KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN KRISTUS DI TENGAH DUNIA PERSPEKTIF DEKRIT INTER MIRIFICA ART.13 KONSILI VATIKAN II

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

KASIH DAN KETAATAN PETRUS: SEBUAH MODEL IDEAL KEPEMIMPINAN GEREJAWI. (Refleksi Analitis-Eksegetis Atas Yohanes 21:15-19) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen

KEBENARAN DALAM FILSAFAT PRAGMATISME WILLIAM JAMES SKRIPSI

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

SPIRITUALITAS EKARISTI

FAKULTAS FILSAFAT AGAMA UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

BAB IV JATI DIRI IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI MENURUT ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER

RASA MALU DAN RASA BERSALAH SEORANG KORUPTOR SERTA DAMPAKNYA BAGI TINDAKAN KORUPSI SKRIPSI

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS, KELASVIII TAHUN PELAJARAN

Kumpulan Soal Olimpiade Pengetahuan Iman Bidang Pembinaan Iman Keuskupan Bogor

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

Written by Tim carmelia.net Published Date

Tugas Agama. Mengapa Ekarisi menjadi pusat dan sumber liturgi Gereja Katolik?

Pendidikan Agama Katolik

BAB I PENDAHULUAN. Harapan merupakan satu syarat yang sangat penting bagi hidup manusia. Tanpa harapan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah

BUNDA MARIA SEBAGAI MODEL HARAPAN UMAT BERIMAN DALAM TERANG ENSIKLIK SPE SALVI NO PROPOSAL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi seorang murid Kristus memiliki jalan yang berbeda-beda. Panggilan itu ada dua

BAB V PENUTUP. Di dalam Gereja Katolik, umat Allah dipahami sebagai persekutuan orang-orang yang

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh

2

HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS

PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT DOKUMEN GRAVISSIMUM EDUCATIONIS ART.8 DAN KURIKULUM 2013 SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Filsafat

TATA GEREJA PEMBUKAAN

BAB 3 LANDASAN TEORI

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

LITURGI ALLAH TRITUNGGAL

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis. 4 : 32-35) Mereka sehati dan sejiwa. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

Pendidikan Agama Kristen Protestan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

PENGAWASAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN PEKERJA ANAK DI KOTA SEMARANG

DAN BERSAMA ROHMU (Suatu Eksegese dan Katekese Liturgi)

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 25 JUNI 2017 Tema: PENGHARAPAN DI TENGAH RATAPAN JEMAAT BERHIMPUN

BAB III LATAR BELAKANG JEMAAT MELAKUKAN SAKRAMEN REKONSILIASI DAN DAMPAKNYA BAGI RELIGIOSITAS JEMAAT GEREJA KATOLIK KELAHIRAN SANTA PERAWAN MARIA

1/14/2018 RUANG SAKRA. Paroki St. Odilia Citra Raya 14 Januari 2018 M.F. Dinar Ari Wijayanti. Dasar Biblis

Pdt. Gerry CJ Takaria

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

STUDI TENTANG MUSIK (NYANYIAN) IBADAT HARIAN PADA KOMUNITAS SUSTERAN KANOSSIAN DI KAPELA BIARA CANOSSA TOFA- MAULAFA KUPANG

Pokok-Pokok. Iman. Gereja. Pendalaman Teologis Syahadat. Emanuel Martasudjita, Pr

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

KELUARGA SEKOLAH KEHIDUPAN

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA

BAB V PENUTUP. Kristus. Sakramen-sakramen merupakan tahap paling konkret di mana

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Sukacita kita dalam doa

EKARISTI DAN PERAN SERTA UMAT PAROKI

BAB III GEREJA DAN SAINS

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

ARTI DOA SYAFAAT Kata Syafaat (Inggris : Intercession ) sendiri berasal dari bahasa Latin: Intercedere

Sakramen Tobat. Sebuah Refleksi Teologis

KERAMAHAN TANPA SEKAT YEREMIA 28 : 5-9; MAZMUR 89 : 1-4, 15-18; ROMA 6 : 12-23; MATIUS 10 : 40-42

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

BAB III PROSESI RITUAL HIEROPHANY DI GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI) DAN GEREJA HATI KUDUS YESUS DI SURABAYA

Perayaan Ekaristi HARI MINGGU BIASA KE-31

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 03 JUNI 2018 (MINGGU BIASA - HIJAU) SAHABAT UNTUK MANUSIA

SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. JAMSOSTEK KUPANG

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

LITURGI PERSIAPAN PERJAMUAN KUDUS JBOT RABU, 04 OKTOBER 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1

Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ).

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

MINAT MELAKUKAN PERAWATAN KE DOKTER KULIT PADA PRIA DITINJAU DARI KONSEP DIRI SKRIPSI

DAMPAK PENGGUNAAN TELEPON SELULAR PADA POLA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANGTUA DAN ANAK DALAM KELUARGA

Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme. Skripsi

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania

Transkripsi:

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29 (Sebuah Tinjauan Teologis) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Agama Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat-Strata Satu (S1) O L E H ENGELBERT BRIA NO. REGIS. 611 08 025 FAKULTAS FILSAFAT AGAMA UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2012

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO 29 (Sebuah Tinjauan Teologis) OLEH ENGELBERT BRIA NO. REG: 611 08 025 MENYETUJUI Pembimbing I Pembimbing II Rm. Drs. Hironimus Pakaenoni, Pr. L. Th Rm. Drs. Theodorus Silab, Pr. L. Th Mengetahui Dekan Fakultas Filsafat Agama Rm. Drs. Hironimus Pakaenoni, Pr. L. Th Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Filsafat Agama Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Dan Diterima Untuk Memenuhi sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Serjana Filsafat Pada Tanggal 26 Juni 2012 Dewan Penguji: 1. P. Chris Surinono, OCD. S. Ag. L. Th. (.) 2. Rm. Drs. Theodorus Silab, Pr. L. Th. (. ) 3. Rm. Drs. Hironimus Pakaenoni, Pr. L. Th. ( ) Mengesahkan Dekan Fakultas Filsafat Agama Rm. Drs. Hironimus Pakaenoni, Pr. L. Th

KATA PENGANTAR Pada prinsipnya Imamat dan Ekaristi mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan antara keduanya begitu dekat, sehingga Imamat tak dapat dipahami tanpa Ekaristi dan Ekaristi tak dapat dipahami tanpa Imamat. Ekaristi adalah alasan dasar dari Imamat. Tanpa Imamat, Ekaristi tak dapat eksis, dan sebaliknya tanpa Ekaristi, Imamat tak dapat eksis. Karena itu, imam tidak pernah dapat merealisasikan dirinya secara penuh, jikalau Ekaristi tidak menjadi pusat dan akar dari kehidupannya. Atas dasar itulah, maka Ekaristi merupakan jantung hidup seorang imam karena hanya dalam Ekaristi seorang imam mendapat kekuatan, inspirasi dan semangat untuk tugas pelayanannya. Dengan demikian, tidak ada alasan apapun untuk memisahkan hidup seorang imam dari Ekaristi atau imam merayakan Ekaristi hanya sebagai sebuah rutinitas belaka tanpa sebuah persiapan dan penghayatan. Dalam merayakan Ekaristi, seorang imam bertindak in persona Christi (dalam nama/ dalam pribadi Kristus). Ia menghadirkan Kristus secara sakramental di dalam Ekaristi. Hal ini tidak berarti bahwa imam mewakili Kristus yang seolah-olah berhalangan hadir melainkan Kristus sungguh hadir dalam diri imam. Kehadiran Kristus secara sakramental dalam diri imam itu terjadi berkat Sakramen Imamat yang diterimanya. Melalui Sakramen Imamat, imam diangkat dan dimasukkan dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal. Bertolak dari pemikiran ini, maka dalam tulisan ini penulis berusaha untuk merefleksikan hubungan yang tak terpisahkan antara imam dan Ekaristi dengan judul: Kesejatian Imam Yang bertindak In Persona Christi melalui Pe;ayanan Sakramen Ekaristi Menurut Ensiklik Ecclesia De Eucharistia No. 29 (sebuah refleksi teologis).

Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis sungguh mengalami kasih dan Cinta Tuhan. Ada banyak pengalaman yang penulis temui dalam menyelesaikan tulisan ini, baik itu yang membahagiakan maupun yang mengecewakan. Akan tetapi, penulis bersyukur karena Tuhan tidak pernah meninggalkan penulis. Penulis sadar bahwa Tuhan yang Mahatinggi selalu hadir melalui orang-orang yang ada di sekitar penulis. Mereka selalu mengulurkan tangan dan menyumbangkan ide sehingga tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Karena itu, pertama-tama penulis memanjatkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas semua kebaikan-nya ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mereka semua yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara material maupun spiritual. 1. Bapak Uskup Agung Kupang yang telah membiayai kehidupan penulis baik di Fakultas Filsafat agama maupun di Seminari Tinggi St. Mikhael. 2. Romo Praeses Seminari Tinggi St. Mikhael dan semua staf pembina yang dengan setia mendampingi dan membetuk penulis selama menjalani masa pembinaan di lembaga pendidikan calon imam ini. 3. Rm. Drs. Hironimus Pakaenoni, Pr. Lich. Theol sebagai pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. 4. Rm. Drs. Theodorus silab, Pr. Lich. Theol sebagai pembimbing II yang juga telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing, mengoreksi dan memberi masukan demi penyelesaian tulisan ini. 5. Teman-teman Frater mahasiswa/i, khususnya teman-teman seangkatan, yang dengan caranya masing-masing telah memberi dukungan dan motivasi demi penyelesaian tulisan ini.

6. Ibunda tercinta Elisabeth Nitti, kedua adik tersayang, Ave dan Yuven dan Sr. Apriana L. Nitti, SSpS, yang selalu mengingatkan, memotivasi dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Akhirnya, penulis menyadari bahwa tulisan ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis sangat membutuhkan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun. Semoga dengan masukan Anda, tulisan ini semakin mencapai kesempurnaan. Penfui, Mei 2012 Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUl... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penulisan... 1 1.2 Perumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan Penulisan... 7 1.4 Kegunaan Penulisan... 8 1.4.1 Bagi Seluruh Umat Katolik... 8 1.4.2 Bagi Para Imam... 8 1.4.3 Bagi Para Seminaris... 9 1.4.4 Bagi Penulis... 9 1.5 Metode Penulisan... 9 1.6 Sistematika Penulisan... 9 BAB II EKARISTI... 11 2.1 Sakramen Ekaristi... 11 2.1.1 Sakramen... 11 2.1.2 Ekaristi... 12 2.2 Pengertian Sakramen Ekaristi... 13 2.2.1 Ekaristi Dalam Kitab Suci... 13 2.2.1.1 Menurut Perjanjian Lama... 13 2.2.1.2 Menurut Perjanjian Baru... 15

2.2.2 Ekaristi Dalam Ajaran Bapa-Bapa Gereja... 18 2.2.3 Ekaristi Dalam Konsili Vatikan II... 19 2.2.3.1 Dasar Kristologis... 19 2.2.3.1.1 Ekaristi Sebagai Kurban... 19 2.2.3.1.2 Ekaristi Sebagai Perayaan Kenangan (Anamnese)... 20 2.2.3.1.3 Ekaristi Sebagai Sakramen... 21 2.2.3.1.4 Ekaristi Sebagai Perjamuan... 22 2.2.3.2 Dasar Eklesiologis... 22 2.2.3.2.1 Ekaristi Sebagai Perayaan Gereja... 22 2.2.3.2.2 Ekaristi Sebagai Pusat Liturgi... 23 2.2.3.2.3 Ekaristi Sebagai Sumber Dan Puncak Kehidupan Gereja... 23 2.3 Akar Perayaan Ekaristi... 24 2.3.1 Perjamuan Makan Yesus Dengan Orang-Orang Berdosa... 24 2.3.2 Perjamuan Malam Terakhir... 25 2.3.3 Perjamuan Makan Dengan Yesus Yang Bangkit... 25 BAB III JATI DIRI IMAM DALAM HUBUNGANNYA DENGAN EKARISTI... 27 3.1 Imam... 27 3.1.1 Pengertian Etimologis... 27 3.1.2 Imam Menurut Perjanjian Lama... 28 3.1.3 Imam Menurut Perjanjian Baru... 31 3.1.4 Imam Menurut Bapa-Bapa Gereja... 34 3.1.5 Imam Menurut Konsili Vatikan II... 35 3.2 In Persona Christi... 37 3.2.1 Persona... 37 3.2.1.1 Makna Filosofis... 37 3.2.1.2 Makna Teologis... 38

3.2.2 In Persona Christi... 38 3.3 Hakekat Imamat... 40 3.3.1 Imamat sebagai Rahmat Allah... 40 3.3.2 Sakramen Tahbisan: Puncak Penganugerahan Rahmat Allah... 41 3.3.2.1 Penumpangan Tangan... 41 3.3.2.2 Doa Tahbisan... 42 3.3.2.2.1 Teks / Isi Doa Tahbisan... 42 3.3.2.2.1.1 Teks Anamnesis... 42 3.3.2.2.1.2 Teks Epiklesis... 43 3.3.2.2.1.3 Teks Permohonan... 43 3.3.2.2.2 Analisis Teks Doa Tahbisan Imam... 43 3.3.2.2.2.1 Analisis Teks Anamnesis... 43 3.3.2.2.2.2 Analisis Teks Epiklesis... 44 3.3.2.2.2.3 Analisis Teks Permohonan... 45 3.3.3 Roh Kudus: Buah Pertama Sakramen Tahbisan... 46 3.3.4 Sakramen Tahbisan Berkarakter Indelebilis... 46 3.4 Jati Diri Imam... 47 3.4.1 Trinitas sebagai Basis Jati Diri Imam... 48 3.4.1.1 Dimensi Paternal... 48 3.4.1.2 Dimensi Kristologi... 49 3.4.1.3 Dimensi Pneumatologi... 51 3.4.1.4 Dimensi Eklesial... 52 3.4.2 Pelayanan Yesus sebagai Dasar Pelayanan Imam Tertahbis... 53 3.5 Hubungan Ekaristi dan Sakramen Tahbisan... 54 3.6 Ekaristi sebagai Pusat dan Puncak Hidup - Karya Imam... 55 3.6.1 Pelayan Ekaristi: Inti dari Pelayanan Imam... 56 3.6.2 Imam Menghayati Ekaristi... 57

3.6.3 Imam Membimbing Umat Menghayati Ekaristi... 58 BAB IV JATI DIRI IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI MENURUT ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29... 60 4.1 Gambaran Umum Ensiklik Ecclesia De Eucharistia... 60 4.1.1 Latar Belakang dan Tujuan Lahirnya Ensiklik Ecclesia De Eucharistia... 60 4.1.2 Tema-Tema Umum Ensiklik Ecclesia De Eucharistia... 62 4.2 Tinjauan Khusus Ensiklik Ecclesia De Eucharistia... 64 4.2.1 Teks Ensiklik Ecclesia De Eucharistia No. 29... 64 4.2.2 Konteks Ensiklik Ecclesia De Eucharistia No. 29 dalam Bab III Ensiklik Ecclesia De Eucharistia... 65 4.2.2.1 Terbedakan dari Nomor yang Mendahului... 65 4.2.2.2 Terbedakan dari Nomor yang Mengikuti... 66 4.3 Pokok-pokok Pikiran dalam Ensiklik Ecclesia De Eucharistia No. 29... 67 4.3.1 Ekaristi sebagai Karunia Agung... 67 4.3.2 Relasi Ekaristi dengan Kurban Salib dan Perjamuan Terakhir... 67 4.3.3 Identifikasi Imam... 68 4.3.3.1 Imam In Nomine Christi... 68 4.3.3.2 Imam In Persona Christi... 69 4.3.3.2.1 Latar Belakang Persoalan Ekaristi dan Kuasa Tahbisan... 71 4.3.3.2.1.1 Masalah Realis Praesentia Christi... 71 4.3.3.2.1.1.1 Persoalan Ekaristi Pada Abad Pertengahan... 71 4.3.3.2.1.1.2 Tanggapan Gereja... 74 4.3.3.2.1.2 Kuasa Tahbisan: Imam In Persona Christi Capitis... 75 4.3.4 Tahbisan Imam sebagai Karunia Hirarkis... 78 4.3.5 Sakramen Tahbisan sebagai Dasar Pelayanan... 80 4.3.6 Kemampuan Konsekrasi Berkat Tahbisan... 82 4.3.7 Relasi Imam Tertahbis dan Kurban Ekaristi... 83

4.3.8 Perayaan Ekaristi sebagai Tugas Imam Tertahbis... 85 4.3.9 Jemaat Ekaristi... 87 4.3.10 Kesatuan Jemaat dan Imam Tertahbis sebagai pemimpin... 89 BAB V PENUTUP... 91 5.1 Kesimpulan... 91 5.2 Saran... 92 DAFTAR PUSTAKA... 94