BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemiskinan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga dan pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan sektor industri yang berbasis sektor agribisnis sangat

BAB V PEMBAHASAN. mengkaji hakikat dan makna dari temuan penelitian, masing-masing temuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Provinsi Jambi memiliki sumberdaya perikanan yang beragam dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

BAB I PENDAHULUAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB I PENDAHULUAN. didominasi oleh usaha tani kecil yang dilaksanakan oleh berjuta-juta petani yang

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang berisi

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan ketidakpastian ekonomi, karena kesulitan hidup yang dihadapi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap,

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di sebuah lingkungan. pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya 1.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan yang tinggal di pedesaan merupakan penyumbang terbesar jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk lain yang memiliki sumber pendapatan dari sektor-sektor lainnya, seperti industri manufaktur, keuangan, dan perdagangan. Pusat Data dan Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian (2013) menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin berdasarkan lapangan pekerjaan, diperoleh data bahwa jumlah penduduk miskin yang berumur 15 tahun ke atas yang bekerja pada sektor pertanian pada tahun 2012 terdapat 6.028.503 orang yang terdiri dari 3.795.976 orang yang bekerja pada Subsektor Tanaman Pangan, 340.615 orang yang bekerja pada Subsektor Hortikultura, 1.401.721 orang pada Subsektor Perkebunan dan 490.190 orang yang bekerja pada Subsektor Peternakan. Dari subsektor-subsektor tersebut, penduduk miskin yang paling besar jumlahnya adalah yang bekerja pada Subsektor Tanaman Pangan yakni 62.97 persen dari total penduduk miskin sektor pertanian. Penduduk miskin di sektor pertanian jumlahnya lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya disebabkan oleh faktor-faktor: a) distribusi lahan yang timpang, b) pendidikan petani dan pekerja yang rendah, c) sulitnya mendapatkan modal, dan d) nilai tukar petani yang terus menurun dan diperburuk akibat maraknya alih fungsi lahan dari fungsi sebagai

2 pertanian beralih fungsi untuk kegiatan-kegiatan non pertanian. Kesulitan modal untuk usaha tani dan kebutuhan dana cash untuk menunjang kebutuhan hidup mulai masa tanam sampai dengan masa menunggu penjualan hasil panen, mengakibatkan banyak petani terjebak sistem ijon dan atau hutang kepada para tengkulak. Konsekuensinya, tengkulak akan mematok harga hasil panen dengan harga rendah mengingat petani sudah tidak memiliki posisi tawar yang kuat. Permasalahan kemiskinan juga terjadi pada penduduk yang tinggal di wilayah pesisir. Mereka sebagian besar hidup bergantung pada pemanfaatan sumber daya perikanan di laut dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan skala kecil dan tradisional dengan kapasitas kapal di bawah 30 gross ton (GT). Jumlah nelayan yang cukup besar tersebut ternyata kurang menjadi perhatian pemerintah karena konsep pembangunan nasional dan kebijakan-kebijakan yang disusun masih berorientasi ke darat. Keadaan demikian mengakibatkan potensi perikanan tangkap yang melimpah tersebut belum dikelola dengan baik dan optimal sehingga sebagian besar nelayan-nelayan di Indonesia berada dalam kondisi miskin. Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) dalam Kompas, 5 Oktober 2012 menyebutkan bahwa jumlah nelayan miskin saat ini sekitar 7,87 juta orang atau sekitar 25,14 persen dari jumlah penduduk miskin di Indonesia. Di dalam wilayah lautan Indonesia yang luasnya mencapai 5,8 juta km 2, tersimpan potensi sumberdaya alam yang luar biasa, baik dari kuantitas maupun diversitas, khususnya sumberdaya perikanan laut. Berbagai jenis ikan bernilai ekonomis tinggi antara lain : tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi, ikan-ikan karang (kerapu, baronang, udang barong/lobster), ikan hias

3 dan kekerangan termasuk rumput laut banyak ditemukan di wilayah perairan laut Indonesia. Terkait potensi tersebut khususnya potensi perikanan tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012) merilis data bahwa potensi lestari (maximum sustainable yield/msy) sumberdaya perikanan tangkap di wilayah perairan laut Indonesia sekitar 6,5 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5,71 juta ton pada 2011 (77,38%). Bekerja sebagai nelayan di laut merupakan pekerjaan yang sangat dipengaruhi faktor alam sehingga pendapatan yang diperoleh nelayan tidak pasti dan berfluktuasi sepanjang tahun berdasarkan musim serta harga ikan. Musim timur merupakan musim ikan di mana hasil tangkapan biasanya melimpah, sebaliknya musim barat, cuaca buruk dan masa-masa peralihan musim merupakan musim paceklik bagi nelayan karena umumnya angin bertiup kencang yang menimbulkan gelombang besar dan badai sehingga banyak nelayan yang tidak dapat pergi melaut karena sangat berbahaya. Jumlah pendapatan nelayan sulit ditentukan besarannya pada setiap kali melaut dan memiliki sifat harian (daily increments). Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan pada suatu saat melimpah tetapi tidak jarang hasilnya sangat kurang. Nelayan seringkali tidak dapat menutup biaya operasional untuk melaut karena tidak seimbang dengan modal yang telah dikeluarkan. Dengan kondisi demikan, nelayan mengalami kesulitan dalam merencanakan penggunaan pendapatannya dan cenderung membelanjakan uangnya segera setelah hasil tangkapan terjual sehingga kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan penduduk yang bermata pencaharian di

4 daratan. Di lain pihak, tingkat kompetisi antar nelayan pada saat ini semakin tinggi karena sumberdaya ikan yang semakin terbatas dan jumlah nelayan yang terus bertambah. Sebagai dampaknya, nelayan semakin sulit untuk melakukan aktivitas ekonomi dan mempertahankan kelangsungan hidup ekonomi rumah tangganya yang juga memiliki keterbatasan teknologi, modal, memahami kondisi musim ikan yang sulit diprediksi, tingkat pendidikan yang rendah, hutang piutang dan posisi tawar yang rendah. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh petani dan nelayan sebagaimana disebutkan di atas, ternyata juga dihadapi oleh komunitas nelayan di Kabupaten Gunungkidul, khususnya penduduk yang berprofesi sebagai petani dan sekaligus sebagai nelayan di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari. Pada awalnya seluruh nelayan tersebut adalah petani lahan kering yang menggarap lahan yang kurang subur dan tidak produktif hasilnya. Penduduk Desa Kemadang yang menekuni aktivitas sebagai nelayan tersebut tidak sepenuhnya menjadi nelayan tetapi tetap menjalankan aktivitasnya sebagai petani. Akar sejarah sebagai nelayan yang tidak kuat dan tingginya kepercayaan terhadap halhal gaib tentang pantai selatan Jawa, mengakibatkan perkembangan aktivitas kenelayanan di Desa Kemadang berjalan sangat lambat. Perkembangan jumlah nelayan yang signifikan terjadi pada saat booming lobster tahun 1997-1998. Banyak warga Desa Kemadang yang semula merupakan petani beralih profesi menjadi nelayan karena besarnya pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan lobster.

5 Penduduk Desa Kemadang yang menggeluti aktivitas kenelayanan dapat dikategorikan sebagai nelayan tradisional karena sarana dan prasarana yang digunakan untuk melaut masih tradisionnal. Keterbatasan sarana yang digunakan, maka umumnya nelayan Desa Kemadang memiliki jangkauan wilayah penangkapan ikan rata-rata < 4 mil laut. Nelayan Desa Kemadang pergi melaut pada saat pagi hari dan kembali saat siang hari pada hari yang sama (one day fishing). Dari hasil observasi awal diketahui bahwa jumlah kapal dan nelayan saat ini sudah tidak sebanding dengan area penangkapan ikan untuk jangkauan < 4 mil laut. Akibatnya tingkat persaingan antar nelayan yang terjadi semakin tinggi dan dikeluhkan oleh para nelayan bahwa jumlah ikan hasil tangkapan yang diperoleh semakin menurun. Hal tersebut tampak dari data produksi hasil tangkapan ikan di TPI Baron antara tahun 1998-2011 pada gambar sebagai berikut. 250.000,00 200.000,00 150.000,00 100.000,00 50.000,00 0,00 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Gambar 1.1 Produksi Hasil Tangkapan Ikan TPI Baron 1998-2011 (Kg) Sumber: Profil Kelompok Usaha Bersama Pantai Baron 2012

6 Kondisi cuaca yang sulit diprediksi, ombak besar, masa peralihan musim dan badai mengakibatkan nelayan Desa Kemadang seringkali tidak dapat pergi melaut. Dalam kurun waktu 1 (satu) tahun, nelayan Desa Kemadang hanya dapat pergi melaut rata-rata 6 8 bulan dan itu pun tidak selalu memperoleh ikan hasil tangkapan. Dalam menghadapi tekanan dan ancaman terhadap kelangsungan hidup serta masa depan yang tidak dapat diprediksi, maka setiap individu mempunyai respon berbeda. Wallace (1966) menyebutkan bahwa dalam menghadapi tekanan dan ancaman tersebut, ada dua pilihan solusi yang dapat diambil, pertama, persoalan diterima dengan penuh kesabaran dan toleransi, misalnya mengembangkan sikap nrimo, menerima dengan ikhlas kondisi yang selama ini dihadapi sebagai takdir Tuhan, melakukan pola hidup sederhana, dan belajar pada kesulitan hidup masa lalu sehingga secara psikologis persoalan hidup yang dihadapi tidak dipandang sebagai suatu hal yang berat. Kedua, melakukan identifikasi dan memetakan sumber permasalahan dengan mengembangkan upaya antisipasi peluang untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Peluang-peluang yang dipilih untuk mengatasi persoalan kelangsungan hidup penduduk Desa Kemadang sangat tergantung pada tingkat kerentanan keluarga dan tingkat krisis yang dialami. Penentuan pilihan peluang yang diambil tersebut juga memperhitungkan faktor demografis, sosial ekonomi, faktor geografis/lingkungan, struktur sumberdaya desa dan karakteristik penduduk.

7 1.2. Permasalahan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana peluang bertahan hidup yang dilakukan penduduk Desa Kemadang dalam menghadapi permasalahaan ketidakpastian pendapatan dan kondisi lingkungan di darat dan di laut yang "ekstrim", menjadi suatu strategi bertahan hidup? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan permasalahan-permasalahan terkait aktivitas bertani dan kenelayanan yang dihadapi penduduk Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari. 2. Menemukan upaya peluang bertahan hidup yang dilakukan oleh penduduk Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi ketidakpastian pendapatan yang diperoleh dari hasil bertani dan melaut sebagai suatu strategi bertahan hidup. 1.4. Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup substansi pada peluang bertahan hidup yang dimiliki penduduk Desa Kemadang dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di dua dunia, yaitu di darat dan laut. Untuk lingkup obyek penelitian lebih difokuskan kepada penduduk Desa Kemadang yang memiliki profesi ganda, sebagai petani dan sekaligus sebagai nelayan. Sedangkan dari

8 lingkup temporal, penelitian dilaksanakan pada kurun waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi masyarakat Gunungkidul: dapat memberikan gambaran alternatifalternatif peluang pekerjaan yang dapat dilakukan untuk menambah pendapatan di tengah ketidakpastian pendapatan dari usaha di darat dan di laut sebagai strategi bertahan hidup. 2. Bagi pemerintah daerah: dapat memberi masukan kepada pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan dan langkah-langkah tindaklanjut dalam menangani permasalahan sosial ekonomi yang terjadi dalam komunitas bertani-nelayan di Kabupaten Gunungkidul untuk pengembangan lapangan kerja yang menjawab permasalahan wilayah. 3. Bagi ilmu pengetahuan: dapat memberikan sumbangan kajian terkait berbagai peluang strategi bertahan hidup masyarakat pesisir yang hidup di dua dunia dengan kondisi "ekstrim" dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. 1.6. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan sementara penulis yang masih terbatas pada perpustakaan Pasca sarjana Universitas Gadjah Mada, penelitian dengan fokus yang sejenis tentang strategi bertahan hidup nelayan pernah dilakukan oleh

9 beberapa peneliti tetapi memiliki perbedaan lokus dan metode yang digunakan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan strategi bertahan hidup yang pernah dilakukan di antaranya oleh Utomo (2011), Antono (2005) dan Prajitno (2012). Utomo (2011) pada penelitian yang dilakukan di Desa Marimbati, Kabupaten Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, ingin mengetahui strategi pertahanan hidup dalam menghadapi permasalahan yang dialami oleh masyarakat nelayan ketika mengatasi beban dan persoalan kehidupan sehari-hari. hal tersebut menarik untuk diungkap mengingat masyarakat nelayan di Desa Marimbati tersebut berada dalam kemiskinan dan terpuruk meskipun di kelilingi oleh sumberdaya pesisir dan laut yang melimpah. Untuk mengungkapkan jawaban atas permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan eksploratif dan analisa data secara induktif. Penelitian lainnya dilakukan oleh Antono (2005) untuk mengungkapkan, pertama profil rumah tangga dan karakteristik nelayan asal petani di Pantai Selatan Bantul; kedua hubungan profil rumah tangga dengan strategi adaptasi kelangsungan hidup nelayan asal petani di Pantai Selatan Bantul, dan ketiga hubungan tingkat pendidikan dan pengalaman sebagai nelayan dengan tingkat keberhasilan dari strategi adaptasi kelangsungan hidup nelayan asal petani di Pantai Selatan Bantul. Lokus penelitian di Pantai Selatan Bantul dengan menggunakan metode survai dan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara berdasar kuisioner kepada 120 orang/responden yang ditentukan secara purposive sampling. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan metode statistik (koefisien kontingensi (K)).

10 Sedangkan Prajitno (2012), melakukan penelitian di Laguna Segara Anakan Cilacap dengan obyek yang diteliti adalah nelayan Kampung Laut. Saat ini, nelayan Kampung Laut mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dari hasil menangkap ikan yang telah dilakukan secara turun temurun akibat terjadinya pendangkalan dan penyempitan laguna. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana masyarakat Kampung laut dapat bertahan hidup dalam situasi kerusakan sumberdaya alam laguna Segara Anakan. Untuk memperoleh jawaban atas permasalahan tersebut, peneliti menguraikan strategi nelayan Kampung laut dengan menggunakan metode induktif kualitatif. Perbedaan mendasar pada tema penelitian yang dilakukan saat ini berkaitan dengan peluang bertahan hidup masyarakat yang hidup di dua dunia. Perbedaan dengan ketiga penelitian terdahulu sebagaimana diuraikan di atas adalah kekhasan obyek penelitian yaitu penduduk Desa Kemadang yang hidup dengan kondisi lingkungan tempat tinggal di darat dan tempat bekerja di laut yang "ekstrim", masih kental dengan budaya, tradisi dan kepercayaan terhadap hal-hal gaib. Hal tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan peluang bertahan hidup yang dipilih berdasarkan potensi-potensi yang ada di sekitar tempat tinggalnya, menjadi temuan peneliti berupa strategi bertahan hidup penduduk yang hidup di dua dunia. 1.7. Sistematika Penulisan berikut: Hasil penelitian ini disajikan dengan urutan dan sistematika penulisan sebagai

11 Bab I Pendahuluan Bab ini berisi mengenai latar belakang, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan mengenai kehidupan di dua dunia sebagai peluang antisipasi untuk bertahan hidup; Bab II Tinjauan Pustaka Membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan sumberdaya dua dunia berupa sumberdaya pertanian dan sumberdaya pesisir dan laut, mata pencaharian sebagai petani dan nelayan, kemiskinan yang mencakup konsep, penyebab dan kategorisasinya, kemiskinan petani dan nelayan, dan konsep multi peluang bertahan hidup. Bab III Metode Kerja Penelitian Pada bab ini diuraikan metode kerja penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian, terdiri dari uraian tentang metode penelitian induksi, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data secara induktif. Bab IV Gambaran Umum Wilayah Penelitian Pada bab ini diuraikan gambaran umum wilayah penelitian, kondisi wilayah pesisir dan laut serta aktivitas di darat dengan akivitas bertani, perikanan tangkap dan aspek-aspek terkait yang meliputi penggunaan lahan, kependudukan, sarana dan prasarana, matapencaharian, dan aspek sosial budaya, historiografi penduduk Desa Kemadang yang berprofesi sebagai petani dan nelayan.

12 Bab V Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi tentang uraian hasil penelitian dan hasil analisis terhadap seluruh data yang diperoleh berupa fenomena-fenomena peluang kegiatan antisipasi kesulitan hidup, kategorisasi yang mengerucut pada temuan penelitian berupa strategi bertahan hidup penduduk Desa Kemadang di dua dunia. Bab VI Kesimpulan Bab ini merupakan penutup dari penyusunan tesis yang berisi kesimpulan tentang peluang antisipasi bertahan hidup yang menjadi strategi bertahan hidup penduduk Desa Kemadang dan rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan sebagai upaya perbaikan lapangan kerja baik di darat dan di laut.