Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

dokumen-dokumen yang mirip
Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA

PENGARUH ph TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFAT. Syafaruddin Siregar 1), Uum Sumirat 2), Agus Solehudin 3)

KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

Korosi H 2 S dan CO 2 pada Peralatan Statik di Industri Minyak dan Gas

STRESS CORROSION CRACKING (SCC) A. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG (SCC)

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

ABSTRAK DISERTASI. tercatat sebagai salah satu bentuk kegagalan yang sering terj. biasanya jauh lebih besar. Oleh sebab itu gejala tersebut

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

Analisis Kegagalan Daerah Lasan Pipa Stainless Steel Sebagai Media Reboiler Pabrik Pupuk

STUDI PELAPISAN NIKEL DEKORATIF DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGKILAT NATRIUM KLORIDA UNTUK HOME INDUSTRY KERAJINAN LOGAM

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

ANALISA LAJU PERAMBATAN RETAK UNTUK JENIS KOROSI SCC PADA PIPELINE AKIBAT UNSUR H 2 S

TINJAUAN PUSTAKA. logam dengan lingkungannya [Jones, 1996]. Korosi menjadikan logam kembali

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

ANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD

PENGENDALIAN KOROSI. STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat

2.1 PENGERTIAN KOROSI

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2.1 DEFINISI DAN MEKANISME KOROSI

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AUSTENITIC STAINLESS STEEL (AISI 304) DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSIF HCL 1M

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang paling berbahaya., karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Biasanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

BAB V ANALISIS BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis History

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

1 BAB IV DATA PENELITIAN

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

4.1 ANALISA PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL

Bab II Tinjauan Pustaka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Stainless and Heat-Resisting Crude Steel Production (in 000 metric tons)

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN 60 UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

ANALISA KOROSI BAUT PENYANGGA OCEAN BOTTOM UNIT (OBU) RANGKAIAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI PADA PERAIRAN PELABUHAN RATU.

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

Korosi Retak Tegangan (SCC) Pada Pipa Baja Karbon Api 5l Grade-B Akibat Pengaruh Sweet Gas (H2S Dan CO2)

ANALISA KEGAGALAN FLANGE WELD NECK RAISE FACE 6 BERBAHAN ASTM A-105 PADA PIPA ALIRAN MINYAK BUMI DAN GAS DI CHEVRON COMPANY INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

PENGARUH TEMPERATUR PERLAKUAN PANAS HASIL PELAPISAN Cu-Ni PADA BAJA KARBON ST-37 TERHADAP SIFAT MEKANIK

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Available online at Website

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING LOGAM TEMBAGA DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSI NH4OH 1M

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA ALIRAN SISTEM PENDINGIN DI INSTALASI RADIOMETALURGI

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

MENINGKATAN KETAHANAN KOROSI PADA SAMBUNGAN LONGITUDINAL LAS RESISTENSI LISTRIK PIPA BAJA API 5L X 46 DENGAN PERLAKUAN PANAS PASKA PENGELASAN ABSTRAK

BAB II DASAR TEORI. II.1. Dapur Pemanas Pada Kilang Minyak

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

LAJU KOROSI DAN KEKERASAN PIPA BAJA API 5L X65 SETELAH NORMALIZING

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah

ANALISIS KETAHANAN KOROSI PIPA A53 PADA LINGUNGAN OIL SLUDGE DENGAN METODE C-RING ABSTRACT

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S (Agus Solehudin)* * Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Emai : asolehudin@upi.edu Abstrak Baja-baja karbon dan paduannya khususnya jenis AISI 1010 sebagian besar digunakan pada instalasi produksi minyak dan gas. Fluida minyak dan gas mengandung gas korosif seperti H 2 S dan CO 2 serta unsur agresif ion klorida. Gas H 2 S yang terlarut pada kondisi ph rendah (<=3) akan terurai menjadi ion hidrogen dan ion sulfida. Ion hidrogen yang terbentuk dapat berdifusi ke dalam logam tetapi tetap berada dalam keadaan larutan padat dalam kisi kristal sehingga menyebabkan terjadinya penurunan terhadap keuletan dan kemampuan logam untuk berdeformasi. Pengujian korosi retak tegang (SCC) dilakukan dalam sebuah autoclave pada berbagai variasi beban, konsentrasi H 2 S dan waktu. Variasi beban yang diberikan adalah 17, 75, dan 110 kn dan konsetrasi H 2 S berada pada rentang 10,6-815,5 ppm serta variasi waktu pada rentang 48 s/d 96 jam. Prosedur dan preparasi specimen uji baja karbon AISI 1010 mengacu pada standar ASTM G-30. Berdasarkan hasil percobaan ditunjukkan bahwa produk korosi yang dominan terbentuk adalah FeS dan kerawanan korosi retak tegang meningkat seiring dengan meningkatnya beban kerja, konsentrasi H 2 S terlarut, dan waktu pengkorosian. Harga faktor intensitas tegangan korosi retak tegang (K Iscc ) untuk specimen dalam lingkungan hidrogen sulfida pada temperatur 100 o C diperoleh 18 30 MPa.m 1/2. Kata Kunci : Korosi retak tegang (SCC), hidrogen sulfida, baja karbon, faktor intensitas tegangan. Pendahuluan Pada saat ini sektor minyak dan gas (MIGAS) masih menjadi andalan sebagai penghasil devisa negara yang perlu ditingkatkan konstribusinya guna menunjang perekonomian nasional yang sedang mengalami krisis berkepanjangan 1). Eksplorasi dan produksi MIGAS selalu dihadapkan dengan tingginya anggaran biaya pengadaan penunjang keselamatan yang berkualitas baik. Sistem pemipaan menjadi salah satu alat penunjang yang dapat diandalkan untuk distribusi minyak dan gas. Bagaimanapun keandalan penunjang sistem pemipaan dapat mengurangi kehilangan produksi bila terjadi kerusakan peralatan tersebut. Pada perusahaan produksi dan eksplorasi MIGAS, kebocoran yang sering terjadi pada pipa di lapangan produksi (area plant) umumnya terjadi pada pipa-pipa yang mengalami degradasi material sebgai akibat pengaruh lingkungan operasi, seperti korosi, erosi, dan lain-lain. Selain itu, diakibatkan oleh faktor pengaruh pabrikasi seperti adanya cacat material, residual stress, faktor las, dan sebagainya. Kerusakan ini terkadang terjadi pada saat jauh dibawah umur teknis yang direncanakan sehingga menimbulkan kerugian, baik berupa tingginya biaya perusahaan maupun keterlambatan waktu penyerahan hasil produksinya.

Dalam operasi pengeboran dan produksi minyak dan gas (MIGAS), spesi utama yang memicu terjadinya serangan korosi adalah hidrogen sulfida (H 2 S), karbon dioksida (CO 2 ), dan senyawa klorida. Diantara corrodent tersebut yang paling bermasalah di industri minyak dan gas umumnya adalah serangan oleh H 2 S. Keberadaan H 2 S di dalam lingkungan aqueous dapat menyebabkan korosi pada pipa baja dan menghasilkan endapan padat berupa besi sulfida atau ion yang larut dan menyebabkan korosi merata (thinning) atau korosi sumuran (pitting) 2). Bentuk serangan oleh H 2 S yang lebih berbahaya adalah ketika hidrogen yang dihasilkan dari reaksi katodik, dan oleh keberadaan H 2 S dicegah untuk membentuk molekul H 2, berdifusi ke dalam logam dan terkonsentrasi di lokasi-lokasi yang disebut trap seperti partikel inklusi atau mikrovoid dan memicu peretakan dan menghasilkan patahan getas 2). Apabila pada material tersebut juga bekerja tegangan, maka dapat terjadi bentuk kegagalan yang disebut korosi retak tegang (SCC). Dengan demikian SCC dapat dipandang sebagai kegagalan material baja yang disebabkan oleh pengaruh simultan dari tegangan dan hidrogen yang dihasilkan dari korosi oleh H 2 S. Secara garis besar parameter yang dapat menentukan SCC yaitu 4) : Lingkungan meliputi ph larutan aqueous, konsentrasi H 2 S dan temperatur; Tegangan meliputi tegangan kerja atau tegangan sisa (residual strees); Kerentanan material meliputi segregasi unsur, struktur mikro, partikel inklusi, deformasi. Meskipun kegagalan akibat serangan H 2 S di pipeline relatif sedikit, namun demikian perhatian terhadap masalah ini dikemudian hari akan semakin besar mengingat kecenderungan pemakaian pipeline dengan level kekuatan yang semakin tinggi serta kemungkinan semakin meningkatnya agresivitas lingkungan di dalam minyak dan gas. Dalam penelitian ini telah diperoleh pengaruh konsetrasi H2S terhadap kerawanan korosi retak tegang dalam lingkungan hidrogen sulfida dan nilai ambang batas intesitas tegangan (K I scc ). Eksperimen Benda uji yang digunakan pada penelitian ini adalah baja karbon AISI 1010 dengan komposisi dan sifat mekanik sebagai berikut : C=0.09, Mn=0.46, P=0.004, S=0.004, Fe= 99.37, dan kekerasan 170,5 HV, tensile strength = 530 MPa, yields strength = 330 MPa. Bentuk dan dimensi bahan uji adalah U bend dengan mengacu pada ASTM G30 5). Larutan yang digunakan sebagai lingkungan korosif pada penelitian ini adalah larutan NaCl 30 gpl yang kedalamnya digelembungkan gas H 2 S sebagai gas terlarut. Penelitian ini dilakukan pada variasi volume gas H 2 S dengan interval 15 s/d 45 liter H 2 S yang dimasukkan dan variasi beban kerja dengan interval 17 s/d 110 kn pada bahan uji. Hasil dan Pembahasan Korosi retak tegang (SCC) terjadi karena adanya pembebanan yang berupa tegangan tarik pada material yang rentan terhadap korosi dalam lingkungan korosif. Hasil percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Data hasil percobaan pada variasi beban keja Kode Beban (kn) Luas Permukaan (mm 2 ) ph akhir Panjang retak (mm) Metode A1 17 50 x 20 4.5 1.58 SEM A2 75 50 x 20 4.5 2.28 SEM A3 110 50 x 20 4.5 3.62 SEM Keterangan Kondisi Percobaan : Volume larutan NaCl 30 gpl = 750 ml, tekanan total = 2 atm, temperatur = 100 o C, ph awal = 6.7, volume H 2 S = 30 liter, dan waktu proses = 60 jam. Berdasarkan pada tabel 1, diperlihatkan bahwa panjang retak makin meningkat seiring dengan meningkatnya beban kerja. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya beban yang diberikan terhadap bahan uji akan menyebabkan konsentrasi tegangan pada ujung lengkung semakin meningkat 6). Akibatnya apabila konsentrasi tegangan yang meningkat dipadu dengan lingkungan H 2 S yang korosif mengakibatkan perambatan retak semakin kuat. Sehingga akan menyebabkan panjang retak yang terbentuk semakin meningkat. Tabel 2. Data hasil percobaan pada variasi volume H 2 S Kode Volume H 2 S Luas Permukaan (liter) (mm 2 ) ph akhir Panjang retak (mm) Metode B1 15 50 x 20 6 1.50 SEM B2 30 50 x 20 4.5 1.58 SEM B3 45 50 x 20 3 1.68 SEM Keterangan Kondisi Percobaan : Volume larutan NaCl 30 gpl = 750 ml, tekanan total = 2 atm, temperatur = 100 o C, ph awal = 6.7, beban kerja = 17 kn, dan waktu proses = 60 jam. Berdasarkan pada tabel 2, diperlihatkan bahwa panjang retak makin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi H 2 S yang terlarut (volume H 2 S). Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya volume H 2 S yang dilarutkan dalam media korosi maka akan menyebabkan konsentrasi ion hidrogen semakin banyak yang terbentuk, fenomena tersebut dapat dilihat dengan menurunnya harga ph akhir dalam media korosi. Akibat dari meningkatnya ion hidrogen dalam media korosi akan menyebabkan terjadinya difusi ion hidrogen pada permukaan baja sehingga terjadi percepatan perambatan retak 6).

Tabel 3. Data hasil percobaan pada variasi waktu Kode Volume H 2 S Luas Permukaan Waktu Panjang retak (liter) (mm 2 ph akhir ) (jam) (mm) Metode C1 75 50 x 20 48 5.7 0.103 SEM C2 75 50 x 20 54 5.2 0.338 SEM C3 75 50 x 20 72 5.0 1.000 SEM C4 75 50 x 20 96 4.8 1.652 SEM Keterangan Kondisi Percobaan : Volume larutan NaCl 30 gpl = 750 ml, tekanan total = 2 atm, temperatur = 100 o C, ph awal = 6.7, dan beban kerja = 1,7 kn. Berdasarkan pada tabel 3, diperlihatkan bahwa panjang retak makin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu proses korosi. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya waktu maka akan menyebabkan konsentrasi ion hidrogen semakin banyak yang terbentuk, fenomena tersebut dapat dilihat dengan menurunnya harga ph akhir dalam media korosi. Akibat dari meningkatnya ion hidrogen dalam media korosi akan menyebabkan terjadinya difusi ion hidrogen kedalam baja sehingga mempengaruhi penggetasan penggetasan sehingga terjadi percepatan perambatan retak 6). Gambar 1. Retakan yang terjadi pada baja karbon AISI 1010 dalam lingkungan H 2 S

Faktor intensitas tegangan korosi retak tegang (K ISCC ) dapat ditentukan dari hasil percobaan pada tabel 3 dengan cara membuat grafik antara laju pertumbuhan retak terhadap faktor intensitas tegangan seperti pada gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. Grafik faktor intensitas tegangan terhadap laju pertumbuhan retak dalam lingkungan H 2 S pada temperatur 100 o C Berdasarkan gambar 2 didapat harga K ISCC untuk baja karbon AISI 1010 dalam lingkungan H 2 S adalah sekitar 18 30 Mpa.m 1/2. Berdasarkan laporan peneliti sebelumnya, harga tersebut mempunyai perbedaan dengan Murata dan Sato 7) (dalam R.N. Tutle) yang melaporkan bahwa untuk baja karbon (0.13%C, 1,32 1,33 %Mn) harga K ISCC sebesar 42,89 Mpa.m 1/2. Perbedaan tersebut dapat dipahami karena adanya kandungan C dan Mn yang relatif sedikit lebih tinggi pada baja karbon akan meningkatkan kekuatan dan ketangguhan retak baja karbon tersebut. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan ditunjukkan bahwa produk korosi yang dominan terbentuk adalah FeS dan kerawanan korosi retak tegang meningkat seiring dengan meningkatnya beban kerja, konsentrasi H 2 S terlarut, dan waktu pengkorosian. Harga faktor intensitas tegangan korosi retak tegang (K Iscc ) untuk specimen dalam lingkungan hidrogen sulfida pada temperatur 100 o C diperoleh 18 30 MPa.m 1/2. Ucapan Terimakasih Ucapan terimaksaih disampaikan kepada Hibah Bersaing DP2M DIKTI, Lembaga Penelitian UPI, Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI, dan semua pihak yang telah membantu pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA 1) Yudi MS, 2004, Meningkatkan Mutu Operasional Pipeline yang Handal, Aman, dan Ekonomis, dengan menggunakan Metode RBI (Risk Based Inspection), Proceeding of Indonesian Pipeline Technology 2004, ITB. 2) Basuki, E.A., dan Martojo, W., 2004, Ketahanan pipeline terhadap sulfide hydrogen (H 2 S), Proceeding of Indonesian Pipeline Technology 2004, ITB. 3) Perdomo, J.J., et al., 2002, Carbon Dioxide and Hydrogen Sulfide Corrosion on API 5L grad B and X52, Journal of Material Performance. 4) Clubley, B.G, 1988, Chemical Inhibitor for Corrosion Control, Proceeding of an International Symposium, University of Manchester. 5) ASTM Designation : G30-70, Standard Recommended Practice for Making and Using U-bend Stress Corrosion Test Specimen. 6) NACE, 1977, Stress Corrosion Cracking and Hydrogen Embrittlement of iron base alloys. 7) R.N. Tutle, H 2 S Corrosion in oil and gas production ~ A compilation of classic paper, Shell Oil Company, Houston, Texas. 8) Metal Hand book, 1987, Corrosion, Ninth edition, Vol. 13, ASM International.