MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

KORELASI JUMLAH PASIEN DAN PRODUKSI LIMBAH MEDIS PADAT DI RUANG RAWAT INAP DAN UNIT GAWAT DARURAT RS SITI KHADIJAH, SEPANJANG SIDOARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

Universitas Sumatera Utara

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

D. Pertanyaan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT PADA RS. Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PUSKESMAS RAWAT INAP DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2016

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung. Bolango dengan batas-batas sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH B3 TERHADAP INDEKS PROPER DI RSPI PROF. DR. SULIANTI SAROSO

DAFTAR TILIK AUDIT INTERNAL UPT PUSKESMAS FAJAR MULIA UNIT PENDAFTARAN

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. AGOESDJAM KETAPANG

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya,

JENIS DAN JUMLAH LIMBAH PADAT NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HARAPAN INSAN SENDAWAR KUTAI BARAT. Oleh: HILAFIA HILDA NIM.

BAB III METODE PENELITIAN. Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH SAKIT UMUM SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik

Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes. Badan Litbang Kesehatan 2017

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

Faktor Yang Mempengaruhi Volume Sampah Medis dan Sistem Pengelolaannya pada Unit Pelayanan Rawat Inap (Studi di RSD. Dr. H. Koesnadi Bondowoso)

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl : INDIKATOR DAN STANDART MUTU KLINIS. Ditetapkan Kepala Puskesmas Parigi IA SOLIHAT NIP:

SKRIPSI ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PUSKESMAS DI KECAMATAN PENAJAM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 4 No. 2, Agustus

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality

PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja

Pengelolaan Limbah Padat

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya

BAB I. KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA (K3)

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta


Transkripsi:

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Abstract Public Health Center is one of the institution which produce medical waste. Medical waste must heve good management system because it can effect in public health. The purpose of this research is to evaluate the existing medical waste condition at this Public Health Center, and to evaluate the medical waste system management. That is needed to design a good medical waste management system. The type of research is descriptive research, which used primary and secondary data. Results of this study showed that the main medical waste source was emergency unit (UGD) with a generation rate of 76,06 gr/ day; where as smallest waste source was planning family unit and laboratorium unit with a generation rate of 12,5 gr/ day. The medical waste management system was not properly implemented. Medical waste management system based on the characteristic must be implementated to keep the public health. Key words : Medical Waste, Public Health Center. Korespondensi (Correspondence) : Anita Dewi Moelyaningrum, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember Jl. Kalimantan 37 Jember 68121, Indonesia, Limbah merupakan sisa usaha atau kegiatan. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan organisasi pelayanan kesehatan yang juga menghasilkan limbah baik limbah medis maupun non medis. Limbah medis merupakan limbah yang dihasilkan oleh unit medis, misalnya ruang pemeriksaan medis, perawatan, laboratorium dll. Limbah medis ini mengandung kuman patogen, virus, zat kimia beracun, dan zat radioaktif yang membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan. Limbah medis dapat berupa benda tajam, seperti jarum suntik atau perlengkapan infus. Ada juga limbah infeksius yang berkaitan dengan penyakit menular dan limbah laboratorium yang terkait pemeriksaan mikrobiologi. Limbah jaringan tubuh meliputi organ anggota badan, darah, dan cairan tubuh yang dihasilkan saat pembedahan. Limbah ini dikategorikan berbahaya dan mengakibatkan risiko tinggi infeksi. Limbah yang dihasilkan Puskesmas biasanya merupakan limbah infeksius dan tajam, Dimana limbah dari sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dapat termasuk ke dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Limbah medis puskesmas antara lain dapat berupa jarum, spet, sarung, masker, dll. Pada tahun 1999 WHO melaporkan bahwa di Perancis pernah terjadi 8 kasus pekerja kesehatan terinfeksi HIV melalui luka, 2 kasus diantaranya menimpa petugas yang menangani limbah medis. Di Indonesia dalam satu laporan diketahui bahwa setiap bulan pemakaian alat suntik untuk pengobatan mencapai 10 juta pelayanan. Padahal selain untuk pengobatan, alat suntik juga digunakan dalam program imunisasi bagi bayi dan anakanak yang setiap tahunnya mencapai 4,9 juta anak dan setiap anak memerlukan 8 suntikan. Dengan demikian jumlah limbah medis tajam di Indonesia menjadi sangat tinggi (Depkes RI, 2010). Limbah yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan tersebut perlu dikelola dengan benar, terutama limbah medis yang bersifat infeksius karena dapat mengganggu kesehatan petugas yang menanganinya, karyawan puskesmas, pengunjung atau masyarakat serta pencemaran lingkungan sekitar. Sebagian besar pengelolaan limbah medis infeksius yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas masih jauh dibawah standart kesehatan lingkungan karena langsung dibuang ke TPA dengan sistem open dumping (Adisasmito, 2007) Pengelolaan limbah medis yang kurang tepat dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat oleh karena mengakibatkan penularan penyakit dan kecelakaan kerja, baik dari pasien ke pasien maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung puskesmas. Keberagaman limbah medis menuntut sebuah desain pengelolaan yang baik. Hal ini mutlak dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Dalam melakukan pengelolaan limbah medis yang baik diperlukan data existing limbah medis tersebut. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengukur existing limbah medis yang dihasilkan puskesmas sehingga dapat ditentukan desain pengelolaan limbah medis yang baik tingkat puskesmas. METODE PENELITIAN Dilakukan pengukuran dan wawancara untuk mendapatkan data limbah medis di puskesmas Sumbersari. Pengukuran dilakukan pada titik pengumpulan sampah selama 8 hari yaitu pada tanggal 30 April 35

Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol. 7 No. 3 2010 : 35-39 sampai 8 Mei 2007, kemudian dihitung berat dan komposisi sampah. HASIL dan PEMBAHASAN Wilayah kerja Puskesmas Sumbersari mencakup seluruh kecamatan sumbersari Kabupaten Jember. Puskesmas Sumbersari memiliki unit medis maupun unit non medis. Medis terdiri dari poli umum, poli gigi, poli KB, Gawat Darurat (UGD), Kamar bersalin, Sal khusus I dan II, Ruang perawatan Pria dan wanita, KIA, Apotek, Laboratorium. sedangkan unit Non Medis terdiri dari Ruang gizi, Ruang jaga perawat, kamar jaga bidan, Ruang tunggu, Ruang konsultasi balita, ruang administrasi. Jenis Limbah Medis dan Sumber Setiap kegiatan medis menghasilkan limbah medis. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, farmasi, laboratorium, radiografi dll, dimana limbah ini bersifat membahayakan dan perlu pengamatan (Darmanto Djojodibroto, 1997). Limbah medis puskesmas yang dihasilkan antara lain jarum suntik, pipet, sarung, kapas injeksi, kasa, benang, infus, selang infus, kasa, masker dan gigi cabutan. Limbah ini dihasilkan dari beberapa poli, seperti poli umum, poli gigi, poli KB, Gawat Darurat (UGD), Kamar Bersalin, Ruang perawatan (pria, wanita, Sal Khusus I, II), KIA, dan Laboratorium. Titik pengumpul sampah secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1. Poli Gigi Tabel.1 Jenis Limbah Medis dan Sumber Poli Poli UGD Kamar Umum KB Bersalin KIA Lab J.Limbah *Medis Jarum Suntik Spet - Pipet - - - - - Tangan - - Kapas Injeksi - Benang - - - - - Infus - - - - - Selang - - - - - Infus Kasa - - - - Masker - - Gigi (cabutan) - - - - - - Berat Limbah Medis Poli gigi memberikan kontribusi limbah medis sebesar 39,5gr/hr. Limbah medis tersebut antara lain jarum suntik, spet,sarung, kapas injeksi, Kasa, Masker serta gigi cabutan. Jenis sampah medis terbanyak adalah kasa 22,02 %. Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2. Tabel.2. Berat dan Jenis Limbah Medis di Poli Gigi Poli Gigi Jarum Suntik 3,00 3,00 6,00 2,00 2,00 1,00 5,00 5,00 27,00 Spet 5,00 4,00 5,00 4,00 3,00 5,50 6,00 2,50 35,00 6,00 6,70 8,00 10,00 9,5 8,25 7,15 6,25 61,85 Tangan Kapas Injeksi 6,00 4,00 3,00 5,00 6,25 5,25 8,50 4,25 52,25 Kasa 10,00 9,00 7,00 9,00 9,25 8,00 7,4 10,00 69,65 Masker 7,00 8,5 6,00 5,00 5,44 3,25 4,20 10,50 49,89 Gigi 3,00 2,00 3,00 2,50 1,56 1,75 3,25 3,50 20,56 (cabutan) Total 316,2 36

Medical Waste Analysis In Public (Anita M.) Poli umum memberikan kontribusi limbah medis sebesar 21,06 gr/hr. Limbah medis tersebut antara lain jarum suntik, spet, kapas injeksi. Jenis sampah medis terbanyak adalah spet 56,63 %. Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3. Tabel.3 Berat dan Jenis Limbah Medis di Poli Umum Poli Umum Jarum Suntik 12,5 14,00 12,00 10,00 6,00 9,00 15,00 12,5 91 Spet 30,00 22,5 20,0 17,00 12,00 15,00 22,00 30,00 168,5 Kapas Injeksi - 6,00 5,50 8,00 2,00 6,00 5,50 5,00 38 Total 297,5 Poli Keluarga Berencana (KB) memberikan kontribusi limbah medis sebesar 12,5 gr/hr. Limbah medis tersebut antara lain jarum suntik, spet, kapas injeksi. Jenis sampah medis terbanyak adalah spet 48,5 %. Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4. Tabel.4 Berat dan Jenis Limbah Medis di Poli KB Poli KB Jarum Suntik 7,50 5,5 2,00 4,00 2,5 4,00 5,00 3,00 33,5 Spet 9,00 8,5 3,5 6,00 6,00 6,00 5,5 4,00 48,5 Kapas Injeksi 6,00 1,5 2,00 2,5 1,5 2,00 1,5 1,00 18 Total 100 Gawat Darurat (UGD) memberikan kontribusi limbah medis sebesar 76,06 gr/hr. Limbah medis tersebut antara lain jarum suntik, spet, kapas injeksi. Jenis sampah medis terbanyak adalah selang infus 19,04 %. Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5. Tabel.5 Berat dan Jenis Limbah Medis di UGD Gawat Darurat (UGD) Jarum Suntik 7,00 9.00 8,00 6,5 5,00 3,00 3,5 2,25 44,25 Spet 8,00 7,25 8,00 7,5 3,25 2,50 4,5 3,50 44,5 12,5 8,5 5,00 9,00 6,25 4,25 7,25 6,25 59 Kapas Injeksi 10,00 7,50 6,50 3,5 4,5 3,75 5,00 5,00 45,75 Benang 3,5 5,5 5,50 2,75 3,5 2,25 5,75 3,50 32,25 Infus 14,25 15,25 9,00 12,25 12,25 15,35 13,25 15,50 107,1 Selang Infus 15,25 14,00 16,00 13,00 13,25 16,4 16,75 11,25 115,9 Kasa 10,00 18,5 9,5 6,00 10,00 10 10,25 10,00 84,25 Masker 14,50 10,00 12,00 4,50 11,50 8,00 7,00 8,00 75,5 Total 608,5 Kamar bersalin memberikan kontribusi limbah medis sebesar 37,5 gr/hr. Jenis limbah medis terbanyak adalah spet 28,83 %. Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 6. 37

Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol. 7 No. 3 2010 : 35-39 Tabel.6 Berat dan Jenis Limbah Medis di Kamar Bersalin Kamar Bersalin Jarum Suntik 3,75 4,00 4,00 3,75 4,00 4,00 3,00 3,00 29,5 Spet 6,5 17,00 5,00 6,5 16,50 10,00 10,00 15,00 86,5 Pipet 5,00 5,00 2,00 5,00 4,50 5,50 6,00 6,00 39 2,25 2,00 4,00 2,00 2,00 3,00 3,00 3,00 21,25 Kapas Injeksi 2,00 1,50 1,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 7,5 Benang 0,50 0,50 0,50 2,00 0,50 0,5 0,50 0,50 5,5 Infus 9,50 10 3,00 9,50 8,00 3,00 3,00 3,00 49 Selang Infus 2,50 3,00 4,00 2,50 4,00 2,50 3,00 3,00 24,5 Kasa 3,50 2,00 2,00 2,25 3,00 0,50 0,50 0,50 14,25 Masker 2,00 10,0 4,00 3,5 2,00 0,50 0,50 0,50 23 Total 300 Ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) memberikan kontribusi limbah medis sebesar 25 gr/hr. Jenis sampah medis terbanyak adalah masker 47,3 %. Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 Berat dan Jenis Limbah Medis di Ruang KIA KIA Jarum Suntik 5,00 5,5 3,5 5,10 3,40 5,7 9,20 3,20 40,6 Spet 2,50 6,00 2,00 9,20 2,80 5,9 7,90 1,7 38 6,00 3,00 6,5 7,00 2,60 7,00 4,80 2,00 38,9 Kapas Injeksi 5,00 4,50 3,00 3,20 3,20 5,10 8,10 3,10 35,2 Masker 6,5 6,00 5,00 5,50 3,00 6,30 10,00 5,00 47,3 Total 200 Laboratorium memberikan kontribusi limbah medis sebesar 12,5 gr/hr. Jenis sampah medis terbanyak adalah masker 34,5 %. Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Berat dan Jenis Limbah Medis di Laboratorium Laboratorium Jarum Suntik 3,50 1,90 3,30 3,50 2,00 1,50 3,50 3,00 22,2 Pipet 3,20 1,50 4,00 2,5 3,00 1,00 2,00 2,00 19,2 4,00 3,00 5,00 2,5 6,50 3,50 4,50 5,50 34,5 Masker 2,30 2,10 2,70 2,50 3,50 4 2,50 4,5 24,1 Total 100 Pengelolaan limbah medis dilakukan dengan berbagai cara. Pengelolaan yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment) (Slamet Riyadi, 2000). Pengelolaan sampah medis sebaiknya dilakukan mulai pada tahap pengumpulan, pemilahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Limbah medis yang dihasilkan oleh puskesmas ini meliputi limbah benda tajam, limbah infeksius, serta limbah jaringan tubuh. Pada tahap pengumpulan, sampah medis dikumpulkan dari tiap-tiap ruangan puskesmas yang menghasilkan limbah medis oleh petugas dari masing masing unit. Tempat pengumpulan sampah harus memenuhi 38

persyaratan yaitu bahan kuat, memiliki tutup dan mudah dibuka, dilapisi kantong plastik dengan lambang dan warna tertentu, diangkut jika telah terisi 2/3 dll. Pengumpulan tempat sampah dipuskesmas kurang memenuhi persyaratan seperti tidak semua dilapisi kantung plastik dan tidak tertutup. Puskesmas telah melakukan pemilahan dari sumber antara limbah medis dan non medis pada tiap ruangan. Pemilahan wajib dilakukan untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah medis yang akan dibuang. Penggunaan kantong yang berlabel serta pembedaan warna akan sangat membantu dalam proses pengelolaan sampah medis selanjutnya. Tempat penampungan sampah medis kurang memenuhi syarat. Penampungan sampah sebaiknya disediakan pada setiap unit dengan bentuk, ukuraan, jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sampah serta kondisi setempat. Terdapat beberapa syarat tempat penam[ungan sampah antara lain tidak menjadi sumber bau dan tempat berbiak vektor, kedap air, selalu tertutup bila tidak sedang diisi, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau kendaraan pengangkut, mudah dikosongkan dan dibersihkan. Pada proses pengangkutan dan pengumpulan, sampah medis hendaknya diangkut oleh petugas dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, sarung, baju pelindung dan sepatu sehingga tidak menjadi sumber penularan penyakit maupun kecelakaan kerja. Namun disini APD tidak digunakan oleh petugas pengumpul. Pengangkutan sampah seharusnya menggunakan troli tertutup yang memenuhi syarat untuk mencegah ditularkanya penyakit melalui sampah medis. Syarat tersebut antara lain tidak akan menjadi sarang serangga, mudah dibersihkan dan dikeringkan, sampah tidak menempel pada alat angkut, sampah mudah diisikan, diikat dan ditung kembali (Depkes RI, 2004). Pengangkutan sampah medis dipuskesmas ini masih belum menggunakan troli yang memenuhi persyaratan. Tahap akhir pengelolaan sampah medis adalah pemusnahan. Incenerator yang mampu membakar sampah medis dengan suhu hingga 1200 C tidak dimiliki oleh puskesmas ini (Adisasmito,2007). Oleh karena itu sampah medis dari puskesmas secara berkala diangkut ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat untuk selanjutnya dimusnahkan dengan incenerator. Pengangkutan sampah medis tersebut menggunakan alat transportasi yang disediakan oleh RSUD setempat. Simpulan dan Saran Kesimpulan Kondisi eksisting sampah medis puskesmas sumbersari sebesar 154,12 gr/ hari. Gawat Darurat menghasilkan sampah medis terbanyak yaitu sebesar 76,06 gr/ hr, Dimana jenis sampah medis terbanyak adalah selang infus 19,04 %. Saran Perlu perbaikan terhadap manajemen pengelolaan sampah medis yang baik melalui berbagai kerjasama antara pemerintah daerah dan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup setempat. Program preventif puskesmas dalam rangka peningkatan pengetahuan dan perilaku membuang sampah berdasarkan jenis sampah kepada masyarakat perlu dicanangkan dan diimplementasikan melalui berbagai penyuluhan yang berkesinambungan. DAFTAR RUJUKAN 1. Adisasmito W, 2007. Sistem Manajemen Rumah Sakit, Rajagrafindo Persada, Jakarta. 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/ Menkes/ 2004 tentang Pesyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta. 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1992. Peraturan Menteri Kesehatan Lingkungan RI dan Keputusan Direktur Jenderal PPM dan PLP Nomor 986/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2010. Pennanganan Limbah Medis Tajam Harus Segera Dibenahi. http://www.depkes.go.id (sitasi 10 juni 2010) 5. Djojodibroto, Darmanto. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta : Hipokrates. 6. Slamet Riyadi. 2000. Loka Karya Alternatif Ekologi Pengelolaan Sanitasi dan Sampah. Alkatiri, S. 2009. Efektivitas Hasil Pengelolan Air Limbah Rumah Sakit. Unair. 39