BAB IV HASIL PENELITIAN
|
|
- Yuliana Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2017 dengan menggunakan data sekunder hasil Riskesdas 2013 dan SKMI 2014 yang diperoleh dari laman resmi Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Gambaran penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Gambaran DM di Indonesia tahun 2013 Berikut merupakan data Prevalensi DM menurut diagnosa dokter maupun gejala pada responden (D/G) dan data prevalensi DM tiap provinsi di Indonesia tahun 2013 : Tabel 4.1 Prevalensi DM menurut karakteristik, 2013 Karakteristik Prevalensi DM D/G Kelompok umur (tahun) , , , , , , ,5 Jenis Kelamin Laki-laki 2,0 Perempuan 2,3
2 Tabel 4.1 Prevalensi DM menurut karakteristik, 2013 (lanjutan) Karakteristik Prevalensi DM D/G Pendidikan Tidak Sekolah 2,7 Tidak tamat SD 2,8 Tamat SD 2,3 Tamat SMP 1,5 Tamat SMA 1,8 Tamat D1-D3/PT 2,8 Status Pekerjaan Tidak Bekerja 2,4 Pegawai 2,1 Wiraswasta 2,4 Petani/Nelayan/Buruh 1,6 Lainnya 2,4 Tempat Tinggal Perkotaan 2,5 Pedesaan 1,7 Kuintil Indeks Kepemilikan Terbawah 1,6 Menengah bawah 1,6 Menengah 1,8 Menengah atas 2,4 Teratas 3,0 Sumber : Riskesdas 2013
3 Papua Papua Barat Maluku Utara Maluku Sulawesi Barat Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Bali Banten Jawa Timur DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Kepulauan Riau Bangka Belitung Lampung Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Aceh 0, ,3 1,2 1,3 1,3 1,2 1,2 1,5 1,6 1,5 1,6 1,8 1,9 2 1,9 2 2,2 2,1 2,2 2,3 2,5 2,5 2,6 2,7 2, ,3 3,4 3,7 3,6 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Grafik 4.1 Distribusi Prevalensi DM
4 Karakteristik penderita DM menurut umur, sebagian besar dialami oleh kelompok umur 45 tahun ke atas. Berdasarkan jenis kelamin, penderita DM lebih banyak pada perempuan baik diagnosis dokter maupun berikut gejala. Sedangkan berdasarkan pendidikan terakhir, sebagian besar penderita adalah berpendidikan D1-D3/PT dan tidak tamat SD yaitu sama-sama sebesar 2,8 persen. Karakteristik penderita DM menurut jenis pekerjaan, sebagian besar bekerja sebagai tidak bekerja, wiraswasta dan pekerjaan lainnya yaitu sama-sama sebesar 2,4 persen. Penderita DM berdasarkan letak tempat tinggal lebih banyak terdapat di perkotaan. Sedangkan menurut kuintil indeks kepemilikan, sebagian besar penderita DM terdapat pada kalangan teratas. Tabel 4.2 Distribusi Prevalensi DM Variabel Max Min Std dev N Diabetes Melitus 3,7 0,8 0, Prevalensi DM tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 3,7 persen, diikuti Sulawesi Utara (3,6 persen), Sulawesi Selatan (3,4 persen), Nusa Tenggara Timur (3,3 persen). Dari gambar 4.1 peta prevalensi DM dapat dilihat bahwa prevalensi DM tertinggi terdapat pada wilayah tengah Indonesia yakni pulau Sulawesi, NTT, NTB, dan beberapa wilayah di pulau Jawa, persebarannya dapat dilihat dalam peta prevalensi DM, sebagai berikut :
5 Gambar 4.1 Peta Prevalensi DM
6 2. Gambaran Konsumsi gula Berikut merupakan data Konsumsi gula menurut karakteristik dan data konsumsi gula tiap provinsi di Indonesia tahun 2014 : Tabel 4.3 Konsumsi gula dan lemak menurut karakteristik Karakteristik Gula Lemak >50 gram >67 gram Kelompok umur 0-59 bulan 1,3 11, tahun 1,6 30, tahun 2,0 30, tahun 5,7 28,1 >55 tahun 6,8 17,1 Jenis Kelamin Laki-laki 6,4 30,2 Perempuan 3,1 22,7 Tempat Tinggal Perkotaan 4,6 33,3 Pedesaan 3,7 19,6 Kuintil Indeks Kepemilikan Terbawah 3,7 12,7 Menengah bawah 4,6 20,4 Menengah 5,2 26,3 Menengah atas 5,2 32,1 Teratas 4,8 35,8 Sumber : Laporan SKMI 2014 (SDT)
7 Papua Papua Barat Maluku Utara Maluku Sulawesi Barat Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Bali Banten Jawa Timur DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Kepulauan Riau Bangka Belitung Lampung Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Aceh 8,2 8,8 9, ,7 11,7 11,7 12,7 13,5 13,3 14,3 13,5 14, ,7 14, ,7 16,2 17,1 16,3 15,8 16,1 16,1 16, ,2 17,6 19,9 21,4 22,5 24,4 30,9 Grafik 4.2 Distribusi Rerata Asuapan Gula tiap Provinsi di Indonesia tahun 2014
8 Pada SDT, karakteristik menurut umur dibagi ke dalam 5 kelompok umur. Konsumsi gula menurut Permenkes Nomor 30 tahun 2013 tidak boleh lebih dari 50 gram/hari. Namun masyarakat indonesia cenderung mengkonsumsi gula lebih dari batas yang telah ditentukan. Konsumsi gula sebagian besar pada kelompok usia lebih dari 55 tahun yaitu sebesar 6,8%. Laki-laki lebih banyak mengkonsumsi gula di banding perempuan. Karakteristik tempat tinggal sebagian besar konsumsi gula berlebih terdapat di perkotaan. Sedangkan menurut karakteristik kuintil indeks kepemilikan konsumsi gula terbesar pada kalangan menengah dan menengah atas. Tabel 4.4 Distribusi Konsumsi Gula Variabel Max Min Std dev N Konsumsi Gula 30,9 8,2 4, Yogyakarta merupakan provinsi tertinggi rerata asupan gula yaitu sebesar 30,9 gram. Hal ini dimungkinkan karena kebiasaan masyarakat Yogyakarta yang lebih menyukai makanan maupun minuman yang manis. Rerata asupan gula tertinggi setelah yoyakarta adalah Provinsi Kalimantan Selatan (24,4), Jawa Tengah (22,5), dan Papua Barat (21,4). Pada gambar peta berikut ini menunjukkan persebaran konsumsi gula yang cukup merata di beberapa Provinsi di Indonesia. Semakin gelap warna maka semakin tinggi konsumsi gula tiap provinsinya.
9 Gambar 4.2 Peta Distribusi Asupan Gula (gram) tiap Provinsi di Indonesia tahun 2014
10 3. Gambaran Konsumsi Lemak Konsumsi lemak menurut Permenkes Nomor 30 tahun 2013 tidak boleh lebih dari 67 gram/hari. Namun masyarakat indonesia cenderung mengkonsumsi lemak lebih banyak dari batas yang telah ditentukan. Konsumsi lemak sebagian besar pada kelompok usia anak-anak dan remaja antara 5-18 tahun yaitu sebesar 30,3%. Laki-laki lebih banyak mengkonsumsi lemak di banding perempuan. Karakteristik tempat tinggal sebagian besar konsumsi lemak berlebih terdapat di perkotaan. Sedangkan menurut karakteristik kuintil indeks kepemilikan konsumsi lemak terbesar pada kalangan teratas. Tabel 4.5 Distribusi Konsumsi Lemak Variabel Max Min Std dev N Konsumsi Lemak 27,3 7,8 4, Konsumsi lemak tertinggi terdapat di provinsi DKI Jakarta dengan rerata sebesar 27,3 gram/hari. Sedangkan konsumsi lemak terendah terdapat di provinsi Nusa Tenggara timur dengan jumlah rerata sebesar 7,8 gram/hari.
11 Papua Maluku Utara Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Timur Bali Jawa Timur Jawa Tengah DKI Jakarta Bangka Belitung Bengkulu Jambi Sumatera Barat Aceh 7, ,5 13,6 12,9 14,9 16,5 17,5 15,9 16,8 20,4 19,6 18,6 21,3 19,8 20,9 19,4 16,2 20,5 18,6 19,5 17,5 18,1 19,6 21,5 22,4 23,1 23, , ,7 23,9 27,3 Grafik 4.3 Distribusi Rerata Asuapan Lemak (gram) tiap Provinsi di Indonesia tahun 2014
12 Gambar 4.3 Peta Distribusi Asupan Lemak (gram) tiap Provinsi di Indonesia tahun 2014
13 Dari peta di atas menunjukkan bahwa semakin gelap warna semakin tinggi rerata konsumsi lemak. Sebagian besar konsumsi lemak tertinggi berada di pulau jawa. Lima provinsi teratas dengan konsumsi lemak tertinggi adalah DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. 4. Gambaran Konsumsi Serat Tabel 4.6 Konsumsi sayur dan olahannya menurut umur Jenis sayuran dan olahannya (gram) Kelompok umur Sayuran Daun Sayuran buah/ Sayuran akar Sayuran polong Sayuran lainnya 0-59 bulan 4,8 0,4 0,0 0, tahun 66,6 0,6 0,1 0, tahun 76,0 0,8 0,1 0, tahun 83,7 1,0 0,1 0,1 >55 tahun 80,7 1,0 0,2 0,2 Seluruh umur 79,1 0,9 0,1 0,1 Sumber : Laporan SKMI 2014 (SDT) Berdasarkan kelompok umur, konsumsi sayur daun sebagian besar dikonsumsi pada usia tahun, konsumsi sayur buah/sayur akar sebagian besar dikonsumsi pada kelompok umur tahun, sedangkan konsumsi sayur polong dan sayur lainnya sebagian besar dikomsumsi oleh usia lebih dari 55 tahun. Tabel 4.6 Distribusi Konsumsi Serat, 2013 Variabel Max Min Std dev N Konsumsi serat 93,3 33,
14 Papua Papua Barat Maluku Utara Maluku Sulawesi Barat Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Bali Banten Jawa Timur DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Kepulauan Riau Bangka Belitung Lampung Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Aceh 33,9 37,5 40,1 41,8 47,4 45,4 58,5 61,6 Grafik 4.4 Distribusi Rerata Asuapan Serat(gram) tiap Provinsi di Indonesia tahun ,4 46,7 52,1 51,9 53,8 55, ,9 58,4 58, ,1 67,6 63, ,4 64, ,4 69,2 67,5 69,6 73, ,3
15 Gambar 4.4 Peta Distribusi Asupan Serat (gram) tiap Provinsi di Indonesia tahun 2014
16
17
18 5. Gambaran aktivitas Fisik Tabel 4.7 Aktivitas sendentari menurut karakteristik Karakteristik Aktivitas Sendentari < 3 jam/hari 3-5 jam/hari >6 jam/hari Kelompok umur (tahun) ,2 42,7 29, ,9 43,1 25, ,8 43,0 23, ,4 42,5 22, ,7 42,3 21, ,1 42,1 20, ,5 41,8 20, ,3 41,7 20, ,1 41,9 22, ,4 41,1 24, ,8 40,3 26, ,9 36,7 37,4 Jenis Kelamin Laki-laki 34,7 43,1 22,2 Perempuan 33,0 40,9 26,1 Pendidikan Tidak Sekolah 32,8 40,3 26,9 Tidak tamat SD 32,0 41,4 26,6 Tamat SD 33,4 42,3 24,3 Tamat SMP 34,4 42,6 23,1 Tamat SMA 35,4 42,1 22,4 Tamat D1-D3/PT 34,9 41,2 23,9 Sumber : Riskesdas 2013
19 Tabel 4.7 Aktivitas sendentari menurut karakteristik (lanjutan) Karakteristik Aktivitas Sendentari <3 jam 3-5 jam >6 jam Status Pekerjaan Tidak Bekerja 30,0 41,1 28,9 Pegawai 36,8 42,2 21,0 Wiraswasta 35,2 42,7 22,1 Petani/Nelayan/Buruh 38,8 43,4 17,8 Lainnya 36,6 40,9 22,6 Tempat Tinggal Perkotaan 32,3 41,6 26,1 Pedesaan 35,4 42,5 22,1 Kuintil Indeks Kepemilikan Terbawah 37,6 41,2 21,2 Menengah bawah 33,6 42,1 24,3 Menengah 32,4 42,8 24,8 Menengah atas 33,1 41,9 25,0 Teratas 33,9 41,7 24,3 Sumber : Riskesdas 2013 Aktivitas sendentari berdasarkan kelompok umur, sebagian besar pada intensitas kurang dari 3 jam terdapat pada kelompok umur tahun, sedangkan pada intensitas 3-5 jam terdapat pada kelompok umur tahun, serta pada intensitas lebih dari 6 jam terdapat pada usia lebih dari 65 tahun. Hal tersebut seiring dengan tingkat produktivitas seseorang. Keaktifan menurut jenis kelamin sebagian besar terdapat pada perempuan, terbukti dengan aktivitas sendentari lebih banyak dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan menurut tingkat pendidikan terakhir, rata-rata komposisi aktivitasnya tidak terlalu berbeda. Berkebalikan dengan variabel sebelumnya, aktivitas sendentari lebih
20 banyak terdapat pada masyarakat yang bertempat tinggal di pedesaan. Berdasarkan jenis pekerjaan, pada intensitas kurang dari 3 jam dan 3-5 jam sebagian besar dialami oleh kelompok buruh, petani, nelayan, sedangkan pada intensitas lebih dari 6 jam terdapat pada jenis pekerjaan lain. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, pada intensitas kurang dari 3 jam dan 3-5 jam sebagian besar dialami oleh kalangan bawah, sedangkan pada intensitas lebih dari 6 jam terdapat pada kalangan teratas. Tabel 4.8 Distribusi Aktivitas Sendentari, 2013 Variabel Max Min Std dev N <3 jam/hari jam/hari , >6 jam/hari , Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa aktivitas sendentari dengan cut of point < 3 jam/hari terbesar terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan proporsi sebesar 66,6% dan terendah terdapat di Provinsi Jawa Timur dengan proporsi sebesar 27,1%. Sedangkan aktivitas sendentari dengan cut of point 3-5 jam/hari terbesar terdapat di Provinsi Banten dengan proporsi sebesar 50,2% dan terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan proporsi sebesar 29,9%. Aktivitas sendentari dengan cut of point > 6 jam/hari terbesar terdapat di Provinsi Riau dengan proporsi sebesar 39,1% dan terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan proporsi sebesar 3,1%.
21 <3 jam/hari 3-5 jam/hari > 6 jam/hari Grafik 4.5 Distribusi Aktivitas fisik sendentari tiap Provinsi di Indonesia tahun 2014
22 Gambar 4.5 Peta Distribusi Aktivitas Sendentari <3 jam/hari tiap Provinsi di Indonesia tahun 2013
23 Gambar 4.6 Peta Distribusi Aktivitas Sendentari 3-5 jam/hari tiap Provinsi di Indonesia tahun 2013
24 Gambar 4.7 Peta Distribusi Aktivitas Sendentari >6 jam/hari tiap Provinsi di Indonesia tahun 2013
25 Pada gambar 4.5 terdapat persebaran aktivitas sendentari kurang dari 3 jam per hari. Maka semakin gelap warna peta maka semakin banyak proporsi masyarakat yang berkegiatan dengan aktif. Provinsi dengan aktivitas sendentari kurang dari 3 jam/hari tertinggi terpadap pada provinsi NTT, diikuti Provinsi Sulawesi Tenggara, Aceh, Kalimantan Barat, dan Papua Barat. Sedangkan pada gambar 4.6 terdapat persebaran aktivitas sendentari selama 3-5 jam per hari. Semakin gelap warna peta maka semakin banyak proporsi masyarakat yang berkegiatan dengan cukup aktif. Provinsi dengan aktivitas sendentari 3-5 jam/hari tertinggi terpadat pada provinsi Banten, diikuti Provinsi lampung, Papua dan Papua Barat. Sedangkan pada gambar 4.7 terdapat persebaran aktivitas sendentari selama lebih dari 6 jam per hari. Semakin banyak proporsi aktivitas ini maka semakin gelap. Hal ini dinilai kurang baik dan dapat menjadi faktor resiko mudahnya terserang penyakit. Provinsi dengan aktivitas sendentari lebih dari 6 jam/hari tertinggi terpadat pada provinsi Riau, diikuti Provinsi Sumatra Barat, Maluku Utara dan Jawa Timur. B. Korealsi Antara Kejadian Diabetes Melitus dengan beberapa faktor 1. Uji normalitas Tabel 4.9 Uji Normalitas Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Diabetes Melitus 0,928 Asupan Gula 0,256 Asupan Lemak 0,819
26 Tabel 4.9 Uji Normalitas (lanjutan) Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Asupan Serat 0,965 Aktivitas Fisik <3 jam/hari 0,784 Aktivitas Fisik 3-5 jam/hari 0,979 Aktivitas Fisik >6 jam/hari 0,943 *Secara statistik berdistribusi normal (p >0.05) Uji normalitas merupakan salah satu syarat sebelum melaksanakan uji korelasi. Sebaran data dikatakan normal apabila pada uji Kolmogorov- Smirnov Z dengan nilai value (p) lebih dari 0,05. Pada tabel di atas memperlihatkan semua data berdistribusi normal, sehingga analisis selanjutnya menggunakan uji Person. 2. Korelasi antara DM dan konsumsi gula Tabel 4.10 Korelasi antara DM dan konsumsi gula Variabel Asupan gula Diabetes Melitus r= 0,067 p= 0,712 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kejadian diabetes dengan konsumsi gula, karena nilai p 0,712 > 0,05 dan kekuatan korelasi sangat lemah karena nilai r (0,062) mendekati nol. Berikut disajikan analisis spasial antara kejadian DM dengan konsumsi gula dengan simbol dot sebagai penanda kasus DM dan gradasi warna dalam penentuan tingkat konsumsi gula :
27 Gambar 4.8 Peta Analisis Spasial Kejadian DM dan Konsumsi Gula tiap Provinsi di Indonesia tahun 2014
28 Dalam peta di atas 1 dot mewakili prevalensi dengan angka 0,1. Dot terbanyak terdapat pada Provinsi Sulawesi Tengah sedangkan rata-rata konsumsi gula berada pada range sedang. Dot terbanyak kedua terdapat pada Provinsi Sulawesi Utara dan rerata konsumsi gula juga berada pada range sedang. Sedangkan jumlah dot paling sedikit terdapat pada provinsi Lampung dengan rerata konsumsi gula dalam range sedang. Hal tersebut semakin menguatkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kejadian DM dengan konsumsi gula. 3. Korelasi antara DM dan konsumsi lemak Tabel 4.11 Korelasi antara DM dan konsumsi lemak Variabel Asupan Lemak Diabetes Melitus r= -0,188 p=0,295 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kejadian diabetes dengan konsumsi lemak, karena nilai p 0,295 > 0,05 dan kekuatan korelasi sangat lemah karena nilai r (0,188) mendekati nol. Arah hubungan antara kejadian DM dengan konsumsi lemak berbanding terbaik karena nilar r bersifat negatif. Berikut disajikan analisis spasial antara kejadian DM dengan konsumsi lemak dengan simbol dot sebagai penanda kasus DM dan gradasi warna dalam penentuan tingkat konsumsi lemak :
29 Gambar 4.9 Peta Analisis Spasial Kejadian DM dan Konsumsi Lemak tiap Provinsi di Indonesia tahun 2014
30 Dalam peta di atas 1 dot mewakili prevalensi dengan angka 0,1. Dot terbanyak terdapat pada Provinsi Sulawesi Tengah sedangkan rata-rata konsumsi lemak berada pada range cukup rendah. Sedangkan jumlah dot paling sedikit terdapat pada provinsi Lampung dengan rerata konsumsi lemak dalam range cukup tinggi. Konsumsi lemak tertinggi terdapat pada Provinsi DKI Jakarta dengan prevalensi DM sebesar 3 persen. Hal tersebut semakin menguatkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kejadian DM dengan konsumsi lemak. 4. Korelasi antara DM dan konsumsi serat Tabel 4.12 Korelasi antara DM dan konsumsi serat Variabel Asupan Serat Diabetes Melitus r= 0,069 p= 0,701 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kejadian diabetes dengan konsumsi serat, karena nilai p 0,701 > 0,05 dan kekuatan korelasi sangat lemah karena nilai r (0,069) mendekati nol. Berikut disajikan analisis spasial antara kejadian DM dengan konsumsi serat dengan simbol dot sebagai penanda kasus DM dan gradasi warna hijau dalam penentuan tingkat konsumsi serat :
31 Gambar 4.10 Peta Analisis Spasial Kejadian DM dan Konsumsi Serat tiap Provinsi di Indonesia tahun 2014
32 Dalam peta di atas 1 dot mewakili prevalensi dengan angka 0,1. Dot terbanyak terdapat pada Provinsi Sulawesi Tengah sedangkan ratarata konsumsi serat berada pada range cukup sedang. Sedangkan jumlah dot paling sedikit terdapat pada provinsi Lampung dengan rerata konsumsi serat dalam range sedang. Konsumsi serat tertinggi terdapat pada Provinsi NTT dengan prevalensi DM sebesar 3,3 persen. Hal tersebut semakin menguatkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kejadian DM dengan konsumsi serat. 5. Korelasi antara DM dan aktivitas fisik Tabel 4.13 Korelasi antara DM dan aktivitas fisik Variabel Aktivitas sendentari <3 jam/hari Aktivitas sendentari 3-5 jam/hari Aktivitas sendentari >6 jam/hari Diabetes Melitus r= 0,190 p= 0,289 r= -0,529 p= 0,002 r= 0,085 p= 0,636 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kejadian diabetes dengan aktivitas sendentari dengan cut of point <3 jam/hari dan >6 jam/hari, karena nilai p masing-masing sebesar0,289 dan 0,636 > 0,05 serta kekuatan korelasi sangat lemah karena nilai r (0,190 dan 0,085) mendekati nol. Sedangkan aktivitas sendentari 3-5 jam/hari berhubungan signifikan dengan kejadian DM karena nilai p 0,02 < 0,05 dan kekuatan hubungan kategori sedang yaitu nilai r 0,529 mendekati nilai 0. Sedangkan arah korelasi antara aktivitas sendentari 3-5 jam berbanding terbalik dengan kejadian DM karena nilai r bersifat negatif.
33 Gambar 4.11 Peta Analisis Spasial Kejadian DM dan Aktivitas Sendentari <3 jam/hari tiap Provinsi di Indonesia
34 Gambar 4.12 Peta Analisis Spasial Kejadian DM dan Aktivitas Sendentari 3-5 jam/hari) tiap Provinsi di Indonesia
35 Gambar 4.13 Peta Analisis Spasial Kejadian DM dan Aktivitas Sendentari >6 jam/hari tiap Provinsi di Indonesia
36 Dalam gambar 4.11 adalah analisis spasial DM dan aktivitas sendentari kurang dari 3 jam/hari. Dalam peta 1 dot mewakili prevalensi dengan angka 0,1. Dot terbanyak terdapat pada Provinsi Sulawesi Tengah sedangkan proporsi aktivitas sendentari berada pada range cukup rendah. Sedangkan jumlah dot paling sedikit terdapat pada provinsi Lampung dengan proporsi aktivitas sendentari dalam range sedang. Proporsi aktivitas sendentari tertinggi terdapat pada Provinsi NTT dengan prevalensi DM sebesar 3,3 persen. Hal tersebut semakin menguatkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kejadian DM dengan aktivitas sendentari kurang dari 3 jam/hari. Dalam gambar 4.12 adalah analisis spasial DM dan aktivitas sendentari 3-5 jam/hari. Dalam peta 1 dot mewakili prevalensi dengan angka 0,1. Dot terbanyak terdapat pada Provinsi Sulawesi Tengah sedangkan proporsi aktivitas sendentari berada pada range cukup tinggi. Sedangkan jumlah dot paling sedikit terdapat pada provinsi Lampung dengan proporsi aktivitas sendentari dalam range tinggi. Proporsi aktivitas sendentari tertinggi terdapat pada Provinsi Banten dengan prevalensi DM sebesar 1,6 persen. Terdapat hubungan yang berbading terbalik antara kejadian DM dengan aktivitas sendentari kurang dari 3 jam/hari. Semakin banyak masyarakat dengan aktivitas sendentari 3-5 jam/hari maka semakin sedikit prevalensi DM. Dalam gambar 4.13 adalah analisis spasial DM dan aktivitas sendentari lebih dari 6 jam/hari. Dalam peta 1 dot mewakili prevalensi dengan angka 0,1. Dot terbanyak terdapat pada Provinsi Sulawesi Tengah sedangkan proporsi aktivitas sendentari berada pada range
37 cukup rendah. Sedangkan jumlah dot paling sedikit terdapat pada provinsi Lampung dengan proporsi aktivitas sendentari dalam range rendah. Proporsi aktivitas sendentari tertinggi terdapat pada Provinsi Riau dengan prevalensi DM sebesar 1,2 persen. Hal tersebut semakin menguatkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kejadian DM dengan aktivitas sendentari lebih dari 6 jam/hari.
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES
BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES 2.1 Deskripsi Diabetes Diabetes adalah penyakit yang disebabkan oleh pola makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan stress. Penderita
Lebih terperinciTABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011
TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529
Lebih terperinciPopulasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),
Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinci. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.
S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN
BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,
Lebih terperinciJUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015
JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592
Lebih terperinciPROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014
PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 1 Jumlah kabupaten/kota 8 Tenaga Kesehatan di fasyankes Kabupaten 9 Dokter spesialis 134 Kota 2 Dokter umum 318 Jumlah 11 Dokter gigi 97 Perawat 2.645 2 Jumlah
Lebih terperinciEstimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)
Lampiran Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013) Berikut ini beberapa contoh perhitungan dari variabel riskesdas yang menyajikan Sampling errors estimation
Lebih terperinciKESEHATAN ANAK. Website:
KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut
Lebih terperinci2
2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH
Lebih terperinciFungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154
ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo
Lebih terperinciPREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi
LAMPIRAN 1 PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 Status Gizi No Provinsi Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) 1 Aceh 7,9 18,4
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016
No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan
Lebih terperinciSURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016
SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 1 PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 SURVEI NASIONAL 2013 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan untuk
Lebih terperinciNusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.
LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan
Lebih terperinciPROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT
No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk
Lebih terperinciDisabilitas. Website:
Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Indeks Tendensi Konsumen III-2017 Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 10/11/53/Th. XX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen III-2017 Secara umum kondisi ekonomi dan tingkat optimisme
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember
Lebih terperinci2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh
No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga
Lebih terperinciPembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.
ANALISIS BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN DATA BNPB MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA MINING MAHESA KURNIAWAN 54412387 Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. Bencana merupakan peristiwa yang dapat
Lebih terperinciPANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2
PANDUAN Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciU r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 17/08/62/Th. II, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 SEBESAR 70,85
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada
Lebih terperinciDATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA
DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN RIAU TAHUN 2017
No. 39/08/14/Th.XVIII, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN RIAU TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN RIAU TAHUN 2017 SEBESAR 71,89 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan Riau Tahun 2017 berdasarkan hasil Survei Pengukuran
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011
No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 47/08/Th. XX, 04 September 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI TENGGARA TAHUN 2017 Kebahagiaan Sulawesi Tenggara Tahun 2017 Sebesar 71,22 Pada Skala 0-100
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016
BADAN PUSAT STATISTIK. 29/03/Th. XIX, 15 Maret 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016 RUPIAH TERAPRESIASI 3,06 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah terapresiasi 3,06 persen
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN MALUKU UTARA TAHUN 2017
No. 48/08/82/Th XVI, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN MALUKU UTARA TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN MALUKU UTARA TAHUN 2017 SEBESAR 75,38 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan Maluku Utara tahun 2017 berdasarkan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017
No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 47/08/16/Th. XIX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SUMSEL TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SUMSEL TAHUN 2017 SEBESAR 71,98 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROV BENGKULU TAHUN 2017 SEBESAR 70,61 PADA SKALA 0-100
No. 51/09/17/II, 04 September 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROV BENGKULU TAHUN 2017 SEBESAR 70,61 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan Provinsi Bengkulu tahun 2017 berdasarkan
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA UTARA TAHUN 2017
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 49/08/12/Th. XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA UTARA TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA UTARA TAHUN 2017 SEBESAR 68,41 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan Sumatera
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 05/09/5300/Th. XX, 4 September 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN NTT TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN NTT TAHUN 2017 SEBESAR 68,98 PADA SKALA 0-100 Indeks
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI UTARA TAHUN 2017
No. 77/08/71/Th. XI, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI UTARA TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI UTARA TAHUN 2017 SEBESAR 73,69 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan Sulawesi Utara tahun 2017 berdasarkan
Lebih terperinciHASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014
HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA BARAT No. 46/08/13/Th. XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA BARAT TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SUMBAR TAHUN 2017 SEBESAR 72,43 PADA SKALA 0-100
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 62/08/21/Th. XII, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017 SEBESAR 73,11 PADA SKALA 0-100
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN
No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2017 SEBESAR 70,45 PADA SKALA 0-100
No. 47/08/15/Th.XI, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2017 SEBESAR 70,45 PADA SKALA 0-100 Indeks Kebahagiaan Provinsi Jambi tahun 2017
Lebih terperinciALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 103 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI
Lebih terperinciDATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA
DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciLaporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Rp2.334.880.785 B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1 Pendapatan Negara dan Hibah Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada Tahun Anggaran 2014
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat
Lebih terperinciWORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)
WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 454, 2016 ANRI. Dana. Dekonsentrasi. TA 2016. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan kenaikan setiap tahun. Jumlah penduduk
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2017
No. 48/08/94/Th.III 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 SEBESAR 67,52 PADA SKALA 0-100 Indeks Kebahagiaan Provinsi Papua pada tahun
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI TENGAH TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI TENGAH TAHUN 2017 SEBESAR 71,92 PADA SKALA 0-100
No. 48/08/72/Th. XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI TENGAH TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI TENGAH TAHUN 2017 SEBESAR 71,92 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan Sulawesi Tengah tahun 2017 berdasarkan
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017
Nomor : 048/08/63/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 SEBESAR 71,99 (SKALA 0-100) Kebahagiaan Kalimantan Selatan tahun
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN JAWA BARAT TAHUN 2017
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 51/09/32/Th.XVII, 4 September 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN JAWA BARAT TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN JAWA BARAT TAHUN 2017 SEBESAR 69,58 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan Jawa Barat tahun
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN INDONESIA TAHUN 2017
BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS KEBAHAGIAAN INDONESIA TAHUN 2017 No. 79/08/Th. XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN INDONESIA TAHUN 2017 SEBESAR 70,69 PADA SKALA 0 100 Kebahagiaan Indonesia tahun 2017 berdasarkan
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2017
Indeks Kebahagiaan DKI Jakarta Tahun 2017 No. 44/09/31/Th.XIX, 4 September 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2017 Indeks Kebahagiaan DKI Jakarta tahun 2017 sebesar 71,33 yang merupakan indeks komposit
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017
PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 10,64 PERSEN No. 66/07/Th. XX, 17 Juli 2017 Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 69/08/Th. XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 Kebahagiaan Kalimantan Timur tahun 2017 berdasarkan hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI O U T L I N E PENDAHULUAN SITUASI TERKINI STROKE
Lebih terperinciTabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi
Tabel 39., dan Bawang Merah Menurut 6.325 7.884 854.064 7,4 7,4 2 Sumatera 25.43 9.70 3.39 2.628 7,50 7,50 3 Sumatera Barat 8.57 3.873.238.757 6,59 7,90 4 Riau - - - - - - 5 Jambi.466.80 79 89 8,9 6,24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 51/09/Th. XX, 4 September 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2017 SEBESAR 70,08 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI BALI TAHUN 2017
No. 54/08/51/Th. II, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI BALI TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI BALI TAHUN 2017 SEBESAR 72,48 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan Provinsi Bali tahun 2017 berdasarkan
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2017
No. 56/08/19/Th.II, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KEP. BABEL TAHUN 2017 SEBESAR 71,75 PADA SKALA 0-100 Indeks Kebahagiaan Provinsi Kepulauan Bangka
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.
No.1562, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN PAPUA BARAT TAHUN 2017
INDEKS KEBAHAGIAAN PAPUA BARAT TAHUN 2017 No. 43/08/91 Th. XI, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PAPUA BARAT TAHUN 2017 SEBESAR 71,73 PADA SKALA 0-100 Indeks Kebahagiaan Papua Barat tahun 2017 berdasarkan
Lebih terperinciPertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS
Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak yang sehat merupakan anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental yang normal, sesuai dengan umur mereka. Anak yang sehat memiliki status
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 70/08/64/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017 Penghitungan Kebahagiaan Kalimantan Utara tahun 2017 merupakan yang pertama berdasarkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017
KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017 TENTANG ALOKASI KUOTA AKREDITASI BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2018
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN BANTEN TAHUN 2017
No. 49/08/36/Th. XI, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN BANTEN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN BANTEN TAHUN 2017 SEBESAR 69,83 PADA SKALA 0-100 Indeks Kebahagiaan Banten tahun 2017 berdasarkan hasil Survei
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 28,55 JUTA ORANG Pada bulan September 2013, jumlah
Lebih terperinciPerkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017 NTP September 2017 sebesar 96,17 atau turun 0,46 persen dibanding
Lebih terperinciEVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)
EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) P R A W I D Y A K A R Y A P A N G A N D A N G I Z I B I D A N G 1 : P E N I N G K A T A N G I Z I M A S Y A R A K A T R I S E T P E N
Lebih terperinciStrategi Guru Pembelajar Pasca-UKG
Strategi Guru Pembelajar Pasca-UKG Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Purwadi Sutanto Direktur Pembinaan SMA Hasil Uji Kompetensi Guru 2015 120000 100000 80000 60000 40000 Rata-rata
Lebih terperinciJumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,
yang Tersedia pada Menurut, 2000-2015 2015 yang Tersedia pada ACEH 17 1278 2137 SUMATERA UTARA 111 9988 15448 SUMATERA BARAT 60 3611 5924 RIAU 55 4912 7481 JAMBI 29 1973 2727 SUMATERA SELATAN 61 4506 6443
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.
No.526, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN
No.12/02/Th.XI, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,392 Pada ember 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciAntar Kerja Antar Daerah (AKAD)
Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan
Lebih terperinci- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018
- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014
BADAN PUSAT STATISTIK No. 52/07/Th. XVII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 28,28 JUTA ORANG Pada Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI BARAT TAHUN 2017
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 79/08/Th. XX, 15 Agustus 2017 No. 51/08/76/Th.XI, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI BARAT TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI BARAT TAHUN 2017 SEBESAR 70,02
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Triwulan III-2017 Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 73/11/52/Th.VIII, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN III-2017
Lebih terperinciNAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA
2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011
Lebih terperinci