BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Fenomena hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Idealnya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) mendapatkan opini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam pelaporan keuangan akhir-akhir ini aset menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. negara. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 dalam Pasal 1 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 INTRODUKSI. perintah Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945, khususnya pasal 23E yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia. ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

BAB 1 INTRODUKSI. Pengakuan merupakan proses pemenuhan kriteria pencatatan suatu

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN Keadaan Ekonomi Daerah. Tabel 1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD. Realisasi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetap daerah Kotawaringin Barat antara lain sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat, sedangkan pengendalian dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. Aset daerah atau aktiva merupakan sumberdaya penting bagi pemerintah daerah

PENDAHULUAN. menjadi landasan dalam menyusun pertanyaan penelitian, serta tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, dan ruang di angkasa, termasuk kekayaan alam yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 2016, serta pengamatan langsung kondisi tahun 2017 diperoleh simpulan hasil sebagai

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

DAFTAR ISI. HALAMAN DEDIKASI... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. PRAKATA... v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR LAMPIRAN... x. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh Indonesia. Aset daerah merupakan sumber daya yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian terhadap manajemen aset Dinas Pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

SALINAN -10- LAMPIRAN I : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 66 Tahun 2014 TANGGAL : 1 Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah selesai. Dari hasil pemeriksaan BPK pada tahun sampai tahun 2014 ditemukan banyak penyimpangan-penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). kewajaran dari laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa.

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. tertib, serta menjamin kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

ANALISIS PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dengan adanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Fenomena hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan keuangan pemerintah daerah yang memberikan predikat opini penilaian wajar, tidak wajar maupun tidak memberi pendapat, lebih sering disebabkan masalah pengelolaan aset. Pada kasus tertentu, ada daerah yang mengalami penurunan opini dari Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP), atau tidak memberi pendapat (disclaimer) yang disebabkan kekurangmampuan mewujudkan tata kelola aset pemerintah daerah secara baik. Lemahnya tata kelola aset pemerintah daerah ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal pemerintah daerah, antara lain terbatasnya kapasitas sumber daya manusia pengelola aset pemerintah daerah; terbatasnya sarana prasarana dan sistem pendukung pengelolaan aset pemerintah daerah. Ketidakjelasan administrasi aset akibat data pencatatan yang sudah belasan atau bahkan puluhan tahun lamanya, berakibat tidak diketahui dan sulitnya menelusuri sumber kepemilikan aset; regulasi yang belum mampu menjawab permasalahan lokal di lapangan seperti legalitas kepemilikan tanah dan masalah lainnya. Pemerintah Provinsi Maluku termasuk daerah yang masih berkutat dengan permasalahan aset dan menyandang predikat opini disclaimer pada laporan keuangannya sampai saat ini. Masalah tersebut antara lain karena penatausahaan aset tidak jelas, sehingga auditor tidak meyakini data aset tetap yang disajikan. 1

2 Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Maluku dalam rilisnya, mengungkapkan kelemahan atas penatausahaan aset tetap yang intinya seperti berikut. 1. Nilai aset tetap per 31 Desember 2009 yang disajikan dalam neraca berbeda dengan nilai aset tetap yang disajikan dalam buku inventarisasi. 2. Mutasi aset tetap yang disajikan baik dalam Neraca maupun Buku Inventaris lebih kecil daripada total nilai realisasi belanja modal. 3. Terdapat lebih catat dalam penyajian aset tetap di neraca pada kelompok gedung dan bangunan, serta jalan, jaringan dan irigasi. 4. Terdapat kesalahan penyajian atas pergantian jembatan, penggantian papan lantai jembatan dan rehab jembatan. 5. Terdapat kekurangan penyajian saldo kontruksi dalam pengerjaan. Rekomendasi atas temuan ini kemudian ditindaklanjuti melalui Surat Gubernur Maluku Nomor 700/2601 dan 700/2602 tanggal 11 November 2010. Namun dalam pemeriksaan BPK selanjutnya, ditemukan fakta-fakta terkait penatausahaan (LHP BPK RI, 2011). 1. Penetapan penyimpan/pengurus barang pada pertengahan tahun 2010 menyebabkan terjadinya kekosongan penanggung jawab formal penatausahaan selama kurun waktu sebelumnya sejak Januari. 2. Hasil pemeriksaan uji petik mengemukakan hal-hal seperti RKBU dan RKPBU tidak dibuat semua SKPD, status penggunaan BMD belum ditetapkan oleh Gubernur, Kepala SKPD selaku Pengguna Barang tidak membuat Laporan Barang Semesteran/Tahunan, Kartu Inventaris Barang

3 tidak dibuat secara memadai yaitu tidak dilengkapi rincian dan informasi harga perolehan, lokasi dan spesifikasi, pencatatan BMD oleh pengurus barang dan petugas akuntansi tidak memadai atau tidak sinkron. 3. Hasil Inventarisasi Aset Tetap per 31 Desember 2010 belum menggambarkan keadaan BMD yang dikuasai dan dimiliki oleh Pemprov Maluku. Pemeriksaan terhadap LKPD tahun 2011, mengungkapkan delapan masalah yang ditemukan auditor yang salah satunya (point keenam) terkait dengan penatausahaan dan pelaporan aset tetap yang tidak memadai. Terdapat perbedaan antara saldo pada neraca dengan kompilasi Laporan Keuangan SKPD sebesar Rp52.969.147.660,00 yang terdiri dari selisih lebih besar Rp84.219.438.411,00 dan selisih kurang sebesar Rp31.250.290.751,00 dengan buku inventaris sebesar Rp32.283.359.168,99 yang terdiri dari selisih lebih sebesar Rp56.018.681.483,00 dan selisih kurang sebesar Rp23.735.322.314,01. Selanjutnya, terdapat selisih antara saldo pada kompilasi Laporan Keuangan SKPD dengan buku inventaris sebesar Rp20.685.788.491,01 yang terdiri dari selisih lebih sebesar Rp30.855.092.674,00 dan selisih kurang sebesar Rp51.540.881.165,01, serta selisih aset tetap Dinas PU sebesar Rp2.664.589.399,00 yang terdiri dari selisih lebih dan selisih kurang masingmasing Rp11.405.451.148,00 dan Rp14.070.040.547,00. Pemerintah Provinsi Maluku tidak dapat menjelaskan selisih tersebut serta rincian mutasi tambah dan kurang tahun 2011 masing-masing sebesar Rp484.442.247.673,47 dan Rp222.767.079.298,00. Sementara aset tetap berupa tanah senilai Rp308.808.970.383,00 tidak didukung dokumen kepemilikan. Selain itu,

4 pemberian kode aset tetap sebesar Rp1.556.311.233.274,00 pada SKPD tidak sesuai dengan kode barang pada Buku Inventaris/KIB/KIR. Pencatatan Buku Inventaris, KIB dan KIR tidak memadai, diantaranya tidak terdapat informasi mengenai luas/lokasi/bukti kepemilikan tanah, merk/type peralatan mesin, nomor pabrik/rangka/mesin/polisi/bpkb, luas/lokasi bangunan, nama ruas dan ukuran jalan serta dokumen sumber perolehan/pengadaan (http://www.beritamaluku.com). Keberagaman data pencatatan aset tersebut memunculkan masalah dalam penatausahaan. Oleh karenanya, proses penatausahaan membutuhkan perhatian serius pemerintah daerah mengingat golongan aset yang dipersyaratkan harus sesuai standar akuntansi pemerintahan sebab tidak semua data telah lengkap atau dimiliki dengan benar dan pencatatannya belum terintegrasi. Dengan tidak adanya data yang terintegrasi, maka akan sangat menyulitkan pemerintah daerah dalam membuat status neraca yang dapat diyakini/dipercaya oleh stakeholder. Kepercayaan tersebut meliputi kebenaran terhadap lokasi/alamat aset, jumlah aset, pengguna aset, spesifikasi aset dan nilai aset (Yusuf, 2010: 9). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mustika (2012), permasalahan penatausahaan aset tetap pemda umumnya menyangkut, keterbatasan data pendukung berupa aspek legal/bukti kepemilikan aset, status penggunaan dan asal usul, pemahaman pengelola BMD terkait peraturan berlaku masih lemah, keterbatasan sumber daya manusia pelaksana, dan kurangnya kompensasi yang memadai terhadap kesejahteraan pegawai di bidang penatausahaan aset. Hal ini terjadi juga yang disinyalir terjadi dalam penatausahaan aset tetap di Provinsi

5 Maluku sebagaimana diungkap auditor BPK, baik SKPD yang aset tetapnya banyak atau sedikit sekalipun. Sesuai fakta-fakta terkait penatausahaan yang dikemukakan BPK, tergambar pentingnya peran pengurus barang (bendahara barang) dalam proses penatausahaan karena merekalah ujung tombak terdepan pelaksana penatausahaan aset tetap dilapangan. Walaupun penting, terkadang fungsi dan perannya terkesampingkan dibanding bendahara keuangan dalam penatausahaan keuangan. Padahal bila dibandingkan justru nilai likuidasi aset itu cenderung lebih besar dari jumlah uang yang dikelola pemerintah, sebagaimana sering disampaikan dalam LHP BPK RI terkait masalah aset dalam LKPD. Tabel 1.1. Daftar Jumlah Penyimpan dan Pengurus Barang SKPD Lingkup Pemprov Maluku Tahun 2012 No Satuan Kerja (SKPD) Penyimpan Barang Pengurus Barang 1. Dinas 14 14 2. Badan 14 14 3. Sekretariat 3 3 4. Biro 8 8 5. Kantor 2 2 6. UPT/RSUD/Sekolah 22 22 Jumlah 63 63 Surat Keputusan Gubernur Maluku Nomor 04.c Tahun 2012, (diolah) Ekspektasi kinerja kepada pengurus barang begitu mengemuka guna menghasilkan Laporan BMD handal dan akuntabel sebagai data bagi neraca serta turut berperan dalam upaya menindaklanjuti LHP auditor. Idealnya, upaya itu melalui pelaksanaan penatausahaan yang sesuai dengan ketentuan yang ada, namun realitasnya masih terbentur keterbatasan pengetahuan, informasi data pendukung, limit waktu dan kendala lapangan lainnya. Kecenderungannya, data

6 untuk Laporan BMD disajikan seadanya tanpa memperhatikan kepatutannya atau kesesuaian dengan ketentuan. Kemudian pada gilirannya data laporan tersebut yang dimasukkan ke neraca keuangan masih belum dapat meyakinkan auditor untuk percaya kebenarannya dan membuat opini penilaian yang baik. Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan sebelumnya tentang penatausahaan aset tetap yang dilakukan pengurus barang sebagai salah satu komponen pengelola barang milik daerah, rumusan masalah yang mendasari penelitian ini adalah Proses penatausahaan aset tetap yang dilakukan pengurus barang untuk menghasilkan Laporan Barang Milik Daerah sebagai komponen Neraca Keuangan belum menghasilkan data yang valid sehingga memunculkan opini disclaimer auditor BPK. Rumusan masalah inilah yang diteliti untuk menentukan kendala-kendala yang dihadapi pengurus barang dalam proses penatausahaan aset tetap serta pengaruh faktor-faktor kendala tersebut untuk menghasilkan data Laporan BMD yang dapat dipercaya atau valid. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai analisis penatausahaan aset tetap untuk menghasilkan data yang dipercaya dalam Laporan Barang Milik Daerah Provinsi Maluku, sepengetahuan penulis belum pernah ada. Namun dari hasil pengamatan literatur yang dilakukan, sejauh ini ditemukan ada beberapa penelitian terkait penatausahaan aset tetap pemerintah daerah yang pernah dilakukan sebagai berikut. 1. Joniger (2012) penelitian kualitatifnya dengan teknik analisis deskriptif mengemukakan evaluasi dalam pelaksanakan penatausahaan aset tetap milik

7 Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah belum berjalan maksimal sesuai harapan Permendagri No. 17 Tahun 2007. Hal tersebut karena faktor-faktor sumber daya manusia, koordinasi kurang baik dan fasilitas kurang memadai. 2. Mustika (2012) secara kualitatif metoda studi kasus mengevaluasi penatausahaan aset tetap pada pemerintah Kota Padang yang belum dapat mencapai derajat kesesuaian sebesar 100 persen karena rata-rata baik evaluasi pembukuan, inventarisasi, pelaporan maupun kelengkapan pengisian dokumen menghasilkan derajat kesesuaian sebesar 62 persen atau masuk kategori sesuai terhadap Permendagri No. 17 Tahun 2007. Penyebabnya kendala-kendala yaitu keterbatasan data pendukung, sosialisasi peraturan masih lemah, keterbatasan SDM, kurang kompensasi memadai terhadap pegawai. 3. Syafitri (2010) menyatakan bahwa variabel perhitungan, pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan dari kegiatan inventarisasi aset tetap memiliki pengaruh positif dan signifikan serta unsur yang terintegrasi, saling terkait satu sama lain, harus dilakukan dan diterapkan bersama guna mendukung penyajian nilai wajar neraca daerah. 4. Oktoviana (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan faktor perencanaan, penatausahaan, peningkatan produktifitas serta pembinaan, pengawasan, pengendalian berkaitan terhadap opini disclaimer BPK. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Joniger (2012), Mustika (2012) dan Syafitri (2010), Oktaviana (2010), meliputi sebagian kajian terkait penatausahaan dan sebagian alat analisis. Perbedaannya terdapat pada lokasi,

8 waktu dan fokus analisis yaitu terhadap pengurus barang, kedalaman penelitian dan alat analisis yang dipakai menjawab tujuan penelitian. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi kendala-kendala proses penatausahaan aset tetap yang dilakukan pengurus barang dalam upaya menghasilkan data Laporan BMD yang valid. 2. Menganalisis faktor-faktor kendala yang mempengaruhi penatausahaan aset tetap oleh pengurus barang guna menghasilkan data Laporan BMD yang valid. 1.3.2 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat yang berarti untuk berbagai pihak, antara lain. 1. Bagi pemerintah daerah menjadi bahan masukan dan sumbangan pemikiran yang kiranya bermanfaat dalam rangka menentukan konsep strategis peningkatan kinerja pelaksanaan penatausahaan aset tetap pemerintah daerah. 2. Bagi akademisi menjadi referensi atau bahan perbandingan informasi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan terkait ilmu manajemen khususnya manajemen/penatausahaan aset tetap pemerintah daerah, serta dapat dipakai sebagai referensi bagi penelitian lain selanjutnya.

9 1.4 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari empat bab, ditulis dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pengantar menguraikan tentang bagaimana memahami permasalahan yang berkaitan dengan penatausahaan aset tetap untuk menghasilkan data yang dipercaya dalam Laporan BMD Pemerintah Provinsi Maluku yang terdiri dari latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis berisikan uraian tentang tinjauan pustaka dan landasan teori yang digunakan dari studi empiris yang relevan maupun ketentuan berkaitan dengan proses penatausahaan aset tetap pemerintah daerah dan bagaimana menggunakan alat analisis dalam penelitian tersebut. Bab III Analisis Data berisikan uraian tentang cara penelitian, pengumpulan dan pembahasan serta menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan alat analisis yang digunakan. Bab IV Kesimpulan dan Saran berisikan uraian singkat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, dan menyampaikan saran implikasi kebijakan sebagai rekomendasi yang diberikan penulis dari hasil penelitian dan pembahasan, khususnya mengenai upaya menghasilkan data Laporan BMD yang valid di Pemerintah Provinsi Maluku.