BAB I. Pendahuluan. Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) mencerminkan

dokumen-dokumen yang mirip
Solusi Bisnis. Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia. secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat

Eksplorasi Isu Bisnis. Dalam tesis ini, dasar pemikiran awal berawal dari kesulitan yang dialami

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. Rencana Implementasi dan Kebutuhan Sumber Daya. Strategi Penentuan posisi pasar ini dilakukan dengan membuat image

Diajukan Guna Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IDE PERENCANAAN USAHA. mengamati Wira mengamati sekelilingnya untuk mendapatkan. memikirkan Wira Memunculkan ide-ide yang menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. negara. Khususnya bagi industri-industri, perusahaan dan pelaku ekonomi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia. kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Informatika

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan pedoman untuk mempertajam rencana rencana yang

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BISNIS PLAN JILBAB SHOP

PENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dientaskan secara bersama-sama. Menurut data dari Bappenas tahun 2010,

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti: peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

Jurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 1 Nomor 6 Desember 2016

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, OLEH : AMELIA HAYATI, SSI.,MT. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

10Pilihan Stategi Industrialisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Usaha kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( IbM ) HOME INDUSTRI NATA DE COCO ( SARI KELAPA) Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah asset maksimal 0 sampai Rp 50 juta dan omzet total 0 sampai 300 juta.

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk membangun jaringan pasar, aspek tersebut adalah : 1. Membangun sistem promosi untuk penetrasi pasar

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. senatiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Transkripsi:

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. UKM di Indonesia telah mendapat perhatian dan dibina pemerintah dengan membuat portfolio kementrian yaitu Menteri Koperasi dan UKM. Kementrian tersebut mengelompokkan UKM menjadi 3 kelompok berdasarkan total aset, total penjualan tahunan, dan status usaha dengan kriteria sebagai berikut (PT Bisinfocus Data Pratama,2004:26): 1. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta 2. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, b. Usaha yang memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar, c. Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau skala besar, d. Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. 3. Usaha menengah adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar Rp 200 juta sampai paling banyak Rp 10 miliar; tidak termasuk tanah dan bangunan usaha 1

b. Usaha yang berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau skala besar. c. Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. Peran usaha kecil dan menengah (UKM) yang besar ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja. Kontribusi UKM dalam PDB pada tahun 2006 adalah sebesar 53,3 persen dari total PDB nasional, nilai ini mengalami peningkatan sebesar 19,3 persen dibandingkan tahun 2005. Sumber pertumbuhan PDB nasional tahun 2006 yang sebesar 5,5 persen adalah berasal dari kontribusi UKM sebesar 3,1 persen dan kontribusi usaha besar sebesar 2,4 persen. Perkembangan UKM seperti itu sangat kritikal dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (indonesia.go.id, 2007). Menurut sektor ekonomi, pada tahun 2005 jumlah UKM di Indonesia sebanyak 44,7 juta unit usaha dan tahun 2006 berjumlah 48,9 juta unit usaha, dari jumlah unit usaha tersebut tenaga kerja yang dapat terserap pada tahun 2005 adalah 83,2 juta tenaga kerja sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 85,4 juta tenaga kerja atau 96,18% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia, dimana jumlah tersebut meningkat 2,2 juta tenaga kerja atau setara dengan 2,6%. Perkembangan seperti itu menunjukkan bahwa UKM akan tetap berperanan sangat besar dalam penyediaan lapangan kerja bagi negara Indonesia yang berpenduduk 220 juta jiwa (indonesia.go.id, 2007). Perkembangan yang meningkat dari segi kuantitas tersebut belum diimbangi dengan peningkatan kualitas UKM yang memadai. Masalah yang 2

masih dihadapi adalah rendahnya produktivitas, sehingga menimbulkan kesenjangan yang sangat lebar antar pelaku usaha kecil, menengah, dan besar. Atas dasar harga konstan tahun 2004, produktivitas per unit usaha selama periode 2004 2005 tidak menunjukkan perkembangan yang berarti, yaitu usaha mikro dan kecil masih berkisar sekitar Rp 4,3 juta dan usaha menengah berkisar Rp 1,2 miliar. Demikian pula dengan perkembangan produktivitas per tenaga kerja belum menunjukkan perkembangan yang berarti yaitu masing masing berkisar Rp 2,6 juta dan Rp 8,8 juta (Rustami, R, Bisnis Indonesia, 2005). Hal ini terjadi karena beberapa hal berikut ini, yaitu: 1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia khususnya dalam manajemen, organisasi, teknologi, dan pemasaran. 2. Lemahnya rata rata kompetensi kewirausahaan. 3. Terbatasnya kapasitas UKM untuk mengakses permodalan, informasi teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Kemajuan UKM sangat mendukung upaya mengatasi kesenjangan yang terlalu jauh antar pelaku, antar golongan pendapatan dan antar daerah, termasuk penanggulangan kemiskinan. Selain masalah produktivitas UKM juga masih menghadapi berbagai permasalahan yang terkait dengan iklim usaha seperti: 1. Besarnya biaya transaksi, panjangnya proses perijinan dan timbulnya berbagai pungutan 2. Praktik usaha yang tidak sehat Selain 2 faktor di atas, otonomi daerah yang diharapkan mampu mempercepat tumbuhnya iklim usaha yang kondusif bagi UKM, ternyata belum menunjukkan kemajuan yang merata. Sejumlah daerah telah mengidentifikasi peraturanperaturan yang menghambat sekaligus berusaha mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dan bahkan telah meningkatkan pelayanan kepada UKM 3

dengan mengembangkan pola pelayanan satu atap. Namun masih terdapat daerah lain yang memandang UKM sebagai sumber pendapatan asli daerah dengan mengenakan pungutan pungutan baru bagi UKM sehingga biaya usaha UKM meningkat. Aspek kelembagaan pendukung terutama dari pemerintah yang belum mapan menjadi masalah mendasar untuk diatasi. Tantangan ke depan UKM untuk mampu bersaing di era perdagangan bebas, baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor, sangat ditentukan oleh dua kondisi utama, yaitu pertama, lingkungan internal UKM harus diperbaiki, yang mencakup aspek kualitas SDM, terutama kewirausahaan (entrepreneurship), penguasaan teknologi dan informasi, struktur organisasi, sistem manajemen, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal dan jaringan bisnis dengan pihak luar. Kedua, lingkungan eksternal harus juga kondusif, yang terkait dengan kebijakan pemerintah, aspek hukum, kondisi persaingan pasar, kondisi ekonomi sosialkemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat, dan perubahan ekonomi global. Secara nasional, pilihan strategi dan kebijakan untuk memberdayakan UKM dalam memasuki era pasar global menjadi sangat penting bagi terjaminnya kelangsungan hidup dan perkembangan UKM sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pertumbuhan dan pemerataan pendapatan. 1.2 Profil Perusahaan 1.2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan UKM yang diteliti adalah perusahaan yang bergerak di bidang konfeksi kemeja resmi dan kemeja muslim lelaki dewasa serta anakanak (baju koko) yang bernama Denmarx. Perusahaan ini termasuk dalam kelompok usaha mikro karena belum terdaftar dan berbadan hukum. Denmarx ini merupakan sebuah usaha keluarga yang diwariskan turun temurun dari 4

orang tua Deny Kristianto, dimana sekarang Bapak Deny Kristianto berlaku sebagai pemilik Perusahaan Denmarx tersebut. Usaha konfeksi Denmarx ini didirikan oleh ayah Deny Kristianto yang bernama Bapak Syukur Lukman pada tahun 1975, yang dimulai dengan membuat kemeja resmi seperti kemeja korpri, kemeja batik, dan lain lain. Bapak Syukur Lukman memulai usaha ini hanya dengan memiliki penjahit sebanyak 4 orang, 1 orang sebagai packaging, 1 orang kernet, dan 1 orang supir. Pemasaran produk kemeja tersebut dilakukan dengan cara menawarkan ke toko toko fashion di Bandung dan kota kota di Jawa Barat, yaitu Tasikmalaya, Subang, Sumedang, Garut. Usaha Denmarx ini cukup berhasil karena jumlah order yang terus meningkat, penambahan jumlah penjahit dari 4 orang menjadi 6 orang dan jumlah pelanggan yang bertambah dari hanya 5 toko menjadi 10 toko fashion pelanggan tetap. Semua produk kemeja resmi yang dihasilkan dari konfeksi ini pada saat dipimpin Bapak Syukur menggunakan 1 brand yaitu Denmarx. Usaha ini dipimpin oleh Bapak Syukur sampai pada akhir tahun 1989, dimana pada awal 1990 Bapak Deny Kristianto selaku pemilik Perusahaan Denmarx mulai memimpin perusahaan. Usaha konfeksi ini pada awal dipimpin Bapak Deny Kristianto sampai pada tahun 1995 hanya membuat dan memasarkan kemeja kemeja resmi dengan brand Denmarx untuk kemeja resmi dan brand Sultan untuk kemeja batik. Pada akhir tahun 1995 karena pasar kemeja resmi yang semakin kecil dan semakin banyaknya usaha konfeksi kemeja yang sejenis maka pendapatan perusahaan ini semakin menurun dan keuntungan yang diperoleh perusahaan ini juga semakin kecil. Pemilik perusahaan berusaha untuk menaikkan kembali pendapatan perusahaan dengan cara mencari cari model kemeja lelaki yang dapat laris di pasar fashion. Usaha pencarian model kemeja tersebut dilakukan dengan melihat model kemeja yang paling banyak dijual oleh toko toko fashion 5

langganan Perusahaan Denmarx. Selain itu juga pemilik perusahaan banyak melakukan market survey terhadap para pemilik toko tentang model kemeja yang paling laris di toko tersebut. Setelah melakukan market survey dan melihat di toko toko fashion, maka pemilik perusahaan memutuskan untuk mulai membuat kemeja muslim lelaki atau sering disebut baju koko. Pada awal tahun 1996 pemilik perusahaan memulai produksi membuat kemeja muslim lelaki dan pada awalnya jumlah disain kemeja muslim yang dipasarkan hanya ada 2 jenis disain yang diperoleh pemilik perusahaan dari meniru dan memodifikasi disain kemeja muslim yang sedang laris di pasaran. Jumlah disain yang dipasarkan hanya 2 jenis karena pemilik perusahaan ingin tahu terlebih dahulu bagaimana respon pasar terhadap kemeja muslim yang dihasilkan dari Perusahaan Denmarx. Brand yang digunakan untuk kemeja muslim tersebut adalah Denmarx. Setelah dilakukan penjualan selama kurang lebih 6 bulan, respon pasar terhadap kemeja muslim Denmarx sangat positif, hal itu terbukti dengan meningkatnya order dari para toko fashion langganan, baik yang terdapat di kota Bandung maupun yang berada di luar kota Bandung, serta yang paling penting adalah meningkatnya pendapatan yang diperoleh dari penjualan kemeja muslim tersebut. Penjualan kemeja muslim tersebut terus meningkat, sehingga pemilik perusahaan menyadari bahwa tidak mungkin untuk terus meniru disain yang laris di pasaran, supaya penjualan dapat meningkat lagi maka harus membuat disain original khas Denmarx. Untuk mengatasi masalah disain tersebut maka pemilik perusahaan menyewa seorang disainer free lance, dimana disainer tersebut membuat beberapa disain dalam 1 bulan kemudian ditawarkan ke pemilik perusahaan, yang kemudian pemilik perusahaan memilih disain yang dia suka ataupun pemilik perusahaan bisa memberikan masukan untuk memodifikasi suatu disain. Pada tahun 2002 Perusahaan Denmarx 6

mengeluarkan produk kemeja muslim (terusan) untuk anak anak dan dewasa dengan brand Family. Semua produk kemeja tersebut tetap dipasarkan ke toko toko fashion di kota Bandung maupun di kota kota Jawa Barat seperti, Cianjur, Purwakarta, Subang, Sumedang, Garut, dan lainnya. 1.2.2. Lingkup Bidang Usaha Perusahaan Denmarx ini sebagaimana telah dipaparkan di atas merupakan sebuah usaha keluarga yang diwariskan turun temurun, yang bergerak di bidang konfeksi fashion kemeja untuk lelaki, yang berupa: 1. Kemeja resmi lelaki dewasa 2. Kemeja muslim lelaki dewasa (baju koko) 3. Kemeja muslim anak anak lelaki (baju koko anak) Pada Perusahaan Denmarx ini terjadi proses dari hulu sampai ke hilir dalam arti bahwa semua proses pembuatan kemeja dari bahan baku kain sampai ke pemasaran produk kemeja berlangsung di dalam perusahaan ini. Adapun tahapan proses yang terjadi di Perusahaan Denmarx adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan jenis dan motif kain yang akan dipakai 2. Pemilihan disain untuk kemeja muslim 3. Pembuatan pola kemeja pada kain 4. Membentangkan kain dari bentuk roll menjadi berbentuk lapisan 5. Melakukan proses pemotongan terhadap kain yang sudah berbentuk lapisan tersebut sesuai dengan pola kemeja yang sudah dibuat 6. Menjahit potongan potongan kain yang sudah berbentuk bagian bagian dari sebuah kemeja 7. Memasangkan kancing dan memberikan lubang kancing pada kemeja 7

8. Melakukan proses pembersihan sisa sisa benang yang tersisa pada kemeja 9. Melakukan proses setrika dan packaging 10. Melakukan pemasaran ke toko toko fashion baik di dalam kota Bandung maupun kota kota lain di Jawa Barat Pada perusahaan ini pemilihan motif kain dan pemilihan disain untuk kemeja muslim dewasa maupun anak anak dilakukan sendiri oleh pemilik perusahaan, hanya proses pembuatan disain dilakukan oleh pihak luar (outsource). Sampai saat ini Perusahaan Denmarx ini memiliki 3 brand yang sudah beredar di pasaran fashion di Indonesia umumnya dan Bandung beserta sekitarnya khususnya. Brand produk produk Perusahaan Denmarx adalah sebagai berikut: Denmarx untuk produk kemeja muslim dewasa serta anak anak dan kemeja resmi Family untuk produk kemeja muslim dewasa serta anak anak Sultan untuk produk kemeja batik 1.2.3. Unit of Analysis Fokus pembahasan ditujukan kepada proses pemasaran produk yang dilakukan oleh Perusahaan Denmarx. Sampai saat ini proses pemasaran hanya dilakukan oleh pemilik perusahaan seorang diri beserta 1 orang supir, sehingga pada laporan ini akan diberikan program program pemasaran (marketing strategy) yang diharapkan dapat meningkatkan penjualan Perusahaan Denmarx dari kemeja resmi maupun kemeja muslim. 8

1.2.4. Isu Bisnis Permasalahan yang selalu dihadapi oleh para pengusaha Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah kesulitan untuk memasarkan produk produk mereka. Para pengusaha UKM ini mengalami kesulitan tersebut karena terhambat oleh berbagai faktor antara lain: 1. Produk produk yang dihasilkan UKM kurang kompetitif 2. Kurangnya pengetahuan para pemilik UKM tentang proses pemasaran produk yang menarik bagi kosnsumen 3. Kurangnya modal untuk melakukan promosi produk yang dihasilkan UKM Permasalahan tersebut dihadapi juga oleh Perusahaan Denmarx dimana, hal tersebut terjadi karena: 1. Proses pemasaran hanya dilakukan dengan cara melakukan kunjungan terhadap toko toko fashion yang terdapat di kota Bandung dan Jawa Barat, satu minggu satu kali. 2. Pemasaran tidak dilakukan ke kota kota lain di luar provinsi Jawa Barat, seperti kota kota di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dll. 3. Kurangnya promosi yang dilakukan Perusahaan Denmarx terhadap produk produk yang sudah ada maupun terhadap produk yang baru. Dampak saat ini yang diperoleh dari kesulitan pemasaran yang dihadapi pemilik Perusahaan Denmarx adalah tidak berkembangnya usaha kemeja tersebut yang berujung pada menurunnya revenue dan profit perusahaan. Jika hal ini terus berlangsung dan tidak dapat diatasi maka pada masa mendatang Perusahaan Denmarx ini akan mengalami situasi yang semakin sulit. 9