FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Frisca Kalangie* Dina V. Rombot**, Paul A. T. Kawatu* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian. Minahasa Tenggara merupakan Kabupaten yang endemis malaria dengan total penemuan penderita tahun di 2013 berdasarkan pemeriksaan sediaan darah adalah 1800 penderita malaria. Di wilayah kerja Puskesmas Touluaan Jumlah penderita positif malaria adalah 477 penderita malaria. Tujuan dari penelitian ini Untuk menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol. Sampel penelitian ini berjumlah 82 responden, dengan 41 responden kelompok kasus adalah orang yang pernah atau sementara menderita malaria, sesuai hasil pemeriksaan sediaan darah adalah Plasmodium positif dan 41 responden kelompok kontrol adalah masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Touluaan. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat untuk mengetahui hubungan antara penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu dan kebiasaan keluar malam dengan kejadian malaria dengan uji statistik chi kuadrat (chi square) dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian diketahui terdapat hubungan antara penggunaan anti nyamuk dengan kejadian malaria dengan nilai p = 0,000; OR= 5,979; CI 95% = 2,285 15,640, Ada hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria dengan nilai p = 0,04; OR = 4,727; CI95%= 0,938-23,824. Tidak ada hubungan antara kebiasaan keluar malam dengan kejadian malaria dengan nilai p 0,07 OR= 0,434. Di sarankan kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Touluaan untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Touluaan tentang penyakit malaria dan upaya pencegahannya. Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam ABSTRACT Malaria is one of public health problems that can lead to death. Southeast Minahasa is a malaria endemic regency with total case detection in 2013 based on examination of blood clots, was 1800 patients. In Puskesmas Touluaan the number of malaria positive patients is 477 people. The purpose of this study is to analyze the factors that related to malaria cases in Puskesmas Touluaan Area Southeast Minahasa Regency This is an analytic observational study with case control research. The research place is Puskesmas Touluaan working area Southeast Minahasa Regency and it was conducted in May October 2014. The sample of research was 82 respondents, with 41 respondents group of cases are people who have, or suffering from malaria, according to the result of blood clots checkup, it s positive Plasmodium and 41 respondents group of control are the people who live in Puskesmas Touluaan working area. Data analysis used univariate and bivariate analysis to determine the relationship between the use of anti-mosquito, the use of mosquito nets, and night out habit with malaria cases with statistical test chi-square with significance level 95% (α=0,05). The survey results show that there is a relationship between the use of anti mosquito with malaria cases, value p = 0.000; OR = 5979; 95% CI = 2285-15640) there is a relationship between the use of mosquito nets with Malaria cases, value p = 0:04; OR = 4,427; 95% CI = 0938-23824. There isn t any relationship between night out habit with Malaria cases, value p 0:07 OR = 0.43. It s suggested to Puskesmas Touluaan to conduct elucidations for the society in Puskesmas Touluaan working area about Malaria and its prevention efforts. Keywords: Malaria, the use of anti-mosquito, the use of mosquito nets, night out habit
Pendahuluan Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sering menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta dapat mengakibatkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Malaria merupakan salah satu indikator dari target pembangunan Millenium Development Goals (MDGs), dimana di targetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria pada tahun 2015 yang di lihat dari indikator menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat malaria (Anonimous, 2013c ; Anonimous, 2011). Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap malaria. Pada tahun 2007 di Indonesia terdapat 396 Kabupaten endemis dari 495 kabupaten yang ada, dengan perkiraan sekitar 45% penduduk berdomisili di daerah yang berisiko tertular malaria. Jumlah kasus pada tahun 2006 sebanyak 2.000.000 dan pada tahun 2007 menurun menjadi 1.774.845 (Anonimous, 2009). Di Sulawesi Utara jumlah penderita positif malaria sebanyak 4.162 dengan Annual Paracite Incidence (API) 1,79. Berdasarkan data dari dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2013 Minahasa Tenggara merupakan Kabupaten terbanyak penderita malaria dari 15 Kabupaten/ Kota yang ada dengan Annual Paracite Incidence (API) 15,96. Minahasa Tenggara merupakan Kabupaten yang endemis malaria dengan total penemuan penderita tahun 2013 berdasarkan pemeriksaan sediaan darah adalah 1800 penderita malaria. Berdasarkan data penemuan penderita malaria tahun 2013 wilayah kerja Puskesmas Touluaan merupakan wilayah kerja puskesmas terbanyak penderita malaria di Kabupaten Minahasa Tenggara dengan jumlah penderita positif malaria berdasarkan pemeriksaan sediaan darah tahun 2013 adalah 477 penderita (Anonimous, 2013a). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol (case control study). Tempat penelitian adalah wilayah kerja Puskesmas Touluaan Kabupaten
Minahasa Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Oktober 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memeriksakan diri ke Puskesmas Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara dan berdasarkan pemeriksaan laboratorium dinyatakan positif menderita malaria berdasarkan data bulan Januari Mei 2014 adalah kasus baru sebagai kelompok kasus dan masyarakat yang tidak menderita malaria yang tinggal di Wilayah kerja Puskesmas Touluaan. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi kasus dengan perbandingan kasus dan kontrol 1:1. Jadi jumlah sampel 41 orang untuk kelompok kasus dan 41 orang untuk kelompok kontrol, maka jumlah sampel 82 orang. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Metode pengumpulan data dibagi menjadi 2 yakni data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat, untuk mengetahui hubungan antara penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu dan kebiasaan keluar malam terhadap kejadian malaria dengan uji statistik chi kuadrat (chi square) dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05). kelompok umur 1-10 tahun sedangkan yang paling sedikit 2,4% pada umur 61-70 dan umur 71. Hasil penelitian menunjukan berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden diperoleh 51,2% perempuan dan 48,8% laki-laki. Pada penelitian ini telah dilakukan matching pada umur dan jenis kelamin. Hasil Penelitian berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan paling banyak 67,1% adalah SMA dan paling sedikit 1,2% adalah tidak sekolah. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik pekerjaan yang paling banyak 24,4% adalah responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan yang paling sedikit 1,2% adalah responden yang bekerja sebagai buru Hasil penelitian berdasarkan karakteristik tempat tinggal yang paling banyak 17,1% bertempat tinggal di desa Tondanow dan paling sedikit 17,1% bertempat tinggal di desa Tondanow atas dan Ranoketang atas 1. Hasil dan Pembahasan Hasil Peneltian menunjukan bahwa berdasarkan karakteristik umur respoden yang paling banyak 26,8% berada pada
Tabel 1. Hubungan penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, dan kebiasaan keluar malam dengan kejadian malaria menggunakan anti nyamuk mempunyai risiko 2,39 kali menderita malaria dari responden yang menggunakan anti nyamuk. Faktor Risiko Penggunaan anti nyamuk analisis bivariat didapatkan hasil ada hubungan antara penggunaan anti nyamuk dengan kejadian malaria dengan nilai p = 0,000 dengan OR = 5,979 (CI 95% = 2,285-15,640) yang berarti responden yang tidak menggunakan anti nyamuk memiliki risiko 5,979 lebih besar dibandingkan responden yang selalu menggunakan anti nyamuk. Penelitian yang dilakukan oleh Babba (2006) di wilayah kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura mendapatkan nilai probabilitas 0,01 yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan anti nyamuk dengan kejadian malaria dengan nilai OR = 2,39 (CI 95% = 1,7-4,88) yang berarti responden yang tidak Kejadian penyakit malaria Total p kasus kontrol Value N % n % n % berdasarkan analisis bivariat didapatkan hasil ada hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria dengan nilai p = 0,043 OR = 4727 CI 95% = 0,938-23,824. Yang berarti responden yang tidak selalu menggunakan kelambu memiliki risiko 4727 kali lebih besar dibandingkan responden OR CI( 95%) tidak selalu 27 65,9 10 24,4 37 45,1 2,285- selalu 14 34,1 31 75,6 45 54,9 0,000 5,979 15,640 penggunaan kelambu tidak selalu 39 95,1 33 80,5 72 87,8 0,938- selalu 2 4,9 8 19,5 10 12,2 0,043 4,727 23,824 kebiasaan keluar malam <3 21 51,2 29 70,7 50 61 0,175-3 20 48,8 12 29,3 32 39 0,07 0.434 1.079 Tabel 1. menunjukan bahwa berdasarkan Tabel 1. menunjukan bahwa yang selalu menggunakan kelambu. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ristadeli (2013) dengan nilai probabilitas 0,017 yang menyatakan terdapat hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria dengan nilai OR 2,6 (CI 95% = 1,2 5,5) yang menyatakan responden yang tidak menggunakan kelambu memiliki risiko
2,6 kali menderita malaria dibandingkan dengan responden yang menggunakan kelambu. Tabel 1. menunjukan bahwa berdasarkan analisis bivariat didapatkan tidak ada hubungan antara kebiasaan keluar malam dengan kejadian malaria dengan nilai p 0,07. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Anjasmaro (2013) di wilayah kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga menyatakan bahwa tidak ada hubungan aktifitas keluar malam dengan kejadian malaria dengan nilai probabilitas 0,189. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Baaba di wilayah kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura yang menyatakan ada hubungan bermakna antara kebiasaan keluar pada malam hari dengan kejadian malaria dengan nilai probabilitas 0,000. Kesimpulan 1. Ada hubungan antara penggunaan anti nyamuk dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Touluaan dimana responden yang tidak selalu menggunakan anti nyamuk berisiko 5,979 kali lebih besar menderita malaria dibandingkan dengan responden yang selalu menggunakan anti nyamuk. 2. Ada hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Touluaan dimana responden yang tidak selalu menggunakan kelambu berisiko 4,727 kali lebih besar dibandingkan dengan yang selalu menggunakan kelambu. 3. Tidak ada hubungan antara kebiasaan keluar malam dengan kejadian malaria di Wilayah kerja Puskesmas Touluaan. Saran 1. Disarankan bagi petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Touluaan agar dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Touluaan melalui kegiatankegiatan yang ada dimasyarakat seperti ibadah, PKK, arisan ataupun pertemuan pertemuan lainnya tentang penyakit malaria dan upaya pencegahannya seperti penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu yang telah di distibusikan kepada masyarakat. 2. Disarankan bagi masyarakat yang berada di wilayah Kerja Puskesmas Touluaan perlu menggunakan anti nyamuk saat malam hari, dan menggunakan kelembu saat akan tidur. Daftar Pustaka Anjasmoro R. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga. Jurnal Kesehatan Masyarakat (online). Vol. 2, No. 1. (http://ejournals1.undip.ac.id). di akses 01 Oktober 2014
Anonimous. 1999. Modul Epidemiologi Malaria 1. Departemen Kesehatan Indonesia. Anonimous. 2009. Eliminasi Malaria di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonimous. 2011.Buletin Jendela Data dan informasi Kesehatan : Epidemiologi Malaria di Indonesia. Kementrian kesehatan Republik Anonimous. 2013a. Penemuan penderita malaria. Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara Anonimous. 2013b. Data positif malaria Sulut. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Prabowo. 2004. Malaria mencegah dan mengatasinya. Jakarta: Puspa swara. Ristadeli,dkk. 2013. Beberapa faktor risiko lingkungan yang berhubungan dengan kejadian malaria di kecamatan Nanga Ella Hilir Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat. Jurnal kesehatan Lingkungan Indonesia (online). Vol. 12, No. 1, Hal. 82-87. (http://ejournal.undip.ac.id/ ). di akses 24 April 2014. Santjaka A. 2013. Malaria pendekatan model kausalitas. Yogyakarta : Nuha medika Anonimous. 2013c. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Arsin, A.A. 2012. Malaria di Indonesia : Tinjauan aspek epidemioologi. Makasar : masegna press Babba,dkk. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian malaria (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Hamaddi Kota Jayapura).(online).(http://www. eprints.undip.ac.id). Di akses 1 Oktober 2014.