PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DAN JARINGANNYA (PENDAMPINGAN DI DESA NANGGELENG, KECAMATAN CIPEUNDEUY, KABUPATEN BANDUNG BARAT)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK

Disusun Oleh: Drs. P. C. Suroso, MSP., Lic.Rer.Reg Ir. Sudianto Aly, MT. Dra. Siwi Nugraheni, MEnv. Agustinus Febi Dwi P., SE.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Department of Economics and Development Studies Parahyangan Catholic University

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

PENGABDIAN bagi PELAKU USAHA. Di SEKITAR UNPAR

BAB I PENDAHULUAN. makanan organik. Permintaan terhadap produk-produk organik di seluruh dunia

LAPORAN AKHIR PELATIHAN DAN PEMAHAMAN UNTUK MENEMBUS PASAR MODERN BAGI KELOMPOK USAHA JAMUR DI PARONGPONG CIMAHI

LAPORAN AKHIR HIBAH PENGABDIAN BAGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT. KOMUNITAS IBU BELAJAR MATEMATIKA (IbM) DI SDN CIUMBULEUIT 3

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK

PENDAMPINGAN PENCATATAN AKUNTANSI BAGI YAYASAN SAUNG ORGANIK LASCING. Disusun Oleh:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELATIHAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI KECAMATAN CIDADAP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELATIHAN MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SEDERHANA. Disusun Oleh:

I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

KENDALA DAN PELUANG DALAM PRODUKSI PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA *)

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS PANGAN LOKAL (ENBAL)

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POTENSI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG SEBAGAI SENTRA PERTANIAN ORGANIK MELALUI KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN USAHA PELAKU USAHA MIKRO Di SEKITAR UNPAR dengan PEMBERIAN PELATIHAN dan MEMBANGUN JEJARING

RISET STRATEGI UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA*) Syekhfani**)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh Drs. EKSAN GUNAJATI, M.Si Kepala BAPPEDA Kabupatn Jombang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA DESA BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN

Pengembangan Sayuran Organik Tersertifikasi di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali 1) I Gusti Putu Ratna Adi 2)

KAJIAN EKSISTENSI DAN FUNGSI KELEMBAGAAN PADA USAHATANI PADI ORGANIK DI SUMATERA BARAT

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

PENGEMBANGAN DESA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KONVEKSI DI KAWASAN PIK PULOGADUNG

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

BAB I PENDAHULUAN. akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR PENGAJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PERTEMUAN ILMIAH DI LUAR NEGERI

IPTEKS Bagi Remaja Untuk Peningkatan Pengetahuan Di Bidang Teknologi Informasi

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

Good Agricultural Practices

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP

KERAGAAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN ORGANIK DI KOTA MALANG TESIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA

III KERANGKA PEMIKIRAN

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

2013, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2

Transkripsi:

(Hibah Pengabdian bagi Pembangunan Masyarakat) Perjanjian No: III/LPPM/2013-03/6-PM PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DAN JARINGANNYA (PENDAMPINGAN DI DESA NANGGELENG, KECAMATAN CIPEUNDEUY, KABUPATEN BANDUNG BARAT) Disusun Oleh: Dra. Siwi Nugraheni, MEnv. Drs. P. C. Suroso, MSP., Lic.Rer.Reg Dra. Noknik Karliya H., MP. Agustinus Febi Dwi P., SE. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan 2013

DAFTAR ISI Halaman Abstrak.. 3 Bab 1. Mitra Kegiatan 4 Bab 2. Persoalan Mitra Kegiatan.. 5 Bab 3. Pelaksanaan Kegiatan 6 Bab 4. Hasil dan Kesimpulan 8 Lampiran-lampiran (mulai halaman). Lampiran 1. Daftar hadir pelatihan petani organik Lampiran 2. Susunan acara pelatihan petani organik Lampiran 3. Rangkuman materi pelatihan petani organik Lampiran 4. Daftar hadir peserta di saresehan petani organik Lampiran 5. Daftar hadir mahasiswa di saresehan petani organik Lampiran 6. Daftar hadir dosen di saresehan petani organik Lampiran 7. Hasil refleksi petani organik Lampiran 8. Sertifikat penyaji dalam seminar internasional Lampiran 9. Karya tulis yang disajikan dalam seminar dan dimuat di Jurnal Bina Ekonomi Lampiran 10. Salinan laporan keuangan Lampiran 11. Foto dokumentasi kegiatan 2

ABSTRAK Warga desa Nanggeleng yang sebagian besar adalah petani telah mengembangkan metode pertanian organik sejak beberapa tahun yang lalu. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Unpar pada tahun 2013 ditujukan pada upaya-upaya mengembangkan pertanian organik di desa tersebut, membentuk jaringan kerja sama antara kelompok petani organik di desa Nanggeleng dan kelompok petani organik dari daerah-daerah lain di Jawa Barat serta membangun jaringan pemasaran komoditas hasil pertanian organik di perkotaan. Target luaran pengabdian adalah meningkatnya jumlah petani di desa Nanggeleng yang menerapkan metode pertanian organik dan terbentuk jaringan antar kelompok petani organik di Jawa Barat serta jaringan pemasaran antara petani organik dan pelaku bisnis di Bandung. Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan metode bertanam organik, pertemuan petani organik dari beberapa daerah di Jawa Barat dan mendorong terjadinya jaringan pemasaran antara petani di desa dan pelaku bisnis di kota. 3

Bab 1 Mitra Kegiatan Mitra kegiatan pengabdian adalah para petani organik di desa Nanggeleng, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat. Desa ini terletak kurang lebih 30 km arah barat laut, dari Kampus Unpar Ciumbuleuit. Perkenalan petani di desa tersebut dengan metode bertani organik terjadi kurang lebih pada tahun 1999. Beberapa petani yang telah menerapkan dan setia dengan metode ini ingin lebih memperkenalkan metode tersebut kepada petani-petani lain di desa tersebut. Di masa yang akan datang, diharapkan dengan makin banyaknya jumlah petani organik di desa Nanggeleng, akan makin luas lahan oragnik di desa tersebut, dan hal ini akan menurunkan potensi kontaminasi input pertanian non-organik ke lahan petani organik. 4

Bab 2 Persoalan Mitra Kegiatan 1. Sejak diperkenalkan pada metode bertani organik pada tahun 1999, jumlah pelaku pertanian organik di desa Nanggeleng tidak bertambah secara signifikan. Terbatasnya pelaku pertanian organik akan membatasi luas lahan organik. Padahal salah satu syarat untuk mencapai kemurnian metode organik adalah tidak adanya kontaminasi input kimia dari lahan tetangga yang menerapkan metode pertanian konvensional. Di sisi lain, beberapa pelaku pertanian organik makin yakin bahwa cara bertani yang dianggap bersahabat dengan alam ini juga mempunyai sisi-sisi positif lain, seperti: petani dapat menyediakan input pertanian secara mandiri yang tidak hanya mengurangi ketergantungan petani pada input pabrikan, tetapi juga mengurangi biaya produksi. Selain meningkatkan kemandirian petani, produktivitas lahan organik juga lebih tinggi dibanding hasil dari pertanian konvensional. Sayangnya, metode bertani organik tidak populer, karena hambatannya adalah adanya masa peralihan dari pertanian konvensional ke organik yang biasanya disertai dengan penurunan produktivitas lahan selama setahun. 2. Para petani organik di wilayah yang sama biasanya akan membentuk kelompok. Sayangnya belum atau jarang sekali ada kesempatan para petani organik dari wilayah yang berbeda bertemu satu sama lain. Padahal, tukar informasi dan pengetahuan dalam bertani organik sangat diperlukan sebab metode pertanian ini sangat mengandalkan kearifan lokal, misalnya dalam hal pembuatan pupuk dan pestisida. Jaringan komunikasi antar kelompok tani organik perlu dibentuk tidak hanya untuk mendorong pertukaran informasi dan pengetahuan metode bertani, tetapi juga diharapkan mampu menjadi pemersatu petani organik di Jawa Barat (bahkan kelak di Indonesia). Persatuan petani organik yang kompak akan banyak memberikan manfaat bagi para anggotanya. 3. Komoditas hasil pertanian organik selama ini dipasarkan secara terbatas. Hal ini terjadi karena produsennya belum mendapat sertifikat organik. Upaya sertifikasi pernah dilakukan, namun tidak semua syarat dapat dipenuhi, salah satunya adalah luas lahan minimal dalam satu kawasan yang menerapkan metode organik. Sebagian besar petani tidak dapat memenuhi batas minimal ini. Jika dapat dibangun jaringan pemasaran di kota Bandung, komoditas produk organik ini akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Potensi pasar organik di kota Bandung cukup besar. 5

Bab 3 Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian 1. Kegiatan-kegiatan pengabdian yang dilakukan adalah: a. Pelatihan pertanian organik di desa Nanggeleng; b. Sarasehan petani organik di Jawa Barat; c. Membentuk jaringan pemasaran di kota Bandung; dan d. Sosialisasi hasil pengamatan pada praktek pertanian organik di Nanggeleng dan Jawa Barat, dalam bentuk keikutsertaan di the 23 th Pacific Conference of the Regional Science Association International & the 4 th Indonesian Regional Science Association (IRSA) Institute in Bandung, Indonesia, 2 4 July 2013 dan diterbitkan di Bina Ekonomi edisi Agustus 2013. 2. Pelatihan pertanian organik dilakukan selama tiga hari, 14-16 Maret 2013. Diikuti oleh 30 orang (daftar hadir peserta ada di Lampiran 1). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya antusiasme petani-petani non-organik untuk mengetahui lebih banyak tentang pertanian organik sangat besar. Materi pelatihan meliputi penyiapan lahan dan pembuatan pupuk kompos (lampiran 3). Metode pelatihan adalah ceramah dan praktek langsung di lapangan dengan menggunakan bahan dan alat pertanian yang telah disediakan (susunan acara Lampiran 2). Pelatih adalah pendamping petani organik dari PSE Keuskupan Bandung, yaitu Bapak Joko Susilo. 3. Pada tanggal 18-19 Mei 2013 Tim Pengabdi melaksanakan Sarasehan Petani Organik Jawa Barat, bertempat di Wisma Unpar, Bandung. Kegiatan ini diikuti oleh 28 orang, anggota kelompok tani organik dari beberapa kabupaten di Jawa Barat, yaitu: Sumedang, Bandung Barat, Tasikmalaya, Ciwidey dan Indramayu (daftar nama peserta Sarasehan ada di Lampiran 4). Sesuai dengan tujuannya, sarasehan ini mempertemukan para pelaku pertanian organik untuk saling berbagi pengalaman. Diharapkan melalui pertemuan tersebut akan terbentuk jaringan komunikasi yang makin intensif di antara mereka, sehingga terjadi pertukaran pengetahuan (hasil refleksi petani ada di Lampiran 6). Dalam pelaksanaan sarasehan, beberapa dosen dan mahasiswa Jurusan IESP juga terlibat. Selain membantu pelaksanaan Sarasehan, kehadiran mereka juga dalam rangka menambah pengetahuan terkait dengan praksis pertanian organik di Jawa Barat. Daftar nama dosen dan mahasiswa yang terlibat kegiatan sarasehan ada di Lampiran 5. 4. Membentuk jaringan pemasaran dijajaki dengan memperkenalkan salah satu pelaku bisnis yang memiliki akses ke Pasar Sederhana dan tinggal di Ciumbuleuit Bandung, dengan petani padi organik dari Bandung Barat dan Tasikmalaya. Pertemuan tersebut mengawali terjadinya jaringan pemasaran padi organik di kota Bandung dan 6

selanjutnya mampu menjadi jembatan terjadinya jaringan ekonomi antara desa (sebagai sentra komoditas padi organik) dan kota (sebagai konsumen). Komoditas padi organik dipasarkan di lingkungan kampus Unpar dan di Pasar Sederhana Bandung. 5. Salah satu kendala penerapan metode pertanian organik adalah minimnya perhatian pemerintah. Untuk mengangkat isu tentang pertanian organik, hasil pengamatan dan analisis terhadap praksis pertanian organik di Jawa Barat disusun sebagai makalah yang kemudian dipresentasikan dalam 23 th Pacific Conference of the Regional Science Association International & the 4 th Indonesian Regional Science Association (IRSA) Institute in Bandung, Indonesia, 2 4 July 2013 (salinan/fotocopy sertifikat sebagai pemakalah ada di Lampiran 8) dan versi tertulisnya dimuat di Bina Ekonomi edisi Agustus 2013 (Lampiran 9). Sosialisasi tentang masalah dan potensi pertanian organik dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran pihak-pihak yang terkait, terutama pemerintah, sehingga diharapkan dapat menjadi landasan menyusun kebijakan yang mendorong penerapan metode organik ini. 7

Bab 4 Hasil dan Kesimpulan 1. Kegiatan-kegiatan pengabdian ini telah memberikan dampak positif bagi : a. Petani Organik di Desa Nanggeleng; b. Tim Pengabdi dan sivitas akademika Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan; c. Pihak lain. 2. Bagi petani organik di Desa Nanggeleng, potensi untuk memiliki rekan yang mengikuti jejaknya dalam bertani menjadi terbuka ketika jumlah peserta pelatihan ternyata lebih banyak dari yang ditargetkan. Kegiatan sarasehan telah memberi kesempatan bagi petani organik Desa Nanggeleng untuk bersilaturahmi dan berbagi pengetahuan dengan rekan-rekannya dari kelompok tani beberapa kabupaten di Jawa Barat. Selain menambah informasi, sarasehan juga dapat menguatkan semangat para petani di Desa Nanggeleng, dan menjadi cikal bakal terbentuknya wadah jaringan kelompok tani organik se-jawa Barat. 3. Bagi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya memberi penngetahuan tentang contoh nyata praksis pertanian organik yang dapat memperkaya materi pembelajaran di kelas. Relasi yang terbentuk dengan para petani organik dari beberapa wilayah di Jawa Barat dapat menjadi modal sosial untuk kegiatan-kegiatan di masa yang akan datang. 4. Terjalin kerjasama ekonomi antara para petani Desa Nanggeleng dan salah satu anggota Koperasi Mitra Sejahtera. Kerjasama tersebut memungkinkan beras organik hasil produksi petani di Desa Nanggeleng dipasarkan di kota Bandung dan lingkungan Unpar khususnya. Kedekatan relasi antara warga Jurusan IESP Unpar dengan anggota dan pengurus Koperasi Mitra Sejahtera (Kelurahan Hegarmanah, Kec. Cidadap, Bandung) menjadi jembatan terjadinya kerjasama tersebut. Sampai saat ini baru terbatas pada komoditas beras organik, di masa yang akan datang diharapkan dapat meliputi lebih banyak lagi komoditas seperti sayur dan buah organik. Dengan demikian, kegiatan pengabdian ini juga telah bermanfaat meningkatkan pendapatan petani organik dan anggota koperasi yang memasarkan beras hasil produksi petanipetani tersebut. 8

9