KERTAS KERJA PENILAIAN WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI KATEGORI

dokumen-dokumen yang mirip
2011, No c. bahwa Unit Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang di pandang memenuhi kriteria Wilayah Bebas Korupsi untuk ditetapkan se

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI UNIT KERJA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI UNIT KERJA BAPPEDA KOTA BANDA ACEH

RENCANA KERJA PEMBAGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK / WBBM DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA DENPASAR

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM) DI DINAS PENANAMAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB I P E N D A H U L U A N

PEDOMAN PENETAPAN WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK SASI MANUSIA.

PenguatanPengawasan Pengawasan dan Akuntabilitas. Outline Paparan

Disampaikan dalam Persiapan Asistensi Sakip Barenlitbang Kota Malang Malang, 11 April Oleh : Sugeng Widodo, AP, MM Inspektorat Kota Malang

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

Standar Pelayanan Prima Universitas Brawijaya

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK DAN WBBM

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

KEPUTUSAN KECAMATAN CICURUG KABUPATEN SUKABUMI NOMOR : 30 Tahun 2018

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUN 2018

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

ORGANISASI, MEKANISME, DAN INSTRUMEN PENILAIAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017

2012, No BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

LAPORAN EVALUASI RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS (ZI) MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI (WBK)/WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM)

Check List AIM UKPA XII Lingkup Penjaminan Mutu Pelayanan Prima Program Studi : S-3 Teknik Sipil

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

KERTAS KERJA EVALUASI (KKE) SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAK SKPD PROVINSI JAWA TENGAH

Indikator Contoh Dokumen Narasi Dokumen

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 1 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENGHARGAAN ADIBAKTI MINA BAHARI.

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

TENTANG : STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

PENGADILAN NEGERI BOGOR

PLAN KERTAS KERJA PENILAIAN KRITERIA 1 KEPEMIMPINAN. Siklus PDCA. Sub Kriteria/ Guiding Questions 0-10

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

KUESIONER PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI 2010 DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 2010

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

4/16/2013 MODEL PMPRB. Model PMPRB

BAB I PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK/WBBM

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LKIP ) TAHUN 2016

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

Indikator Contoh Dokumen Narasi Dokumen

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

TEMPLATE KERTAS KERJA EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA SKPD kota TAHUN 2010 Y T a b c d e HITUNGAN

RENCANA AKSI IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI. Pembentukan Tim Reformasi Birokrasi SK Ketua Pengadilan

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN PENGADILAN AGAMA KEBUMEN

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT KOTA BLITAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT

Transkripsi:

LAMPIRAN II Permenkumham No. M.HH-01.PW.02.03 Tahun 2011 KERTAS KERJA PENILAIAN WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI NO KOMPONEN/SUB KOMPONEN KATEGORI PENILAIAN y/t; a/b/c/d/e NILAI NILAI TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 A. PENERAPAN SPIP (35%) 1,00 0,35 35,00 I. LINGKUNGAN PENGENDALIAN (7%) 1,00 0,07 1 Struktur organisasi sesuai dengan ketentuan 2 Penetapan organisasi pengelola anggaran 3 Penetapan organisasi pengelola barjas 4 Penetapan uraian tugas 5 Sosialisasi dan internalisasi struktur organisasi dan uraian tugas 6 Fleksibilitas struktur organisasi 7 Penetapan kebijakan anti korupsi 8 Penetapan kebijakan juknis/juklak organisasi 9 Penetapan kebijakan pengadaan barang dan jasa yang transparan dan akuntabel sesuai dengan ketentuan 10 Penetapan kebijakan pengaduan masyarakat beserta tindak lanjut 11 Penetapan kebijakan keterbukaan informasi publik 12 Penandatanganan Pakta Integritas 13 Sosialisasi dan Internalisasi kebijakan 14 Kebijakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan 15 Koordinasi pengelolaan anggaran

16 Koordinasi pengelolaan kinerja 17 Penetapan budaya kerja 18 Sosialisasi dan internalisasi budaya kerja 19 Transparansi manajemen SDM 20 Disiplin kehadiran 21 Penerapan hukuman disiplin 22 Penetapan standar kompetensi pegawai 23 Pola karir pegawai berdasarkan kompetensi 24 Diklat pegawai berdasarkan kompetensi 25 Penetapan SOP pelayanan masyarakat 26 Penetapan SOP pengaduan masyarakat 27 Penetapan SOP perjalanan dinas 28 Penetapan SOP pengelolaan anggaran 29 Penetapan SOP pengelolaan kinerja 30 Sosialisasi dan internalisasi SOP II. PENILAIAN RESIKO (7%) 1,00 0,07 1 Penyusunan TOR 2 Kelengkapan TOR 3 Keselarasan TOR dengan RKT 4 Pemetaan resiko kegiatan dalam TOR (Pencegahan Resiko) 5 Penyusunan langkah mitigasi resiko 6 Pelaksanaan mitigasi resiko 7 Dokumentasi mitigasi resiko 8 Kerjasama mitigasi resiko 9 Prosedur pemantauan dan evaluasi resiko 10 Laporan pemantauan dan evaluasi resiko 11 Umpan balik hasil evaluasi resiko

III. KEGIATAN PENGENDALIAN (7%) 1,00 0,07 1 Penetapan visi dan misi organisasi 2 Visi dan misi sesuai dengan tugas dan fungsi 3 Pengendalian sistem informasi 4 Pemishan tugas dan fungsi yang jelas 5 Pemutakhiran data secara berkala 6 Review kinerja secara berkala 7 Pemantauan Kinerja 8 Dokumentasi atas transaksi/ kejadian penting 9 Penetapan prosedur pengelolaan aset 10 Pengendalian aset lancar 11 Inventarisasi fisik aset secara rutin 12 Penanggungjawab pengelola aset 13 Sistem pengamanan aset 14 Penerapan SAI secara tepat IV. INFORMASI DAN KOMUNIKASI (7%) 1,00 0,07 1 Penetapan prosedur pengelolaan data, informasi dan komunikasi 2 Pelaporan yang sesuai dengan fakta 3 Pelaporan secara tepat waktu dan akuntabel 4 Laporan menyajikan analisis efektifitas, efisiensi, ekonomis dan transparansi 5 Laporan menyajikan penilaian atas pencapaian tujuan dan sasaran 6 Laporan menyajikan kendala dan upaya menyelesaihan kendala atas pencapaian tujuan dan sasaran 7 Pemanfaatan teknologi informasi V. PEMANTAUAN (7%) 1,00 0,07 1 Penetapan prosedur evaluasi 2 Pelaporan hasil evaluasi yang menyajikan kondisi dibandingkan dengan kriteria, kendala dan rekomendasi

3 Pelaporan hasil evaluasi secara tepat waktu guna pengambilan keputusan 4 Penetapan prosedur tindak lanjut hasil pemeriksaan 5 Laporan menyajikan kendala dan upaya menyelesaihan kendala atas pencapaian tujuan dan sasaran 6 Pelaporan tindak lanjut hasil pemeriksaan B. INISIATIF ANTI KORUPSI (13%) 1,00 0,13 13,00 1 Penetapan kode etik khusus 2 Penetapan mekanisme penerapan dan pelembagaan kode etik khusus 3 Penegakan kode etik khusus 4 Proses rekrutmen yang terbuka dan transparan 5 Sistem penilaian kinerja yang terukur 6 Proses promosi dan penempatan dalam jabatan yang terbuka dan transparan 7 Penetapan mekanisme gratifikasi 8 Tingkat kepatuhan LHKPN 9 Penetapan e-procurement barjas 10 Penetapan mekanisme kontrol pengadaan barjas 11 Penetapan mekanisme pengaduan masyarakat 12 Proses tindak lanjut pengaduan masyarakat 13 Keterbukaan informasi 14 Keaktifan komunikasi 15 Action plan atas saran perbaikan hasil temuan 16 Tingkat penyelesaian tindak lanjut saran perbaikan hasil temuan 17 Kegiatan promosi anti korupsi 18 Kegiatan inovasi anti korupsi C. PENETAPAN DAN PENGUKURAN KINERJA (20%) 1,00 0,20 20,00

I. PENETAPAN KINERJA 1,00 0,07 (7%) 1 Dokumen PK telah ada 2 Dokumen PK unit kerja dibawahnya telah tersedia 3 Dokumen PK disusun setelah anggaran disetujui 4 Dokumen PK telah memuat sasaran, program, indikator kinerja dan target jangka pendek 5 Sasaran telah berorientasi hasil 6 Indikator kinerja sasaran telah memenuhi kriteria indikator kinerja yang baik 7 Target kinerja selaras dengan target yang ditetapkan dalam Dokumen RKT atasannya 8 Dokumen PK telah selaras dengan dokumen PK atasannya 9 Dokumen PK telah selaras dengan dokumen RKT 10 Dokumen PK telah dimonitor pencapaiannya secara berkala 11 Dokumen PK telah dimanfaatkan dalam pengarahan dan pengorganisasian kegiatan 12 Target kinerja yang diperjanjikan telah digunakan untuk mengukur keberhasilan II. PEMENUHAN PENGUKURAN (13%) 1 Telah terdapat indikator kinerja utama (IKU) sebagai ukuran kinerja secara formal 2 IKU Unit kerja di bawahnya telah tersedia 3 Terdapat pedoman pengumpulan data kinerja 4 Terdapat pihak yang bertanggungjawab untuk mengumpulkan kinerja 5 IKU telah dapat diukur secara obyektif 6 IKU telah menggambarkan hasil 7 IKU telah relevan dengan kondisi yang akan diukur 8 IKU telah cukup untuk mengukur kinerja 9 Indikator kinerja sasaran dapat diukur secara obyektif 1,00 0,13

10 Indikator kinerja sasaran menggambarkan hasil 11 Indikator kinerja sasaran relevan dengan sasaran yang akan diukur 12 Indikator kinerja sasaran cukup untuk mengukur sasarannya 13 Target kinerja jangka pendek telah diukur realisasinya 14 Target kinerja jangka menengah telah diukur realisasinya 15 Pengumpulan data kinerja dapat diandalkan 16 IKU telah dimanfaatkan dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran 17 IKU telah dimanfaatkan untuk pengukuran kinerja 18 IKU telah direviu secara berkala 19 Pengumpulan data kinerja dilakukan secara berkala (bulanan/triwulanan/ semester) 20 Hasil pengukuran kinerja telah digunakan untuk penyusunan laporan kinerja 21 Pengukuran kinerja digunakan untuk pengendalian dan pemantauan kinerja secara berkala D. PELAYANAN PUBLIK (27%) 1,00 0,27 27,00 1 Apakah visi dan misi telah mampu memotivasi memberikan pelayanan terbaik 2 Terdapat motto pelayanan yg mampu memotivasi pegawai memberikan pelayanan dengan baik 3 Motto pelayanan diumumkan secara luas kepada pengguna 4 Terdapat janji pelayanan yg berisi pernyataan kesanggupan memenuhi standar pelayanan 5 Penetapan SOP/Standar Pelayanan

6 Terdapat sistem pengelolaan berkas/dokumen (mempunyai tempat berkas, terdapat petugas yang ditunjuk, terdapat juklak/juknis pengelolaan berkas, catatan wawancara terhadap petugas) 7 Memiliki ISO 9001:2008 dalam menyelenggarakan pelayanan publik 8 Terdapat prosedur/sistem pengelolaan pengaduan masyarakat (ada sistem prosedur, unit kerja/petugas yg ditunjuk, berfungsi dengan baik) 9 Persyaratan teknis dan administratif produk pelayanan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan 10 Prosedur pelayanan dibentuk sederhana dan tidak berbelit-belit 11 Prosedur pelayanan mudah diterapkan baik oleh pelaksana maupun penerima pelayanan 12 Produk pelayanan dapat diterima oleh masyarakat dengan benar, tepat, dan sah 13 Informasi yang disajikan telah digunakan untuk menilai dan memperbaiki pelaksanaan program dan kegiatan organisasi 14 Terdapat persyaratan pelayanan diterbitkan dengan SK yang diumumkan dan mudah dilihat pengguna dan dilaksanakan oleh petugas 15 Terdapat tarif biaya pelayanan yg ditetapkan dengan ketentuan yg jelas dan diumumkan 16 Tidak terdapat pungutan lain/tambahan diluar tarif yang ditetapkan (sampling wawancara dengan 3 orang pengguna layanan) 17 Terdapat ketentuan standar waktu pelayanan yang diumumkan kepada pengguna layanan 18 Waktu proses penyelesaian pelayanan sesuai standar waktu yang ditentukan

19 Terdapat informasi yang dapat di akses oleh pengguna layanan dan informasi tambahan hanya diberikan jika diminta 20 Terdapat petugas khusus/ semua petugas pelayanan bertindak sebagai penanganan pelayanan 21 Terdapat media pertanggungjawabkan pelayanan publik yang mencantumkan kinerja secara spesifik 22 Dalam mempertanggungjawabkan kinerja pelayanan publik, unit pelayanan telah memperhatikan: a. Tingkat akurasi dan ketelitian pelayanan b. Tingkat profesional petugas pelayanan c. Kelengkapan sarana dan prasarana pendukung pelayanan d. Kedisiplinan pelaksana pelayanan e. Kejelasan aturan 23 Keluhan pelanggan atas pelanggaran sikap perilaku petugas selalu di tindaklanjut 24 Sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan mengutamakan kenyamanan pengguna (pro aktif dalam memberi informasi dan bantuan) 25 Petugas memiliki keterampilan dan cekatan dalam menggunakan sarana pelayanan 26 Terdapat relevansi kebijakan pengembangan kualitas SDM dengan kebutuhan organisasi dalam rangka peningkatan keterampilan / profesionalisme guna peningkatan kinerja pelayanan 27 Sarana yang digunakan untuk proses pelayanan telah didayagunakan secara optimal

28 Sarana pelayanan yg tersedia telah memberikan kenyamanan (kebersihan, kesederhanaan, kelayakan, dan kemanfaatan) 29 Tersedia sarana pengaduan (kotak / loket pengaduan, telepon tol, email) 30 Terdapat ketentuan mengenai bentuk kompensasi terhadap penerima pelayanan apabila pelayanan yang diberikan menyimpang dari ketentuan 31 Terdapat mekanisme pengaduan masyarakat atas penyimpangan pelayanan 32 Pimpinan unit pelayanan telah menyelesaikan pengaduan masyarakat, dengan memperhatikan : a. Prioritas penyelesaian pengaduan b. Penentuan pejabat yang menyelesaikan pengaduan c. Prosedur penyelesaian pengaduan d. Rekomendasi penyelesaian pengaduan e. Pemantauan dan evaluasi penyelesaian pengaduan f. Pelaporan proses dan hasil penyelesaian pengaduan kepada pimpinan g. Penyampaian hasil penyelesaian pengaduan kepada yang mengadukan h. Dokumentasi penyelesaian pengaduan E. PENILAIAN TERTENTU (5%) 10,00 0,05 5,00 Kriteria Pelayanan tertentu dan/atau prestasi "Anti Korupsi" lainnya HASIL PENILAIAN (100%) 1,00 100,00 KRITERIA WBK WBK1 STATUS WBK WBK

PENJELASAN: 1. Penilaian atas komponen/ sub komponen kriteria dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Setiap sub-komponen akan dibagi kedalam beberapa pertanyaan sebagai kriteria pemenuhan sub-komponen tersebut. Setiap pertanyaan akan dijawab dengan ya/tidak atau a/b/c/d/e. Jawaban pertanyaan akan dijawab dengan ya/tidak atau a/b/c/d/e. Jawaban ya/tidak diberikan untuk pertanyaan-pertanyaan yang langsung dapat dijawab sesuai dengan pemenuhan kriteria. Jawaban a/b/c/d/e diberikan untuk pertanyaanpertanyaan yang membutuhkan "judgment" terkait dengan kualitas suatu sub komponen tertentu. b. Setiap jawabannya Ya akan diberikan nilai 1 sedangkan jawaban Tidak maka akan diberikan nilai 0. c. Untuk jawaban a/b/c/d/e, penilaian didasarkan pada judgement dengan kriteria sebagai berikut: Jika jawaban "a" (memenuhi hampir seluruh kriteria/ lebih dari 80% s/d 100%) maka diberi nilai 1. Jika jawaban "b" (memenuhi sebagian besar kriteria/ lebih dari 60% s/d 80%) maka diberi nilai 0,75. Jika jawaban "c" (memenuhi sebagian kriteria/ lebih dari 40% s/d 60%) maka diberi nilai 0,50 Jika jawaban "d" (memenuhi sebagian kecil kriteria/ lebih dari 20% s/d 40%) maka diberi nilai 0,25. Jika jawaban "e" (sangat kurang memenuhi kriteria/ kurang dari 20%) maka diberi nilai 0. d. Khusus untuk penilaian tertentu, penilaian didasarkan pada judgement dengan skala 0-10 menggunakan uraian penilaian pada lembar kerja/kertas kerja tambahan secara bebas guna menampung kriteria penilaian berupa ketentuan atas pelayanan tertentu maupun prestasi "Anti Korupsi" lainnya.

2. Penyimpulan atas hasil penilaian kriteria WBK dilakukan dengan menjumlahkan angka tertimbang dari masing-masing komponen. Nilai hasil akhir dari penjumlahan komponen-komponen akan dipergunakan untuk menentukan status WBK yang bersangkutan dengan kategori sebagai berikut: a. Kategori WBK ditentukan sebagai berikut: Nilai lebih dari 85 s/d 100 dikategorikan sebagai "WBK1". Nilai lebih dari 75 s/d 85 dikategorikan sebagai "WBK2". Nilai lebih dari 65 s/d 75 dikategorikan sebagai "WBK3". Nilai lebih dari 50 s/d 65 dikategorikan sebagai "WBK4". Nilai lebih dari 30 s/d 50 dikategorikan sebagai "WBK5". Nilai 0 s/d 30 dikategorikan sebagai "WBK6". b. Status WBK ditentukan sebagai berikut: Nilai lebih dari 75 s/d 100 (Kategori WBK1 dan WBK2) berstatus sebagai "WBK". Nilai lebih dari 50 s/d 75 (Kategori WBK3 dan WBK4) berstatus sebagai. "Belum WBK". Nilai 0 s/d 50 (Kategori WBK5 dan WBK6) berstatus sebagai "Tidak WBK".