BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan, Pasal 1 Ayat. sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang

TINJAUAN TEKNIS PELAYANAN BANDAR UDARA FRANS SEDA MAUMERE. Yosef Norbertus Tembu Muda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Gambar 3.1. Bandar udara dibagi menjadi dua bagian utama yaitu sisi udara (air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api, istilah istilah yang digunakan antara. dengan perjalanan kereta api.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI Standar Pelayanan Penyelenggaraan Terminal Angkutan Umum. angkutan jalan yang mencakup sebagai berikut:

TESIS ANALISIS TEKNIS PELAYANAN FASILITAS SISI DARAT BANDAR UDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG

PERSEPSI PENUMPANG KERETA API TERHADAP TINGKAT PELAYANAN STASIUN TUGU YOGYAKARTA

PERSEPSI PENUMPANG KERETA API TERHADAP TINGKAT PELAYANAN STASIUN TUGU YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK. Atribut Pelayanan, Customer Satisfaction Index, Importance Performance Analysis, Karakteristik Pengguna Jasa, Terminal Makassar Metro.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

* Agus Mansur, ** Intan Wahyu WD Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta * **

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. Pelanggan PO Maju Lancar. Jumlah kuisioner yang disebarkan dihitung dengan Z E

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), empati (empathy),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

III. METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan Keterbatasan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN...105

ANALISIS TEKNIS STANDAR PELAYANAN GEDUNG TERMINAL BANDARA DR. F.L. TOBING KABUPATEN TAPANULI TENGAH

BAB III LANDASAN TEORI. dengan harapan penumpang. Kepuasan merupakan respon dari penumpang

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 STUDI PUSTAKA. Sastranegara Bandung, data fasilitas sisi darat (landside) berupa detail gedung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

ANALISA TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA TERHADAP KINERJA PELAYANAN TERMINAL MAKASSAR METRO KOTA MAKASSAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Air mempunyai peran penting dalam kehidupan. Air menjadi penopang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS JASA BERDASARKAN PERSEPSI PENGUNJUNG (Studi Kasus di UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Terhadap Kualitas Kinerja Pelayanan Terminal Seruni Kota Cilegon

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK RACHMAT HIDAYAT, MPA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNIVERSITAS JEMBER

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

TINJAUAN TEKNIS PELAYANAN BANDAR UDARA FRANS SEDA MAUMERE

PENENTUAN ATRIBUT-ATRIBUT KUALITAS PELAYANAN SEBAGAI SKALA PRIORITAS PERBAIKAN PADA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI DI JAKARTA. P.H. Saragi.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. Berdasarkan UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. diperusahaan nasional maupun perusahaan asing. Perusahaan berlomba-lomba untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Terhadap Kualitas Kinerja Pelayanan Terminal Terpadu Merak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis harus dilakukan secara profesional. (Kotler, 1994:2). Untuk itu, kegiatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Importance and Performance Analysis (IPA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah. Mulai. Observasi Pendahuluan. Penetapan Tujuan

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA JASA TERHADAP PENERAPAN MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI PROFESIONAL RUKO DI KAWASAN BUSSINESS PARK KOTA GORONTALO

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH ATAS KUALITAS PELAYANAN (STUDI KASUS PADA BANK SWASTA DI RIAU) Fenny Trisnawati & Lukman

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN UNTUK MENILAI TINGKAT KEPUASAN NASABAH PT. BANK RAKYAT INDONESIA UNIT GENTENG BANYUWANGI. Rinawati Anwar Rudi Kusubagio

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. implikasikan pada penumpang pesawat udara di Bandara Internasional Adi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Importance Performance Analysis (IPA) Penumpang di Dalam Terminal Makassar Metro

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di

BAB III LANDASAN TEORI. dirasakan dengan kinerja yang diharapkan. Kepuasan penumpang atau konsumen

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN YANG MENGUNJUNGI SOLO GRAND MALL SURAKARTA

WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara

BAB 3 METODE PENELITIAN

USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah Hotel Bintang Griyawisata Jakarta.

ANALISIS SERVICE QUALITY UNTUK MENGUKUR TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN TIK DI UNIVERSITAS SILIWANGI

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada saat yang bersamaan. Tidak seperti produk manufaktur dimana hasil

ANALISIS KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Bab 3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

BAB III LANDASAN TEORI

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Baros Kota Sukabumi. Rosliana Dewi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL Analisa Hasil Tingkat Kepuasan Responden. selanjutnya adalah menganalisa hasil yang telah diperoleh berupa nilai kepuasan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanannya agar mampu bertahan dan bersaing dengan perusahaan

ANALISIS LAYANAN JALAN TOL BERDASARKAN KEBUTUHAN PENGGUNA (STUDI KASUS RUAS JALAN TOL SURABAYA GRESIK)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bandar Udara Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan, Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat kargo dan atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi. Bandar udara menurut statusnya terdiri sebagai berikut, 1. Bandar udara umum, yaitu bandar udara yang digunakan untuk melayani kepentingan umum. 2. Bandar udara khusus, yaitu bandar udara yang digunakan untuk melayani kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu. B. Sistem Lapangan Terbang Sebuah lapangan terbang melingkupi kegiatan yang sangat luas, yang mempunyai kebutuhan yang berbeda.sistem lapangan terbang dibagi dua, yaitu sisi darat (land side) dan sisi udara (air side), yang keduanya dibatasi oleh terminal. (Basuki, H.,1986)

12 C. Fasilitas Bandar Udara Menurut Heru Basuki (1986), Bandar udara harus memiliki fasilitas sisi udara (air side) seperti runway, taxiway, apron dan fasilitas sisi darat (land side) seperti terminal, jalan masuk, perparkiran, dan fasilitas bagasi. Pada prinsipnya beberapa fungsi produk angkutan udara pada sisi darat (land side) yang harus dicapai antara lain, sebagai berikut : 1. Terminal Terminal adalah pertemuan utama antara lapangan udara dan bagian bandar udara lainnya.daerah terminal meliputi fasilitas fasilitas untuk pemrosesan penumpang dan bagasi, penanganan barang angkutan (cargo) dan kegiatan - kegiatan adminstrasi, operasi serta pemeliharaan bandar udara. (Dirhan Pranoto., 1998) Gambar 2.1.Ruang Umum Terminal Bandar Udara Frans Seda Maumere

13 Gambar 2.2. Ruang Check In Keberangkatan Bandar Udara Frans Seda Maumere Gambar 2.3. Ruangan Boarding Pass Bandar Udara Frans Seda Maumere

14 2. Jalan Masuk ( Acces Interface ) Bagian ini terdiri dari pelataran terminal fasilitas parkir dan jalan penghubung yang memungkinkan penumpang, pengunjung, dan barang untuk masuk dan keluar dari terminal. (Dirhan Pranoto., 1998) Gambar 2.4. Jalan Masuk Bandar Udara Frans Seda Maumere 3. Perpakiran Bagian ini merupakan tempat untuk fasilitas parkir kendaraan bagi penumpang, pengunjung, dan karyawan di sebuah bandar udara. (Dirhan Pranoto., 1998) Gambar 2.5. Parkiran Kendaraan Bandar Udara Frans Seda Maumere

15 4. Bagasi Fasilitas bagasi merupakan ruangan untuk pengambilan bagasi, dimana ruangan tersebut harus diletakkan sedemikain rupa sehingga bagasi yang telah diperiksa dapat dikembalikan ke penumpang dalam jarak yang cukup dekat dengan pelataran terminal. (Dirhan Pranoto., 1998) Gambar 2.6. Ruangan Bagasi / Conveyor Bandar Udara Frans Seda Maumere

16 Untuk lebih jelas mengenai bagian bagian dari suatu sistem bandar udara, dapat dilihat pada gambar 2.7. berikut ini : Sistem BandarUdara Perjalanan Udara Terminal udara Sistem permukaan lapangan udara Landasan pacu Sisi Udara Landasan tunggu Landas-hubung keluar Sistem landas-hubung Area pintu gerbang (gate)-apron Gedung terminal Sisi Darat Tempat parkir & sirkulasi kendaraan Sistem jalan masuk darat ke bandarudara Arus Pesawat terbang Arus Penumpang Gambar 2.7. Bagian-bagian dari Suatu Sistem Bandar Udara Sumber: Heru Basuki., 1986

17 D. Landasan Teori 1. Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Sisi Darat Bandar Udara A. Keberangkatan a. Hall Keberangkatan Hall atau ruang Keberangkatan harus cukup luas untuk menampung penumpang datang pada waktu sibuk sebelum mereka masuk menuju ke check-in area. (Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara, SKEP/77/VI/2005). Untuk menghitung luas hall keberangkatan dapat digunakan rumus, A = 0,75 { a ( 1 + f ) + b } + 10 Keterangan : A = Luas hall keberangkatan (m²) a = Jumlah penumpang berangkat pada waktu sibuk b = Jumlah penumpang transfer f = Jumlah pengantar atau penumpang (2 orang) Tabel 2.1.1. Persyaratan Luas Hall Keberangkatan Besar Terminal Luas Hall Keberangkatan (m²) Kecil 132 Sedang 133 265 Menengah 265 1320 Besar 1321 3960 Sumber : Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara, SKEP/77/VI/2005

18 b. Ruang Tunggu Keberangkatan Ruang Tunggu Keberangkatan harus cukup untuk menampung penumpang waktu sibuk selama menunggu waktu check-in, dan selama penumpang menunggu saat boarding setelah check in. Pada ruang tunggu dapat disediakan fasilitas komersial bagi penumpang untuk berbelanja selama waktu menunggu. Untuk menghitung luas ruang tunggu keberangkatan dapat digunakan rumus, A

19 c. Check in Area Check-in area harus cukup untuk menampung penumpang waktu sibuk selama mengantri untuk check-in. Untuk menghitung luas check - in area dapat digunakan rumus, A = 0,25 ( a + b ) m² (+10%) Keterangan : A = Luas area check-in (m²) a = Jumlah penumpang berangkat pada waktu sibuk b = Jumlah penumpang transfer Tabel 2.1.3. Persyaratan Luas Check in Area Besar Terminal Luas Check in Area (m²) Kecil < 16 Sedang 16-33 Menengah 34-165 Besar 166-495 Sumber : Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara, SKEP/77/VI/2005 d. Check in Counter Meja check-in counter harus dirancang dengan untuk dapat menampung segala peralatan yang dibutuhkan untuk check-in (komputer,printer,dll), dan memungkinkan gerakan petugas yang efisien. Untuk menghitung jumlah meja pada check in counter dapat digunakan rumus, N

20 Keterangan : N = Jumlah meja a = Jumlah penumpang berangkat pada waktu sibuk b = Jumlah penumpang transfer (20%) t1= Waktu pemrosesan check-in per penumpang (2menit/penumpang) Tabel 2.1.4. Persyaratan Jumlah Check in Counter Besar Terminal Jumlah Check - in Counter Kecil < 3 Sedang 3-5 Menengah 5-22 Besar 22-66 Sumber : Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara, SKEP/77/VI/2005 e. Tempat Duduk Kebutuhan tempat duduk diperkirakan sebesar 1/3 penumpang pada waktu sibuk. Untuk menghitung jumlah meja pada check in counter dapat digunakan rumus, N = 1/3 x a Keterangan : N = Jumlah tempat duduk dibutuhkan a = Jumlah penumpang waktu sibuk

21 Besar Terminal Tabel 2.1.5. Persyaratan Jumlah Tempat Duduk Jumlah tempat Duduk Kecil < 19 Sedang 20-37 Menengah 38-184 Besar 185-550 Sumber : Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara, SKEP/77/VI/2005 f. Fasilitas Umum ( Toilet ) Untuk toilet, diasumsikan bahwa 20% dari penumpang waktu sibuk menggunakan fasilitas toilet. Kebutuhan ruang per orang ~ 1 m². Penempatan toilet pada ruang tunggu, hall keberangkatan, hall kedatangan. Untuk toilet para penyandang cacat besar pintu mempertimbangkan lebar kursi roda. Toilet untuk usia lanjut perlu dipasangi railing di dinding yang memudahkan para lansia berpegangan. Untuk menghitung luasan toilet dapat digunakan rumus, A = P x 0,2 x 1 m² + 10 % Keterangan : A = Luasan toilet P = Jumlah penumpang waktu sibuk Tabel 2.1.6. Persyaratan Luasan Toilet Besar Terminal Luas Toilet (m²) Kecil 7 Sedang 7-14 Menengah 15-66 Besar 66-198 Sumber : Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara, SKEP/77/VI/2005

22 B. Kedatangan a. Bagasi Conveyor Belt Bagasi conveyor belt tergantung dari jenis dan jumlah seat pesawat udara yang dapat dilayani pada satu waktu. Idealnya satu baggage claim tidak melayani 2 pesawat udara pada saat yang bersamaan. Untuk menghitung panjang conveyor belt dapat digunakan rumus, L

23 Keterangan : L = Panjang conveyor belt Ʃ P = Jumlah pesawat udara saat jam puncak n = Konstanta dari jenis pesawat udara dan jumlah seat Keterangan : L 12 m menggunakan tipe linier L > 12 m menggunakan tipe circle L 3 m menggunakan gravity roller b. Bagasi Claim Area Bagasi claim area atau ruang penerimaan bagasi dapat dihitung luasannya dengan menggunakan rumus, A = 0,9 c + 10 % Keterangan : A = Luas baggage claim area ( m² ) c = Jumlah penumpang datang pada waktu sibuk Tabel 2.1.8. Persyaratan Luasan Bagasi Claim Area Besar Terminal Luas Bagasi Claim Area (m²) Kecil < 50 Sedang 51-99 Menengah 100-495 Besar 496-1485 Sumber : Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara, SKEP/77/VI/2005 c. Hall Kedatangan Hall atau ruangan kedatangan harus cukup luas untuk menampung penumpang serta penjemput penumpang pada waktu sibuk. Area ini dapat pula mempunyai fasilitas komersial.

24 Untuk menghitung luas hall kedatangan dapat digunakan rumus, A = 0,375 ( b + c + 2.c.f ) + 10 % Keterangan : A = Luas area hall kedatangan ( m² ) b = Jumlah penumpang transfer c = Jumlah penumpang datang pada waktu sibuk f = Jumlah pengunjung per penumpang (2 orang) Tabel 2.1.9. Persyaratan Luas Hall Kedatangan Besar Terminal Luas Hall Kedatangan (m²) Kecil < 108 Sedang 109 215 Menengah 216 1073 Besar 1074 3218 Sumber : Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara, SKEP/77/VI/2005 d. Fasilitas Umum ( Toilet ) Fasilitas umum seperti toilet pada terminal kedatangan mempunyai acuan standar yang sama seperti pada bangunan terminal keberangkatan. Tabel 2.1.10. Persyaratan Luasan Toilet Besar Terminal Luas Toilet (m²) Kecil 7 Sedang 7-14 Menengah 15-66 Besar 66-198 Sumber : Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara, SKEP/77/VI/2005

25 C. Jalan dan Tempat Parkir Kendaraan a. Jalan Jalan pada bandar udara menggunakan konstruksi perkerasan lentur. Tabel 2.1.11. Persyaratan Standar Fungsi dan Dimensi Jalan No Jenis Jalan Fungsi Lebar Perkerasan (meter) 1. Jalan masuk Penghubung jalan umum dan bandar udara 2. Jalan Inspeksi 3. Jalan Operasi 4. Jalan Service a.untuk pemeliharaan b.jalan PKP-PK a.untuk PKP- PK b.untuk kendaraan fasilitas dasar bandar udara a.umum b.di depan terminal Variabe Lebar Bahu Jalan (meter) Variabe l Lebar Saluran (meter) Variabel 3 5,5 1 0,5 5 1,5 1 6 13 1 1,5 0,7 1 5. Jalan Lingkungan a.untuk kendaraan pribadi b.untuk PKP-PK 3-4 Sumber : Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar SKEP/77/VI/2005 5 1 1,5 0,5 1 Udara, b. Tempat Parkir Tempat parkir disyaratkan sedekat mungkin dengan terminal atau kawasan yang dilayani. Daya tampung parkir dihitung dari jumlah penumpang waktu sibuk.

26 Untuk menghitung kapasitas kendaraan yang parkir dapat digunakan rumus, A = E x f I = A x h Keterangan : E = Jumlah penumpang jam sibuk f = Jumlah kendaraan per penumpang (0,8) A = Jumlah kendaraan yang parkir I = Luas lahan parkir h = Kebutuhan lahan parkir per kendaraan (35 m²) Penumpang waktu sibuk Tabel 2.1.12. Persyaratan Area Luas parkir Jumlah Kendaraan yang parkir Luas Lahan Parkir < 50 < 40 < 1400 51 100 41 80 1435 2800 101 500 81 400 2835 14000 501-1500 401-1200 17535-42000 Sumber : Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara, SKEP/77/VI/2005

27 2. Uji Kuisioner a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir - butir pertanyaan kuesioner dalam mendefenisikan suatu variabel. Butir-butir pertanyaan kuesioner pada prinsipnya harus mendukung variabel tertentu yang dijadikan variabel penelitian. Kriteria yang digunakan untuk menilai hasil uji validitas adalah nilai korelasi (r), yang disebut dengan koefisien validitas. Nilai r hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai r tabel dimana jika nilai r tabel lebih kecil dari nilai r hitung maka butir pertanyaan tersebut dianggap valid. (Azwar, 2003). b. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas atau kehandalan merupakan ukuran kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab butir - butir pertanyaan yang berkaitan dengan dimensi variabel penelitian. Reliabilitas memberikan gambaran sejauh mana suatu hasil pengukuran dapat dipercaya artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kesalahan pengukuran (measurement error). (Sujarweni, 2007). 3. Teknik Pengukuran Kinerja a. Teknik Pengukuran Prosedur pengukuran dan pemberian angka-angka pada variabel diharapkan bersifat isomorphic terhadap realita, artinya ada persamaan dengan realita (Singarimbun dan Effendi, 1985). Tingkat ukuran di dunia penelitian

28 dikembangkan pertama kali oleh Steven pada tahun 1946, yakni tingkat ukuran nominal, ordinal, interval dan rasio. Sedangkan metode survei kepuasan pelanggan dapat menggunakan pengukuran dengan berbagai cara sebagai berikut : a) Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan seperti Ungkapkan seberapa puas saudara terhadap pelayanan perusahan X pada skala berikut : sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, sangat puas (directly reported satisfaction). Teknik ini dikenal pula dengan istilah Service Quality atau Servqual (A.Parasuraman, Valarie A. Zeithaml, dan Leonard L. Berry, l985). b) Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan (derived dissatisfaction). c) Responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapiberkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan juga diminta untuk menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan (problem analysis). d) Responden dapat diminta untuk meranking berbagai elemen (atribut) daripenawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen (importance / performan ratings). Teknik ini dikenal pula dengan istilah Importance-Performance Analysis (Martilla dan James, 1997).

29 Dalam penelitian ini teknik pengukuran yang digunakan adalah teknik pertama dan keempat yaitu Service Quality dan Importance-Performance Analysis. a. Skala Pengukuran Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert. Skala ini dikembangkan oleh RensisLikert (1932) dan terkenal dengan nama Likert s Summated Ratings (LSR) atau Skala Likert (Sedarmayanti, 2011). Beberapa faktor yang menyebabkan skalalikert banyak digunakan sebagai berikut : 1) Skala ini relatif mudah dibuat. 2) Bebas memasukan item-item pernyataan. 3) Jawaban dapat berupa beberapa alternatif 4) Tingkat reliabilitas yang tinggi dapat dicapai. 5) Mudah untuk diterapkan pada berbagai situasi. b. Pendekatan Service Quality (Servqual) Service Quality atau Servqual dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu persepsi pelanggan atau pengguna jasa atas layanan yang nyata mereka terima (perceived service) dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan (expected service). Dalam model servqual terdapat lima dimensi diantaranya (a) Berwujud (tangibles), (b) Keandalan (reliability), (c) Ketanggapan (responsiveness), (d) Jaminan dan kepastian (assurance), (e) Empati (empathy).

30 Lima dimensi servqual tersebut merupakan instrument servqual yang bermanfaat dalam melakukan analisis gap, karena biasanya layanan atau jasa bersifat perasaan kepuasan yang tidak dapat diraba/intangible, yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kualitas jasa. Evaluasi kualitas layanan menggunakan model servqual mencakup perhitungan perbedaan di antara nilai yang diberikan para pelanggan atau pengguna jasa untuk setiap pasang pernyataan berkaitan dengan ekspektasi/harapan dengan pelayanan yang diterima. Perbedaan di antara nilai yang diberikan pengguna jasa tersebut yang merupakan kesenjangan harapan dan pelayanan yang diterima. Kesenjangan antara harapan dengan pelayanan diterima dapat dihitung berdasarkan rumus berikut : Q = Ʃ H ƩP Interpretasi dari hasil perhitungan berdasarkan rumus tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apabila nilai (ƩH) (ƩP) > 0,71 maka pengguna jasa kurang puas terhadap pelayanan yang diterima. 2. Apabila nilai (ƩH) (ƩP) = 0 sampai dengan 0,71 maka pengguna jasa puas atas pelayanan yang diterima. 3. Apabila nilai (ƩH) (ƩP) < 0 maka pengguna jasa lebih dari puas atas pelayanan yang diterima. Sumber : Seta Basri, 2011

31 Keterangan : Q = Kesenjangan Harapan dengan Pelayanan yang Diterima Ʃ H = Nilai Rata rata Harapan Ʃ P = Nilai Rata rata Pelayanan Diterima Tabel 2.3.1.Skala Likert No Angka Indeks Interpretasi Nilai Skala Linkert 1. 5 Sangat Penting / Sangat Puas 2. 4 Penting / Puas 3. 3 Cukup Penting / Cukup Puas 4. 2 Kurang Penting / Kurang Puas 5. 1 Tidak Penting / Tidak Puas Sumber : Sedarmayanti., 2011 Dalam upaya awal membangun konsepsi seputar kualitas pelayanan, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry mengajukan skema sebagai berikut, untuk lebih jelas mengenai skema model konseptual service quality, dapat dilihat pada gambar 2.3.1. berikut ini : Pelanggan Komunikasi Kebutuhan Pribadi Pengalaman Masa Lalu Layanan yang diharapkan Gap 5 Persepsi Terhadap Layanan Penyampaian Layanan Manajemen Gap 3 Gap 4 Gap 1 Gap 2 Spesifikasi Kualitas Layanan Persepsi Manajemen atas Harapan Pelanggan Gambar 2.3.1. Skema Model Konseptual Service Quality Sumber: Fandy Tjiptono., 2008 Komunikasi Eksternal kepada Pelanggan

= x 100 %.. (1) 32 c. Pendekatan Importance-Performance Analysis (IPA) Importance-Performance Analysis (IPA) merupakan alat bantu dalam menganalisis atau untuk membandingkan sampai sejauh mana kinerja atau pelayanan yang dapat dirasakan oleh pengguna jasa dibandingkan terhadap tingkat kepuasan yang diinginkan. Untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan atau kinerja terhadap jawaban responden, digunakan skala empat kuadran. Dari hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja, maka akan diperoleh suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya. Tingkat kesesuaian merupakan hasil perbanding anantara skor kinerja pelaksanaan dengan skor kepentingan, sehingga tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan skala prioritas yang akan dipakai dalam penanganan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa angkutan udara. Ada dua buah variable yang akan menentukan tingkat kinerja penyedia jasapelayanan (diberi simbol X) dan tingkat kepentingan pengguna jasa (diberi simbol Y) sebagaimana dijelaskan dengan model matematik, sebagai berikut : T k =

= Skor rata-rata tingkat kepentingan pengguna jasa N = Jumlah responden Selanjutnya unsur-unsur dari atribut akandikelompokkan dalam salah satu dari empat kuadran yang disebut dengan diagram kartesius yang dibatasi oleh sumbux dan sumbu Y, seperti terlihat dalam Gambar 2.3.2. Importance Kuadran Kuadran 1 2 Kuadran Kuadran 3 4 Performance Gambar 2.3.2. Importance-Performance Grid atau Diagram Kartesius Sumber: Martila A. John and James C. John., 1997 Apabila unsur pelayanan berada pada kuadran 1, maka dapat diartikan bahwa unsur tersebut memiliki importance tinggi dan performance rendah. Pada kondisi ini, kepentingan pengguna jasa berupa faktor-faktor yang = Skor rata-rata tingkat kualitas pelayanan jasa (kinerja) 33 dengan : T k = Tingkat kesesuaian responden X = Skor penilaian kualitas pelayanan jasa (kinerja) Y = Skor penilaian kepentingan pengguna jasa

34 mempengaruhi pelayanan berada pada tingkat tinggi (dianggap penting), sedangkan dari sisi kepuasan, pengguna jasa merasa tidak puas sehingga menuntut adanya perbaikan kualitas pelayanan menjadi prioritas utama oleh penyedia jasa. Jika unsur pelayanan terletak pada kuadran 2, maka unsur tersebut memiliki importance tinggi dengan performance juga tinggi. Kondisi ini berarti faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan dianggap penting dan menjadi keunggulan dari penyedia jasa, sedangkan kepuasan pengguna jasa juga terpenuhi (sudah merasa puas). Dalam hal ini pengelola penyedia jasa diharapkan dapat mempertahankan prestasinya dalam bentuk kualitas pelayanan atau kinerjanya. Selanjutnya bila unsur pelayanan berada pada kuadran 3, maka unsur tersebut memiliki importance rendah dengan performance juga rendah. Kondisi ini menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas pelayanan dianggap tidak penting oleh pengguna jasa dan kinerja penyedia jasa biasa-biasa saja sehingga pengguna jasa tidak merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Peningkatan kualitas pelayanan pada kondisi ini tidak terlalu mendesak sehingga menjadi prioritas rendah dalam perbaikan pelayanan. Unsur pelayanan yang menempati kuadran 4 memiliki importance rendah sedangkan performance tinggi, artinya pada kondisi ini faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan tidak penting bagi pengguna jasa. Pengguna

35 jasa merasa pelayanan yang diterima lebih dari yang diharapkan (berlebihan) sehingga tidak perlu ada perbaikan pelayanan dari penyedia jasa. d. Pendekatan Customer Satisfaction Index (CSI) Manfaat dilakukannya Costumer Satisfaction Index (CSI) adalah, untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna jasa dalam hal ini pihak penumpang moda transportasi udara pada Bandar Udara Frans Seda Maumere. Dalam menentukan atau mengukur tingkat kepuasan pengguna jasa Bandar udara dapat ditentukan dengan indikator nilai CSI yang mempertimbangkan tingkat harapan pengguna jasa terhadap faktor-faktor yang akan ditentukan. Pada umumnya, nilai CSI diatas 50 persen dapat dikatakan bahwa pengguna jasa sudah merasa puas, sebaliknya bila nilai CSI dibawah 50 persen maka pengguna jasa dikatakan belum puas. Nilai CSI dalam penelitian ini dibagi kedalam lima kriteria dari tidak puas sampai dengan sangat puas. Berdasarkan rekomendasi yang diusulkan oleh Oktaviani dan Suryana (2006), maka nilai indeks kepuasan pengguna jasa adalah seperti terlihat dalam tabel 2.3.2. Tabel 2.3.2. Rekomendasi Nilai CSI No Angka Indeks Interpretasi Nilai CSI 1. 0,81 1,00 Sangat Puas 2. 0,66 0,80 Puas 3. 0,51 0,65 Cukup Puas 4. 0,36 0,50 Kurang puas 5. 0,00 0,35 Tidak Puas Sumber: Oktaviani, Suryana.,2006