RESPON BANGSA SAPI POTONG TERHADAP PEMBERIAN JERAMI PADI TATAN KOSTAMAN 1, EKO HANixwmAWAN', Buix HARYANTO 2, dank. DIWYANTO 1 1 Pusat Penelitian dan Pengentbangan Peterwakan Man Raya Pajajamn, Bogor 16151 2 Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai pakan sapi untuk menanggulangi kekurangan pakan ternak pada musim kemarau dan mendukung program IP Padi 300 telah dilakukan dengan 6 (enam) jenis sapi (SO, PO Boyolali, PO Gunung Kidul, PO Pas>.uuan, BX, dan Peranakan FH) masing-masing sebanyak 45 ekor selama 5 bulan di PT. Kariyana Gita Utama, Sukabumi, Jawa Barat. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) didapatkan antara 0,42 kgi hari sampai 0,75 kgthari dengan konversi pakan untuk keenam jenis sapi yang tidak berbeda, (11,20 sampai 13,94). Disimpulkan bahwa pemberian jerami padi fermentasi pada sapi tidak akan mengurangi respons fisiologis ternak, tetapi meskipun berbagai jenis sapi terhadap pemberian jerami padi fermentasi bervariasi. Kata kunci : Jerami, padi, fermentasi, sapi PENDAHULUAN Peningkatan populasi ternak ruminansia harus diiringi dengan penyediaan pakan ternak yang cukup dalam jumlah maupun kualitas. Ketersediaan hijauan pakan dipengaruhi oleh iklim dan pola pertanian tanaman pangan (WMIGROHO et al., 1998) dan pada musim kemarau selalu terjadi kekurangan hijauan pakan ternak. Sementara itu, untuk daerah pertanian intensif, kekurangan hijauan pakan ternak pada musiln kemarau juga diikuti oleh kekurangan pula pada musim hujan karena pola pemanfaatan lahan yang lebih diutamakan untuk produksi tanaman pangan dan limbah pertanian tanaman pangan menjadi sumber penting sebagai pakan ternak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pakan jerami padi fermentasi terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi dan produksi manure sapi potong lokal yang berasal dari berbagai lokasi. MATERI DAN METODE Enam jenis sapi terdiri atas sapi Peranakan FH (PFH), Peranakan Ongole (PO) (Boyolali, Gunung Kidul, dan Pasuruan), Sumba Ongole (SO), dan BX lokal, masing-masing 45 ekor digunakan dalam penelitian ini. Pakan dasar yang digunakan sama untuk keenam jenis sapi tersebut, yaitu jerami padi yang telah difermentasikan dengan tambahan urea dan probiotik. Pakan konsentrat diberikan dalam jtmilah tertentu untuk menjamin kebutuhan nutrien ternak tercukupi. Ternak dikandangkan pada kandang kelompok dengan air minum tersedia setiap saat. 299
SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1999 Selama 5 bulan di kandang milik PT. Kariyana Gita Utama, Sukabumi, Jawa Barat diamati pertambahan bobot badan (PBB), konsumsi pakan (kelompok), clan produksi manure. Pertambahan bobot badan (PBB) Untuk mengurangi kemungkinan adanya stress yang berlebihan, maka penimbangan bobot badan sapi dilakukan sebulan sekali pada pagi hari sebelum sapi diberi makan. Sementara itu, untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian (PBBH) mempergunakan perhitungan BA (Barat awal penimbangan) dikurangi BAk (Barat akhir penimbangan) dibagi Hr (Jumlah hari antara BA dengan BAk) Konsumsi pakan diperoleh dengan mengukur jumlah pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan pada hari berikianya (setelah 24 jani) dari kelompok ternak. Produksi manure diukur setiap 21 hari, terutanta bila kandang sudah dalam keadaan becek. Pertambahan bobot badan (PBB) HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan bobot badan sapi sangat tergantung pada pakan, serta kemampuan ternak dalam memanfaatkan pakan. Rataan bobot badan sapi dan pertambahan bobot badan (PBB) (Tabel 1) menunjukkan kelompok, Sapi SO, PO Boyolali, dan PO Pasuruan memberikan respon PBB yang paling baik, yaitu berturut-turut 0,75 ; 0,69 ; clan 0,64 kg/ hari. Pertambahan bobot badan harian hasil penelitian BESTARI et al. (1995) juga didapatkan sebesar 0,57 kg/ hari pada sapi PO yang diberi pakan silase jerami padi, dan sapi SO, PO Boyolali, clan PO Pasuruan menunjukkan kemampuan beradaptasi yang cukup baik. Tabel1. Pertambahan terfermentasi Keterangan : PBBH = pertambahan bobot badan harivv bobot badan (PBB) beberapa jenis sapi dengan peinberian jerami padi Jenis Sapi Bobot awal (kg) Bobot akhir (kg) PBB (kg/ekor) PBBH (kg/ekor/hari) so 265,39 355,97 90,58 0,75 BX 257,49 324,67 67,18 0,56 PO Boyolali 252,00 334,97 82,97 0,69 PO Gtmwtg Kidul 244,19 313,46 69,27 0,57 PO Pasuntan 250,00 327,09 77,09 0,64 PFH 179,47 229,61 50,14 0,42 "Sapi BX menunjukkan PBBH dibawah sapi SO, PO Boyolali, clan PO Gunung Kidul (Tabel 1), karena kemampuan beradaptasi dengan lingkungan erat kaitannya dengan sifat genetis ternak clan perbedaan antara bangsa cukup besar. SUMAm et al. (1983) melaporkan baliwa dalam kondisi sedang (tidak optimal) ADG antara breed lokal (PO) dengan eks-impor (BX) tidak berbeda. Dalam keadaan optimal baik umumnya sapi eks-impor lebih baik pertumbuliannya. Sapi jenis PO Gunung Kidul ntenunjukkan PBBH saina dengan hasil yang dilaporkan BESTARI et al. (1995), tetapi lebili rendah dibandingkan dengan sapi PO dari Boyolali dan 300
SeminarNasional Peternakan dan Peteriner 1999 Pasuruan. Sapi PO Gunung Kidul mungkin paling lambat beradaptasi dengan pakan jerami padi fermentasi dan sapi PO dari Gunung Kidul tidak terbiasa dengan pakan jerami padi. Sapi PFH dibandingkan dengan jenis sapi yang lain menunjukkan PBBH yang paling rendah dan PBBH ternak dipengaruhi oleh konsumsi pakan, m<aka makin tinggi jumlah pakan yang dikonsumsi akan menghasilkan PBBH yang lebih tinggi (MCDONALD et al., 1988). Konversi pakan Konversi pakan (KP) yaitu pakan (bahan kering) yang dikonsumsi dibagi dengan pertambahan bobot badan per satuan waktu akan semakin efisien, bila jumlah pakan yang dikonsumsi minimal, namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (MCDONALD et al., 1988). Kekurangan protein dan energi dapat menunmkan fungsi rumen dan efisiensi penggunaan pakan (EP). Rataan konsumsi pakan dan konversi pakan antara jenis sapi (Tabel 2) menunjukkan konsumsi bahan kering pakan sapi SO dan PO Pasuruan berturut-turut 9,09 dan 8,00 kg/hari, tertinggi. PBB yang cukup tinggi dari kedua jenis sapi tersebut dfringi dengan tingginya konsumsi pakan. Sapi PO Boyolali yang mempunyai PBB di atas PO Pasuruan (Tabel 1) tenyata konsumsi pakan hampir sama dengan sapi Gunung Kidul dan sapi BX. Ini menunjukkan bahwa sapi PO Boyolali cukup efisien dalam penggunaan pakan jerami padi fermentasi, sementara sapi PO Gunung Kidul dan sapi BX dengan konsumsi BK pakan cukup tinggi tidak diikuti dengan PBB yang tinggi. Konsumsi pakan sapi PFH paling rendah dibandingkan dengan jenis sapi yang lain, tetapi konversi pakan paling tinggi dibandingkan dengan jenis sapi yang lain (13,94) tetapi lebih baik dibandingkan dengan yang diperoleh PADMOWIJOTO et al. (1988) (15,81) yang menggunakan pakan basal ditambah campuran jerami padi-urea-molase. Tabel 2. Parameter Konswnsi dan konversi pakan antar jenis sapi dengan pemberian jerami padi fennentasi Jenis sapi so BX PO BY PO GK PO PS PFH Konsentrat (kg/hr) 9,58 7,78 7,94 7,89 8,35 6,71 Jerami fennentasi (kglhr) 3,42 3,67 3,44 3,18 3,22 2,97 Total konswnsi (kgllv) 13,00 11,45 11,38 11,07 11,57 9,67 Konswnsi BK (kg/lv) 9,09 7,67 7,73 7,61 8,00 6,55 Konversi pakan 12,12 13,70 11,20 13,35 12,50 13,94 Keteran=an : PO BY = PO Boyolah, PO GK = PO Gunung Kidul, PO PS = PO Pasuruan, SO = Sumba Ongole, BX = Brahman.Cros Konversi pakan yang lebih baik dengan perlakuan jerami padi fermentasi menunjukkan pengolahan jerami padi dengan menggunakan urea dan probiotik lebih baik dengan kandungan protein kasar dan kecernaan jerami meningkat (UTomo et al., 1988). Faktor yang Inempengarulti antara lain aktivitas urease dalam jerami, kandungan air, temperatur lingkungan dan ph (SOEJONO et al., 1988). 30 1
Produksi manure Produksi manure antar jenis sapi (Tabel 3) nampaknya lebih dibandingkan dari yang dilaporkan WILKERSON et al. (1997) (58 t 17 kg/hari) untuk setiap 1000 kg bobot badan sapi potong atau t 5,8% dari bobot badannya, dalam penelitian ini manure yang dihasilkan berkisar antara 9-18% dari bobot badan per ekor per hari, yang menunjukkan konsumsi pakan, nilai kecernaan pakan, konsumsi air lebih efisien. Tabel 3. Produksi manure berdasarkan jenis sapi potong Jenis sapi potong so BX PO Boyolali PO Gunung Kidul PO Pasuruan PFH Produksi manure (kg/ekor/hari) 36,94 t 6,01 36,01 t 3,26 31,64 t 8,67 32,07 t 1,27 31,44 t 3,25 42,10 t 2,81 Pemanfaatan jerami padi yang telah difermentasi dengan tambahan urea dan cairan rumen sebagai pakan sapi tidak mengurangi respons fisiologis ternak, tetapi respon antar jenis sapi bervariasi. KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertariian/ARMP-II yang telah membiayai dan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA BESTAm, J., A. THALm, H. HAmiD, Y. WIDIAWATI, dan D. SuHERMAN. 1995. Pengaruh pemberian silase jerami padi yang di-inokulasi cairan rumen terhadap pertumbuhan bobot badan sapi. Kumpulan Hasil- Hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 1994/1995. Balai Penelitian Temak, Ciawi, Bogor. hal. 136-147. McDGNALD, P., R.A. EDwARD, and J.F.D. GREENHALGH. 1988. Animal Nutrition. Fourth. Ed. Longman Scientific & Technical. New York. PADmowI)GTG, S., R. UTomo, B. PRASETYO, dan H. BASRI. 1988. Pengandi pemeraman campuran jerami padi-urea-molases terhadap perfonnan sapi Frisian-Holstein jantan. Dalam : Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya. M. Soejono, A. Musofie, R. Utomo, N.K. Wardhani, dan J.B. Schiere (eds.). Proc. Bioconversion Project Second Workshop on Crop Residues for Feed and Other Purposes. Grati, 16-17 Nopember 1987. Pasunum. hal. 165-171. 302
SOE]ONO, M., R. UTOMO, dan WIDYANTORO. 1988. Peningkatwi nilai nutrisi jeraini padi dengan berbagai perlakuan (rangkuman). Dalam : Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya. M. Soejono, A. Musofie, R. Utomo, N.K. Wardliani, dan J.B. Schiere (eds.). Proc. Bioconversion Project Second Workshop on Crop Residues for Feed and Other Purposes. Grati, 16-17 Nopember 1987. Pasuniaii. hal. 21-35. SumARDt, P.A., SUPIYONO, dan H. MuLYADI. 1983. Produktivitas sapi Ongole, Bali, dan Bralunan Cross di ladang ternak Bila River Ranch, Sulawesi Selatan. Pros. Pertemuan Ihniah Ruminansia Besar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hal. 344-349. UTOMo, R.,M. SOEJONO, and J.B. ScHIERE. 1988. Review of duration and concentration of urea treated straw on digestibility. Dalain : Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya. M. Soejono, A. Musofie, R. Utomo, N.K. Wardhani, dan J.B. Schiere (eds.). Proc. Bioconversion Project Second Workshop on Crop Residues for Feed and Other Purposes. Grati, 16-17 Nopember 1987. Pasuruan. hal. 36-58. WILKERSON, V.A.,D.R. MERTENS, and D.D. CASPER. 1997. Prediction of excretion ofmanure and nitrogen by holstein dairy cattle. J. Dairy Sci. 80(12) : 3193-3204. WINuGRoHo, M., B. HARYANTO, dan K. MA'Sum. 1998. Konsep pelestarian pasokan hijauan pakan dalam usaha optimafsasi produktivitas ternak nuninansia. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hal. 195-201.