik Nilai Sisa Biaya Penyusutan = ------------------------------------------------- Perkiraan Jumlah Produksi Dengan pengertian: a. Harga perolehan dihitung berdasarkan seluruh biaya pembangunan mulai dari harga beli mesin dan peralatan, biaya pemasangan dan biaya uji coba serta biaya bangunan. b. Nilai sisa dihitung berdasarkan harga setelah melewati umur ekonomisnya dan besarnya sangat tergantung kepada kondisi masingmasing, tetapi nilai sisa dinilai 5% (lima persen) dari harga perolehan. c. Perkiraan jumlah produksi dihitung berdasarkan kapasitas selama umur ekonomis dimana untuk mesin dan perlatan serta bangunan dihitung selama umur ekonomis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. d. Realisasi tambahan investasi baru dihitung dalam total biaya penyusutan. 4. Perhitungan Besarnya Indeks K Besarnya Indeks K dihitung dengan rumus sebagai berikut: Dengan pengertian: Htbs Hms His Rms Ris Htbs K = -------------------------------------------- x 100% (Hms X Rms) + (His X Ris) = Nilai TBS di = Nilai realisasi rata-rata tertimbang penjualan ekspor dan lokal minyak sawit kasar (harga FOB bersih) = Nilai realisasi rata-rata tertimbang penjualan ekspor dan lokal inti sawit = Rendemen minyak sawit kasar = Rendemen inti sawit

13 2013, No.217 5. Cara Perhitungan Besarnya Indeks K No Uraian Minyak Sawit Inti Sawit Tandan Keterangan Ekspor Lokal Ekspor Lokal Buah Segar 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Harga ms x x x x Harga penjualan dan is (FOB) CPO dan (PK) pada periode sebelumnya 2. Pajak x x x x Seluruh pajak yang dikenakan sehubungan dengan pelaksana an penjualan ms dan is 3. Biaya x x x x Sesuai dengan Pemasaran pengeluaran riil 4. Harga ms x x x x No. 1 2 3 dan is (FOB bersih) 5. Pengakutan ke pelabuhan x x x x Dihitung menurut pengeluaran riil 6. Harga bersih ms dan is di x x x x No 4 dikurangi No 5 7. Rendemen..%..%..%..% Rendemen realisasi sesuai umur tanaman seperti pada tabel besaran rendemen 8. Harga TBS x x x x No 6 x No 7 9. Persentase volume penjualan..%..%..%..% Rata-rata presentase volume penjualan pada periode 10. Harga TBS rata-rata eks sebelumnya x Harga rata-rata TBS tertimbang untuk ekspor dan lokal (penjualan hasil

2013, No.217 14 No Uraian Minyak Sawit Inti Sawit Tandan Keterangan Ekspor Lokal Ekspor Lokal Buah Segar perkalian No 8 x No 9) 11. Biaya x Jumlah seluruh pengolahan biaya pengolah an yang dikeluarkan pada periode sebelumnya 12. Penyusutan x Dihitung menurut harga peroleh an secara proporsional dikurangi nilai sisa dibagi dengan perkiraan jumlah produksi berdasarkan kapasitas, umur ekonomis selama 15 tahun 13. Nilai TBS x Dihitung 10 11 ditimbangan 12 14. Nilai TBS di x Dihitung No. 13 14 Keterangan : Indeks K = ----------------------------------- x 100% (4 x 7) + (4 x 7) Minyak sawit Inti Sawit 6. Besarnya Rendemen Minyak Sawit dan Inti Sawit TBS Produksi Pekebun Berdasarkan rendemen realisasi yang berasal dari TBS dengan umur tanaman berbeda dan kondisi masing-masing wilayah sebagaimana tercantum dalam Tabel Besarnya Rendemen Minyak dan Inti Sawit Tandan Buah Segar Produksi Pekebun yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

15 2013, No.217 I. SANKSI 1. Sanksi diberlakukan bagi seluruh TBS yang diolah di sebagai berikut: a. Buah mentah (gabungan fraksi 00 dengan fraksi 0) didenda sebesar 50% x berat BM x berat TBS yang diterima dengan pengertian: - angka 50% : efisiensi yang dicapai bila mengolah buah mentah. - BM : persentase buah sangat mentah. b. Buah lewat matang didenda sebesar 25% x (BLM 5%) x berat TBS yang diterima, dengan pengertian: - angka 25% : banyaknya brondolan yang tidak terkutip karena Lewat matang. - BLM : persentase jumlah buah lewat matang. - angka 5% : batasan BLM yang diperbolehkan. c. Tandan kosong didenda sebesar 100% x TK x berat TBS yang diterima dengan pengertian: - TK : persentase jumlah tandan kosong. d. Buah gagang panjang (BG) didenda sebesar 1% x BG x berat TBS yang diterima dengan pengertian: - angka 1% : perkiraan berat gagang panjang dan berat TBS. - BG : persentase jumlah tandan bergagang panjang. e. Brondolan yang diterima lebih kecil dari 12,5% didenda sebesar 30% x (12,5% - X) x berat TBS yang diterima, dengan pengertian: - angka 30% : kadar minyak dan inti sawit dalam brondolan. - X : persentase jumlah brondolan yang dikirim. f. Brondolan yang diterima harus bersih, jika diterima kotor didenda sebesar 2 x berat kotor. g. TBS yang dikirim ke beratnya minimal 3 Kg per tandan, jika kurang dari 3 Kg per tandan didenda sebesar 70% x berat TBS yang diterima. 2. TBS yang diterima di perusahaan inti/mitra lebih dari 48 (empat puluh delapan) jam setelah panen dikenakan denda. 3. Pengaturan lebih lanjut dari pelaksanaan sanksi dan atau insentif tersebut diserahkan kepada perusahaan dan pekebun/kelembagaan pekebun. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, SUSWONO

2013, No.217 16