FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT KOTA KOTAMOBAGU

Transkripsi

1 FAKT RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT KOTA KOTAMOBAGU Mohamad Hasrul Paputungan*, W.P.J. Kaunang** *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang penyebarannya paling cepat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Ae.albopictus. Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di daerah kabupaten kota di Indonedia. Hampir setiap tahun terjadi Kejadian Luar Biasa ( KLB ) di beberapa daerah yang biasa terjadi pada awal musim penghujan dan pada awal musim panas. Jumlah penderita cenderung meningkat, penyebarannya semakin meluas, menyerang tidak hanya anak-anak akan tetapi juga golongan umur yang lebih tua. Tujuan dari penelitian ini adalah hubungan antara umur, jenis kelamin, sikap, perilaku, dan kondisi lingkungan dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Gogagoman Kota Kotamobagu Tahun Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol (Case Control study) dimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Kasus yakni subyek dengan karakter efek positif, sedangkan kontrol ialah subjek dengan karakter efek negatif. Subyek kontrol di pilih dari subjek yang sama kondisinya dengan kasus. Populasi dalam penelitian ini adalah di mulai dari bulan Januari Desember 2014 sebanyak 37 orang dan bulan Januari Maret 2015 sebanyak 16 orang, sehingga jumlah populasi sebanyak 53 orang penderita DBD dan sampel dalam penelitian adalah dibagi dalam dua kelompok yaitu kasus dan kontrol. Analisis data menggunakan uji Chi-Square untuk melihat risk estimate, penghitungan Odd Ratio (), dan Uji regresi logistic. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara umur p=0,029 (p<0,05), kondisi lingkungan p=0,005 (p<0,05), sikap p=0,011 (p<0,05), perilaku p=0,0032 (p<0,05) dengan kejadian DBD dan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin p=0,429 (p>0,05) dengan kejadian DBD. Hasil Uji regresi logistic menunjukkan variabel menunjukkan bahwa kondisi lingkungan merupakan variabel yang paling berperan terhadap kejadian DBD dengan nilai = 3,331 (CI 95% = 1,415-7,837). Hal ini berarti bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian DBD yaitu variabel kondisi lingkungan. Jadi responden dengan kondisi lingkungan yang kurang baik lebih berpeluang 3,548 kali lebih besar terhadap risiko DBD. Kesimpulan penelitian ini yaitu umur, kondisi lingkungan, sikap dan perilaku berhubungan dengan kejadian DBD. Jenis Kelamin tidak mempunyai hubungan dengan kejadian DBD. Kata kunci : ABSTRACT Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by dengue virus which it spreads rapidly that infected by Aedes Aegypti dan Aedes albopictus. DHF is a diase that is still a public health problem and is endemic at the area of city regency in Indonesia. Almost every year it usually occurs by Extraordinary Events in some areas at the beginning of the rainy and at the summer season. Number of patiens tends to increase, widespread, attacking not only the children but also the older age group. The purpose of this research is to know the correlation between age, gender, attitude, behavior, and environmental conditions with the incidence of dengue at Gogagoman Public Health Center of West Kotamobagu in Kotamobagu City in This type of research used quantitative analytic obsevasional method bi case-control design (Case Control Study) where the risk factors studied by using retrospective approach. The case is the subjects of the positive effect character while the control is the subjects of the negative effect character. The control subjects were chosen from the subject who have the same condition with the case. The population taken in this research is starting from January to December 2014 as many as 37 people and the January to March 2015 as many as 16 people, so the total population as many as 53 patients of DHF and the samples were divided into two groups: case control. Data analysis used Chi Square to know the risk, estimate, counting of Odd Ratio (), and Logistic regression. The results showed that there was a significant correlation between age pointed p = 0,029 (p<0,05), environmental conditions p = 0,005 (p<0,05) attitude p = 0,011 (p<0,05), behavior of p = 0,0032 (p<0,05) 37

2 with the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever and there was no significant correlation between gender that pointed p = 0,429 (p>0,05) with the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever. Results of logistic regression test showed that the environment variable is the variable that most contributes to the incident of DHF by value of = 3331 (CI 95% = 1,415 7,837). It is means that the most dominant variable that effects on the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever is environment variable. So the respondents of the unfavorable environmental conditions variable are more likely 3,548 times greater to the risk of dengue. The conclusion of this research that age, environmental conditions, attitudes and behaviors have correlation with incidence of Dengue Hemorrhagic Rever. Gender does not have correlation with DHF Keywords : The Incident of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) 38

3 PENDAHULUAN Di Indonesia penyakit DBD pertama kali ditemukan di Surabaya dan di DKI Jakarta pada tahun 1968 yang kemudian menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di daerah kabupaten kota di Indonedia. Hampir setiap tahun terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah yang biasa terjadi pada awal musim penghujan dan pada awal musim panas. Jumlah penderita cenderung meningkat, penyebarannya semakin meluas, menyerang tidak hanya anakanak akan tetapi juga golongan umur yang lebih tua. (Anonim, 2014). Angka Kematian (AK) / Case Fatality Rate (CFR) pada tahun - tahun awal kasus DBD merebak di Indonesia sangat tinggi. Kemudian dari tahun ke tahun mulai menurun dari 41,4% pada tahun 1968 terus menurun sampai menjadi 0,89% pada tahun Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia (Depkes RI, 2009). Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun Provinsi Maluku, dari tahun 2002 sampai tahun 2009 tidak ada laporan kasus DBD. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD, pada tahun 1968 hanya 58 kasus menjadi kasus pada tahun Menurut data kesehatan Kementerian RI, sebanyak kasus terjadi di Indonesia selama tahun 2009, dengan angka kematian 585 jiwa (Depkes RI, 2009). Pada tahun 2011 sampai bulan Agustus tercatat kasus dengan 196 kematian (CFR:0,80%). Tingginya angka prevalensi penyakit DBD antara lain dipengarui oleh semakin meningkatnya kepadatan dan mobilitas penduduk, semakin baiknya sarana transportasi dalam kota maupun antar daerah dan masih tersebarnya nyamuk penular DBD di perumahan/pemukiman (Depkes RI:2009). Terkait dengan kondisi Kota Kotamobagu yang merupakan salah satu kota yang endemis DBD di Provinsi Sulawesi Utara. Menurut Data dari Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu, jumlah kasus DBD mulai dari bulan Januari hingga bulan Desember 2014 sebanyak 85 kasus. Jumlah Desa Endemis bertambah dari 27 desa dan kelurahan pada tahun 2011 menjadi 33 Desa dari 4 Kecamatan yaitu Kotamobagu Timur, Barat, Utara, Selatan ada 18 Kelurahan dan 15 desa ini karena pemekaran wilayah. (Dinas kesehatan Kota Kotamobagu tahun 2014). Berangkat dari latar belakang inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang variabel umur, jenis kelamin, kondisi lingkungan, sikap, dan perilaku sebagai faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Gogagoman Kota Kotamobagu pada tahun Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah Untuk Mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Gogagoman Kota Kotamobagu Tahun

4 METODE Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Gogagoman Kota Kotamobagu. Penelitian ini berlangsung dari bulan Febuari 2015 sampai bulan Maret Jenis penelitian ini ialah penelitian metode kuantitatif observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol (Case Control study). Besar populasi dalam penelitian ini mulai dari bulan Januari Desember 2014 sebanyak 37 orang dan bulan Januari Maret 2015 sebanyak 16 orang, sehingga jumlah populasi sebanyak 53 orang penderita DBD. Sampel dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok yaitu kasus dan kontrol. Analisis data menggunakan Analisis Multivariat Analisis dilakukan dengan uji regresi logistik dan sebagai variabel terikatnya ialah Deman Berdarah Dengue. Hasil dari analisis bivariat, bila didapatkan nilai p<0,25 maka variabel tersebut masuk dalam analisis multivariat. Hasil analisis bivariat selanjutnya akan dilakukan analisis multivariat secara bersama-sama, kemudian dari hasil tersebut, variabel yang memiliki nilai p>0,05 akan dikeluarkan secara bertahap dimulai dari p yang paling besar. HASIL DAN PEMBAHASAN Risiko Umur Terhadap kejadian DBD dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah. Tabel 1. RisikoUmur terhadap kejadian DBD Umur Kasus Kontrol Total < , , ,6 > , , ,4 2,631 (1,177-5,881) 0,029 antara umur dengan kejadian DBD, di peroleh data dari 106 responden terdiri dari kasus 53 orang yang menderita DBD dengan rincian umur yang berisiko tinggi sebanyak 27 orang atau 25,5% dan umur berisiko rendah sebanyak 26 orang atau 24,5%. Pihak lain kontrol dari 53 responden yang tidak menderita DBD dengan rincian umur yang berisiko tinggi sebanyak 15 orang atau 14,2% dan umur berisiko rendah sebanyak 38 orang atau 35,8%. Hasil analisis uji Chi-Square didapatkan hasil dengan nilai p = 0,029 < 0,05 yang menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian DBD. Risiko Jenis kelamin Terhadap kejadian DBD terhadap Demam Bedarah Dengue dapat dilihat pada tabel 2 di bawah 40

5 Tabel 2. Risiko Jenis kelamin Terhadap kejadian DBD terhadap Demam Bedarah Dengue Jenis Kelamin Kasus Kontrol Total Laki-Laki 29 27, , ,4 Perempuan 24 22, , ,6 0,675 (0,310-1,472) 0,429 antara jenis kelamin dengan kejadian DBD, di peroleh data dari 106 responden terdiri dari kasus 53 orang yang menderita DBD dengan rincian jenis kelamin laki - laki yang berisiko tinggi sebanyak 29 orang atau 27,4% dan jenis kelamin perempuan yang berisiko rendah sebanyak 24 orang atau 22,6%. Pihak lain kontrol dari 53 responden yang tidak menderita DBD dengan rincian jenis kelamin laki - laki yang berisiko tinggi sebanyak 34 orang atau 32,2% dan jenis kelamin perempuan berisiko rendah sebanyak 19 orang atau 17,9%. Hasil analisis uji Chi-Square didapatkan hasil dengan nilai p = 0,429 > 0,05 yang menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian DBD. Risiko Kondisi Lingkungan Terhadap kejadian DBD dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah Tabel 3. Risiko Kondisi Lingkungan Terhadap kejadian DBD Kondisi Lingkungan Kasus Kontrol Total Kurang Baik 27 25, , ,8 Baik 26 24, , ,2 3,548 (1,533-8,210) 0,005 antara lingkungan dengan kejadian DBD, di peroleh data dari 106 responden terdiri dari kasus 53 orang yang menderita DBD dengan rincian lingkungan yang kurang baik sebanyak 27 orang atau 25,5% dan lingkungan yang baik berisiko rendah sebanyak 26 orang atau 24,5%. Pihak lain kontrol dari 53 responden yang tidak menderita DBD dengan rincian lingkungan kurang baik sebanyak 12 orang atau 11,3% dan lingkungan yang baik sebanyak 41 orang atau 38,7%. Hasil analisis uji Chi-Square didapatkan hasil dengan nilai p = 0,005 < 0,05 yang menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara lingkungan dengan kejadian DBD. Risiko Sikap Terhadap kejadian DBD dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah Tabel 4. Risiko SikapTerhadap kejadian DBD Sikap Kasus Kontrol Total Kurang Baik 30 28, , ,4 3,016 0,011 Baik 23 21, , ,6 (1,356-6,709) antara sikap dengan kejadian DBD, di peroleh data dari 106 responden terdiri dari kasus 53 orang yang menderita DBD dengan rincian yang bersikap kurang baik sebanyak 30 orang atau 28,3% dan yang bersikap baik sebanyak 23 orang atau 21,7%. 41

6 Pihak lain kontrol dari 53 responden yang tidak menderita DBD dengan rincian bersikap kurang baik sebanyak 16 orang atau 15,1% dan bersikap baik sebanyak 37 orang atau 34,9%. Hasil analisis uji Chi-Square didapatkan hasil dengan nilai p = 0,011 < 0,05 yang menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian DBD. Risiko Perilaku terhadap DBD dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah Tabel 5. Risiko Perilaku terhadap DBD Terhadap kejadian DBD Perilaku Kasus Kontrol Total Kurang Baik 30 28, , ,3 Baik 23 21, , ,7 2,536 (1,155-5,568) 0,032 antara perilaku dengan kejadian DBD, di peroleh data dari 106 responden terdiri dari kasus 53 orang yang menderita DBD dengan rincian yang berperilaku kurang baik sebanyak 30 orang atau 28,3% dan yang berperilaku baik sebanyak 23 orang atau 21,7%. Pihak lain kontrol dari 53 responden yang tidak menderita DBD dengan rincian berperilaku kurang baik sebanyak 18 orang atau 17,0% dan berperilaku baik sebanyak 35 orang atau 33,0%. hasil analisis uji Chi-Square didapatkan hasil dengan nilai p = 0,032 < 0,05 yang menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku dengan kejadian DBD. Hasil analisis regresi logistic dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah. Tabel 6. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Variabel S. E Sig Perilaku,417 0,042 2,336 Lingkungan,437 0,006 3,331 95% C.I Lower Upper 1,031 5,290 1,415 7,837 Berdasarkan hasil akhir multivariat uji logistik diketahui bahwa faktor yang paling dominan terhadap kejadian DBD di Puskesmas Gogagoman adalah menunjukkan bahwa Lingkungan merupakan variabel yang paling berperan terhadap dengan nilai = 3,331 (CI 95% = 1,415-7,837) dibandingkan perilaku ( = 2,336; (CI 95% = 1,031-5,290). Hal ini berarti bahwa variabel yang dominan berpengaruh terhadap adalah variabel Lingkungan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian DBD 2. tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian DBD 3. terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi lingkungan dengan kejadian DBD 4. terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian DBD 5. Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku dengan kejadian DBD DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2014, Pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Bderdarah Denggue: Diakses 12 November 2014., Pengertian Demam Berdarah Dengue. Diakses 16 November Anggraini, D. S, (2010), Stop Demam Berdarah Dengue : Bogor, Cita Insan Mandiri. Ayu Chandra 1, Epidemiologi pathogenesis dan factor risiko penularan (Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : ). DT. Boewono, H. Suwasono, H. Boesri, (2008) Situasi Nyamuk Aedes Aegypti dan 42

7 pengendalian di daerah endemis Demam Berdarah Denggue di kota Salatiga, Media litbang Kesehatan, XVIII,pp Depkes RI, (2009) Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Depkes RI. Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu Data Surveilans Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kota Kotamobagu Nur Purwako Widodo (2012), Faktor Faktor Yang Berhubunagn Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Mataram :