NOMOR : 910/3.907 NOMOR : 910/3.196 TANGGAL : 12 NOVEMBER 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR: TANGGAL:...

NOTA KESEPAKATAN ANTARA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3246 NOMOR : 910/3507. TANGGAL : 22 Oktober 2013 TENTANG

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/ NOMOR : 910/2.

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2012

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

Disampaikan Pada: Bimtek Penyusunan RKPD Kabupaten Situbondo Mei 2012

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Analisis Perkembangan Industri

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum - APBD (KUA)... 01

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

DAFTAR ISI I PENDAHULUAN

Kondisi Perekonomian Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

1. Tinjauan Umum

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013

Pemerintah Provinsi Bali

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2015

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KOTA SURAKARTA KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUPA) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2012

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

SURVEI PERSEPSI PASAR

WALIKOTA BIMA KOTA BIMA KEBIJAKAN UMUM APBD (KUA) TAHUN ANGGARAN

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU APBD) TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Transkripsi:

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3.907 NOMOR : 910/3.196 TANGGAL : 12 NOVEMBER 2012 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... DAFTAR ISI... NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 910/3.907-910/3.196 TANGGAL 12 NOVEMBER 2012 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2013... BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA). B. Tujuan Penyusunan KUA... C. Dasar Hukum Penyusunan KUA... BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH... 8 A. Kondisi Ekonomi Makro Daerah... 8 1. Kondisi Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2010-2011... 8 2. Prospek Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2012 dan Tahun 2013... 10 B. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah... 12 BAB III BAB IV ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD).. 13 A. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN... B. Laju Inflasi... 1. Nasional... 2. Provinsi Jawa Tengah... 3. Kota Surakarta... C. Pertumbuhan PDRB... 1. Nasional... 2. Provinsi Jawa Tengah... 3. Kota Surakarta... D. Lain Lain Asumsi... KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH... 23 A. Pendapatan Daerah... 24 1. Pendapatan Asli Daerah... 24 2. Dana Perimbangan... 24 3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah... 25 B. Belanja Daerah... 25 1. Belanja Tidak Langsung... 25 2. Belanja Langsung... 26 C. Pembiayaan Daerah... 30 1. Penerimaan Pembiayaan... 30 2. Pengeluaran Pembiayaan... 30 BAB V PENUTUP... 31 i ii iii 1 4 4 13 14 14 15 15 15 15 17 19 22 ii

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3.907 NOMOR : 910/3.196 TANGGAL : 12 November 2012 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 Yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama : FX. HADI RUDYATMO Jabatan : Walikota Surakarta Alamat Kantor : Jl. Jenderal Sudirman No. 2 Surakarta bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kota Surakarta 2. a. Nama : Y. F. SUKASNO, SH. Jabatan : Ketua DPRD Kota Surakarta Alamat Kantor : Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta b. Nama : SUPRIYANTO, SH. Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kota Surakarta Alamat Kantor : Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta c. Nama : Ir. MUHAMMAD RODHI Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kota Surakarta Alamat Kantor : Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surakarta. Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surakarta diperlukan Kebijakan Umum APBD Kota Surakarta yang disepakati bersama antara DPRD Kota Surakarta dengan Pemerintah Kota Surakarta untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2013. Berdasarkan hal tersebut di atas, para pihak sepakat terhadap Kebijakan Umum APBD Kota Surakarta yang meliputi asumsi asumsi dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota Surakarta Tahun Anggaran 2013, Kebijakan pendapatan, belanja dan iii

pembiayaan daerah, yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APBD Tahun Anggaran 2013. Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2013 disusun dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota Kesepakatan ini. Demikian Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Kota Surakarta Tahun Anggaran 2013. Surakarta, 12 November 2012 WALIKOTA SURAKARTA selaku, PIHAK PERTAMA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA selaku, PIHAK KEDUA FX. HADI RUDYATMO Y. F. SUKASNO, S.H. KETUA SUPRIYANTO, S.H. WAKIL KETUA Ir. MUHAMMAD RODHI WAKIL KETUA iv

1 LAMPIRAN : NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA. NOMOR : 910/3.907-910/3.196 TENTANG : KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2013 KOTA SURAKARTA KEBIJAKAN UMUM APBD (KUA) TAHUN ANGGARAN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah melaksanakan bidang kewenangan urusan wajib dan urusan pilihan. Secara lebih spesifik pembagian urusan dimaksud diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota jo. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah. Penyelenggaraan urusan tersebut diimplementasikan dalam bentuk program dan kegiatan, dimana penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja Negara. Berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang ditegaskan dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD, merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah, komponennya meliputi: (a) asas umum pengelolaan keuangan daerah; (b) pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah; (c) struktur APBD; (d) penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD; (e) penyusunan dan penetapan APBD; (f) pelaksanaan dan perubahan APBD; (g) penatausahaan keuangan daerah; (h) pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; (i) pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD; (j) pengelolaan kas umum daerah; (k) Pengelolaan

2 piutang daerah; (l) Pengelolaan investasi daerah; (m) Pengelolaan barang milik daerah; (n) Pengelolaan dana cadangan; (o) Pengelolaan utang daerah; (p) Pembinaan dan penggawasan pengelolaan keuangan daerah; (q) penyelesaian kerugian daerah; (r) pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; (s) pengaturan pengelolaan keuangan daerah. Sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2013, Sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah, Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Surakarta Tahun anggaran 2013. Dimana Pemerintah Daerah juga harus mendukung tercapaianya sasaran utama dan priroitas pembangunan Nasional dan Provinsi Jawa Tengah. Sinkronisasi kebijakan Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Provinsi dan Pusat, antara lain diwujudkan dalam penyusunan KUA (Kebijakan Umum APBD) dan PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) yang disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD sebagai dasar dalam penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2013. KUA dan PPAS Pemerintah kota Surakarta Tahun Anggaran 2013 berpedoman pada RKPD Kota Surakarta Tahun 2013, yang telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2013 dan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Hasil Sinkronisasi kebijakan tersebut disampaikan kepada Gubernur bersamaan dengan penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2013 dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2013 serta dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam rangka evaluasi Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2013 dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2013. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu memperhatikan kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terkait Tema dan Prioritas pembangunannya pada Tahun 2013. Adapun Tema dan prioritas masing-masing adalah sebagai berikut: Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013 menetapkan tema pembangunan nasional adalah Memperkuat Perekonomian Domestik bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat, dengan prioritas pembangunan nasional sebagai berikut: 1. Reformasi birokrasi dan tata kelola; 2. Pendidikan; 3. Kesehatan; 4. Penanggulangan kemiskinan; 5. Ketahanan pangan; 6. Infrastruktur; 7. Iklim investasi dan usaha; 8. Energi; 9. Lingkungan hidup dan bencana; 10. Daerah tertinggal, terdepan, terluas dan pasca konflik; 11. Kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi 12. Prioritas lainnya: (1) bidang politik, hukum dan keamanan, (2) bidang perekonomian, dan (3) bidang kesejahteraan rakyat.

3 Mendasarkan pada pentahapan dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013, maka tema pembangunan Jawa Tengah Tahun 2013 yaitu Mewujudkan Masyarakat Jawa Tengah yang Semakin Sejahtera, Mandiri, Berkemampuan, dan Berdaya Saing Tinggi, dengan prioritas pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut: 1. Menurunkan angka kemiskinan 2. Memantapkan ketahanan pangan 3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat 4. Meningkatkan potensi dan daya saing daerah yang didukung peningkatan infrastruktur 5. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup serta pengurangan risiko bencana 6. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik 7. Memantapkan demokratisasi dan kondusivitas wilayah Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surakarta Tahun 2010-2015, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surakarta Tahun 2013 menetapkan tema pembangunan daerah adalah Pelembagaan tata kehidupan kota yang berkeadilan, ramah lingkungan dan berkarakter sebagai kota warisan budaya, dengan prioritas pembangunan daerah sebagai berikut: 1. Melanjutkan Penyelenggaraan birokrasi dan tata kelola kepemerintahan (governance) untuk menciptakan pelayanan publik yang berkeadilan; 2. Memantapkan pertumbuhan ekonomi kreatif dengan memperkuat jaringan usaha ekonomi rakyat di bidang industri, perdagangan, dan pariwisata; 3. Pelembagaan tata kehidupan bermasyarakat yang berkeadilan berbasis pada nilai-nilai adiluhung budaya Jawa; 4. Perluasan aksesibilitas dan kualitas pendidikan bagi semua kelompok masyarakat tanpa diskriminasi; 5. Pemantapan pelayanan kesehatan dan Sistem Jaminan kesehatan masyarakat yang berkeadilan; 6. Pemeliharaan dan perluasan sarana prasarana kota dan pengembangan kawasan perkotaan yang ramah lingkungan dan berkarakter budaya jawa; 7. Pemantapan Kondusifitas Daerah untuk memantapkan tata kelola kota yang berkeadilan; 8. Perluasan pengembangan Kota Layak Anak. Adapun garis besar kebijakan umum penyusunan KUA PPAS Kota Surakarta Tahun Anggaran 2013 adalah sebagai berikut: 1. APBD merupakan kerangka kebijakan publik yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat yang tercermin dalam rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan. Program/Kegiatan direncanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga anggaran merupakan hasil sinergi Musrenbang Kota Surakarta Tahun 2012, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surakarta tahun 2013, arah kebijakan Walikota serta prioritas pembangunan Pemerintah Pusat dan Propinsi Jawa Tengah; 2. Capaian target pembangunan daerah Tahun 2013 diselaraskan dengan target RPJM Daerah Kota Surakarta Tahun 2010-2015; 3. Belanja hibah dan Bantuan Sosial disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang

4 Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial; 4. APBD Tahun Anggaran 2013 disusun dengan pendekatan kinerja yang berpedoman pada prinsip efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat; 5. Arah kebijakan keuangan daerah difokuskan untuk mengatasi masalah masalah mendasar yang menjadi prioritas pembangunan tahun 2013, yaitu: (1) Penyelenggaraan birokrasi dan tata kelola kepemerintahan (governance) untuk menciptakan pelayanan publik yang berkeadilan; (2) Memantapkan pertumbuhan ekonomi kreatif dengan memperkuat jaringan usaha ekonomi rakyat di bidang industri, perdagangan, dan pariwisata; (3) Perluasan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan bagi semua kelompok masyarakat tanpa diskriminasi; (4) Pemeliharaan dan perluasan sarana prasarana kota dan pengembangan kawasan perkotaan yang ramah lingkungan. B. Tujuan Penyusunan KUA Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Surakarta Tahun Anggaran 2013, bertujuan untuk: 1. Melakukan optimalisasi pendapatan daerah dan belanja daerah terhadap APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2013; 2. Meningkatkan mutu pelayanan kepada para pengguna jasa layanan pemerintah secara lebih optimal; 3. Mewujudkan keterpaduan program nasional dan daerah dalam upaya peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah; 4. Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah. C. Dasar Hukum Penyusunan KUA Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Surakarta Tahun Anggaran 2013, berdasarkan pada peraturan perundang-undangan berikut: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3857); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah

5 beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4505); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Tata KerjaPerangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

6 Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen serta tunjangan kehormatan professor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 85 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5016); 21. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 22. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNS; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial; 26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun anggaran 2013; 27. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 4); 28. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 6); 29. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surakarta Tahun 2005 2025 (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 2); 30. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pokok Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 7); 31. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) Kota Surakarta Tahun 2010 2015 (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 12); 32. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta tahun 2011 Nomor 14); 33. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surakarta Tahun 2013;

7 34. Peraturan Walikota Nomor 55 Tahun 2012 tentang Pemberian tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja bagi PNS dan CPNS di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta tahun 2012 Nomor 73); 35. Keputusan Walikota Surakarta Nomor 010/81-A/I/2012 tentang Standar Satuan Harga Tahun Anggaran 2013.

8 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH A. Kondisi Ekonomi Makro Daerah 1. Kondisi Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2010-2011 Kondisi perekonomian Kota Surakarta dapat dilihat dari beberapa indikator makro ekonomi daerah, meliputi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), laju pertumbuhan ekonomi, inflasi, PDRB perkapita, investasi dan nilai ekspor dan impor. Perkembangan beberapa indikator tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL II.1 PERKEMBANGAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI KOTA SURAKARTA TAHUN 2010-2011 No Indikator 2010 2011 1. PDRB: a. Atas dasar harga berlaku 9.941.136.570.000,00 10.788.829.485.319,60 (Rupiah) b. Atas dasar harga konstan 5.103.886.250.000,00 5.411.912.310.000,00 2000 (Rupiah) 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,94 6,04 3. Inflasi (%) 6,65 2,35 4. PDRB perkapita a. Atas Dasar Harga berlaku 17.366.163,33 21.154.567,62 (Rupiah) b. Atas dasar harga konstan 10.221.325,97 10.611.592,76 2000 (Rupiah) 5. Investasi (Rupiah) 1.664.210.901.817 2.017.019.690.099,00 6. Ekspor (FOB US $) 50.237.526,31 53.826.324,55 Sumber: BPS & BPMPT Kota Surakarta, 2012. Penjelasan dari beberapa indikator makro ekonomi Kota Surakarta sebagaimana tercantum pada tabel diatas adalah sebagai berikut: a. Pertumbuhan nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Harga konstan tahun 2010-2011, masing-masing tumbuh sebesar 8,53% dan 6,04%. Kondisi ini menunjukkan bahwa di Kota Surakarta terjadi peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga daya beli masyarakat juga mengalami peningkatan. b. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2011 sebesar 6,04%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 sebesar 5,09%, tumbuh sebesar 0,95%. Benchmarking dengan angka pertumbuhan ekonomi tingkat nasional dan provinsi, pada periode yang sama, angka pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta sedikit terkoreksi (perlambatan) pada tahun 2010 sedikit lebih rendah dibandingkan angka pertumuhan ekonomi baik dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional ataupun provinsi, masing-masing sebesar 5,8% untuk tingkat provinsi dan 6,2% untuk tingkat nasional. Sedangkan untuk tahun 2011, angka pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta sedikit lebih tinggi di bandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi tingkat provinsi, namun masih di bawah angka pertumuhan ekonomi nasional, dimana angka pertumuhan ekonomi tingkat provinsi sebesar 6,0% dan 6,5% untuk tingkat nasional.

9 c. Inflasi menjadi indikator bagi stablilitas harga. Angka inflasi tahun 2010-2011 menunjukkan trend yang menurun. Karakter inflasi cenderung volatile foods inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena keterbatasan pasokan komoditas pangan. d. Nilai ekspor Kota Surakarta tahun 2011 sebesar US$ 53.826.324,55 dengan nilai ekspor semester I sebesar US$ 27.368.621,02, tumbuh 7,14%, dibandingkan nilai ekpor tahun 2010 sebesar US$ 50.237.526,31. e. Nilai investasi gabungan tahun 2011 sebesar Rp.2.017.019.690.099,- dengan rincian sebagai berikut: TABEL II.2 PERKEMBANGAN INVESTASI KOTA SURAKARTA 2011 NO URAIAN 2011 1. Usaha Mikro 12.850.803.000 2. Usaha Kecil 172.328.233.948 3. Usaha Menengah 291.933.727.061 4. Usaha Besar 1.539.906.926.090 TOTAL 2.017.019.690.099 Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012. GAMBAR 2.1 PERKEMBANGAN TOTAL INVESTASI TAHUN 2009-2011 GAMBAR 2.2 INVESTASI MENURUT MODAL USAHA KOTA SURAKARTA TAHUN 2009-2011

10 2. Prospek Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2012 dan Tahun 2013 Kondisi perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2012 dan 2013 diperkirakan optimis tumbuh, seiring dengan kuatnya pasar domestik dalam memicu pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,07% tahun 2012 dan 6,11% pada tahun 2013. Sedangkan proyeksi pertumbuhan nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Harga konstan tahun 2012-2013, masing masing tumbuh sebesar 9,25% dan 6,06% untuk tahun 2011 2012 dan 11,06% dan 6,11% untuk tahun 2012 2013. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih didorong oleh sektor sekunder & tersier, melalui sektor perdagangan, hotel & restoran, industri pengolahan dan jasa. Sektor keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan, dan sektor bangunan serta sektor jasa menunjukkan pertumbuhan dominan dibandingkan dengan sektor lain. Pertumbuhan nilai ekspor Kota Surakarta tahun 2012 dan 2013 sedikit akan terkoreksi, jika melihat realisasi ekspor sampai dengan semester I tahun 2011 sebesar US$ 27.368.621,02 dibandingkan dengan nilai ekspor semester I tahun 2012 sebesar US$ 21.462.854,8, mengalami penurunan sebesar 21,57%. Indikator ini menjelaskan dampak melemahnya ekonomi global, di Amerika Serikat dan kawasan Eropa, sebagai mitra utama ekspor Kota Surakarta yang berimbas pada menurunnya serapan komoditi ekspor Kota Surakarta. Prediksi kondisi ekonomi makro Kota Surakarta tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL II.3 PREDIKSI INDIKATOR EKONOMI MAKRO KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 DAN 2013 No Indikator 2012 *) 2013 **) 1. PDRB: a. Atas dasar harga berlaku (Rupiah) 11.787.353.740.000,00 13.092.086.806.956,90 b. Atas dasar harga konstan 2000 (Rupiah) 5.740.237.910.000,00 6.091.184.360.000,00 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 6,07 6,11 (%) 3. Inflasi (%) 4,50 5,00 4. PDRB per kapita a. Atas dasar harga berlaku (Rupiah) 22.888.065,51 25.177.090,01 b. Atas dasar harga konstan 2000 (Rupiah) 11.146.093,03 11.713.816,08 Keterangan: *): angka target tahun berjalan ** ) : angka prediksi tahun rencana Sumber: BPS Kota Surakarta, 2012. Kinerja ekspor sedikit banyak akan terkoreksi jika mengacu pada realisasi nilai ekspor semester I tahun 2012 sebesar US$ 21.462.854,8, dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2011 semester yang sama, pertumbuhannya menurun sebesar 21,57%. Indikator ini menjelaskan efek kinerja ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih, di Amerika Serikat dan kawasan eropa, sebagai mitra utama pangsa pasar ekspor Kota Surakarta, untuk produk utama seperti tekstil, batik, mebel dan kantong plastik.

11 TABEL II.4 PERBANDINGAN REALISASI NILAI EKSPOR SEMESTER I TAHUN 2011 DAN 2012 NO KOMODITI NILAI FOB ( US$ ) 2011 2012 1 Batik 5.919.213,74 4.935.268,37 2 Kantong plastik 1.477.285,58 1.440.946,15 3 Kartu ucapan 579.415,05 292.241,21 4 Karung plastik 556.449,17 187.208,07 5 Kayu olahan 36.497,50 139.270,54 6 Kerajinan kaca 178,50 720,00 7 Kerajinan kayu 380.520,92 61.908,34 8 Kerajinan rotan 7.430,75 40.584,81 9 Keramik 57.598,71 0,00 10 Mebel 4.395.402,21 1.906.022,05 11 Patung batu 10.011,00 0,00 12 Payung taman 990,00 0,00 13 Perabot RT dari batu 145.134,72 0,00 14 Peralatan kantor 37.580,48 0,00 15 Tekstil dan produk tekstil 13.764.912,69 12.077.349,08 16 Bantal 0 660,00 17 Gamelan 0 5.444,44 18 Kerajinan bambu 0 13.566,56 19 Kerajinan batu 0 6.588,64 20 Pengering 0 149.600,00 21 Tas belanja kertas 0 205.476,54 JUMLAH 27.368.621,02 21.462.854,80 Sumber: Disperindag Kota Surakarta, 2012. a. Perkembangan nilai gabungan investasi Kota Surakarta tahun 2012 diperkirakan mengalami kenaikan, dengan realisasi investasi sampai dengan triwulan 3 (bulan September) sebesar Rp. 2.489.478.129.199,- dibandingkan dengan nilai investasi gabungan tahun 2011 tumbuh sebesar 23,42%. Struktur investasi masih di dominasi oleh usaha besar. Pertumbuhan nilai investasi per triwulan 3 tahun 2012 untuk usaha mikro, kecil dan menengah sedikit mengalami koreksi/penurunan, sedangkan pertumbuhan nilai usaha besar sampai dengan triwulan 3 tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar 37,01% dibandingkan tahun 2011. TABEL II.5 PERKEMBANGAN INVESTASI KOTA SURAKARTA 2012 TRIWULAN III NO URAIAN 2012 (Triwulan III) 1. Usaha Mikro 10.118.045.000 2. Usaha Kecil 108.184.834.638 3. Usaha Menengah 261.298.544.921 4. Usaha Besar 2.109.876.704.640 TOTAL 2.489.478.129.199 Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012.

12 B. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Arah kebijakan ekonomi Kota Surakarta tahun 2013, diarahkan pada: 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan, yang bertumpu pada peran ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi, terjaganya stabilitas ekonomi makro. Dengan pembenahan yang sungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan yang tepat dengan menempatkan prioritas pengembangan pada sektorsektor yang mempunyai efek pengganda tinggi dalam menciptakan kesempatan kerja. 2. Meningkatkan daya saing ekspor daerah, untuk mempengaruhi keberlangsungan usaha dan perekonomian daerah sehingga dapat mempertahankan ketersediaan lapangan kerja bahkan mungkin dapat menambah lapangan kerja. 3. Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta (public-private partnership), terutama terkait dengan efisiensi pembiayaan investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasi dan berkualitas. 4. Mengembangkan program-program bagi usaha produktif berskala mikro dengan menyediakan modal umpan (seed capital) melalui pendekatan pemberian pinjaman kelompok (a group lending approach) dalam rangka membangun modal sosial kolektif serta meningkatkan kepemilikan dan pembentukan modal lokal di Kota Surakarta. 5. Memfasilitasi pengembangan koperasi di berbagai bidang dan lokasi usaha di Kota Surakarta sebagai bentuk bisnis yang dimiliki dan dikelola bersama-sama oleh pekerja untuk meningkatkan kemampuan menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan melalui sumber daya bersama.

13 BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) A. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN Resesi di kawasan Eropa dan belum pulihnya perekonomian Amerika Serikat masih menjadi ancaman bagi perekonomian global yang sedikit banyak berimbas pada koreksi angka pertumuhan ekonomi Indonesia, khususnya terhadap tekanan ekspor. Pertumbuhan ekonomi global tahun 2012 diprediksi hanya sebesar 3,5% sedikit mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 3,9%. Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi global, yang digerakkan oleh aktivitas perdagangan antar negara hanya akan tumbuh sebesar 3,9%. Indikasi perlambatan aktivitas volume perdagangan dunia terjadi sejak tahun 2011, hal ini ditunjukkan oleh indikator perdagangan dunia yang hanya tumbuh sebesar 5,9%. Sinyal positif terhadap angka pertumbuhan ekonomi global sedikit banyak ditandai dengan pertumbuhan positif ekonomi Amerika Serikat sebesar 1,9% (yoy) sampai dengan triwulan I dan menurunnya angka pengangguran sebesar 8,2% pada bulan Mei 2012. Dengan asumsi perkembangan positif terjaga, akhir tahun 2012 perekonomian Amerika Serikat diperkirakan mampu tumbuh sebesar 2,0% (yoy). Berbeda halnya dengan perekonomian Amerika Serikat, kondisi di kawasan Eropa mengalami resesi dengan tingkat pertumbuhan yang mencapai minus 0,1% (yoy) pada triwulan I 2012 atau jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan IV 2011 sebesar 0,7% (yoy). Perubahan konstelasi politik di beberapa negara Eropa telah mengancam disiplin fiskal serta pemulihan ekonomi Eropa. Pada akhir tahun 2012, perekonomian Eropa diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 0,3%. TABEL III.1 PREDIKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI NASIONAL TAHUN 2012 DAN TAHUN 2013 No Indikator Tahun Tahun 2012 *) 2013 **) 1. Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,5 6,8 a. Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran (%) Konsumsi Masyarakat 4,8-5,0 4,9 Konsumsi Pemerintah 6,8-7,0 6,7 Investasi 10,5-10,8 11,9 Ekspor 7,0-7,2 11,7 Impor 8,5-8,7 13,5 b. Pertumbuhan PDB Sisi Produksi (%) Pertanian, Peternakan, 3,5-3,7 3,7 Pertambangan dan Penggalian 2,9-3,1 2,8 Industri Pengolahan 5,7-5,9 6,5 Listrik, Gas dan Air Bersih 6,2-6,4 6,6 Konstruksi 7,6-7,8 7,5 Perdagangan Hotel dan Restoran 7,1-7,3 8,9 Pengangkutan dan Komunikasi 11,6-11,8 12,1 Keuangan, Real Estate & Jasa 6,6-6,8 6,1 Persh. Jasa Jasa 6,6-6,8 6,0

No Indikator 14 Tahun 2012 *) Tahun 2013 **) 2. Stabilitas Ekonomi Laju Inflasi 3,5-5,5 4,9 Nilai Tukar Nominal (Rp/US$) 9.000 9.300 Suku Bunga SBI 3 bln (%) 5,0 5,0 3. Neraca Pembayaran Pertumbuhan Ekspor (%) 7,0-7,2 11,7 Pertumbuhan Impor (%) 8,5-8,7 13,5 Keterangan: *): angka target tahun berjalan ** ) : angka prediksi tahun rencana Sumber: www.fiskal.depkeu.go.id, 2012. Dalam rangka penyusunan RAPBN Tahun Anggaran 2013, sebagaimana kesepakatan antara pemerintah dan DPR RI, telah disepakati asumsi, sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi 6,8% 2. Inflasi disepakati 4,9% 3. Nilai Tukar rupiah Rp9.300 per dolar AS 4. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan 5%. 5. Harga ICP minyak 100 dolar AS per barel, lifting minyak 900 ribu barel per hari, lifting gas bumi 1.360 ribu barel setara minyak per hari dan lifting minyak dan gas bumi 2.260 ribu barel per hari. 6. Besaran defisit dalam 2013 adalah 1,65% terhadap PDB B. Laju Inflasi Inflasi merupakan salah satu barometer stabilitas perekonomian, baik pada skala nasional ataupun daerah. Gejala inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga secara umum, memberi korelasi terhadap daya beli masyarakat. Inflasi yang tinggi berakibat terhadap menurunnya daya beli masyarakat. 1. Nasional Perkembangan laju inflasi Indonesia selama beberapa tahun terakhir sangat dipengaruhi oleh volatilitas harga komoditas energi dan bahan pangan di pasar internasional. Volatilitas harga komoditas tersebut di pasar internasional muncul karena adanya gangguan produksi di negara-negara produsen sebagai dampak anomali iklim, bencana alam, dan konflik geopolitik. Adanya gangguan produksi tersebut mendorong peningkatan tekanan output gap di pasar internasional yang pada akhirnya berdampak pada timbulnya gejolak harga komoditas sejenis di pasar dalam negeri. Meningkatnya harga komoditas bahan pangan dan energi di pasar internasional pada tahun 2010 kembali mendorong peningkatan laju inflasi hingga mencapai level 6,96% (yoy). Tekanan inflasi dari sumber eksternal tersebut memperberat laju inflasi domestik mengingat pada saat yang bersamaan, pasar dalam negeri juga mengalami gangguan pasokan bahan pangan dan energi sebagai dampak dan serangkaian bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah sentra produksi. Tekanan tersebut menimbulkan dorongan peningkatan harga komoditas bahan pangan dan energi di pasar dalam negeri sehingga meningkatkan inflasi tahun 2010. Pada tahun 2011, tekanan yang bersumber dari faktor eksternal cenderung menurun, yang disertai dengan produksi dalam negeri yang mengalami peningkatan, arus distribusi yang mengalami perbaikan, serta

15 nilai tukar rupiah yang stabil. Laju inflasi tahun 2011 berada pada level 3,79% (yoy) yang didorong oleh penurunan laju inflasi pada komoditas bahan pangan. Hal itu mendorong terjadinya deflasi terbesar dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, yang terjadi pada Maret 2011, yaitu sebesar 0,32% (mtm). Laju inflasi tahun 2012, jika mengacu dari ketetapan dalam APBN P 2012, sebesar 6,8%, namun jika mencermati perkembangan, angka inflasi diprediksi sebesar 4,8%. Laju inflasi tahun 2013 diharapkan dapat dikendalikan pada tingkat 4,9%. Hal tersebut diharapkan dapat dicapai melalui kelancaran pasokan dan distribusi barang dan jasa, membaiknya koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang didukung oleh meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dalam upaya pengendalian inflasi. 2. Provinsi Jawa Tengah Jika angka inflasi Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 2,68%, angka inflasi untuk tahun 2012, diprediksi mengalami kenaikan dikisaran angka 5-6%. Tahun 2013, dengan memperhatikan berbagai kondisi yang berpengaruh, diperkirakan berada dibawah 2 digit, berkisar pada kisaran ± 5%, dengan perkiraan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) sebesar 3,5. Tekanan inflasi diperkirakan banyak dipengaruhi oleh gejolak harga pada volatile food dan perkembangan harga komoditas internasional, terutama bahan baku produksi, emas dan minyak mentah yang diperkirakan kembali meningkat seiring dengan memanasnya situasi geopolitik global di Timur Tengah, dan kemungkinan masih berlanjutnya krisis di Eropa. Sementara itu kemungkinan inflasi pada kelompok barang administered prices diperkirakan dapat terkendali apabila tidak ada kenaikan harga barang yang bersifat strategis, kecuali ada kebijakan pemerintah yang sifatnya ekstrim, seperti kenaikan harga BBM dan Tarif Listrik yang selanjutnya dapat memicu terjadinya inflasi. 3. Kota Surakarta Inflasi Kota Surakarta secara umum bersifat Inflasi bergejolak (volatile goods), yaitu Inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak. Inflasi volatile goods masih didominasi bahan makanan. Dengan tingkat laju inflasi yang rendah di Kota Surakarta pada tahun 2011 sebesar 1,93% dibandingkan dengan tingkat Provinsi Jawa tengah dan pusat, diharapkan dapat menjadi stimulan bagi perkembangan ekonomi di Kota Surakarta, utamanya dikaitkan dengan sektor basis di sektor perdagangan dan jasa, yang mampu memicu bagi peningkatan PAD melalui instrumen fiskal (pajak dan retribusi daerah). Inflasi Kota Surakarta tahun 2012 diprediksi sebesar 5-6% dan tahun 2013 diprediksi sebesar ± 5%. Karakter inflasi diprediksi masih dodominasi dari sumber makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. C. Pertumbuhan PDRB 1. Nasional Perekonomian nasional masih cukup kuat untuk menghadapi dampak krisis global yang masih berlangsung hingga saat ini. Hal itu terbukti dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2011 yang mencapai 6,5%, pada saat beberapa negara mengalami perlambatan atau bahkan pertumbuhan negatif. Selama lima tahun terakhir (2007-2011), ekonomi Indonesia mampu tumbuh rata-rata sebesar 5,9% (yoy),

16 lebih tinggi jika dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya (2002-2006) yang tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di tahun 2011 berasal dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh 8,8% (yoy), konsumsi rumah tangga tumbuh 4,7% (yoy), dan konsumsi pemerintah tumbuh 3,2% (yoy). Sementara itu, ekspor-impor mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu hanya tumbuh 13,6% dan 13,3% (yoy). Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi 2011 didorong oleh sektor industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi yaitu mencapai 6,2% (yoy), serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Meskipun angka pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2013 diproyeksikan meningkat sebesar 6,8%, trend koreksi terhadap angka pertumbuhan ekonomi nasional juga menunjukkan kecenderungan penurunan. Hal ini ditandai dengan belum pastinya angka pertumbuhan ekonomi global, meskipun optimisme terhadap kuatnya pasar domestik masih menjadi penopang pertumbuhan PDB. Kontribusi ekspor tahun 2013 diprediksi juga akan terkoreksi seiring dengan kontraksi terhadap mitra dagang utama yang memiliki integrasi ekonomi tinggi dengan 2 kawasan tersebut. Tren positif penguatan nilai tukar rupiah selama tahun 2010 tersebut terus berlangsung hingga tahun 2011. Masih berlangsungnya proses pemulihan ekonomi di Amerika Serikat serta belum adanya kepastian mengenai proses pemulihan ekonomi di Eropa, mendorong investor mengalihkan investasinya ke negara-negara emerging markets, termasuk Indonesia. Imbal hasil rupiah yang kompetitif serta meningkatnya credit rating Indonesia pada level investment grade menjadi daya tarik investasi sehingga mendorong peningkatan arus modal masuk ke pasar domestik. Trend penguatan rupiah ini diperkirakan berlanjut di tahun 2012 dan 2013, sentimen negatif terhadap depresiasi rupiah cenderung akan dipengaruhi oleh faktor eksternal, dibandingkan dengan kondisi internal. TABEL III.2 DISTRIBUSI PDB DAN KONTRIBUSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI 2010-2011 Pengeluaran Distribusi (%) Kontribusi (%) 2010 2011 2010 2011 Konsumsi Masyarakat 56,6 54,6 2,7 2,7 Konsumsi Pemerintah 9,0 9,0 0,0 0,3 PMTB 32,1 32,0 2,0 2,1 Ekspor 24,6 26,3 6,5 6,3 Impor 22,9 24,9 5,6 4,8 Sektor Pertanian 15,3 14,7 0,4 Pertambangan 11,2 11,9 0,3 0,1 Industri 24,8 24,3 1,2 1,6 Listrik, gas, dan air bersih 0,8 0,7 0,0 0,0 Konstruksi 10,3 10,2 0,4 0,4 Perdagangan, hotel dan 13,7 13,8 1,5 1,6 restoran Pengangkutan dan 6,6 6,6 1,2 1,0 komunikasi Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 7,2 7,2 0,5 0,7

17 Distribusi (%) Kontribusi (%) Pengeluaran 2010 2011 2010 2011 Jasa 10,2 10,5 0,6 0,6 Sumber: Nota Keuangan RAPBN Tahun Anggaran 2013, 2012 2. Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan proporsi komponen jenis penggunaan, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar dalam PDRB Jawa Tengah dan porsinya mengalami peningkatan dari 64,2% pada Tahun 2010 menjadi 64,3% pada Tahun 2011 dan akan terus berlanjut untuk tahun 2012 dengan kontribusi sebesar 64,35%. Besarnya kontribusi konsumsi rumah tangga menunjukkan besarnya potensi pasar domestik. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2011 yang cukup tinggi dipengaruhi oleh meningkatnya laju pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 7,7%; PMTB sebesar 7,6%; ekspor barang dan jasa sebesar 7,2%, serta konsumsi rumah tangga sebesar 6,6%. Namun, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut diikuti dengan pertumbuhan impor di Jawa Tengah cukup tinggi pada tahun 2011, yaitu mencapai 10,7%.tren ini diprediksi juga akan berlanjut di tahun 2012. NO TABEL III.3 DISTRIBUSI DAN LAJU PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH MENURUT JENIS PENGGUNAAN TAHUN 2010-2012 Jenis Penggunaan 1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi Lembaga Non Profit Distribusi (%) Pertumbuhan (%) 2010 2011 2012 *) 2010 2011 2012 *) 64,2 64,3 64,35 6,2 6,6 6,9 1,4 1,4 1,35-0,1 2,9 3,2 3. Konsumsi Pemerintah 11,4 11,3 11,2 3,1 7,7 7,9 4. PMTB 18,6 21,6 21,2 8,0 7,6 8,1 5. Perubahan Stok - - - 6. Ekspor 4,4 1,5 1,9 11,2 7,2 7,7 7. Impor - - - 4,0 10,7 10,2 Keterangan: *): angka target tahun berjalan PDRB 100 100 100 5,8 6,0 6,2 Sumber: RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Pertumbuhan PDB Provinsi Jawa tengah Tahun 2013 diprediksi akan didominasi oleh Kontribusi 3 sektor utama atas industri pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor pertanian. Pertumuhan sektor yang dominan justru dari sektor Pengangkutan dan komunikasi, Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor jasa. Sektor pertanian sebagai sektor ekonomi utama diperkirakan masih berperan, sementara sektor industri dan Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) juga memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan tetap menjadi penopang stabilitas pertumbuhan investasi. Ekspor Jawa Tengah Tahun 2013 diperkirakan masih tertuju pada pasar ekspor antara lain Amerika, Jepang dan China dengan komoditas berupa TPT, barang kayu dan olahan kayu, hasil manufaktur pabrik serta

18 hasil pertanian, sedangkan secara nilai ekspor diprediksikan dapat meningkat apabila tidak terjadi kondisi yang bersifat ekstrim. Alternatif membuka pasar ekspor yang barudi luar pasar Amerika Serikat & Zona Eropa perlu ditempuh untuk memberikan nilai tambah dan daya saing. Ekspor pada sektor industri dan pertanian selanjutnya lebih difokuskan pada produk olahan, bukan bahan baku atau bahan mentah. Sedangkan nilai impor diperkirakan meningkat, hal tersebut dipengaruhi tingginya permintaan untuk konsumsi maupun bahan baku industri serta tidak adanya pembatasan impor. Meningkatnya impor berbagai produk pangan seperti beras, garam, kentang, buah-buahan, jagung, kedelai, daging sapi dan susu perlu diwaspadai, terlebih lagi munculnya produk pakaian dan tekstil dari China. TABEL III.4 ANGKA SEMENTARA DAN PREDIKSI INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2013 No Indikator 2012* ) 2013** ) 1. PDRB a. Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)/triliun 533.515 568.416 rupiah b. Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) )/triliun rupiah 205.819 213.412 2. PDRB/kapita a. Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)/juta rupiah 16.476 17.554 b. Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)/juta rupiah 6.356 6.591 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,8-6,3 5,8-6,2 4. Inflasi (%) 5-6 ±5 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,8 5,6 6. Prosentase Penduduk Miskin (%) 13,44 11,8 7. Nilai Tukar Petani (NTP) 107,84 108,67 Keterangan: *): angka target tahun berjalan **): angka prediksi tahun rencana Sumber: RKPD Provinsi Jateng Tahun 2013, 2012. TABEL III.5 PREDIKSI KONTRIBUSI SEKTOR PROVINSI JATENG BERDASARKAN HARGA BERLAKU (HB) TAHUN 2013 2013** ) No Sektor Pertumbuhan (%) Kontribusi (%) 1. Pertanian 3,34 18,94 2. Pertambangan dan Penggalian 3,94 0,95 3. Industri Pengolahan 7,26 33,39 4. Listrik, Gas dan Air Minum 3,10 1,01 5. Bangunan 5,84 6,02 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,96 19,60 7. Pengangkutan dan komunikasi 8,06 5,90 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,60 3,54 9. Jasa-jasa 7,90 10,66 Total PDRB 6,00 100 Keterangan: **): angka prediksi tahun rencana Sumber: RKPD Provinsi Jateng Tahun 2013, 2012.

19 3. Kota Surakarta Jika pada tahun 2004-2006, sektor industri pengolahan mendominasi sektor basis Kota Surakarta dengan kontribusi rata-rata sebesar 26,54%, selanjutnya sejak tahun 2007-2011 kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran mendominasi struktur perekonomian Kota Surakarta dengan kontribusi rata-rata sebesar 25,05%. Sedangkan untuk tahun 2012 dan 2013 kontribusi sektor industri pengolahan diprediksi mulai menunjukkan recovery, dengan memberi kontribusi terbesar kedua, setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran, masing masing sebesar 23,52% dan 22,80% untuk sektor industri pengolahan tahun 2012 dan tahun 2013, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran tahun 2012 dan 2013 diprediksi memberi kontribusi sebesar 27,14% dan 27,34%. Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta Tahun 2013 diproyeksi sebesar 6,11%, kontribusi terbesar masih dominasi oleh sektor perdagangan, hotel & restoran, industri pengolahan dan jasa. Sektor keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan, dan sektor bangunan serta sektor jasa menunjukkan pertumbuhan dominan dibandingkan dengan sektor lain. Kontribusi dan pertumbuhan sektor sekunder dan tersier tersebut menjadi penggerak pertumbuhan PDB Kota Surakarta. Pertumbuhan kedua sektor tersebut meningkat seiring dengan berhasilnya pencitraan brand image Kota Surakarta sebagai Kota MICE (Meeting Incentives Conferencing and Exibition) baik pada skala regional, nasional dan internasional yang memberi akselerasi pada pertumbuhan dan kontribusi sektor basis. Peningkatan investasi, masih didominasi oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dengan pertumbuhan investasi diprediksi masih didominasi oleh usaha skala besar dengan rata-rata kontribusi usaha skala besar sejak tahun 2009-triwulan III tahun 2012 sebesar 84,75%. Trend ini masih diperkuat dengan pertumbuhan usaha skala besar bulan September 2012 dibandingkan dengan nilai investasi gabungan tahun 2011 dari usaha skala besar sebesar 37,01%. Indikator nilai ekspor dan nilai investasi di atas menjelaskan, belum stabilnya pertumbuhan ekonomi global yang berimbas ke nilai ekspor Kota Surakarta dan kuatnya pasar domestik, utamanya pertumbuhan dan kontribusi sektor sekunder dan tersier, karena keberhasilan city branding Kota Surakarta sebagai Kota MICE (Meeting. Incentive, Conference and exibition). TABEL III.6 ANGKA PREDIKSI INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2012-2013 No Indikator 2012* ) 2012** ) 1. PDRB a. Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) (Rupiah) b. Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) (Rupiah) 2. PDRB/kapita a. Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) (Rupiah) b. Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) (Rupiah) 11.787.353.740.000,00 13.092.086.806.956,90 5.740.237.910.000,00 6.091.184.360.000,00 22.888.065,51 25.177.090,01 11.146.093,03 11.713.816,08

20 No No Indikator 2012* ) 2012** ) 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi 6,07 6,11 (%) 3. Inflasi (%) 4,50 5,00 Keterangan: *): angka target tahun berjalan **): angka prediksi tahun rencana Sumber: BPS Kota Surakarta, 2012. Sektor TABEL III.7 PREDIKSI PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ADHB DAN ADHK (dlm juta rupiah) KOTA SURAKARTA TAHUN 2012* - 2013** ) 2012* ) 2013** ) ADHB ADHK ADHB ADHK 1. Pertanian 6.083,27 2.912,43 6.405,30 2.916,19 2. Pertambangan dan 2.939,81 1.789,64 2.938,94 1.784,96 Penggalian 3. Industri Pengolahan 2.364.129,69 1.349.967,23 2.542.391,37 1.388.993,45 4. Listrik, Gas dan Air 297.497,14 137.973,24 323.710,02 147.983,78 Minum 5. Bangunan 1.716.251,84 765.569,54 1.901.415,83 821.759,49 6. Perdagangan, Hotel, 3.029.381,94 1.557.912,38 3.354.581,51 1.665.443,12 dan Restoran 7. Pengangkutan dan 1.385.827,95 587.315,23 1.581.485,22 625.253,47 komunikasi 8. Keuangan, Persewaan 1.392.877,43 599.892,36 1.583.743,02 647.487,35 dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 1.592.364,67 736.905,86 1.795.415,59 789.562,55 Total PDRB 11.787.353,74 5.740.237,91 13.092.086,81 6.091.184,36 Keterangan: *): angka target tahun berjalan **): angka prediksi tahun rencana Sumber: BPS Kota Surakarta, 2012.