BAB IV PROSEDUR KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

tak dengan oksigen dalam udara. Semakin tinggi kecepatan dan lama sentrifugasi terhadap minyak kelapa murni maka akan lebih mudah teroksidasi.

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

Lampiran 1 Prosedur Analisis Metil Ester Stearin

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

Lampiran 1. Prosedur Analisis Proksimat Biji Jarak Pagar 100%

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif untuk mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Metode Penelitian. Ekstraksi Minyak Biji Kamandrah Metode Pengempaan

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB V METODOLOGI. Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

a. Kadar Air (SNI) ), Metode Oven b. Kadar Abu (SNI ), Abu Total

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

FORMULASI DAN UJI STABILITAS SIRUP TEPUNG KANJI. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung Semarang 2

Bab III Metodologi Penelitian

LAMPIRAN 1 CARA KERJA PENGUJIAN FISIKOKIMIA

Bab III Metodologi Penelitian

LAMPIRAN 1 PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Materi

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

LAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Aminofilin (Jilin, China), teofilin (Jilin, China), isopropil miristat (Cognis

Transkripsi:

BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pengumpulan Bahan Bahan berupa minyak kemiri (Aleurites moluccana L.) diperoleh dari rumah industri minyak kemiri dengan nama dagang Minyak kemiri alami 100%, VCO diperoleh di sekolah ilmu dan teknologi hayati (SITH) ITB. Karakterisasi bahan dilakukan di laboratorium jasa uji FTIP (Fakultas Teknologi Industri Pertanian) jurusan TIP (Teknologi Industri Pangan) UNPAD-Bandung, Jawa Barat. 4.2. Karakterisasi Minyak Karakterisasi minyak diperlukan untuk mengetahui sifat-sifat fisika dan kimia, kualitas, kemurnian dan mencegah pemalsuan. karakterisasi minyak kemiri yang dilakukan meliputi : 1. Pengamatan organoleptis Pengamatan organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. 2. Penentuan bobot jenis (BJ) Penentuan bobot jenis diukur dengan cara menimbang piknometer kosong, kemudian diisi dengan air suling sampai penuh dan ditimbang kembali. Minyak kemiri yang akan diukur bobot jenisnya dimasukan kedalam piknometer kosong dan ditimbang kembali. Bobot jenis (BJ) minyak dihitung dengan membandingkan berat minyak dan berat air dalam piknometer yang sama, pada suhu yang sama. 32

33 3. Penetapan indeks bias (n d ) Penetapan indeks bias dilakukan dengan menggunakan refraktrometer ABBE. Dengan cara meneteskan minyak diatas prisma, kemudian diamati skala yang terlihat pada refraktrometer sebagai harga indeks bias minyak. 4. Penetapan bilangan asam Penetapan bilangan asam dilakukan dengan meninmbang 10 gr minyak, dimasukan ke dalam labu Erlenmeyar 250 ml, ditambahkan 50 ml campuran etanol (95 %) P dan eter netral (1 : 1), kemudian dipanaskan dalam penangas air sambil diaduk, lalu dititrasi denga larutan KOH 0,1 N menggunakan indikator fenolftalein. Titrasi dilakukan sampai warna merah mudah tidak hilang selama 10 detik. 5. Penetapan bilangan iodium Penetapan bilangan iodium dilakukan dengan menimbang 200 mg minyak, dimasukan ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml betutup, dilarutkan dalam 10 ml karbon tetraklorida, dan ditambahkan 20 ml larutan ioklorida LP, kemudian ditutup rapat dan disimpan selama 30 menit dalam tempat terlindung cahaya dengan sekali dikocok. Setelah homogen berturut- turut ditambahkan 20 ml KI dan 100 ml air, kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator larutan kanji sampai warna biru hilang, serta dilakukan penetapan blanko. 6. Penetapan bilangan penyabunan Penetapan bilangan penyabunan dilakukan dengan menimbang 2 gr minyak, dimasukan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, dan ditambahkan

34 25 ml larutan kalium hidroksida dalam etanol 0,5 N. kemudian dipanaskan, dan dititrasi selagi panas dengan asam klorida 0,5 N menggunakan indikator 1 ml fenolftalein sampai warna merah jambu hilang, dan dilakukan penetapan blanko. 4.3. Optimasi Formulasi Mikroemulsi Orptimasi formula ditujukan untuk menentukan konsentrasi bahan tambahan yang tepat dalam formulasi sediaan mikroemulsi yang akan dibuat agar diperoleh sediaan mikroemulsi yang stabil dan memenuhi persyaratan farmasetika. Tabel IV.1 Formula A (mikroemulsi minyak kemiri) Bahan Formula % F1 F2 F3 F4 Minyak kemiri 10 10 10 10 Tween 80 20 25 30 35 Gliserin 30 30 30 30 Aquadest ad 100 100 100 100 Bahan Tabel IV.2 Formula B (mikroemulsi VCO) Formula % F1 F2 F3 F4 VCO 10 10 10 10 Tween 80 20 25 30 35 Gliserin 30 30 30 30 Aquadest ad 100 100 100 100

35 Tabel IV.3 Formula C (mikroemulsi minyak kemiri + VCO) Bahan Formula % F1 F2 F3 F4 Minyak kemiri 5 5 5 5 VCO 5 5 5 5 Tween 80 20 25 30 35 Gliserin 30 30 30 30 Aquadest ad 100 100 100 100 4.3.1. Evaluasi hasil optimasi 1) Uji sentrifugasi Uji semtrifugasi dilakukan pada kecepatan 2000 rpm selama 5 jam. Dan diamati terjadinya pemisahan fase setiap interval 1 jam. 2) Metode freeze-thaw Evaluasi sediaan fisik dengan metode freeze thaw dilakukan pada suhu rendah 4 o C dan suhu tinggi 40 o C selama 5 siklus. Satu siklus terdiri dari 48 jam pada suhu rendah dan 48 jam pada suhu tinggi. Perubahan organoleptis yang terjadi pada setiap siklus kemudian diamati. 4.4. Pembuatan Mikroemulsi Langkah-langkah yang dilakukan dalam formulasi mikroemulsi adalah sebagai berikut : Aquadest dipanaskan sampai suhunya sekitar 50 o C, kemudian larutkan komponen surfaktan (tween 80) ke dalam aquadest tersebut sambil diaduk secara konstan dengan menggunakan stirrer, pada suhu 50 o C, fase minyak ditambahkan ke dalam stirrer, dihomogenkan, lalu ditambahkan

36 komponen kosurfaktan (gliserin) sampai terbentuk larutan mikroemulsi yang homogen, jernih dan transparan. 4.4.1 Uji stabilitas Sediaan mikroemulsi disimpan pada suhu kamar selama 28 hari, setiap 7 hari diambil sampel untuk dilakukan evaluasi. Beberapa pengujian yang dilakukan untuk mengetahui stabilitas dari sediaan mikroemulsi antara lain : 1) Pengamatan organoleptis Pengamatan yang dilakukan meliputi perubahan warna, bau dan kejernihan dari sediaan mikroemulsi pada suhu kamar selama 4 minggu. 2) Pengamatan ph Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan ph meter digital. Elektroda pada ph meter digital dicelupkan kedalam sediaan mikroemulsi sampai menunjukan angka yang stabil. Pengukuran dilakukan pada suhu 40 o C setiap minggu selama 4 minggu penyimpanan (Rahmawati J, 2003). 3) Pengukuran Viskositas Pengukuran viskositas dengan menggunakan alat viskometer Brookfield RV. Cara evaluasi yaitu sampel sediaan dimasukan ke dalam wadah yang tersedia pada alat, kemudian diletakan dibawah alat viskometer Brookfield dengan spindel yang sesuai dengan putaran 50 rpm. Angka. Pengukuran dilakukan setiap minggu selama 4 minggu penyimpanan pada suhu 40 o C (Lachman L et al., 1994).

37 4.5. Pengujian Secara In-vivo 4.5.1. Cara pemberian sediaan Tikus putih jantan galur Wistar yang akan digunakan diaklimitasi terlebih dahulu selama dua minggu. Rambut pada bagian punggung masing-masing tikus dicukur dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian kiri dan kanan dengan alat pencukur rambut dengan luas 4x4 cm. Tikus-tikus tersebut terbagi menjadi empat kelompok tiap kelompok terdiri dari empat hewan percobaan. Kelompok ke-1 merupakan kelompok kontrol negatif yang tanpa diberi sediaan uji, kelompok ke-2 dioleskan sediaan mikroemulsi kemiri dan minyak kemiri, kelompok ke-3 dioleskan sediaan mikroemulsi VCO dan VCO, kelompok ke-4 dioleskan sediaan mikroemulsi kombinasi keduanya dan kombinasi minyak kemiri dan VCO. Setelah diperoleh rambut yang pendek, lalu dioleskan krim depilatori (krimveet ) selama 3-5 menit pada bagian yang dicukur tersebut. Setelah itu, bilas dengan air hingga rambut rontok dan dibersihkan dengan menggunakan tisuue. Pada bagian punggung tikus yang dicukur dibuat kotak dengan luas 2x2 cm untuk tiap daerah uji dengan menggunakan spidol. Tikus didiamkan selama 24 jam, daerah kiri dioleskan dengan sediaan uji dan daerah kanan dioleskan minyak tanpa diformulasi. Pengolesan dilakukan selama 3-4 minggu sebanyak 1 ml satu kali sehari (kecuali tikus kelompok kontrol) dengan pengamatan pertumbuhan rambut dilakuan setiap minggu (Adhirajan, 2003).

38 4.5.2. Pengamatan Pertumbuhan Rambut Efek terhadap pertumbuhan rambut ditentukan melalui pengamatan ada atau tidaknya rambut yang tumbuh dan panjang setiap minggu setelah 4 minggu pengamatan. Pengamatan panjang rambut pada tiap daerah dilakukan pada hari ke-7, 14 dan 21. Sebanyak 10 helai rambut tikus terpanjang diukur panjangnya dengan menggunakan jangka sorong. Data rata-rata panjang rambut yang diperoleh diolah secara statistik untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna antara daerah uji dengan daerah kontrol. Selain mengukur panjang rambut, pengukuran bobot rambut juga dilakukan untuk mengetahui kelebatan rambut. Pengukuran bobot dilakukan pada hari ke-21 dengan cara mencukur rambut yang tumbuh pada daerah uji kemudian ditimbang. Hasil yang diperoleh di hitung secara statistik (Adhirajan, 2003). 4.7. Uji Statistika Data hasil pengukuran pertumbuhan rambut pada semua kelompok hewan percobaan diuji secara statistika dengan metode ANOVA one way yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan bermakna atau tidak terhadap pertumbuhan rambut pada tiap formula. Dengan pengambilan keputusan: 1) Jika nilai signifikasi 0,05 maka H 0 ditolak. 2) Jika nilai signifikasi 0,05 maka H 0 diterima.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Bahan Pada penelitian ini telah dibuat sediaan mikroemulsi dengan bahan aktif minyak kemiri (Aleurites moluccana L.), VCO (Virgin Coconut Oil) serta kombinasi keduanya diketahui memiliki aktivitas sebagai penumbuh rambut. Secara tradisional minyak ini sudah biasa digunakan sebagai minyak penyubur rambut oleh masyarakat Indonesia. Bahan baku minyak kemiri yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Pasir Awi, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Sedangkan untuk bahan baku VCO diperoleh di sekolah ilmu dan teknologi hayati (SITH) ITB. 5.2 Pemeriksaan Parameter Fisik dan Kimia Minyak Sifat fisik minyak merupakan suatu tetapan yang konstan pada kondisi yang tetap dan sifat fisik ini berguna untuk mengetahui kemurnian minyak. Analisis sifat kimia bertujuan untuk menentukan mutu dan persentase jumlah senyawa yang terdapat dalam minyak. Secara langsung mutu minyak sangat ditentukan oleh sifat fisika dan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Sifat fisik dan kimia dapat dijadikan kriteria untuk menentukan kemurnian minyak (Ketaren, 1996). 39