KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK
|
|
- Sri Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol 2 No. 3 Juni 2004 ISSN X KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK Kegagalan suatu material yang digunakan dalam berbagai peralatan diupayakan mencari berbagai alternatif pencegahannya. Untuk mempelajari kegagalan Baja Tahan Karat Austenitik (BTKA) yang tersensitisasi akibat serangan Stress Corrosion Cracking (SCC) dalam larutan NaCl 297,2 gpl yang diinhibisi Na 2 CrO 4, perlu dilakukan serngkaian pengujian yang mendukung tujuan penelitian ini. Pengujian dilakukan dengan metode penambahan konstan pada temperatur 80 o C, dengan varibel konsentrasi inhibitor dan tegangan starik. Hasil pengujian dalam larutan NaCl 297,2 gpl ini menunjukkan gejala adanya penurunan laju regangan dan menaikkan waktu patah material uji dengan peningkatan konsentrasi inhibitor. Pada pengujian ini dengan variasi konsentrasi dari 1 hingga 60 gpl pada tegangan awal konstan 216 MPa memberikan laju regangan terendah terjadi pada konsentrasi inhibitor 20 gpl. Untuk pengujian dengan variasi tegangan statik dari 196 hingga 268 Mpa dan konsentrasi inhibitor tertentu dalam larutan NaCl 297,2 gpl menunjukkan peningkatan laju regangan dan menpersingkat waktu patah material yang sangat signifikan. Dari hasil foto SEM dapat diketahui bahwa kegagalan material disebabkan oleh korosi intergranular yang dibantu tegangan. Kata Kunci : BTKA, SCC, inhibisi, intergranular PENDAHULUAN Logam/paduan yang berada dalam lingkungan yang agresif, dapat mengalami kerusakan karena proses korosi. Bila suatu logam menerim beban statis, maka logam tersebut dapat mengalami peretakan dan kemudian gagal. Bila peristiwa ini terjadi, dikatakan bahwa logam telah mengalami Stress Corrosion Cracking (SCC). Proses kegagalan Baja Tahan Karat Austenitik (BTKA) akibat serangan SCC menarik untuk dikaji karena kompleksnya interaksi antara parameter-parameter, terutama yang menyangkut komposisi dan struktur dari logam, elektrokimia dan respon logam terhadap aplikasi dari tegangan. * ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Lhokseumawe 22
2 Ishak dan Azhari, Kinerja Inhibitor Na 2 cro 4 Dalam Larutan Nacl Untuk Melindung Baja Tahan Karat Austenitik Tersensitisasi Dari Serangan Scc SCC dapat menyerang hampir semua jenis baja yang biasa digunakan dalam konstruksi, perbedaannya terletak pada tingkat kerentanan. Industri-industri yang melibatkan lingkungan yang tergolong agresif, akan terlibat dengan penggunaan logam atau paduan nya dalam struktur konstruksi, diantaranya adalah baja tahan karat. Baja tahan karat yang terbanyak digunakan untuk konstruksi adalah jenis baja tahan karat austenitik, yang produksinya mencapai sekitar 70% dari seluruh baja tahan karat. SCC sering menimbulkan masalah pada berbagai peralatan, terutama yang dibuat dari BTKA yang mengalami perlakuan panas tidak wajar atau pengelasan berlebihan. SCC terjadi karena aksi bersama 3 faktor penyebab, yaitu faktor tegangan tarik statik, faktor lingkungan yang korosif dan faktor kerentanan materialnya (Jones, D. A., 1992). Baja tahan karat yang mengandung lebih dari 0.03% berat karbon, bila mengalami pendinginan secara perlahan-lahan dari temperatur 900 o C menuju temperatur kamar dapat menyebabkan terbentuk karbida M 23 C 6 di sekitar batas butir(cihal, V., 1984). Karbida yang mungkin terbentuk terutama untuk BTKA adalah Cr 23 C 6. Pembentukan karbida ini menyebabkan konsumsi kromium dalam jumlah besar pada sekitar batas butir. Karbida yang terbentuk pada batas butir akibat perlakuan panas pada kondisi temperatur di atas disebut sensitisasi (Sedriks, J. A., 1979). Akibat dari kejadian ini kromium yang semula diharapkan membentuk selaput pasif protektif, tetapi material telah rentan terhadap korosi intergranular yang dapat memicu SCC (Newman, R.C., Mehta, A., 1988). Untuk mengetahui suatu kerusakan material yang terjadi dapat diamati dari hasil analisa morfologi patahan dengan foto SEM. Dalam lingkungan klorida, dimana pecahnya selaput pasif karena korosi sumuran menjadi perhatian utama, zona deplesi yang terbentuk (karena sensitisasi) di sekeliling karbida Cr merupakan daerah yang rawan terserang korosi. Zona deplesi Cr ini merupakan tempat-tempat yang mudah pecah lapisan pasifnya karena serangan ion agresif, yang menyebabkan terjadinya inisiasi korosi intergranular. Inhibitor Na 2 CrO 4 yang diketahui efektif menurunkan laju korosi merata, karena dapat membentuk selaput pasif protektif Cr 2 O 3 (Sastri, V. S., 1998). Penelitian ini bertujuan mempelajari kinerja inhibitor Na 2 CrO 4 dalam larutan NaCl menghambat mekanisme kegagalan SCC baja tahan karat austenitik tersensitisasi. BAHAN DAN METODE Bahan uji yang digunakan dalam penelitian in yaitu BTKA AISI 304 yang telah dibentuk dengan diepunch (Pugh, E.N., 1977) dan demensi leher 5 mm, sedangkan larutan uji nya NaCl 297,2 gpl dan inhibitor Na 2 CrO 4. Untuk keberhasilan suatu penelitian yang ingin dicapai 23
3 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol 2 No. 3 Juni 2004 ISSN X dilakukan pendekatan-pendekatan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan dilakukan dalam tahapan sensitisasi pada temperatur 650 o C dalam waktu 24 jam, dan tahapan pengujian SCC yang dilakukan dengan metode pembebanan konstan dalam lingkungan NaCl 297,2 gpl pada temperatur konstan 80 o C. 2. Variabel pengujian, yaitu: konsentrasi inhibitor dari 1 hingga 60 gpl, dan tegangan statik awal 196 hingga 268 MPa. 3. Pada pengujian ini diukur pertambahan panjang spesimen sebagai fungsi waktu untuk menentukan laju regangan sebagai parameter yang menyatakan kerentanan suatu logam/paduan terhadap serangan SCC. 4. Mekanisme kegagalan SCC akan ditentukan berdasarkan morfologi patahan yang terjadi apakah transgranular atau intergranular melalui foto SEM. HASIL DAN PEMBAHASAN BTKA AISI yang telah mengalami sensitisasi selama 24 jam pada 650 C, dilgunakan dalam serangkaian pengujian untuk mempelajari pengaruh besarnya konsentrasi inhibitor Na 2 CrO 4 dan tegangan sebagai fungsi dari laju regangan dalam keadaan tunak ( ss ) dan waktu patah (t f ) material. Parameter ini digunakan untuk mengamati tingkat kerentanan BTKA yang tersensitisasi terhadap SCC. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor (Na 2 CrO 4 ) Terhadap Laju Regangan Penambahan Na 2 CrO 4 dari hasil pengujian memberi pengaruh terhadap laju regangan yang dapat meningkatkan ketahanan SCC dalam larutan klorida. Hasil pengujian dalam larutan NaCl 297,2 Pengaruh Tegangan Terhadap Laju Regangan dan Waktu Patah Pengaruh tegangan terhadap waktu patah dalam larutan NaCl tampak signifikan seperti gambar 3, khususnya gpl dengan penggunaan Na 2 CrO 4 dalam range 1 hingga 60 gpl menunjukkan bahwa pada awal nya laju regangan menunrun tajam dengan meningkatnya konsentrasi inhibitior. Kenyataan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, menunjukkan hubungan konsentrasi inhibitor sebagai diillustrasi-kan dalam gambar 1. Kemampuan inhibitor kromat menginhibisi BTKA yang tersensitisasi dari serangan SCC intergranular dalam lingkungan klorida ternyata belum mampu menahan serangan SCC secara efektif. Penambahan inhibitor kromat ke dalam larutan klorida hanya menurunkan laju regangan. Laju regangan terendah yang diperoleh yaitu 6,92 x10-7 mm/det pada konsentrasi Na 2 CrO 4 20 gpl dan tegangan statik awal 216 MPa. pada pembebanan yang lebih rendah serta waktu patahnya lebih lama. Peningkatan laju korosi pada batas butir dengan waktu pengujian diprediksikan akan terjadi akibat adanya konsentrasi tegangan pada muka retakan. Hal ini diperkirakan karena 24
4 Laju Regangan (mm/det) Ishak dan Azhari, Kinerja Inhibitor Na 2 cro 4 Dalam Larutan Nacl Untuk Melindung Baja Tahan Karat Austenitik Tersensitisasi Dari Serangan Scc inhibitor yang diberikan berperan menahan laju korosi dengan membentuk selaput pasif protektif. Tegangan statik yang meningkat pada pengujian dalam larutan NaCl 297,2 gpl dapat mempengaruhi penurunan waktu patah secara signifikan. Kegagalan yang terjadi lebih dikarenakan faktor mekanik (tegangan) adalah dicirikan oleh pertambahan panjang yang dialami oleh material uji lebih besar disertai dengan nilai yang relatif tinggi. Meskipun ss pada bagian tepi patahan benda uji, korosi intergranular tetap teramati pada pengamatan SEM, lihat gambar 4. Namun akibat nilai tegangan awal yang tinggi menyebabkan laju peregangan cukup cepat penjalaran retakan berlangsung secara kontinu dengan laju yang lebih tinggi yang mengakibatkan penjalaran retakan transgranular. 2.5E E E-06 y = 1E-12x 4-2E-10x 3 + 1E-08x 2-2E-07x + 2E E E-07 NaCl 0.0E Konsentrasi Inhibitor (gpl) Gambar 1 Kurva Hubungan Konsentrasi Inhibitor sebagai Fungsi Laju Regangan dalam Larutan NaCl 297,2 gpl pada Tegangan Awal 196 Mpa Peningkatan laju regangan ( ss ) Ciri utama daerah kegagalan BTKA didominasi oleh SCC adalah adanya pertambahan panjang dan juga penetrasi takikan akibat korosi intergranular yang pada saat sisa logam ujinya mencapai kondisi ketebalan kritis segera akan patah. Korosi diperkirakan akan berkembang menjadi retakan, karena adanya pergerakan-pergerakan slip dan deformasi yang disebabkan tegangan tarik yang bekerja di ujung celah. Oleh karena fenomena korosi intergranular disertai peretakan berlangsung secara kontinu dan bergantian, laju regangan pada kondisi ini berlangsung dalam keadaan tunak. Nilai ( ss ) logam uji pada berbagai nilai tegangan relatif tetap di dalam daerah ini. 25
5
6 Tegangan (MPa) Waktu Patah (det) Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol 2 No. 3 Juni 2004 ISSN X y = 8.42E+07x E+02 NaCl 5,E-07 1,E-06 2,E-06 Laju Regangan (mm/det) 9,E+05 8,E+05 7,E+05 6,E+05 5,E+05 4,E+05 3,E+05 2,E+05 1,E+05 0,E+00 y = x + 2E+06 NaCl Tegangan (MPa) Gambar 2 Kurva Hubungan Laju Regangan terhadap Tegangan dalam Larutan NaCl 297,2 gpl pada Konsentrasi Inhibitor 20 gpl Gambar 3 Pengaruh Tegangan Terhadap Waktu Patah dalam Larutan NaCl 297,2 gpl pada konsentrasi inhibitor 20 gpl Mekanisme SCC dalam Larutan NaCl Dari hasil pengujian dan pengamatan morfologi patahan dalam larutan NaCl 297,2 gpl (ph=5) suhu 80 o C menunjukkan bahwa dengan penambahan Na 2 CrO 4 pada baja tahan karat AISI 304 yang tersensitisasi, SCC diperkirakan berlangsung menurut mekanisme inhibisi reaksi pengendapan Cr(OH) 3 dari ion kromat berikut : CrO 4 = + 4H 2 O + 3e - Cr(OH) 3 + 5OH - Inhibitor kromat pada permukaan baja belum efektif membentuk selaput pasif protektif, terutama di daerah yang berbatasan dengan batas butir sehingga ion Cl - masih dapat teradsorpsi pada permukaan dan permukaan tersebut masih aktif terkorosi. Korosi intergranular yang dibantu tegangan berlangsung sehingga diperkirakan terjadi penjalaran retakan melalui batas butir kebagian dalam material. Dengan adanya ion Cl - dalam larutan yang dapat memasuki retakan, maka terjadi peningkatan keasaman yang berakibat terjadinya peningkatan laju korosi intergranular. Peningkatan kadar inhibitor menyebabkan waktu kegagalan material semakin lama. Kenyataan ini diakibatkan oleh berlangsung nya = adsorpsi kompetitif antara CrO 4 dengan Cl -. Hal ini menyebabkan jumlah Cl - yang teradsorpsi menjadi lebih rendah dan mengurangi tingkat agresivitas larutan di muka daerah yang berbatasan dengan batas butir. Dari hasil foto SEM dapat diketahui dengan jelas bahwa perambatan retakan intergranular relatif ke arah dalam logam dan tegak lurus dengan arah tegangan statik yang bekerja. 26
7 Ishak dan Azhari, Kinerja Inhibitor Na 2 cro 4 Dalam Larutan Nacl Untuk Melindung Baja Tahan Karat Austenitik Tersensitisasi Dari Serangan Scc Peristiwa ini berlangsung dalam celah yang sempit karena butiran relatif dalam keadaan pasif, dan tebal daerah deplesi kromium sekitar batas butir terbatas. Setelah luas penampang sisa menyempit dan tegangan setempat pada ujung retakan telah melampaui tegangan tarikan maksimum (ultimate tensile stress), maka akan terjadi perambatan retakan secara transgranular hingga benda uji patah. Gambar 4 Foto SEM BTKA Hasil Pengujian SCC dalam NaCl pada Tegangan Konstan 118 MPa KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil-hasil pengujian dan pem-bahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut ini. 1. Penambahan Na 2 CrO 4 sebagai inhibitor dengan konsentrasi 1 hingga 20 gpl ke dalam larutan NaCl 297,2 gpl pada pengujian SCC baja tahan karat AISI 304 dengan tegangan awal 216 MPa menunjukkan adanya penurunan laju regangan dalam keadaan tunak. Penambahan inhibitor dengan konsentrasi lebih besar atau sama dengan 20 gpl mengakibatkann laju regangan keadaan tunak relatif konstan, yaitu 6,92 x 10-7 mm/detik. 2. Hasil pengujian SCC baja tahan karat AISI 304 dalam larutan NaCl 297,2 gpl dengan konsentrasi inhibitor 20 gpl menunjukkan bahwa peningkatan tegangan awal meningkatkan laju regangan dalam keadaan tunak. SCC yang terjadi di dalam larutan klorida (NaCl 297,
8 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol 2 No. 3 Juni 2004 ISSN X gpl) dan mengandung inhibitor 1 hingga 60 gpl mengikuti pola korosi intergranular yang dibantu tegangan. Saran Memperhatikan kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, untuk penggunaan kromat sebagai inhibitor SCC, penulis menyarankan kepada peneliti-peneliti lebih lanjut, agar dapat diteliti mekanisme SCC yang dilakukan dalam lingkungan klorida akibat pengaruh ph, temperatur dan konsentrasi larutan uji. DAFTAR PUSTAKA Cihal, V., 1984, Intergranular Corrosion of Steels and Alloys, Elsevier. Jones, D.A., 1992, Principles and Prevention of Corrosion, McMillan. Newman, R.C., Mehta, A., 1988, Stress Corrosion Cracking of Austenitic Steels, Proceedings of the First International Conference on Environment- Induced Cracking of Metals, October 2-7, NACE, Pugh, E.N., 1977, A Post Conference Evaluation of Our Understanding of The Failure Mechanisms, Stress Corrosion Cracking and Hydrogen Embrittlement of Iron Base Alloys, NACE, hal.d-1, Sastri, V. S., 1998, Corrosion Inhibitors Principle and Aplikastions, Chichester, John Weley & Sond. Sedriks, J. A., 1979, Corrosion of Stainless Steels, John Wiley & Sons. 28
BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baut adalah salah satu komponen pengikat, banyak digunakan dalam industri mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat ditemukan
Lebih terperinciKorosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S
Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Oleh : Agus Solehudin Dipresentasikan pada : Seminar Nasional VII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri Diselenggarakan
Lebih terperinciPENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI
PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI Oleh BUDI SETIAWAN 04 03 04 015 8 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciSTRESS CORROSION CRACKING (SCC) A. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG (SCC)
STRESS CORROSION CRACKING (SCC) A. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG (SCC) Korosi merupakan kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai
Lebih terperinciKorosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S
Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S (Agus Solehudin)* * Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Emai : asolehudin@upi.edu Abstrak
Lebih terperinci2.1 DEFINISI DAN MEKANISME KOROSI
BAB II DASAR TEORI 2.1 DEFINISI DAN MEKANISME KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai kerusakan atau berkurangnya mutu suatu material baik material logam maupun non logam karena bereaksi dengan lingkungannya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja nirkarat austenitik AISI 304, memiliki daya tahan korosi lebih baik dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air laut.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang paling berbahaya., karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Biasanya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Literatur Salah satu penyebab terjadinya kerusakan pada suatu struktur yaitu terjadinya korosi retak tegang (SCC) pada bahan. Korosi retak tegang merupakan kerusakan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFENISI DAN MEKANISME KOROSI Korosi merupakan proses merusak yang disebabkan oleh reaksi kimia antara logam atau paduannya dengan lingkungannya. Fenomena ini dapat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. logam dengan lingkungannya [Jones, 1996]. Korosi menjadikan logam kembali
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dasar Korosi adalah hasil atau produk dari reaksi kimia antara logam ataupun paduan logam dengan lingkungannya [Jones, 1996]. Korosi menjadikan logam kembali kebentuk campuran
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI
Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Logam merupakan salah satu jenis bahan yang sering dimanfaatkan untuk dijadikan peralatan penunjang bagi kehidupan manusia dikarenakan logam memiliki banyak kelebihan
Lebih terperinciPengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai
Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Muhammad Nanang Muhsinin 2708100060 Dosen Pembimbing Budi Agung Kurniawan, ST,
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Korosi Korosi berasal dari bahasa Latin corrous yang berarti menggerogoti. Korosi didefinisikan sebagai berkurangnya kualitas suatu material (biasanya berupa logam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal
Lebih terperinci2.1 PENGERTIAN KOROSI
BAB II DASAR TEORI 2.1 PENGERTIAN KOROSI Korosi merupakan proses degradasi atau penurunan mutu material karena adanya reaksi decara kimia dan elektrokimia dengan lingkungan. Contoh reaksi korosi Perkaratan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak masalah yang timbul dalam pengerjaan mekanis di lapangan yang dialami oleh ahli-ahli teknis dalam bidangnya seperti masalah fatik yang sulit untuk diperkirakan kapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK
ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK * Ir. Soewefy, M.Eng, ** Indra Prasetyawan * Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan
Lebih terperinciPENGENDALIAN KOROSI. STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT
PENGENDALIAN KOROSI STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT Kavitasi Bentuk kerusakan yang hampir serupa dengan erosi mekanis, hanya mekanisme penyebabnya berbeda. 1. Terbentuknya gelembung
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
TUGAS AKHIR PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT PADA PENGELASAN BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN TARIK Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciIr. Hari Subiyanto, MSc
Tugas Akhir TM091486 METALURGI Budi Prasetya Awab Putra NRP 2104 100 018 Dosen Pembimbing: Ir. Hari Subiyanto, MSc ABSTRAK Austenitic stainless steel adalah suatu logam paduan yang mempunyai sifat tahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi. Potensi panas bumi di Indonesia mencapai 27.000 MWe yang tersebar di Sumatera bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel
Lebih terperinciPENGARUH HEAT TREATMENT
TUGAS AKHIR PENGARUH HEAT TREATMENT SESUDAH PENGELASAN (POST WELD) PADA BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KOMPOSISI KIMIA Disusun : CATUR WIDODO YUNIANTO
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Korosi Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan logam atau berkarat. Korosi adalah terjadinya perusakan material (khususnya logam)
Lebih terperinci2.1. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG
BAB II DASAR TEORI 2.1. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG Korosi retak tegang merupakan perpatahan getas yang terjadi karena tegangan tarik konstan yang relatif rendah terhadap sebuah logam paduan di lingkungan
Lebih terperinciDESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH
DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH Fatique Testing (Pengujian Lelah) Fatique Testing (Pengujian Lelah) Definisi : Pengujian kelelahan adalah suatu proses pengujian dimana material tersebut menerima pembebanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan Kajian mengenai korosi dan inhibisi korosi pada logam Cu-37Zn dalam larutan Ca(NO 3 ) 2 dan NaCl (komposisi larutan uji, tiruan larutan uji di lapangan) melalui penentuan laju
Lebih terperinciTUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI
TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Korosi Dosen pengampu: Drs. Drs. Ranto.H.S., MT. Disusun oleh : Deny Prabowo K2513016 PROGRAM
Lebih terperinciANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AUSTENITIC STAINLESS STEEL (AISI 304) DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSIF HCL 1M
ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AUSTENITIC STAINLESS STEEL (AISI 304) DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSIF HCL 1M *Chrisman 1, Athanasius Priharyoto Bayuseno 2 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa disadari begitu dekat dengan kehidupan kita, misalnya paku berkarat, tiang listrik berkarat,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dasar Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG
TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun : RULENDRO PRASETYO NIM : D 200 040 074 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV. 1 Analisis Hasil Pengujian Metalografi dan Spektrometri Sampel Baja Karbon Dari hasil uji material pipa pengalir hard water (Lampiran A.1), pipa tersebut terbuat dari baja
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan teknologi rekayasa material saat ini semakin bervariasi hal ini disebabkan oleh tuntutan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam, oleh sebab
Lebih terperinciKERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL
KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL A. Kerangka Konsep Baja stainless merupakan baja paduan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baja sangat memiliki peranan yang penting dalam dunia industri dimana banyak rancangan komponen mesin pabrik menggunakan material tersebut. Sifat mekanik yang dimiliki
Lebih terperinciKorosi H 2 S dan CO 2 pada Peralatan Statik di Industri Minyak dan Gas
Korosi H 2 S dan CO 2 pada Peralatan Statik di Industri Minyak dan Gas Yunita Sari, Siska Titik Dwiyati Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : siska.td@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciINHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan yang terjadi pada suatu material bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu penyebabnya adalah korosi. Korosi adalah suatu kerusakan yang terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri sebagai salah satu material penunjang sangat besar peranannya, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari banyak
Lebih terperinciANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK
ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK SALMON PASKALIS SIHOMBING NRP 2709100068 Dosen Pembimbing: Dr. Hosta Ardhyananta S.T., M.Sc. NIP. 198012072005011004
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA
Bab IV. Hasil dan Analisa 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian 4.1.1.Hasil Pengujian Dengan Metoda Penetrant Retakan 1 Retakan 2 Gambar 4.1. Hasil Pemeriksaan dengan Metoda Penetrant pada Pengunci
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan
Lebih terperinciPengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber
TUGAS AKHIR Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber Disusun Oleh: FEBRIANTO ANGGAR WIBOWO NIM : D 200 040 066 JURUSAN TEKNIK MESIN
Lebih terperinciANALISIS RETAKAN KOROSI TEGANGAN PADA ALUMINIUM DENGAN VARIASI PEMBEBANAN DALAM MEDIA KOROSI HCL 1M
ANALISIS RETAKAN KOROSI TEGANGAN PADA ALUMINIUM DENGAN VARIASI PEMBEBANAN DALAM MEDIA KOROSI HCL 1M *Dewi Handayani 1, Athanasius Priharyoto Bayuseno 2 1 Mahasiswa JurusanTeknikMesin, FakultasTeknik, UniversitasDiponegoro
Lebih terperinciAnalisis Kegagalan Daerah Lasan Pipa Stainless Steel Sebagai Media Reboiler Pabrik Pupuk
Analisis Kegagalan Daerah Lasan Pipa Stainless Steel Sebagai Media Reboiler Pabrik Pupuk Husaini 1, a *, Mirza 1,b, Masri Ali 1,c dan M. Nizar Mahmud 1,d 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)
172 Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) Eri Aidio Murti 1 *, Sri Handani 1, Yuli Yetri 2 1 Jurusan Fisika Universitas Andalas 2 Politeknik
Lebih terperinciJurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN X
5 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN 1693-2X Irwan, Pemanfaatan Ekstrak Daun Tanjung Sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Garam
Lebih terperinciMoch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP
Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciSidang Tugas Akhir (TM091486)
Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciPENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36
PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36 Saifudin 1, Mochammad Noer Ilman 2 Jurusan Teknik Mesin dan Industri,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Tugas Akhir BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari analisis data yang diperoleh dari lapangan dan laboratorium tantang kegagalan retak pipa aliran gas di NEB#12 PetroChina International Jabung
Lebih terperinciPENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG
TUGAS AKHIR PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun Oleh: ADI PRABOWO D 200 040 049 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciMateri #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL
#2 SIFAT MATERIAL Material yang digunakan dalam industri sangat banyak. Masing-masing material memiki ciri-ciri yang berbeda, yang sering disebut dengan sifat material. Pemilihan dan penggunaan material
Lebih terperinciGambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)
BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan
Lebih terperinciGambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan proses pengelasan gesek (friction welding) dan pengujian tarik dari setiap spesimen benda uji, maka akan diperoleh data hasil pengujian. Data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian terhadap masingmasing benda uji, didapatkan data-data hasil penyambungan las gesek bahan Stainless Steel 304. Data hasil
Lebih terperinciSifat Sifat Material
Sifat Sifat Material Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 PENGARUH VARIASI BENTUK DAN UKURAN GORESAN PADA LAPIS LINDUNG POLIETILENA TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA TUMBAL PADUAN ALUMINIUM PADA BAJA AISI
Lebih terperinciPENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT
PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT Toto Rusianto Jurusan Teknik Mesin, FTI, IST AKPRIND Yogyakarta Email: totorusianto@yahoo.com ABSTRACT Stress Corrosion Craking
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penerapan teknologi rekayasa material saat ini semakin bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tuntutan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam, sehingga manusia
Lebih terperinciDAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... Error! Bookmark not defined. persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak...
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan mesin mempunyai persyaratan kualitas permukaan (kekasaran
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap pekerjaan mesin mempunyai persyaratan kualitas permukaan (kekasaran permukaan) yang berbeda-beda, tergantung dari fungsinya. Karakteristik suatu kekasaran permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam proses pembuatan komponen-komponen atau peralatan-peralatan permesinan dan industri, dibutuhkan material dengan sifat yang tinggi maupun ketahanan korosi yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS
28 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Kondisi Operasi Kondisi operasi dan informasi teknis dari sampel sesuai dengan data lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.1, sedangkan posisi sample dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan pada material logam implant bisa terjadi dengan beberapa mekanisme, diantaranya kegagalan karena korosi, mekanikal, fatigue, korosi jaringan, over loading,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur
Lebih terperinciANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD
ANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD Nama Mahasiswa : B A S U K I NRP : 2702 100 017 Jurusan : Teknik Material FTI-ITS
Lebih terperinciANALISA LAJU PERAMBATAN RETAK UNTUK JENIS KOROSI SCC PADA PIPELINE AKIBAT UNSUR H 2 S
ANALISA LAJU PERAMBATAN RETAK UNTUK JENIS KOROSI SCC PADA PIPELINE AKIBAT UNSUR H 2 S Irwan Fajrul Falakh 1, Yeyes Mulyadi 2, Heri Supomo 3 1 Mahasiswa Teknik Kelautan FTK-ITS, 2 Staf Pengajar Teknik Kelautan
Lebih terperinciPerpatahan Rapuh Keramik (1)
#6 - Mechanical Failure #2 1 TIN107 Material Teknik Perpatahan Rapuh Keramik (1) 2 Sebagian besar keramik (pada suhu kamar), perpatahan terjadi sebelum deformasi plastis. Secara umum konfigurasi retakan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang sangat berperan dalam berbagai industri. Air pendingin dalam cooling tower system didistribusikan
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman,
Lebih terperinciKategori Sifat Material
1 TIN107 Material Teknik Kategori Sifat Material 2 Fisik Mekanik Teknologi Kimia 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sifat Fisik 3 Kemampuan suatu bahan/material ditinjau dari sifat-sifat fisikanya. Sifat yang dapat
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISA
30 BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Polarisasi Potensiodinamik 4.1.1 Data Laju Korosi (Corrosion Rate) Pengujian polarisasi potensiodinamik dilakukan berdasarkan analisa tafel dan memperlihatkan
Lebih terperinciSTUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER
STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER Ferry Budhi Susetyo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : fbudhi@unj.ac.id Abstrak Rust remover akan menghilangkan seluruh karat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini merupakan eksperimen untuk mengetahui pengaruh temperatur media pendingin pasca pengelasan terhadap laju korosi dan struktur mikro.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486
TUGAS AKHIR TM091486 STUDI EKSPERIMENTAL UMUR LELAH BAJA AISI 1045 AKIBAT PERLAKUAN PANAS HASIL FULL ANNEALING DAN NORMALIZING DENGAN BEBAN LENTUR PUTAR PADA HIGH CYCLE FATIGUE Oleh: Adrian Maulana 2104.100.106
Lebih terperinciSTUDI KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK UNTUK MATERIAL ORTOPEDI
STUDI KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK UNTUK MATERIAL ORTOPEDI Aan Sulistyawan 1, Mochamad Ichwan 2 dan Djoko HP 3 1 Fakultas Teknik Metalurgi Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Jend. Gatot
Lebih terperinciSTUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING
PROS ID ING 2 0 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING Jurusan
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISA
BAB IV DATA DAN ANALISA Pengelasan plug welding pada material tak sejenis antara logam tak sejenis antara baja tahan karat 304L dan baja karbon SS400 dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan
Lebih terperinciSTUDI PELAPISAN NIKEL DEKORATIF DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGKILAT NATRIUM KLORIDA UNTUK HOME INDUSTRY KERAJINAN LOGAM
STUDI PELAPISAN NIKEL DEKORATIF DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGKILAT NATRIUM KLORIDA UNTUK HOME INDUSTRY KERAJINAN LOGAM Bambang Darmawan 1), Asep Setiadi 2), Ega Tqwali 3), 1,2,3) Dosen Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciStainless and Heat-Resisting Crude Steel Production (in 000 metric tons)
Karakteristik Dan Pemilihan Material Ferritic Stainless Steel Dr.-Ing. Bambang Suharno Dr. Ir. Sri Harjanto Metallurgy and Materials Engineering Department 2007 Stainless and Heat-Resisting Crude Steel
Lebih terperinciKOROSI RETAK TEGANG MATERIAL STAINLESS STEEL AISI 304 DI LINGKUNGAN MgCl 2
KOROSI RETAK TEGANG MATERIAL STAINLESS STEEL AISI 304 DI LINGKUNGAN MgCl 2 Tesis diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar magister dalam ilmu material Oleh : GADANG PRIYOTOMO NPM : 0606000900
Lebih terperinciPENGARUH PROSES LAKU PANAS QUENCHING AND PARTITIONING TERHADAP UMUR LELAH BAJA PEGAS DAUN JIS SUP 9A DENGAN METODE REVERSED BENDING
TUGAS AKHIR PENGARUH PROSES LAKU PANAS QUENCHING AND PARTITIONING TERHADAP UMUR LELAH BAJA PEGAS DAUN JIS SUP 9A DENGAN METODE REVERSED BENDING Oleh : Viego Kisnejaya Suizta 2104 100 043 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciJURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 2 No. 1 Agustus 2009 PERUBAHAN LAJU KOROSI AKIBAT TEGANGAN DALAM DENGAN METODE C-RING
PERUBAHAN LAJU KOROSI AKIBAT TEGANGAN DALAM DENGAN METODE C-RING Toto Rusianto 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Masuk: 19 April 2009, revisi masuk: 29 Juni 2009,
Lebih terperinciLAJU KOROSI DAN KEKERASAN PIPA BAJA API 5L X65 SETELAH NORMALIZING
LAJU KOROSI DAN KEKERASAN PIPA BAJA API 5L X65 SETELAH NORMALIZING Sumar Hadi Suryo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH. Tembalang Semarang 50255 ABSTRAK Pipa
Lebih terperinciPengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 1999 : 100-107 Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga Soejono Tjitro, Juliana Anggono Dosen Fakultas
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. 1. Tabel 3.1. Metoda penentuan tingkat kerawanan akibat thinning... 23
DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1. Metoda penentuan tingkat kerawanan akibat thinning... 23 2. Tabel 3.2. Penentuan ph dari konsentrasi Cl (table G-11, API 581)... 24 3. Tabel 3.3. Perkiraan laju korosi untuk
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Oksidasi Spesimen baja AISI 4130 dilapisi alumunium dengan cara mencelupkan ke dalam bak alumunium cair pada temperatur 700 ºC selama 16 detik. NaCl/Na2SO4 dengan perbandingan
Lebih terperinciGambar 4.1 Penampang luar pipa elbow
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang Material Material yang digunakan pada penelitian ini merupakan material yang berasal dari pipa elbow pada pipa jalur buangan dari pompa-pompa pendingin
Lebih terperinci