KARAKTERISTIK REMAJA PUTRI (12-15 TAHUN) DENGAN INDEKS MASSA TUBUH DIATAS BERAT BADAN NORMAL. Novita Sari 1, Amika Rois 2 ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

Keywords: Anemia, Social Economy

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

GAMBARAN UANG SAKU DAN PENGELUARAN KONSUMSI PANGAN PADA PENDERITA OVERWEIGHT DAN OBESITAS MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI (INDEKS MASSA TUBUH) DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA DI AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

Masalah Kelebihan Berat Badan pada Orang Dewasa di Indonesia. Sihadi. Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG OBESITAS DENGAN POLA MAKAN DI SMUN 5 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

Jurnal Riset Kesehatan HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN MENARCHE PADA SISWA DI SDN 02 KOTA PRABUMULIH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI KELAS VII SMP NEGERI I TANGEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

Kata Kunci: Pengetahuan, Sumber Informasi, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB IV HASIL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

PERBEDAAN. Disusun Oleh: J

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Transkripsi:

KARAKTERISTIK REMAJA PUTRI (12-15 TAHUN) DENGAN INDEKS MASSA TUBUH DIATAS BERAT BADAN NORMAL Novita Sari 1, Amika Rois 2 ABSTRAK Pada saat ini diperkirakan lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita kegemukan atau obesitas. Berdasarkan data yang diterima WHO (World Health Organization) pada tahun 2000 kian hari kian bertambah jumlah penderita obesitas. Data penelitian terakhir di Amerika Serikat lebih dari 50% orang dewasa dan lebih dari 25% anak-anak menderita berat badan lebih atau obesitas. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Karakteristik Remaja Putri (12-15 tahun) dengan Indeks Massa Tubuh diatas Berat Badan Normal (> 24,9) di SMP Islamic Centre Tangerang 2013. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putri di SMP Islamic Centre Tangerang sebanyak 81 responden. Variabel yang diteliti meliputi pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan uang saku. Hasil penelitian ini diperoleh informasilebih banyak remaja puteri dengan berat badan lebih 76,5%. Obesitas I 18,5%, obesitas II sebesar 3,7% dan sangat obesitas sebesar 1,2% Karakteristik siswa putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan normal adalah dengan pekerjaan kepala keluarga mayoritas adalah pegawai swastasebesar 85,7%, dan pendidikan kepala keluarga mayoritas pendidikan tinggi sebesar 81,6%, pendidikan ibu mayoritas pendidikan dasarsebesar 89,5%, pendapatan mayoritas 2.200.000 sebesar 77,1% dan uang saku mayoritas adalah 6.000 sebesar 76,6%. Diharapkan pihak sekolah dapat membuat kegiatan olahraga rutin sehingga dapat mengurangi kejadian berat badan berlebih. Kata Kunci : Indeks massa tubuh diatas normal, Remaja putri, Obesitas ABSTRACT At this time, more than 100 million people worldwide are overweight or obese. Based on data received by World Health Organization(WHO) in 2000 increasingly growing number of obese people. Recent research in the United States showed that more than 50% of adults and more than 25% of children suffer from overweight or obese. The purpose of this study to determine the characteristics of the Young Women (12-15 years) with a body mass index above the Normal Body Weight (> 24.9) in junior Islamic Centre Tangerang, 2013. This study is a descriptive study with cross sectional approach. The population in this study were all students at the junior high school daughter Islamic Centre Tangerang were 81 respondents. Variables examined included family heads work, education head of the family, mother's education, family income and allowance. The results of the research shows more girls with body weight over 76.5%, 18.5% obese I, II, 3.7% obese and very obese at 1.2% Female student with a body mass index above the normal weight almost come from parents who work as private employees by 85.7%, and the majority of parent education is higher education by 81.6%, the majority of maternal education is basic education by 89.5%, the majority of revenue 2,200,000 77.1% and the majority of pocket money is 6000 amounted to 76.6%. It is expected that the school can make regular sports activities so as to reduce the incidence of excessive weight gain. Keywords: above normal body mass index, Girls, Obesity 1 Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang 2 Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang 33

PENDAHULUAN Pada saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita kegemukan atau obesitas. Berdasarkan data yang diterima WHO (World Health Organization) pada tahun 2000 kian hari kian bertambah jumlah penderita obesitas. 1 Menurut data penelitian terakhir di Amerika Serikat lebih dari 50% orang dewasa dan lebih dari 25% anak-anak menderita berat badan lebih atau obesitas. Presentasi yang sangat tinggi menyebabkan epidemik penyakit kronis. Apabila percepatan penyakit obesitas berlanjut seperti sekarang kemungkinan besar populasi di Amerika Serikat menderita obesitas. 2 Obesitas atau kegemukan kini tidak lagi dianggap sebagai masalah kesehatan di negara industri saja, tetapi juga telah merepotkan negara sedang berkembang. Jumlah perumahan yang meningkat pesat menyebabkan anakanak sulit mencari tempat bermain. Singkatnya olahraga kini kian berkurang, sementara nafsu memakan santapan terutama pangan yang berkadar lemak tinggi justru meningkat. Semua ini berujung pada obesitas. 3 Ada beberapa dampak dari obesitas pada remaja diantaranya obesitas berdampak pada kematian sekitar 300.000 kematian pertahun yang berhubungan dengan obesitas, seseorang yang obesitas memiliki tingkat resiko 50%-100% lebih tinggi untuk mengalami kematian bila dibandingkan dengan individu yang sehat. 2 Obesitas atau kegemukan pada remaja merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung seperti tingginya kadar kolesterol dan tingginya tekanan darah, bila dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal. Remaja yang menderita obesitas atau kegemukan memiliki resiko sebanyak 70% untuk mengalami overweight atau obesitas pada saat dewasa, dan angka ini akan meningkat sebanyak 80% jika salah satu orang tua menderita obesitas. Konsekuensi yang dapat langsung terjadi pada obesitas adalah diskriminasi sosial, sehingga remaja akan mengalami penurunan kualitas hidup. Dampak atau faktor resiko yang akan terjadi pada remaja dengan obesitas dalam jangka panjang salah satunya adalah infertilitas. 2, 4 Menurut WHO yang dikutip oleh Kumalasari (2012) penyebab infertilitas pada perempuan diantaranya adalah faktor tuba fallopi 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 6% dan hal yang tidak diketahui 40%. 4 Pada beberapa negara obesitas menjadi perhatian khusus contohnya seperti di Eropa salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak di negara yang menjadi kiblat mode dunia ini adalah dengan memobilisasi para guru, dokter, dosen fakultas kedokteran, maupun pekerja bidang kesehatan lainnya untuk mengampanyekan bahaya kegemukan dan obesitas pada anak. Begitu juga dengan di Jepang upaya yang ditempuh pemerintah Jepang untuk menurunkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak dan remaja dengan menyediakan fasilitas kelas olahraga dan kesehatan di Tokyo yang khusus ditujukan bagi anak penderita kegemukan dan obesitas. 5 Di Indonesia menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007 prevalensi penderita obesitas pada usia remaja adalah 1,1%. Penderita obesitas lebih banyak ditemui pada remaja putri di daerah perkotaan dengan status sosial ekonomi menengah ke atas, sedangkan menurut Riskesdas tahun 2010 prevalensi kegemukan atau obesitas pada remaja putri usia 13 tahun 15 tahun meningkat menjadi 2,0% dan berkaitan dengan tempat tinggal. Prevalensi obesitas lebih tinggi pada daerah perkotaan yaitu 3,2% dan daerah pedesaan yaitu 1,7%. Prevalensi kegemukan pada anak usia 13 tahun-15 tahun juga terlihat meningkat sejalandengan meningkatnya pendidikan kepala rumah tangga. prevalensi kegemukan terendah terlihat pada anak dengan kepala rumah tangga tidak sekolah 1,8% dan tertinggi pada anak 34

dengan kepala rumah tangga berpendidikan D1 ke atas 4,4%. Menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga, Prevalensi kegemukan pada remaja tinggi pada kepala rumah tangga yang bekerja sebagai pegawai berpenghasilan tetap 4,1% dan sebagai wiraswasta 3,2% dan terendah pada kepala rumah tangga yang sedang sekolah. Berdasarkan keadaan ekonomi rumah tangga terlihat kecenderungan, semakin meningkat keadaan ekonomi semakin tinggi prevalensi kegemukan pada remaja 13-15 tahun. Prevalensi kegemukan terendah terlihat pada rumah tangga dengan ekonomi rendah (1,4%) dan tertinggi pada rumah tangga dengan ekonomi tertinggi (4,3%). Ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi kegemukan anak usia 13-15 tahun diatas prevalensi nasional, yaitu provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Papua. 6 Kota Tangerang merupakan salah satu kota di wilayah provinsi Banten yang berbatasan langsung dengan kota Jakarta. Kota Tangerang menjadi gerbang masuk dan keluar orang, barang dan jasa ke dan dari provinsi Banten. Posisi strategis ini dipandang sebagai potensi yang selanjutnya diformulasikan dalam visi kota Tangerang yaitu Kota Tangerang sebagai kota industri, perdagangan dan pemukiman yang ramah lingkungan dalam masyarakat yang berakhlak mulia. Menurut Arisman yang dikutip oleh Manurung (2009), ada beberapa alasan mengapa remaja dikatakan usia yang rentan terhadap terjadinya kelebihan gizi. Pertama, adanya kebutuhan energi yang lebih besar untuk mengimbangi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan yang relatif singkat. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasan pangan menuntut penyesuaian asupan energi dan zat gizi. Ketiga, keikutsertaan dalam olahraga, kehamilan,kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi. 7 SMP Islamic Centre terletak didaerah perkotaan dan memiliki kegiatan belajar dan ekstrakulikuler yang cukup padat, sehingga siswisiswinya memiliki peluang yang cukup besar untuk makan diluar rumah dan mengkonsumsi makanan siap saji. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Karakteristik Remaja Putri (12-15 tahun) dengan Indeks Massa Tubuh diatas Bert Badan Normal(> 24,9) di SMP Islamic Centre Tangerang 2013. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. 8 Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 di SMP islamic centre Tangerang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putri di SMP Islamic Centre Tangerang sebanyak 81 orang dan pengambian sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling yaitu total populasi.variabel dalam penelitian ini yaitu pekerjaan kepala keluarga, pendidikan orangtua (Ayah dan Ibu), pendapatan keluarga, dan uang saku. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner sebagai alat ukurnya. Setelah melakukan pengumpulan data dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah editing, coding, data entry, tabulasi, cleaning. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisa univariat. Analisa univariat pada umumnya hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. HASIL PENELITIAN 35

Berdasarkan tabel 1 diatas, dari 81 yang diteliti didapatkan lebih banyak responden yang mengalami berat badan lebih yaitu sebesar 76,5%. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri (12-15 Tahun) dengan Indeks Massa Tubuh Diatas Berat Badan Normal Variabel F % Berat Badan Lebih 62 76,5 Obesitas I 15 18,5 Obesitas II 3 3,7 Sangat Obesitas 1 1,2 Total 81 100 Pada tabel 2 hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari 81 orang responden variabel Pekerjaan terbanyak wiraswasta sebesar 51,9%, pendidikan KK terbanyak Pendidikan tinggi sebesar 46,9%, pendidikan ibu terbanyak pendidikan menengah sebesar 43,2%, pendapatan keluarga terbanyak 2.200.000 sebesar 86,4% dan uang saku terbanyak umur terbanyak 6.000 sebesar 95,1. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan KK, Pendidikan KK, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga dan Uang Saku Pada Remaja Putri Variabel F % Pekerjaan KK Wiraswasta 42 51,9 Pegawai Negeri Sipil 32 39,5 Pegawai Swasta 7 8,6 Pendidikan KK Pendidikan Dasar 17 21 Pendidikan Menengah 26 32,1 Pendidikan Tinggi 38 46,9 Pendidikan Ibu Pendidikan Dasar 19 23,5 Pendidikan Menengah 35 43,2 Pendidikan Tinggi 27 33,3 Pendapatan Keluarga < 2.200.000 11 13,6 2.200.000 70 86,4 Uang Saku < 6.000 4 4,9 6.000 77 95,1 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri (12-15 Tahun) Dengan Indeks Massa TubuhDiatas Berat Badan Normal (> 24,9) Berdasarkan Pekerjaan Kepala Keluarga Kategori Total BB Lebih Obesitas I Obesitas II Sangat Obesitas F % F % F % F % F % Pekerjaan Wiraswasta 30 71,4 9 21,4 2 4,8 1 2,4 42 100 PNS 26 81,2 5 15,6 1 3,1 0 0 32 100 Pegawai Swasta 6 85,7 1 14,3 0 0 0 0 7 100 Pendidikan KK Dasar 13 76,5 4 23,5 0 0 0 0 17 100 Menengah 18 69,2 5 19,2 2 7,7 1 3,8 26 100 Tinggi 31 81,6 6 15,8 1 3,8 0 0 38 100 Pendidikan Ibu Dasar 17 89,5 2 10,5 0 0 0 0 19 100 Menengah 22 62,9 11 31,4 1 2,9 1 2,9 35 100 Tinggi 23 85,2 2 7,4 2 7,4 0 0 27 100 Penghasilan < 2.200.000 8 72,7 2 18,2 1 9,1 0 0 11 100 2.200.000 54 77,1 13 18,6 2 2,9 1 1,4 70 100 Uang Saku < 6.000 3 75 0 0 1 25 0 0 4 100 6.000 59 76,6 15 19,5 2 2,6 1 1,3 77 100 36

Berdasarkan tabel 3 didapatkan dari variabel pekerjaan pegawai swasta sebesar 85,7% yang memiliki remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan normal. Variabel pendidikan KK mayoritas berpendidikan tinggi sebesar 81,6% memiliki remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan normal. Variabel pendidikan ibu mayaritas berpendidikan dasar sebesar 89,5% yang memiliki remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan normal. Variabel pendapatan keluarga perbulan mayoritas berpenghasilan 2.200.000 sebesar 77,1% yang memiliki remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan normal. Variabel uang saku perhari sebesar 76,6% memiliki uang saku 6.000 yang memiliki remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan normal. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian ini, 85,&% remaja puteri yang mengalami berat badan di atas normal berasal dari kepala keluarga yang bekerna sebagai pegawai swasta. Sementara itu tidak jauh berbeda repaja puteri dengan kepala keluarga sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga cukup banyak sebesar 81,2%, dan lebih sedikit pada kelompok remaja puteri dengan pekerjaan kepala keluarga sebagai wirasuasta sebesar 71,4%. Hasil penelitian inidapat mendukung pemerintah dari laporan Riskesdas tahun 2010 yaitu pekerjaan orang tua mempengaruhi obesitas pada remaja usia 13-15 tahun. Menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga yang tinggi mengalami obesitas adalah pegawai berpenghasilan tetap 4,1% dan wiraswasta 3,2%, dan terendah pada kepala rumah tangga yang sedang sekolah 0%. 6 Pada segi pendidikan Kepala Keluarga dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 81 orang siswi yang mengalami berat badan diatas normal, terbanyak pada kepala keluarga yang berpendidikan pendidikan tinggi yaitu sebesar (81,6%). Temuan dalam penelitian ini sesuai juga dengan data Riskesdas tahun 2010 bahwa prevalensi kegemukan pada anak usia 13-15 tahun juga terlihat meningkat sejalan dengan meningkatnya pendidikan kepala rumah tangga. prevalensi kegemukan terendah terlihat pada anak dengan kepala rumah tangga tidak pernah sekolah (1,8%) dan tertinggi pada anak dengan kepala rumah tangga berpendidikan D1 keatas (4,4%). 6 Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan dari 81 orang siswi SMP dengan berat badan diatas normal lebih banyak terjadi pada ibu dengan pendidikan dasar yaitu sebesar (89,5%), kemudian pada pendidikan tinggi (85,2%), pada pendidikan menengah (62,9%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2009) didapatkan hasil bahwa pendidikan ibu berpengaruh pada remaja dengan berat badan lebih atau obesitas, yaitu dari 96 orang responden didapatkan hasil 73 orang (76%) ibu berpendidikan lanjut ( SLTA- PT), dan 23 orang (24%) ibu berpendidikan dasar (SD-SLTP). 7 Berdasarkan hasil penelitian dari 81 orang responden dengan berat badan diatas normaldidapatkan pendapatan keluarga perbulan mayoritas berpenghasilan 2.200.000 sebesar 77,1%dan terendah pada pendapatan keluarga < 2.200.000 (72,7%). Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Riskesdas (2010) yang menyatakan berdasarkan keadaan ekonomi rumah tangga terlihat kecenderungan semakin meningkat keadaan ekonomi semakin tinggi prevalensi kegemukan pada anak usia 13-15 tahun. Prevalensi kegemukan terendah terlihat pada rumah tangga yang keadaan ekonominya terendah (1,4%) dan tertinggi pada rumah tangga dengan keadaan ekonomi tertinggi (4,3%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa dari 81 orang 37

siswi yang mengalami berat badan diatas normal, (76,6%) diantaranya memiliki uang saku perhari sebesar 6.000, dan (75%) yang memiliki uangsaku perhari sebesar < 6.000. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Manurung (2009), didapatkan hasil bahwa uang saku mempengaruhi kejadian obesitas. Uang saku >6.000 mengalami obesitas 11,5% dan yang < 6.000 mengalami obesitas 10%. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu dari 81 orang siswi remaja usia 12-15 tahun sebagian besar terjadi pada keluarga dengan pekerjaan kepala keluarga wiraswasta yaitu berjumlah 42 orang (51,9%), dengan pendidikan kepala keluarga pendidikan tinggi yaitu sebanyak 38 orang (46,9%), dengan pendidikan terakhir ibu berpendidikan menengah yaitu sebanyak 35 orang (43,2%), dengan pendapatan keluarga dalam 1 bulan diatas UMK ( 2.200.000) yaitu sebanyak 70 orang (86,4%) dan mayoritas memiliki uang saku 6.000 yaitu sebanyak 77 orang (95,1%). Dari 81 orang siswi remaja usia 12-15 tahun terbanyak dengan berat badan lebih dan pekerjaan kepala keluarga mayoritas pegawai swasta sebesar 85,7%, pendidikan terakhir kepala keluarga pendidikan tinggi sebesar 81,6%, pendidikan terakhir ibu pendidikan dasar sebesar 89,5%, mayoritas pendapatan keluarga dalam satu bulan diatas UMK ( 2.200.000) yaitu sebesar 77,1% dan uang saku perhari 6.000 sebesar 76,6%. SARAN Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan konseling kepada remaja putri tentang berat badan berlebih, dan semakin tertarik untuk melakukan penelitian tentang berat badan lebih ini dikarenakan dampaknya yang berbahaya. Diharapkan dengan adanya penelitian ini lahan penelitian dapat menambahkan kegiatan olahraga rutin. Diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya tentang karakteristik remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas normal. DAFTAR PUSTAKA 1.Siregar AR. Harga Diri Pada Remaja Obesitas. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran [Internet]. 2006. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fk/06009 832.pdf. 2.Soegih R. Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta: Sagung Setor; 2009. 3.Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. 4.Kumalasari I. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika; 2012. 5.Wahyu GG. Obesitas pada Anak. Yogyakarta: Benteng Pustaka; 2009. 6.. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Republik Indonesia; 2010. 7.Manurung NK. Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktifitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2009. 8.Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012 38