1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kota-kota besar semakin mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lebih dominan, dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Tabel 1.1 Omzet Penjualan Sektor Food And Beverage Tahun (dalam Triliun Rupiah) Tahun

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

1. BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi di dunia. Menurut salah satu lembaga riset (AC Nielsen) tahun 2005

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Hasalah

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

salah satunya melalui media periklanan. Iklan memiliki dampak yang luas bagi khalayak serta dapat dikemas sedemikian rupa, sehingga produk yang ditawa

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

BAB I PENDAHULUAN. berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di mata konsumennya.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

Contents

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (beranda.miti.or.id)

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

Statistik KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN. data Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan Dan Minuman Indonesia

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Komoditi Makanan dan minuman

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) pada 2011 atau sekitar Rp169,62

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia masih terus berupaya untuk meningkatkan kegiatan perekonomian. Hal ini dapat berdampak bagi kemajuan ekonomi Indonesia yang dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri baru, baik di bidang manufaktur, jasa, pangan, ataupun non-pangan. Salah satu sektor industri yang semakin berkembang pesat adalah sektor pertanian. Selain meningkatkan perekonomian Indonesia, sektor pertanian juga membantu meningkatkan devisa Negara. Berdasarkan data yang diambil dari Badan Pusat Statistik Indonesia, ratarata sub sektor-sub sektor pertanian di Indonesia membantu peningkatan devisa Negara melalui peningkatan ekspor. Sektor pertanian turut menjadi salah satu tonggak penggerak perekonomian Indonesia, dapat dilihat dari peranannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Berikut adalah Tabel 1 yang menunjukkan kontribusi persentase PDB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha di sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan kelautan terhadap Produk Domestik Bruto selama empat tahun 2010 2014: Tabel 1 Distribusi persentase PDB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Tahun Lapangan Usaha 2010 2011 2012* 2013** 2014** 1. Pertanian, Peternakan, 15.29 14.71 14.50 14.43 15.03 Kehutanan, dan Perikanan a. Tanaman Bahan Makanan 7.48 7.14 6.99 6.85 7.94 b. Tanaman Perkebunan 2.11 2.07 1.98 1.93 1.50 c. Peternakan dan hasilnya 1.85 1.74 1.77 1.82 1.80 d. Kehutanan 0.75 0.70 0.67 0.63 0.55 e. Kelautan 3.09 3.06 3.10 3.21 3.24 Sumber: BPS 2014 (diolah) Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Pembangunan ekonomi nasional di abad ke-21 masih akan berbasis pertanian secara luas karena pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Sejalan dengan tahapan-tahapan perkembangan ekonomi, maka kegiatan jasa-jasa dan bisnis yang berbasis pertanian juga akan semakin meningkat. Kegiatan agribisnis sebagai kegiatan jasa dan bisnis yang terus meningkat, diprediksi menjadi salah satu kegiatan unggulan (a leading sector) pembangunan ekonomi nasional dalam berbagai aspek yang luas.

2 Salah satu sub sektor pertanian yang menjadi perhatian adalah sub sektor perkebunan. Dilihat dari neraca perdagangan sub sektor pertanian Indonesia, sub sektor perkebunan mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan dan mengalami penurunan di tahun 2009 dan 2012. Komoditi pertanian sub sektor perkebunan mencakup 36 komoditi, dan yang menjadi fokus penelitian ini adalah komoditi teh. Teh merupakan tanaman perkebunan yang memiliki peran yang dinilai cukup penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Komoditi teh menjadi salah satu penyumbang devisa Negara dari non-migas. Dengan memanfaatkan potensi teh yang ada diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan sektor swasta serta turut menjaga sumber daya alam. Produksi teh olahan yang terdiri dari teh bubuk dan teh celup selama ini menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Perkembangan produksi secara langsung juga menunjukkan semakin meningkatnya permintaan akan teh olahan. Secara keseluruhan pertumbuhan produksi teh olahan meningkat rata-rata 6.78% setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dewan Teh Indonesia tahun 2012, dari tahun 1970 sampai dengan tahun 2000, areal perkebunan teh di Indonesia terus mengalami peningkatan dan diikuti oleh peningkatan produksi teh nasional secara proporsional. Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan penurunan luas areal perkebunan teh terjadi setelah tahun 2000, yaitu sekitar 3000 hektar per tahun. Hal ini berdampak pada produksi teh nasional yang mengalami penurunan secara proporsional terhadap luas areal perkebunan teh yang ada. Total produksi teh Indonesia pada tahun 2011 mengalami peningkatan mencapai 171 000 ton, yang meningkat sekitar 9% dari tahun 2010 yang mencapai 157 000 ton. Pasar teh untuk tahun 2010 hanya sebesar 35% dari total produksi, sedangkan sisanya 65% di ekspor ke berbagai negara. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan teh untuk pasar lokal sebesar 5% menjadi 40%. Sumber: Dewan Teh Indonesia 2012 Gambar 1 Areal dan produksi teh Indonesia

Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang tergolong sangat padat menjadi daya tarik bagi pengusaha baik pengusaha lokal maupun asing untuk ikut masuk dan berinvestasi di industri makanan dan minuman. Meningkatnya populasi masyarakat middle class income juga akan memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan industri makanan dan minuman olahan di Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti healthy, convenience, dan lifestyle food product yang diperkirakan akan tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan perubahan gaya hidup. Sekretaris Jendral Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI), Franky Sibarani, menyatakan adanya pertumbuhan dalam industri makanan dan minuman sebesar 5% pada tahun 2013 (GAPMMI 2014). Sedangkan menurut Menteri Perindustrian, Mohamad S Hidayat, pertumbuhan sektor industri minuman ringan khususnya pada tahun 2013 meningkat sebesar 3% menjadi 11% dibandingkan tahun 2012 (Kemenperin 2014). Dilihat dari sisi produksi, industri makanan dan minuman menjadi kontributor terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri manufaktur nonmigas di Indonesia dengan pangsa yang terus meningkat dari 28.6% pada tahun 2005 menjadi 36.3% pada tahun 2012. Jumlah pemain dalam industri makanan dan minuman sangat banyak. Jumlah perusahaan makanan dan minuman besar maupun sedang pada tahun 2011 mencapai 5,297. Beberapa pemain utama dalam industri makanan dan minuman antara lain adalah Indofood, Mayora, Nippon Indosari Corpindo, dan Siantar Top. Perkembangan industri makanan dan minuman yang sangat cepat ini didukung oleh beberapa faktor, diantaranya peningkatan utilisasi industri, realisasi investasi yang merupakan hasil konstruksi, dan pengamanan pasar, yang disampaikan oleh Direktur Jendral Industri Agro Kementrian Perindustrian, Benny Wachyudi, dalam workshop Kementerian Perindustrian yang bertema Pendalaman Kebijakan Industri yang diadakan di Bandung tahun 2012 (Kemenperin 2012). Semakin meningkatnya permintaan terhadap komoditi teh olahan menyebabkan perusahan makanan dan minuman semakin tertantang untuk bersaing menciptakan produk baru berbasis daun teh. Salah satu tantangan dalam menggeluti dunia bisnis di era globalisasi adalah munculnya banyak pesaing yang memiliki bisnis serupa. Dalam mempertahankan eksistensi, setiap perusahaan dituntut untuk terus dapat menciptakan inovasi yang kreatif agar dapat tetap bertahan dalam dunia bisnis. Setiap perusahaan harus dapat mengetahui, mengelola, dan mengembangkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki baik eksternal maupun internal agar dapat tetap menjaga posisi dalam persaingan bisnis, serta mampu membawa nama perusahaan dalam peringkat pertama untuk kategori bisnis yang dijalankannya. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, manfaat yang dapat diambil adalah perusahaan dapat menyusun strategi yang dapat membantu memenangkan persaingan bisnis, serta meningkatkan keuntungan perusahaan. Keuntungan dan penjualan perusahaan yang meningkat dapat dihasilkan dengan memilih alternatif terbaik serta meminimumkan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi sampai barang diterima oleh konsumen. Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah dengan memilih strategi distribusi yang memberikan biaya paling minimum bagi perusahaan. Distribusi secara umum adalah kegiatan penyampaian atau penyaluran barang maupun jasa dari 3

produsen hingga sampai ke konsumen. Keberhasilan kegiatan distribusi ini dipengaruhi oleh kelancaran dalam penyampaian hak milik oleh masing-masing penyalur kepada penerima. Selain memiliki manfaat dalam menghemat biaya, pemilihan strategi distribusi yang cocok berdampak pada terjaminnya ketersediaan pasokan produk yang akan disalurkan ke masyarakat. Pemilihan strategi distribusi harus mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Setiap keputusan untuk strategi distribusi yang dipilih menghasilkan tingkat penjualan serta pengeluaran biaya yang berbeda. Keputusan dalam pemilihan strategi ini merupakan keputusan yang paling kritis, karena dapat mempengaruhi keputusan manajemen lainnya, oleh karena itu perusahaan harus benar dalam mempertimbangkan setiap pemilihan strategi distribusi ini agar tidak ada hambatan penyaluran produk atau jasa ke masyarakat. CV. Freshbrew Mels Beverages adalah perusahaan yang bergerak di bidang minuman ringan yang memproduksi minuman teh dalam kemasan. Merek produknya adalah Mary Teh yang terdiri dari dua jenis minuman teh, yaitu teh yang diproduksi dengan gula asli dan dengan gula batu. Produk CV. Freshbrew Mels Beverages ini sudah dipasarkan di wilayah Jawa Tengah, Lampung, dan Bali, serta nantinya akan dipasarkan ke daerah yang lebih luas seperti Jabodetabek atau bagian wilayah Indonesia lainnya. CV. Freshbrew Mels Beverages mengirimkan langsung produknya ke wilayah distribusi dengan menggunakan jasa ekspedisi yang dikhususkan untuk pengiriman daerah tertentu. Walaupun berdirinya CV. Freshbrew Mels Beverages ini masih dapat dibilang cukup baru di industri makanan dan minuman pada umumnya, dan industri minuman ringan pada khususnya, namun perusahaan ini dapat menjadi ancaman bagi perusahaan minuman ringan lainnya. Untuk industri minuman, konsumsi minuman ringan di Indonesia masih didominasi oleh air minuman dalam kemasan (AMDK) sebesar 84.1%, diikuti oleh teh cepat saji (8.9%), minuman berkarbonasi (3.5%), dan minuman ringan lainnya (3.5%). Pasar minuman ringan di Indonesia masih memiliki prospek yang besar untuk dapat tumbuh dan berkembang. Dalam siklus industri yang tumbuh menuju pada tingkat matang (growing to mature), pasar minuman ringan Indonesia diperkirakan nantinya akan berkembang pada jenis minuman ringan lainnya seperti jus dan sari buah, minuman berkarbonasi, hingga minuman berenergi. Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Bank Mandiri pada tahun 2013, pasar minuman ringan Indonesia tahun 2012 diestimasikan mencapai Rp. 288.8- Rp. 294.3 triliun rupiah. Penjualan AMDK tumbuh rata-rata 12.3% selama tahun 2005-2012, dan pada tahun 2013 volumenya mencapai 21.9 miliar liter. Sementara untuk minuman teh siap saji, penjualan tumbuh rata-rata 8% per tahun. Penjualan minuman teh siap saji pada tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp 11 triliun rupiah dengan volume sebesar 1,800 juta liter. Sebagai perusahaan baru dengan sistem distribusi yang belum optimal dalam jumlah ataupun biaya, CV. Freshbrew Mels Beverages harus menggunakan berbagai alternatif strategi distribusi agar biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimum. Biaya distribusi menunjukkan salah satu biaya yang dikeluarkan oleh CV. Freshbrew Mels Beverages untuk mengirimkan produknya ke Jawa Tengah, Lampung, Bali, dan wilayah lain nya. Total penjualan yang diperoleh perusahaan selama tahun 2014 4

5 sebesar Rp. 245,355,000 juta rupiah dengan total biaya distribusi yang dikeluarkan sebesar Rp. 235,395,000 juta rupiah. Selisih dari total penjualan yang diperoleh dengan biaya distribusi yang dikeluarkan perusahaan belum cukup untuk menghasilkan keuntungan maksimum. Tingginya biaya distribusi yang menyebabkan keuntungan perusahaan menjadi tidak maksimum disebabkan karena penerapan strategi distribusi yang tidak tepat oleh perusahaan. Menurut Siahaan (2014), biaya distribusi yang besar selain dipengaruhi oleh kapasitas angkut produk oleh truk atau jenis truk, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lama pengiriman atau waktu tempuh, jarak tempuh atau tujuan pengiriman dan jenis produk. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya distribusi diatur agar tidak menyebabkan kenaikan biaya distribusi, atau dengan kata lain diatur agar biaya distribusi menjadi minimal. Rumusan Masalah CV. Freshbrew Mels Beverages baru berdiri selama 3 tahun dan memiliki potensi yang cukup baik di wilayah Jabodetabek dengan memanfaatkan sistem distribusi yang ada. CV. Freshbrew Mels Beverages masih menggunakan jasa ekspedisi dalam menyalurkan produk mereka ke pasar, yaitu Jawa Tengah, Lampung dan Bali. Penggunaan jasa ekspedisi yang meningkatkan biaya distribusi menjadi cukup tinggi dapat menyebabkan tingginya harga produk jadi yang dipasarkan. Dibawah ini adalah Tabel 2, yaitu Tabel rekapitulasi total biaya distribusi yang dikeluarkan oleh CV. Freshbrew Mels Beverages selama Tahun 2014 untuk wilayah Jawa Tengah, Lampung dan Bali. Tabel 2 Biaya distribusi produk CV. Freshbrew Mels Bevereges Tahun 2014 ke wilayah Jawa Tengah, Lampung dan Bali Bulan (2014) Jumlah (Dus) Biaya (Rupiah) Januari 4,250 6,200,000 Februari 10,591 17,500,000 Maret 13,802 20,050,000 April 18,284 21,145,000 Mei 18,798 31,650,000 Juni 22,400 34,200,000 Juli 13,500 18,100,000 Agustus 22,100 28,050,000 September 15,100 23,100,000 Oktober 7,245 9,700,000 November 11,800 15,700,000 Desember 5,700 10,000,000 Total 163,570 235,395,000 Rata-rata 13,630.833 19,616,250 Sumber: Laporan keuangan CV. Freshbrew Mels Beverages Tahun 2014 (diolah) Tingginya biaya berdasarkan lokasi daerah juga dipicu oleh alokasi distribusi pabrik ke pasar Jawa Tengah, Lampung dan Bali. Biaya transportasi dan

6 distribusi produk harus dapat diminimumkan agar dapat mengefisiensikan biaya pemasaran. Penelitian ini dilakukan untuk membantu memberikan pertimbangan mengenai minimisasi biaya distribusi pada CV. Freshbrew Mels Beverages. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem distribusi yang digunakan oleh CV. Freshbrew Mels Beverages 2. Bagaimana strategi distribusi ke daerah pemasaran dengan biaya minimum Tujuan Penelitian 1. Menganalisis sistem distribusi yang digunakan oleh CV. Freshbrew Mels Beverages 2. Merumuskan strategi distribusi ke daerah pemasaran dengan biaya minimum Manfaat Penelitian 1. Membantu perusahaan dalam memberikan alternatif strategi distribusi yang menghasilkan biaya paling minimum 2. Memberikan informasi untuk memperbaiki kinerja distribusi di masa yang akan datang dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perusahaan 3. Membantu memberikan informasi tambahan atau sebagai pustaka pada peneliti selanjutnya mengenai strategi distribusi minimum Ruang Lingkup Penelitian Penelitian mengenai strategi distribusi CV. Freshbrew Mels Beverages ini difokuskan pada analisis strategi distribusi untuk produk Mary Teh yang berjalan selama tahun 2014. Hal ini dikarenakan CV. Freshbrew Mels Beverages yang baru memulai usaha nya 3 tahun terakhir. Analisis strategi distribusi ini dilakukan melalui pemilihan penggunaan jasa ekspedisi untuk mendapatkan biaya paling minimum. Distribusi difokuskan pada daerah Jawa Tengah, Lampung dan Bali sebagai tiga wilayah daerah pemasaran dengan permintaan yang paling besar dan continue setiap bulannya. Alat analisis yang digunakan dibatasi dengan 1) analisis benchmarking untuk strategi distribusi produk sejenis, 2) analisis marjin distribusi untuk mengetahui efisiensi kinerja wilayah distribusi, 3) analisis Data Envelopment System untuk melihat peluang wilayah distribusi di masa yang akan datang, 4) analisis Analytical Hierarchy Process untuk analisis pemilihan strategi, dan 5) analisis finansial.