NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU KALSINASI DAN SINTER

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metoda Lelehan

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

ABSTRAK. Kata Kunci: Superkonduktor Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz, wet-mixing, nanopartikel, sintering, ferromagnetik, XRD, TEM, VSM.

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : xnd x )Cu 3 O 10+δ ) M. Sumadiyasa Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana Bali

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sifat superkonduktivitas bahan ditemukan pertama kali oleh Heike Kammerlingh

OPTIMASI KOMPOSISI MOLAR AWAL OFF-STOIKHIOMETRI PADA SINTESIS SUPERKONDUKTOR SISTEM Bi-2223

PROSES PEMBUATAN MATERIAL SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN METODA PADATAN

The DC Electrical Resistivity Curves of Bismuth-2212 Ceramic Superconductors: Evaluation of the Hole-Carrier Concentrations per-cu Ion

PENGARUH DOPAN Pb TERHADAP FRAKSI VOLUME KRISTAL SUPERKONDUKTOR B(P)SCCO-2212

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

PENGGUNAAN DOPAN Pb, Ba DALAM SINTESIS BAHAN SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O FASA 1223 MELALUI METODE PENCAMPURAN BASAH

XRD ANALYSIS OF Bi-2212 SUPERCONDUCTORS: PREPARED BY THE SELF-FLUX METHOD

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF

SINTESIS DAN KARAKTERISASI UNDER-DOPED SUPERKONDUKTOR DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BAHAN MIKROPARTIKEL BERBASIS BSCCO FASA 2223 DI DOPING Sn DAN Pb

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

II. TINJAUAN PUSTAKA. walaupun tanpa adanya sumber tegangan (Rusdi, 2010). Suatu superkonduktor

ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ ELECTRON-DOPED

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

VARIASI DOPING Pb TERHADAP PERTUMBUHAN FASE BAHAN SUPERKONDUKTOR Bi-2212 PADA KADAR Ca 1,10 DAN SUHU SINTERING 830. (Skripsi) Oleh Riandini Pratiwi

THE EFFECT OF Pb DOPANT ON THE VOLUME FRACTION OF BSCCO-2212 SUPERCONDUCTING CRYSTAL

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

The Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

SUPERKONDUKTOR 1. Sejarah Superkonduktor 2. Teori Superkonduktor 2.1. Pengertian Superkonduktor

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

SINTESIS BAHAN SUPERKONDUKTOR BiSr 2 CaCu 2 O y (Bi-1212) DENGAN VARIASI DOPAN MELALUI METODE PENCAMPURAN BASAH

Sintesis Bahan Ubahan Gradual Aluminum Titanat/Korundum dari Alumina Transisi dengan Penambahan MgO

Bab III Metodologi Penelitian

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. hingga suhu 4 K atau -269ºC. Kemudian Onnes pada tahun 1911 mulai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun Sebelumnya, pada

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

REFINEMENT STRUKTUR KRISTAL SUPERKONDUKTOR BSCCO 2212 DENGAN SUBSTITUSI Pb

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

BAB IX SUPERKONDUKTOR

PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA DAERAH UNDER-DOPED

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks SKRIPSI

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2223 YANG DISINTESIS DENGAN METODE REAKSI PADATAN

IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

J. Aceh Phys. Soc. Vol. 7, No. 2 pp.31-38, 2018 e-issn:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

4 Hasil dan pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

METALURGI Available online at

SINTESIS MATERIAL FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba0,75Sr0,25TiO3) MENGGUNAKAN METODE CO-PRECIPITATION

Bab III Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas

EFEK DOPING Ni DALAM SINTESIS MATERIAL MULTIFERROIK BiFeO3 BERBASIS PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI. Hariyanto

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

FABRIKASI POLIANILIN-TiO 2 DAN APLIKASINYA SEBAGAI PELINDUNG ANTI KOROSI PADA LINGKUNGAN STATIS, DINAMIS DAN ATMOSFERIK

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating

PENGARUH VARIASI PERLAKUAN DOPING Pb PADA Bi DALAM SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO TERHADAP EFEK MEISSNER DAN SUHU KRITIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

PEMBUATAN BATANG PELET La 2-2X Sr 1+2X Mn 2 O7 SEBAGAI BAHAN PENUMBUH KRISTAL TUNGGAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

PENGARUH PERUBAHAN SUHU SINTERING PADA SINTESIS SUPERKONDUKTOR Pb 2 Ba 2 Ca 2 Cu 3 O 9

4 Hasil dan Pembahasan

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

Transkripsi:

NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU KALSINASI DAN SINTER UTIYA HIKMAH, DARMINTO, MALIK ANJELH B. Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 e-mail : utiyahikmah@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan sintesis nanokristalin superkonduktor Bi 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ dan (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ dengan menggunakan metode pencampuran basah dan menggunakan larutan HNO 3 sebagai pelarut. Hasil sintesis tersebut dikalsinasi dengan variasi suhu 760 o C selama 4 jam dan 5 jam, 790 o C selama 1 jam dan 2 jan dan 800 o C selama 1 jam dan 2 jam. Selanjutnya disinter pada suhu 820 o C selama 1-3 jam. Selain itu juga dilakukan variasi suhu sintering yaitu 830 o C dan 840 o C. Dari hasil uji XRD diketahui telah terbentuk fasa Bi-2212 dengan ukuran kristal ~84,6 nm dan fraksi volume 71,2% sedangkan (Bi,Pb)2212 dengan suhu kalsinasi 760 o C selama 4 jam, 790 o C selama 1 jam dan 2 jam, 800 o C selama 2 jam dan suhu sinter 820 o C selama 1-2 jam menghasilkan ukuran kristal ~76,3 nm dan fraksi volume 77%. Kata Kunci : Superkonduktor, (Bi,Pb)-2212, pencampuran basah I. PENDAHULUAN Sejak ditemukannya material superkonduktor oleh H.K Onnes pada tahun 1911, terus dilakukan penelitian tentang bahan superkonduktor. Dengan harapan mendapatkan material superkonduktor dengan sifat-sifat karakteristik yang lebih baik. Kemudian pada tahun 1988 ditemukan superkonduktor kuprat (CuO) berbasis Bi, yaitu Bi-Sr-Ca-Cu-O dengan suhu kritis 100 K. Superkonduktor sistem Bi-Sr-Ca-Cu-O merupakan bahan superkonduktor suhu kritis tinggi (SKST) karena suhu kritisnya yang relatif tinggi (Darminto, 2009). Superkonduktor BSCCO berfase Bi 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ (Bi-2212) merupakan bahan superkonduktif yang memiliki suhu kritis (Tc) sekitar 80 K. Senyawa ini mudah membentuk fase senyawa dalam padatan polikristal dan tersedia metoda yang tepat dalam menumbuhkan kristal tunggal. Oleh karena itu, senyawa Bi-2212 banyak dijadikan model studi untuk superkonduktor berbasis Bismuth (Darminto, 2002). Ada beberapa metode dalam sintesis kristal superkonduktor Bi-2212, diantaranya adalah metode kopresipitasi dan metode pencampuran basah (Rahmawati, 2009). Dari metode pencampuran basah ini telah dihasilkan serbuk Bi-2212 dengan ukuran ~107 nm dengan proses sintering selama 6 jam. Dalam penelitian ini akan dilakukan variasi suhu kalsinasi untuk mengetahui pertumbuhan fasa Bi-2212. Dengan upaya ini diharapkan akan diperoleh material nanokristal superkonduktor Bi-2212 dengan sifat ukuran kristal yang lebih kecil dan fraksi volume lebih besar. II. DASAR TEORI Superkonduktor sistem Bi-2212 memiliki harga Tc sebesar 95 K dan dimensi konstanta kisi a=b 5,4 Å dan c 30,89 Å.

Sistem Bi-2212 mempunyai lapisan CuO 2 ganda, dua lapisan semikonduktor BiO dan lapisan isolator SrO. Di dalam kristal, Bi dan Sr mempunyai valensi masing-masing +3 dan +2. Bi-2212 mempunyai 2 lapisan CuO 2 (Darminto,2009). Kristal tunggal (susunan kisi-kisi atom yang teratur dan berulang) ini tidak bersifat konduktif jika δ (kandungan doping oksigen) = 0, dan bersifat superkonduktif (dibawah Tc~suhu ketika material menjadi superkonduktif) jika δ lebih besar dari 0. Proses pemberian doping dapat dilakukan dengan menambah kandungan oksigen yang membentuk lapisan BiO dan SrO pada sistem Bi-Sr-Ca-Cu-O. Penambahan ion-ion oksigen ini akan mempengaruhi keadaan-keadaan elektronelektron pada bidang kuprat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan elektronik (Rahmawati, 2009). Untuk menjaga kesetimbangan muatan, elektron akan berpindah dari bidang kuprat sehingga menyisakan lubang (hole), dan menimbulkan mobilitas pembawa muatan. Pada suhu dibawah Tc, peristiwa ini disertai pembentukan pasangan Cooper yang memunculkan gejala superkonduktivitas. Dari sini dapat dipahami bahwa konduktivitas pembawa muatan dari reservoir" ke dalam bidang CuO 2 secara bertahap akan menaikkan konduktivitas dalam bidang ab. Konduktivitas bidang kuprat meningkat dengan penambahan pembawa muatan sehingga superkonduktivitasnya akan meningkat. Setelah mencapai batas tertentu (penambahan doping telah optimal), konduktivitasnya akan menurun, hingga akhirnya hilang, demikian pula suhu kritisnya (Purwanda, 2005). Superkonduktor BiSrCaCuO memiliki karakteristik suhu kritis yang lebih rendah dibanding (Bi,Pb)SrCaCuO. Suhu transisi dari BiSrCaCuO adalah 61 K- 65 K (annealing 820 o dan 850 o C, sedangkan untuk (Bi,Pb)SrCaCuO adalah 86 K. Namun superkonduktor BiSrCaCuO memiliki resistivitas yang lebih besar dan nilai koefisien temperaturnya juga lebih tinggi dibanding (Bi,Pb)SrCaCuO. Suhu superkonduktor bergantung pada kekuatan bentuk granularitas dari bahan. Dibandingkan dengan BiSrCaCuO, superkonduktor (Bi,Pb)SrCaCuO memiliki sifat karakteristik yang lebih baik. Alasannya adalah karena ikatan jaringan antar butir pada BiSrCaCuO sangat lemah. Hubungan yang buruk pada kristalitas menunjukkan sangat tingginya resistivitas pada keadaan normal, koefisien temperatur resistivitas ( Miller W, 2005). III. METODE PENELITIAN a. Sintesis Bi-2212 dan (Bi,Pb)-2212 Bahan dasar Bi 2 O 3, SrCO 3, CaCO 3, CuO dengan perbandingan 2:2:1:2 masingmasing dilarutkan dengan larutan HNO 3 dan aquades. Selanjutnya, bahan dikeringkan pada suhu 150-200 C, dan dikalsinasi dengan variasi suhu 760 C selama 4 dan 5 jam, 790 C selama 1 dan 2 jam, 800 C selama 1 dan 2 jam. Setelah itu, bahan disintering pada suhu 820 C dengan variasi waktu 1-3 jam. Hal ini dilakukan utuk mengetahui ukuran kristal 150 nm. Selain itu juga dilakukan variasi suhu sinter 830 C, 840 C untuk memperoleh fraksi volum yang lebih besar. Setiap jam bahan dikarakterisasi dengan uji XRD (X-Ray Diffraction). Tahapan sintesis ini sama dengan (Bi,Pb)2212 dengan komposisi Bi 1.6 Pb 0.4 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ, namun untuk sampel (Bi,Pb)2212 hanya dilakukan variasi suhu kalsinasi 760 C selama 4 jam, 790 C selama 1 dan 2 jam dan 800 C selama 2 jam. b. Karakterisasi Sampel Pola difraksi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program fityk. Fityk adalah program untuk pencocokkan analisis fungsi nonlinier (khususnya bentuk puncak). Pada

prinsipnya, program ini sama dengan analisis single peak. Dimana, plotting puncak dilakukan secara manual. Untuk mencari nilai FWHM ditentukan terlebih dahulu peak yang akan dicari nilai FWHMnya. Dengan menggunakan Peak Shape Function (PSF) Voight, selanjutnya di run dan akan muncul nilai FWHM yang dicari. Setelah mendapatkan nilai FWHM, selanjutnya dilakukan perhitungan secara manual menggunakan persamaan Schererer : kk. λλ DD = (FFFFFFFF ssmm FFFFFFFF ssss ). cos θθ Keterangan : D = Ukuran kristal terkoreksi k = 0.9 λ = panjang gelombang (1.54056 Å) θ = posisi puncak FWHM sm = fwhm sampel FWHM st = fwhm standart IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil perhitungan diketahui bahwa untuk tiap variasi suhu kalsinasi fraksi volume sampel yang diperoleh juga berbeda. Secara umum menunjukkan peningkatan jumlah fraksi volume ketika suhu kalsinasi dinaikkan. Lama waktu sinter juga berpengaruh terhadap fraksi volume dan ukuran kristal. Pola difraksi untuk masing-masing sampel dengan variasi kalsinasi dan lama sinter menujukkan intensitas puncak yang berbeda. Semakin lama waktu sinter, intensitas puncak semakin tinggi yang menunjukkan semakin besar fasa Bi-2212 yang terbentuk. Hasil pengujian dengan XRD pada bahan Bi-2212 dan Bi,Pb 2212 untuk tiap jam terlihat pada Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3. Gambar 1. Pola difraksi Bi-2212 dengan suhu kalsinasi 790 o C selama 2 jam dengan variasi lama waktu sinter Gambar 2. Pola difraksi Bi-2212 dengan suhu kalsinasi 790 o C selama 2 jam dan variasi suhu sinter Gambar 3. Pola difraksi (Bi,Pb)2212 dengan suhu kalsinasi 760 o C selama 4 jam dengan variasi lama waktu sinter

Fraksi volume terbesar untuk sampel Bi-2212 adalah 71,2% dengan suhu kalsinasi 790 o C selama 2 jam dan suhu sinter 820 o C selama 4 jam dengan ukuran kristal 82,3 nm. Untuk variasi suhu sinter, fraksi volume terbesar fasa Bi-2212 adalah 64,7% dengan suhu kalsinasi 790 o C selama 2 jam dan suhu sinter 840 o C selama 1 jam. Sedangkan untuk sampel BiPb-2212 fraksi volume terbesar adalah 77,7% dengan ukuran kristal 67,9 nm dengan suhu kalsinasi 800 o C. Secara keseluruhan fraksi volume dan ukuran kristal semakin membesar ketika suhu kalsinasi dinaikkan atau waktu sinter diperpanjang. Hal ini dikarenakan selama proses sintering, gaya kohesi antar partikelpartikel penyusun meningkat dan terjadi pemadatan yang ditandai dengan berkurangnya porositas. Eliminasi porositas terjadi melalui difusi batas antar butir dan pertumbuhan butir. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Rahmawati, 2009) yang menyatakan bahwa meningkatnya waktu sintering memicu pertumbuhan fasa Bi-2212. Fraksi volume yang diperoleh pada (Bi,Pb)2212 lebih besar dibandingkan Bi- 2212 tanpa doping. Hal ini membuktikan bahwa dengan penambahan Pb pada Bi- 2212 akan memicu pertumbuhan fasa lebih cepat dibandingkan sampel tanpa doping Pb. Hal ini dikarenakan titik leleh dari Pb lebih rendah dibanding atom Bi, Sr,Ca dan Cu, sehingga pada saat sintering terjadi difusi dan substitusi atom Bi oleh Pb. KESIMPULAN DAN SARAN Telah berhasil disintesis dalam penelitian ini superkonduktor Bi 2212 nanokristalin sampai ~ 84,6 nm baik tanpa doping Pb maupun dengan doping Pb melalui percampuran basah menggunakan HNO 3. Digunakan penambahan Pb pada Bi- 2212 adalah untuk mempercepat proses pembentukan dan penumbuhan kristal Bi- 2212. Variasi suhu kalsinasi dan lamanya proses sintering mempengaruhi ukuran kristal dan fraksi volume fase 2212 yang terbentuk. Dengan adanya serbuk berukuran kristal < 100 nm pada (Bi,Pb) 2212 diharapkan dapat dilakukan kajian lebih lanjut sifat sifat uniknya maupun potensi aplikasi praktisnya. DAFTAR PUSTAKA Callister, Jr, William D. (2007). Materials Science and Engineering An Introduction Seven Edition, John Wiley and Sons, Inc, United States of America. Cyrot, Michel and Davor Pavuna, (1992). Introduction To Superconductivity and High-Tc Material, World Scientific Publishing, Tottrridge, London. Darminto dkk, (1999). Variasi Tekanan Oksigen Dalam Penumbuhan Kristal Tunggal Superkonduktor Bi-2212 Dan Pengaruhnya. Proc. ITB, Vol 31, No 3 Darminto dan Rahmawati, L. (2008). Nanokristalisasi Superkonduktor (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ dengan metode pencampuran basa, Fisika FMIPA ITS, Surabaya. Hespariyanti, Melvi., (2004). Aplikasi Metode Rietveld dalam Penentuan Struktur Kristal Material Alumina dan Baja. Skripsi, UNILA, Lampung. Miller. W, Borowko. K, Gazda. M, Stizza. S dan Natali. R. (2005). Superconducting Properties of BiPbSrCsCuO and BiSrCaCuO Glass- Ceramics, Acta Physica Polonica A, INFM, Italia Purwanda, A. (2005). Resistivitas pada Fasa Vorteks Cair dari Kristal Tunggal Superkonduktor (Bi, Pb) 2 Sr 2 CaCu

2O 8+δ dengan Tingkat doping Berbeda, Tugas akhir S1, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Rao, C.N.R., Shipra, A. Gomathi, and A. Sundaresan, (2008). Roomtemperature ferromagnetism in nanoparticles of Superconducting materials, Physica C.