BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetap daerah Kotawaringin Barat antara lain sebagai berikut.

Transkripsi

1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut. 1. Kendala-kendala yang menghambat terlaksananya penerapan penyusutan aset tetap daerah Kotawaringin Barat antara lain sebagai berikut. a. Kemampuan dan pengetahuan teknis pegawai pada masing-masing satuan kerja perangkat daerah yang berbeda latar belakang pendidikan, tidak semua pegawai yang bertugas sebagai penata laporan atau pelaksana akuntansi pada setiap satuan kerja merupakan lulusan akuntansi atau memiliki kompetensi di bidang akuntansi khususnya akuntansi daerah. b. Sistem informasi dan aplikasi yang digunakan belum optimal. Sistem Informasi Barang Milik Daerah (SIMBADA) tidak lagi digunakan namun penyusunan laporan aset dilakukan dengan manual sehingga cukup menjadi penghambat dalam penyusunan laporan dan penatausahaan aset tetap daerah termasuk penerapan penyusutan aset tetap daerah. c. Peraturan dan petunjuk teknis penyusutan aset tetap daerah yang belum ditetapkan. Pada pemerintah pusat penerapan penyusutan aset tetap mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan nomor 01/PMK.06/2013 tentang penyusutan barang milik negara berupa aset tetap pada entitas pemerintah pusat. 43

2 2. Kendala utama yang menghambat penerapan penyusutan aset tetap daerah adalah belum diterbitkannya peraturan daerah dan petunjuk teknis terkait penerapan penyusutan aset tetap daerah. Hal ini merupakan kendala utama yang menjadi penghambat penerapan penyusutan aset tetap daerah karena peraturan dan petunjuk teknis merupakan dasar pemberlakuan penerapan penyusutan aset tetap daerah. 3. Untuk mengatasi kendala-kendala penerapan aset tetap tersebut, langkah yang harus dilakukan pemerintah daerah antara lain: a. segera menerbitkan peraturan daerah dan petunjuk teknis terkait penerapan penyusutan aset tetap daerah Kotawaringin Barat; b. melakukan sosialisasi melalui Dinas Pengelola Keuangan Daerah kepada seluruh satuan kerja terutama satuan kerja yang belum memiliki pegawai dengan kompetensi yang memadai dalam hal pelaporan dan penatausahaan akuntansi daerah; c. mengembangkan sistem informasi dan aplikasi yang dapat mendukung kinerja pengelolaan aset tetap daerah. 5.2 Implikasi Berdasarkan simpulan yang diperoleh, maka peneliti memaparkan bahwa implikasi kendala yang dihadapi mengakibatkan terhambatnya penerapan penyusutan aset tetap daerah kotawaringin barat. Sehingga mengakibatkan pelaporan keuangan daerah belum mencerminkan nilai wajar terutama pada posisi neraca yang memuat nilai aset daerah sesuai dengan maksud dan tujuan akuntansi akrual pemerintah yang berlaku antara lain sebagai berikut. 44

3 1. Neraca yang tidak wajar (overstead), dikarenakan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan pada jumlah aset tetap sesuai dengan realisasi belanja modal (belanja aset) yang dikeluarkan. Hal ini sebagaimana tersaji dalam laporan keuangan daerah. 2. Tidak tercapainya penyusunan laporan keuangan secara akrual penuh mengakibatkan opini badan pemeriksa keuangan (BPK RI) menyatakan Wajar dengan Pengecualian (WDP) terhadap laporan keuangan pemerintah daerah kotawaringin barat Tahun Belum optimalnya kinerja pemerintah modern dalam mengelola aset daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. 5.3 Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain data yang diperoleh dengan hanya melibatkan 4 (empat) satuan kerja perangkat daerah yang mewakili yaitu Dinas Pengelola Keuangan, satuan kerja yang mengelola laporan keuangan aset daerah dan aset pemerintah pusat serta satuan kerja pengawas internal daerah kotawaringin barat. Belum adanya pemerintah daerah yang sudah berhasil dengan baik melaksanakan penyusutan untuk dijadikan contoh serta keterbatasan referensi tentang penyusutan aset tetap khususnya aset tetap pemerintah daerah juga merupakan keterbatasan yang peneliti alami. 5.4 Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah disampaikan, maka peneliti menyampaikan saran-saran antara lain sebagai berikut. 45

4 1. Bagi Pemerintah Daerah Kotawaringin Barat melalui pejabat yang terkait segera merancang peraturan daerah dan petunjuk teknis terkait penerapan penyusutan aset tetap daerah dengan merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan nomor 01/PMK.06/2013 tentang penyusutan barang milik negara berupa aset tetap pada entitas pemerintah pusat sebagai dasar penerapan penyusutan aset tetap daerah Tahun Rancangan peraturan merupakan tugas pokok dan fungsi pengelola keuangan daerah yaitu Kepala Dinas Pengelola Keuangan Daerah (DPKD) Kotawaringin Barat yang merupakan pembantu Bupati Kotawaringin Barat sebagai penanggung jawab pengelolaan keuangan daerah termasuk aset tetap daerah. Peraturan daerah dan petunjuk teknis terkait penerapan penyusutan aset tetap daerah akan menjadi panduan seluruh pegawai terkait dalam menerapkan penyusutan aset tetap daerah. 2. Bagi Dinas Pengelola Keuangan Daerah Kotawaringin Barat selaku pusat pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan aset daerah agar terus melakukan sosialisasi terhadap satuan kerja lain khususnya satuan kerja yang belum memiliki pegawai dengan kompetensi yang memadai dalam hal akuntansi daerah. Sosialisasi melalui bimbingan teknis massal dapat dilakukan dengan mendatangkan ahli di bidang akuntansi daerah untuk memberikan bimbingan teknis dan pelatihan terkait penerapan penyusutan sehingga pemahaman dasar tentang penyusutan aset tetap daerah dapat dipahami seluruh pegawai yang terkait dengan pelaksanaannya. Studi banding ke pemerintah daerah yang sudah melakukan penerapan penyusutan aset tetap daerah juga merupakan solusi yang bisa dilakukan pemerintah daerah. 46

5 3. Bagi Pemerintah Daerah Kotawaringin Barat terus mengembangkan sistem informasi dan aplikasi yang mendukung penatausahaan aset tetap daerah sebagai komitmen pengelolaan manajemen aset pemerintah daerah yang lebih baik. Sistem informasi dan aplikasi yang sudah berjalan dengan baik pada pemerintah daerah Kotawaringin Barat yaitu Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIMKADA). Pemerintah daerah Kotawaringin Barat dapat bekerjasama dengan pihak pengembang aplikasi sehingga Sistem Informasi Barang Daerah (SIMBADA) dapat terintegrasi dan optimal penggunaannya sehingga mendukung pengelolaan aset tetap daerah Kotawaringin Barat termasuk penerapan penyusutan aset tetap daerah. 4. Bagi peneliti lainnya yang tertarik melanjutkan penelitian ini, sebaiknya objek penelitian diperluas lagi tidak hanya kepada pengelola dan penata akuntansi namun pengurus aset tetap lainnya yang terkait dan mencoba membandingkan kendala yang dihadapi beberapa pemerintah daerah tidak hanya kendala pada beberapa satuan kerja pada sebuah pemerintah daerah. 47