BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN LINGKAR MAJALAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002

ANALISA TEBAL PERKERASAN KAKU BERDASARKAN METODE BINA MARGA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC SKRIPSI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. : 1 jalur, 2 arah, 2 lajur, tak terbagi

BAB III METODE PERENCANAAN START

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya

Perkerasan kaku Beton semen

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

PENGARUH BEBAN BERLEBIH TERHADAP TEBAL PERKERASAN KAKU METODE DEPKIMPRASWIL 2003

SEMINAR NASIONAL HAKI Tiara Convention Hall, Medan Mei 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

RANCANGAN RIGID PAVEMENT UNTUK OVERLAY JALAN DENGAN METODE BETON MENERUS DENGAN TULANGAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA PROYEK PELEBARAN GERBANG TOL BELMERA RUAS TANJUNG MULIA DAN BANDAR SELAMAT-MEDAN LAPORAN

Dwi Sulistyo 1 Jenni Kusumaningrum 2

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

PERENCANAAN DAN ANALISA BIAYA INVESTASI ANTARA PERKERASAN KAKU DENGAN PERKERASAN LENTUR PADA JALUR TRANS JAKARTA BUSWAY

TUGAS AKHIR ALTERNATIF PENINGKATAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DI JL. HR. RASUNA SAID KOTA TANGERANG.

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN

Perencanaan perkerasan jalan beton semen

PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA RUAS JALAN BATAS KOTA PADANG SIMPANG HARU

KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '93 DAN METODE Pd T PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA. sarana perhubungan untuk distribusi barang dan jasa. Sistem jaringan ini diatur

Pd T Perencanaan perkerasan jalan beton semen

PERENCANAAN JALAN RING ROAD BARAT PEREMPATAN CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN BETON

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bina Marga dalam SKBI : dan Pavement Design (A Guide. lalu-lintas rencana lebih dari satu juta sumbu kendaraan niaga.

4.4 URAIAN MATERI : METODE ANALISIS PERKERASAN KAKU Metode Analisis Perkerasan Kaku Berbagai cara dan metode analisis yang digunakan pada

Jenis-jenis Perkerasan

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODE SNI Pd T PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS KOTA MEDAN TEMBUNG LUBUK PAKAM

BAB III METODE ANALISIS

T:,#HllT,ffilI. Jil?fl ;lffit. (Rivicw [lcsign) nt) LEMBAGA PENELITIAN TINIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Yetfv Ririq Rotua Sarasi. ST" MT.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON

TUGAS AKHIR NO : 934/WM/FT.S/SKR/2016 PERENCANAAN JALAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) RUAS JALAN W.J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN STRUKTUR KOMPOSIT PERKERASAN DI LENGAN SEBELAH TIMUR PERSIMPANGAN JALAN PALAGAN DAN RING ROAD UTARA YOGYAKARTA

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LAHAN PENUMPUKAN CONTAINER DI PT. KBN MARUNDA

Memperoleh. oleh STUDI PROGRAM MEDAN

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENYUSUNAN PROGRAM BAB 3 PENYUSUNAN PROGRAM

PERENCANAAN JALAN LINGKAR UTARA BREBES-TEGAL STA STA Abdullah, Purnomo, YI. Wicaksono *), Bagus Hario Setiadji *)

RUANG LINGKUP PENULISAN Mengingat luasnya perencanaan ini, maka batasan masalah yang digunakan meliputi :

PERENCANAAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2003 DAN METODE BEAM ON ELASTIC FOUNDATION

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN JALAN LINTAS SELATAN JAWA TIMUR DI KABUPATEN TULUNGAGUNG PADA RUAS JALAN NGREJO PANTAI SINE STA

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

PERBANDINGAN HASIL PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN TIPE PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN AKSES JALAN UNDERPASS STASIUN KERETA API PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN PERKERASAN KAKU SEPANJANG 1.85 km

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) JALAN PURWODADI KUDUS RUAS

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN BANGKALAN-KETAPANG (Sta Sta ) DITINJAU DARI VARIASI STABILISASI TANAH TUGAS AKHIR

ANALISIS KERUSAKAN DAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2003 (Studi Kasus: Jl. Raya Bojonegara Serdang KM 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR i DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN..

PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB 3 METODOLOGI. sehingga akan menghasilkan biaya konstruksi dan perawatan perkerasan lentur.

PERENCANAAN KEMBALI PERKERASAN JALAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2003 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS RUAS JALAN MAJA-CITERAS)

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

PERENCANAAN ULANG DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU RUAS JALAN PONCO- JATIROGO STA STA KABUPATEN TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN METODE CAKAR AYAM MODIFIKASI SEBAGAI SOLUSI PEMBANGUNAN JALAN DI ATAS TANAH EKSPANSIF

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR DIPLOMA III. Disusun oleh : NIM : NIM :

disusun oleh : MOCHAMAD RIDWAN ( ) Dosen pembimbing : 1. Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO,MS 2. Dr. RIDHO BAYUAJI,ST.MT

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

HALAMAN PENGESAHAN PERENCANAAN DUPLIKASI JALAN ARTERI UTARA SEMARANG STA

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PERHITUNGAN RIGID PAVEMENT DENGAN DAN TANPA SERAT POLYPROPYLENE BERDASARKAN UJI LABORATORIUM

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : RATNA FITRIANA NIM : D

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

BAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI

TINJAUAN ULANG PERHITUNGAN PERENCANAAN TEBALPERKERASAN KAKU(RIGID PAVEMENT) PROYEK

PERENCANAAN ULANG JALAN TOL KERTOSONO MOJOKERTO STA , DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

Transkripsi:

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Adapun rencana tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan pembuatan program. b. Menterjemahkan perumusan dan langkah-langkah metode perhitungan ke dalam bahasa pemrograman. c. Memeriksa validasi program dengan membandingkan hasil perhitungan program dan hasil perhitungan manual. Jika belum memenuhi, maka dilakukan perbaikan program. Jika hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan hasil perhitungan manual, maka program dapat digunakan untuk perhitungan. d. Melakukan analisa pengaruh nilai CBR, umur rencana, kuat tekan beton terhadap tebal perkerasan, serta analisa biaya dari tiga tipe perkerasan dengan menggunakan bantuan program yang telah dibuat. e. Membuat kesimpulan dan saran dari penelitian. Tahap penelitian yang dilakukan secara garis besar dapat dilihat pada bagan alir seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini:

45 Mulai Peninjauan Pustaka Manual Pembuatan Program Program Validasi Program Tidak Ya Analisa menggunakan Program Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Secara Umum 3.2 Tahap Perkerasan Kaku 3.2.1 Tahap Manual Tahap perhitungan manual untuk menghitung tebal pelat beton semen yaitu sebagai berikut: a. Input data yang diperlukan dalam perhitungan yaitu: Peranan jalan dan tipe jalan (jumlah lajur dan jalur) Kuat tekan beton (f'c) serta jenis agregat kasar yang digunakan Ada atau tidaknya bahu jalan dan ruji Umur rencana Nilai CBR tanah dasar Data lalu lintas harian rata-rata (volume kendaraan dan persen pertumbuhan lalu lintas per tahun) Tegangan leleh baja dan koefisien gesek antara pelat dan pondasi bawah

46 b. Analisa lalu lintas kendaraan berupa perhitungan: Konfigurasi beban sumbu Jumlah sumbu kendaraan niaga harian (JSKNH) Beban sumbu dan jumlah sumbu setiap jenis sumbu kendaraan c. Menghitung faktor pertumbuhan lalu lintas (R) Faktor pertumbuhan lalu lintas dihitung terhadap setiap jenis kendaraan berdasarkan pertumbuhan lalu lintas dan umur rencana. Faktor pertumbuhan lalu lintas dihitung dengan menggunakan persamaan 2.13. d. Menentukan koefisien distribusi (C) Koefisien distribusi ditentukan dengan menggunakan Tabel 2.4 berdasarkan jumlah lajur dan arah yang direncanakan. e. Menghitung jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) Jumlah sumbu total kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan menggunakan persamaan 2.14. f. Menghitung repetisi sumbu yang terjadi repetisi sumbu diperoleh dengan mengalikan jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) dengan proporsi sumbu dan proporsi beban. g. Menentukan jenis dan tebal pondasi bawah Berdasarkan CBR tanah dasar dari data input dan jumlah repetisi sumbu yang diperoleh pada langkah f, maka dengan menggunakan Gambar 2.13 diperoleh jenis dan tebal pondasi bawah minimum yang digunakan.

47 h. Menentukan CBR efektif CBR efektif diperoleh dengan menggunakan Gambar 2.14 berdasarkan CBR tanah dasar dari data input serta hasil jenis dan tebal pondasi bawah yang didapatkan pada langkah g. i. Menentukan faktor keamanan beban (F KB ) Faktor keamanan beban ditentukan berdasarkan peranan jalan yang direncanakan sesuai Tabel 2.5. j. Menghitung kuat tarik lentur beton (f cf ) Kuat tarik lentur beton diperoleh dengan mengalikan koefisien dengan akar dari kuat tekan beton. Koefisien untuk jenis agregat pecah yaitu 0,75 dan untuk agregat tidak pecah yaitu 0,7. Untuk menghitung kuat tarik lentur beton digunakan persamaan 2.12. k. Membuat asumsi tebal pelat beton Tebal pelat beton diasumsikan sesuai pengalaman kemudian dilakukan perhitungan lebih lanjut. l. Analisa fatik dan erosi terdiri dari perhitungan: Beban rencana per roda Beban rencana per roda diperoleh dengan membagi beban sumbu (BS) dan faktor keamanan beban (F KB ) dengan jumlah roda. Faktor tegangan dan erosi Tegangan ekivalen (TE) dan faktor erosi (FE) diperoleh dari Tabel 2.6 dan Tabel 2.7, sesuai dengan CBR efektif yang diperoleh pada langkah h dan sesuai tebal pelat beton yang diasumsikan pada langkah k.

48 Faktor rasio tegangan (FRT) Faktor rasio tegangan diperoleh dengan membagi tegangan ekivalen (TE) dengan kuat tarik lentur beton (f cf ) yang diperoleh pada langkah j. Repitisi ijin fatik dan erosi Berdasarkan beban rencana per roda dan faktor rasio tegangan (FRT) yang didapat, maka dapat ditentukan nilai repetisi ijin fatik sesuai nomogram pada Gambar 2.15. Sedangkan untuk menentukan nilai repetisi ijin erosi, dengan menggunakan beban rencana per roda dan faktor erosi (FE) maka dapat ditentukan sesuai nomogram pada Gambar 2.16 (jika perkerasan direncanakan tanpa bahu beton) dan Gambar 2.17 (jika perkerasan direncanakan dengan bahu beton). Persen rusak fatik dan erosi Setelah diperoleh nilai repetisi ijin fatik dan erosi untuk masing-masing beban sumbu, maka persen rusak fatik dan erosi dapat dihitung dengan membagi repetisi yang terjadi pada langkah f dengan repetisi ijin, kemudian dikalikan 100%. m. Hasil akhir Jika total persentase rusak fatik dan erosi > 100%, maka ulangi dari langkah k dengan mempertebal pelat beton. Jika total persentase rusak fatik dan erosi 100%, maka tebal pelat yang diasumsikan pada langkah k memenuhi syarat sehingga dapat digunakan sebagai tebal pelat beton semen. dilakukan sampai diperoleh tebal pelat beton paling optimal.

49 Langkah-langkah perhitungan manual untuk menghitung tebal pelat beton dapat dilihat pada bagan alir berikut ini: Mulai repetisi sumbu rencana tiap jenis sumbu Penentuan jenis dan tebal pondasi bawah Penentuan CBR tanah efektif, kuat tarik lentur, faktor keamanan Asumsi tebal pelat beton Penentuan tegangan ekivalen dan faktor erosi tiap jenis sumbu Penentuan jumlah repetisi ijin tiap jenis sumbu kerusakan fatik dan erosi tiap beban sumbu Kerusakan erosi dan fatik > 100% Ya Tidak Tebal pelat beton yang digunakan Penentuan ruji dan batang pengikat Selesai Gambar 3.2 Bagan Alir Tebal Pelat Beton Semen secara Manual

50 Tahap perhitungan manual untuk menghitung tulangan memanjang dan melintang untuk perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT) yaitu sebagai berikut: a. Menghitung luas penampang tulangan Luas penampang tulangan (As) dihitung dengan menggunakan persamaan 2.26. Luas penampang tulangan minimum (As min) yang disyaratkan yaitu 0,1% dari luas penampang beton. Jika As < As min, maka luas penampang tulangan yang dibutuhkan yaitu As min. Jika As > As min, maka luas penampang tulangan yang dibutuhkan yaitu As. b. Menghitung jumlah tulangan Jumlah tulangan diperoleh dengan membagi luas penampang tulangan yang dibutuhkan (As) dengan luas penampang tulangan yang digunakan. c. Menghitung jarak antar tulangan Jarak antar tulangan dihitung per meter pelat yaitu diperoleh dengan membagi 1000 mm dengan jumlah tulangan yang digunakan. Tahap perhitungan manual untuk menghitung tulangan memanjang dan melintang untuk perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT) yaitu sebagai berikut: 1. tulangan memanjang a. Menghitung luas penampang tulangan Persentase tulangan memanjang yang dibutuhkan dihitung dengan menggunakan persamaan 2.27. Dengan persentase minimum yang disyaratkan sebesar 0,6%. Luas penampang tulangan yang dibutuhkan

51 diperoleh dengan mengalikan persentase tulangan dengan luas penampang beton. b. Menghitung jarak teoritis antar retakan Jarak teoritis antar retakan dihitung dengan menggunakan persamaan 2.28. Jika jarak retakan memenuhi syarat yaitu tidak melebihi 250 cm, maka diameter dan jarak tulangan pada langkah a dapat digunakan. Jika jarak retakan melebihi 250 cm, maka jarak tulangan harus dipersempit atau dengan memperbesar diameter tulangan yang digunakan. c. Menghitung jumlah tulangan Jumlah tulangan diperoleh dengan membagi luas penampang tulangan yang dibutuhkan (As) dengan luas penampang tulangan yang digunakan. d. Menghitung jarak antar tulangan Jarak antar tulangan dihitung per meter pelat yaitu diperoleh dengan membagi 1000 mm dengan jumlah tulangan yang digunakan. 2. tulangan melintang tulangan melintang pada perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT) menggunakan cara perhitungan tulangan memanjang dan melintang perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT). Langkah-langkah perhitungan manual untuk menghitung tulangan untuk perkerasan BBDT dapat dilihat pada bagan alir pada Gambar 3.3.

52 Mulai luas penampang tulangan (As) dan As minimum As > As min As yang diperlukan = As Ya Tidak As yang diperlukan = As min jumlah tulangan dan jarak antar tulangan Gambar 3.3 Bagan Alir Tulangan BBDT secara Manual Langkah-langkah perhitungan manual untuk menghitung tulangan untuk perkerasan BMDT dapat dilihat pada bagan alir pada Gambar 3.4 berikut ini: Mulai luas penampang tulangan (As) dan As minimum As > As min As yang diperlukan = As Ya Tidak As yang diperlukan = As min jarak teoritis antar retakan (L cr ) L cr > 250 cm Ya Tidak jumlah tulangan dan jarak antar tulangan Gambar 3.4 Bagan Alir Tulangan BMDT secara Manual

53 3.2.2 Tahap Program Tahap perhitungan program untuk menghitung tebal pelat beton semen yaitu sebagai berikut: a. Input data yang diperlukan dalam perhitungan yaitu: Peranan jalan dan tipe jalan (jumlah lajur dan arah) Kuat tekan beton (f'c) serta jenis agregat kasar yang digunakan Ada atau tidaknya bahu jalan dan ruji Umur rencana Nilai CBR tanah dasar Data lalu lintas harian rata-rata (volume kendaraan dan persen pertumbuhan lalu lintas per tahun) Tegangan leleh baja dan koefisien gesek antara pelat dan pondasi bawah (khusus untuk BBDT dan BMDT) b. Analisa lalu lintas kendaraan berupa perhitungan: Konfigurasi beban sumbu Jumlah sumbu kendaraan niaga harian (JSKNH) Beban sumbu dan jumlah sumbu setiap jenis sumbu kendaraan c. Menentukan koefisien distribusi (C) Koefisien distribusi ditentukan dengan menggunakan Tabel 2.4 berdasarkan jumlah lajur dan arah yang direncanakan.

54 d. Menghitung jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) Faktor pertumbuhan lalu lintas dihitung dengan menggunakan persamaan 2.13, kemudian jumlah sumbu total kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana dihitung dengan menggunakan persamaan 2.14. e. Menghitung repetisi sumbu yang terjadi repetisi sumbu diperoleh dengan mengalikan jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) dengan proporsi sumbu dan proporsi beban. f. Menentukan jenis dan tebal pondasi bawah Berdasarkan CBR tanah dasar dari data input dan jumlah repetisi sumbu yang diperoleh pada langkah e, maka jenis dan tebal pondasi bawah minimum ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.1 sampai 2.5. g. Menentukan CBR efektif CBR efektif diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.6 sampai 2.11 berdasarkan CBR tanah dasar dari data input serta hasil jenis dan tebal pondasi bawah yang didapatkan pada langkah f. h. Menentukan faktor keamanan beban (F KB ) Faktor keamanan beban ditentukan berdasarkan peranan jalan yang direncanakan sesuai Tabel 2.5. i. Menghitung kuat tarik lentur beton (f cf ) Kuat tarik lentur beton diperoleh dengan mengalikan koefisien dengan akar dari kuat tekan beton. Untuk menghitung kuat tarik lentur beton digunakan persamaan 2.12.

55 j. Membuat asumsi tebal pelat beton Tebal pelat beton di-looping dengan range 100 mm sampai 350 mm, sampai memenuhi syarat. k. Analisa fatik dan erosi terdiri dari perhitungan: Beban rencana per roda Beban rencana per roda diperoleh dengan membagi beban sumbu (BS) dan faktor keamanan beban (F KB ) dengan jumlah roda. Faktor tegangan dan erosi Tegangan ekivalen (TE) dan faktor erosi (FE) diperoleh menggunakan persamaan 2.15 dan Tabel 2.8 sampai Tabel 2.10. Faktor rasio tegangan (FRT) Faktor rasio tegangan diperoleh dengan membagi tegangan ekivalen (TE) dengan kuat tarik lentur beton (f cf ) yang diperoleh pada langkah i. Repitisi ijin fatik dan erosi Repetisi ijin fatik diperoleh dengan menggunakan persamaan dari Austroads yang telah dimodifikasi yaitu persamaan 2.21 sampai 2.23. Sedangkan untuk menentukan nilai repetisi ijin erosi, digunakan persamaan 2.24 dan 2.25. Persen rusak fatik dan erosi Setelah diperoleh nilai repetisi ijin fatik dan erosi untuk masing-masing beban sumbu, maka persen rusak fatik dan erosi dapat dihitung dengan membagi repetisi yang terjadi pada langkah e dengan repetisi ijin, kemudian dikalikan 100%.

56 l. Hasil akhir Jika total persentase rusak fatik dan erosi > 100%, maka program akan mengulangi dari langkah j dengan program looping. Jika total persentase rusak fatik dan erosi 100%, maka tebal pelat yang diasumsikan pada langkah j memenuhi syarat sehingga dapat digunakan sebagai tebal pelat beton semen. program dilakukan sampai diperoleh tebal pelat beton paling optimal. Tahap perhitungan program secara garis besar dapat dilihat pada bagan alir berikut ini: START Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT) Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT) Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT) Tebal Pelat Tebal Pelat Tebal Pelat Tulangan Tulangan Hasil Hasil Hasil Selesai Gambar 3.5 Bagan Alir Program