PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PASUNDAN MENGGUNAKAN RUMUS WINTER PADA BERBAGAI SKOR KONDISI TUBUH DI KECAMATAN TEGAL BULEUD KABUPATEN SUKABUMI ESTIMATION OF CATTLE BODY WEIGHT USING THE WINTER FORMULA OF PASUNDAN CATTLE AT DIFFERENCE BODY CONDITION SCORE AT TEGAL BULEUD SUBDISTRICT OF SUKABUMI DISTRICT Muhammad Rahmat Akbar*, Sri Bandiati**, Nono Suwarno** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email: mrahmatakbar1995@gmail.com Abstrak Penelitian mengenai Pendugaan Bobot Badan Sapi Pasundan Menggunakan Rumus Winter pada Berbagai Skor Kondisi Tubuh ini dilakukan pada bulan Agustus 2016 di Kecamatan Tegal Buleud, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendugaan bobot badan sapi pasundan menggunakan rumus Winter pada berbagai skor kondisi tubuh di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi. Objek penelitian dalam usulan penelitian ini adalah indukan sapi pasundan yang berumur 2-7 tahun sejumlah 90 ekor. Skor kondisi tubuh yang digunakan adalah dengan skala 1-3. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode survei. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendugaan bobot badan sapi pasundan dengan rumus Winter pada skor kondisi tubuh satu sebesar 186,56 ± 24,55 kg, skor kondisi tubuh dua sebesar 210,31 ± 28,38 kg, dan pada skor kondisi tubuh tiga sebesar 211,38 ± 36,87 kg. Kata kunci: Bobot badan, Rumus Winter, Sapi Pasundan, Skor Kondisi Tubuh Abstract This research about Estimation of Cattle Body Weight Using The Winter Formula of Pasundan Cattle At Difference Body Condition Score was conducted in August 2016 in Tegal Buleud Subdistrict, Sukabumi district, West Java. This research aims to know the cattle body weight prediction using the Winter formula of pasundan cattle at various body condition scores at Tegal Buleud subdistrict of Sukabumi district. The object of study in the research was pasundan cow aged 2-7 years with 90's tails of sample. Body condition score was on a scale of 1-3. The research method used was by the method of the survey. The results of this research indicate that cattle body weight prediction of pasundan cattle with Winter formula on body condition score one was of 186.56 ± 24.55 kg, the second of body condition score was 210.31 ± 28.38 kg, and the third of body condition score was 211.38 ± 36.87 kg. Key words: Body Weight, Winter Formula, Pasundan cow, Body Condition Score Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1
PENDAHULUAN Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan swasembada daging sapi adalah dengan meningkatkan populasi sapi lokal, khususnya sapi betina dewasa. Hakikatnya, sapi betina dewasa merupakan kunci dalam meningkatkan jumlah populasi. Akan tetapi tidak semua sapi betina dewasa bisa dikategorikan layak untuk dijadikan indukan. Salah satu penilaian yang biasa dilakukan untuk menentukan kemampuan berproduksi sapi betina dewasa adalah dengan Skor Kondisi Tubuh (SKT). Skor kondisi tubuh merupakan penilaian tingkatan daging dan lemak berdasarkan penilaian kualitatif. Hal tersebut mempengaruhi kemampuan indukan dalam mengandung serta melahirkan vetus. Indukan yang dipelihara harus diperhatikan ketelitian dan kontinuitas manajemennya, seperti pemberian jumlah pakan dan dosis obat. Kedua hal tersebut perlu diberikan berdasarkan kebutuhan indukan yang dapat diketahui melalui pengukuran bobot badan. Namun pengukuran bobot badan tidak semua bisa dilakukan di semua tempat. Hal ini bisa terjadi karena medan yang sulit ditempuh dan juga ketersediaan timbangan yang tidak dimiliki oleh semua peternak, khususnya peternakan rakyat. Walaupun sudah banyak dijumpai timbangan yang sifatnya dapat dibawa (portable) akan tetapi hal tersebut masih jauh dari kata efektif dan efisien. Beberapa parameter ukuran tubuh ternak yang memiliki hubungan erat dengan bobot badan sering dimanfaatkan sebagai penduga bobot badan. Salah satu yang sering digunakan dalam pendugaan bobot badan adalah dengan menggunakan rumus Winter, yaitu pendugaan bobot badan berdasarkan pengukuran lingkar dada dan panjang badan. Salah satu sapi lokal yang berpotensi menjadi pemenuh kebutuhan daging nasional adalah sapi pasundan. Sapi pasundan merupakan sapi lokal di Jawa Barat yang diresmikan pada tahun 2014 oleh Menteri Pertanian (Mentan), sebagai rumpun baru berdasarkan SK Nomor 1051/kpts/SR.120/10/2014. Salah satu lokasi kelompok ternak pembudidayaan sapi pasundan adalah peternakan rakyat di Kecamatan Tegal Buleud, Kabupaten Sukabumi. Lokasi ini merupakan tempat dilaksanakannya program pengembangan populasi dan pembibitan sapi potong khususnya di Jawa Barat oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, sehingga diharapkan mampu menjadi contoh bagi peternak sapi pasundan lainnya. Uraian di atas menjelaskan tentang perlu adanya diidentifikasi berapa pendugaan bobot badan sapi pasundan menggunakan rumus Winter pada berbagai skor kondisi tubuh, dan karena itu tujuan penelitian ini adalah agar diperoleh nilai dari pendugaan bobot badan sapi pasundan menggunakan rumus Winter pada berbagai skor kondisi tubuh di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2
OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek dan Metode Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah indukan sapi pasundan umur 2-7 tahun. Sapi induk yang ideal digunakan sebagai bibit sumber, dimulai pada umur sekitar 18 24 bulan yaitu ditandai dengan mulai bunting yang pertama, kemudian harus sudah dikeluarkan sebagai indukan pada umur sekitar 6 7 tahun atau sudah beranak 4 5 kali (Wijono dan Aryogi, 2007). Pengamatan tidak dilakukan pada indukan yang sedang bunting. Pendugaan umur ternak dilakukan berdasarkan gigi geligi, harus terlebih dahulu diketahui keadaan giginya. Jumlah gigi sapi adalah 32 buah (12 buah pada rahang atas dan 20 buah pada rahang bawah) (Santosa, 2009). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengamatan dilakukan pada masing-masing Skor Kondisi Tubuh (SKT). Setiap skor pada SKT diambil sampel sebanyak 30 ekor sapi pasundan. Jumlah ini mengacu pada teorema limit pusat yang berkaitan dengan distribusi normal. Berdasarkan teorema limit pusat bahwa ukuran sampel 30 sudah dianggap normal, apapun bentuk awal distribusinya (Nurudin, dkk. 2014). Data yang diperoleh berasal dari hasil pengukuran ukuran-ukuran tubuh sapi pasundan yaitu lingkar dada dan panjang badan. Pengukuran menggunakan pita dan tongkat ukur dengan satuan cm, yang kemudian dikonfersi ke dalam inchi, sebagai ketentuan penggunaan rumus Winter. Satuan dari nilai pendugaan bobot badan yang didapat dari rumus Winter adalah pound, sehingga perlu dikonfersi dalam satuan kg, sebagai satuan Standar Internasional (SI). Kilogram merupakan satuan standar internasional (National Institute of Standards and Technology, 2008). Variabel Penelitian yang Diamati Variabel penelitian yang diamati adalah lingkar dada, panjang badan, bobot badan dan skor kondisi tubuh dengan ketentuan sebagai berikut. Lingkar dada, yaitu dengan mengukur tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Balai Pengkajian Teknolgi Pertanian NTB, 2010). Pengukuran menggunakan pita ukur satuan cm. Panjang badan, yaitu dengan mengukur jarak dari tulang bahu sampai tulang duduk (pin bone) (Balai Pengkajian Teknolgi Pertanian NTB, 2010). Pengukuran menggunakan tongkat ukur satuan cm. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3
Pendugaan bobot badan, yaitu dengan menggunakan rumus Winter yang telah menggunakan lingkar dada dan panjang badan dalam pendugaannya (Santosa, 2009). keterangan: = bobot badan = lingkar dada = panjang badan transformasi berat dan panjang 1 pound = 0,45 kg 1 kg = 2,20 Pound 1 cm = 0,39 Inchi 1 Inchi = 2,54 cm Penilaian Skor Kondisi Tubuh berdasarkan pengamatan tulang rusuk dengan skala 1-3. Skor satu untuk menunjukkan kondisi tubuh kurus yaitu tulang rusuk yang tampak membayang di balik kulit lebih dari enam buah. Skor dua untuk kondisi tubuh sedang, yaitu tulang rusuk yang tampak membayang di balik kulit kurang dari enam buah, biasanya 4-5 buah. Sedangkan skor tiga untuk skor kondisi gemuk adalah apabila seluruh tulang rusuk tidak tampak membayang di balik kulit karena tertutuk oleh daging dan lemak (Santosa, 2009). HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Tempat Penelitian Tegal Buleud adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Lokasi geografis Kecamatan Tegal Buleud berbatasan langsung dengan laut Samudra Indonesia di sebelah Selatan. Secara administratif, kecamatan tersebut sekarang ini terbagi dalam delapan desa, yaitu Sumberasih, Sumberjaya, Buniasih, Tegal Buleud, Calincing, Rambay, Bangbayang, dan Nangela. Luas wilayah kecamatan Tegal Buleud adalah 15.054,43 ha di mana 3.191, 17 ha terletak antara 0-100 meter di atas permukaan laut; 11.380,33 berada antara 100-500 meter di atas permukaan laut dan sisanya berada di antara 500-1000 meter di atas permukaan laut. curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm dan hari hujan 144 hari. Suhu udara berkisar antara 20-30 0 C dengan kelembaban udara 85-89 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4
persen. Curah hujan antara 3.000-4.000 mm/tahun terdapat di daerah utara, sedangkan curah hujan antara 2.000-3.000 mm/tahun terdapat dibagian tengah sampai selatan Kabupaten Sukabumi. Kecamatan Tegal Buleud merupakan salah satu lokasi pembudidayaan sapi pasundan. Jumlah populasi sapi pasundan di Tegal Buleud sebanyak 900 ekor indukan, dengan 323 di antaranya bunting, data awal tahun 2016. Desa Sumberjaya merupakan satu-satunya desa yang mendapat bantuan indukan sapi pasundan oleh pemerintah sebanyak 20 ekor. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Pasundan Sapi pasundan di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi terkonsentrasi di Desa Sumberjaya dengan populasi indukan 174 ekor, Buniasih dengan populasi indukan sebanyak 365 ekor, dan Tegal Buleud dengan jumlah indukan sebanyak 361 ekor. Sistem pemeliharaan intensif banyak diterapkan di desa Sumberjaya sedangkan desa Sumberjaya dan Buniasih lebih cenderung memelihara dengan sistem ekstensif di pesisir pantai. Sistem ekstensif diterapkan dengan menggunakan kandang permanen. Satu kandang tersebut terdiri dari gabungan beberapa peternak, termasuk di dalamnya sapi hibah pememrintah. Pemberian pakan hanya dengan memberikan hijauan, yaitu rumput lapang. Pemberian hijauan dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Pada kandang ini terdapat sapi indukan, pejantan, dan pedet. Di desa yang menerapkan sistem pemeliharaan ekstensif, Sumberjaya dan Buniasih, menggembalakan ternaknya di pesisir pantai dan juga dilahan persawahan yang sudah dipanen. Namun beberapa peternak juga ada yang terlihat mengikat ternaknya pada patok. Mayoritas sapi indukan di Kecamatan Tegal Buleud dikawinkan dengan cara Inseminasi Buatan (IB). Cara tersebut paling diminati peternak dan tergolong paling efektif serta efisien dibandingkan dengan cara perkawinan alam. Namun sejak ditetapkannya rumpun sapi pasundan pada tahun 2014 oleh pemerintah keberadaan straw sapi pasundan baru tersedia di tahun 2016. Hal tersebut menyebabkan selama dua tahun banyak peternak yang melakukan IB pada sapi indukannya dengan straw selain sapi pasundan, sehingga menurunnya kualitas genetik sapi pasundan tidak dapat dihindarkan. Lingkar Dada, Panjang Badan, dan Bobot Badan Dugaan Sapi Pasundan Data yang dianalisis adalah ukuran lingkar dada, panjang badan, dan pendugaan bobot badan pada 90 ekor indukan sapi pasundan. Terdiri dari 30 ekor pada skor kondisi tubuh satu, 30 ekor pada skor kondisi tubuh dua, dan 30 ekor pada skor kondisi tubuh tiga yang berumur Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5
2-7 tahun dan tidak sedang dalam keadaan bunting. Sampel merupakan sapi pasundan di daerah Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitian mengenai pengukuran lingkar dada, panjang badan, dan bobot badan dugaan (menggunakan rumus Winter) sapi pasundan pada skor kondisi tubuh satu, dua, dan tiga dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Lingkar Dada, Panjang Badan, dan Bobot Badan Dugaan Sapi Pasundan pada Skor Kondisi Tubuh Satu, Dua, dan Tiga Lingkar Dada Panjang Badan Bobot Badan Dugaan No Statistik (inchi) (inchi) (pound) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 Rata-rata 52,40 55,52 55,48 45,07 45,20 45,34 414,57 467,37 469,74 2 Ragam 7,6 10,97 17,90 3,32 2,20 3,63 2977,49 3977,44 6721,12 3 S. Baku 2,7 3,31 4,23 1,82 1,48 1,90 54,56 63,06 81,98 4 K. Variasi (%) 5,26 5,96 7,62 4,04 3,28 4,20 13,16 13,49 17,45 Berdasarkan tabel di atas diperoleh data koefisien variasi ukuran lingkar dada, panjang badan, dan bobot badan dugaan pada setiap skor kondisi tubuh, kecuali bobot badan dugaan skor kondisi tubuh tiga, berturut-turut sebesar 5,26%; 5,96%; 7,62%; 4,04%; 3,28%; 4,20%; 13,16%; dan 13,49%. Semua koefisien variasi tersebut memiliki sifat yang seragam. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (1992), yaitu jika nilai koefisien variasi di bawah 15% maka dapat disebut seragam. Lain halnya dengan koefisien variasi bobot badan dugaan skor kondisi tubuh tiga sebesar 17,45%, nilai tersebut dikategorikan tidak seragam karena melebihi nilai 15%. Ketidakseragaman tersebut bisa dikarenakan terlalu jauh perbedaan bobot badan dugaan walaupun memiliki nilai skor kondisi tubuh yang sama. Rataan yang diperoleh dari ukuran lingkar dada, satuan inchi, berdasarkan skor kondisi tubuh satu, dua, dan tiga berturut-turut adalah 52,40 ± 2,7 inchi, 55,52 ± 3,31 inchi, dan 55,48 ± 4,23 inchi. Jika dikonfersikan dalam satuan sentimeter maka diperoleh nilai 134,36 ± 7,07 cm, 142,38 ± 8,49 cm, dan 142,27 ± 4,87 cm. Dari data tersebut masih belum bisa menunjukkan semakin besar nilai skor kondisi tubuh maka semakin besar pula ukuran lingkar dada. Rataan yang diperoleh dari ukuran panjang badan, satuan inchi, berdasarkan skor kondisi tubuh satu, dua, dan tiga berturut-turut adalah 45,07 ± 1,82 inchi, 45,20 ± 1,48 inchi, dan 45,34 ± 1,90 inchi. Jika dikonfersikan dalam satuan sentimeter maka diperoleh nilai 115, 56 ± 4,67 cm, 115,9 ± 3,80 cm, dan 116,26 ± 4,87 cm. Dari data tersebut bisa dikatakan ketiga skor kondisi tubuh tersebut memiliki ukuran panjang badan yang relatif sama (tidak terlalu signifikan). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6
Rataan yang diperoleh dari perhitungan pendugaan bobot badan, satuan pound, berdasarkan skor kondisi tubuh satu, dua, dan tiga berturut-turut adalah 414,57 ± 54,56 pound, 467,37 ± 63,06 pound, dan 469,74 ± 81,98 pound. Jika dikonfersikan dalam satuan sentimeter maka diperoleh nilai 186,56 ± 24,55 kg, 210,31 ± 28,38 kg, dan 211,38 ± 36,87 kg. Nilai rata-rata pendugaan bobot badan dengan rumus Winter pada skor kondisi tubuh satu tidaklah sama dengan ketetapan rataan bobot badan Kementan. Berdasarkan ketetapan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2014), rataan bobot badan indukan sapi pasundan adalah 220,30 ± 22,00 kg. Ketidaksesuaian tersebut bisa diakibatkan oleh kurangnya jumlah serta kandungan nutrisi yang tersedia dalam pakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soehadji dkk. (1991), bahwa pemberian pakan yang berkualitas berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan, dimana formula pakan yang baik akan mempercepat laju pertumbuhan yang optimal. Nilai rata-rata pendugaan bobot badan dengan rumus Winter pada skor kondisi tubuh dua dan tiga memiliki nilai yang sama dengan rataan berdasarkan ketetapak Kementan. Berdasarkan ketetapan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2014), rataan bobot badan indukan sapi pasundan adalah 220,30 ± 22,00 kg. Kesamaan tersebut menunjukkan untuk menjadikan indukan sapi pasundan yang optimal, maka harus berada dalam skor kondisi tubuh dua dan tiga, karena pada kondisi tersebut bobot badan dugaan sapi indukan memiliki nilai yang sama dengan ketetapan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Berdasarkan pembahasan di atas bisa dikatakan semakin kecil nilai skor kondisi tubuh maka semakin kecil pula nilai pendugaan bobot badan, dan semakin besar nilai skor kondisi tubuh maka semakin besar pula nilai pendugaan bobot badan, khususnya pada penggunakan rumus Winter, serta sapi pasundan betina yang memiliki skor kondisi tubuh dua dan tiga merupakan kondisi yang optimal untuk dijadikan indukan. (a) (b) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7
Ilustrasi 1. Penilaian Skor Kondisi Tubuh (a) Skor kondisi Tubuh Satu (b) Skor Kondisi Tubuh Dua (c) Skor Kondisi Tubuh Tiga KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian penulis pada pendugaan bobot badan sapi pasundan menggunakan rumus Winter pada berbagai skor kondisi tubuh di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendugaan bobot badan indukan sapi pasundan dengan rumus Winter pada skor kondisi satu sebesar 186,56 ± 24,55 kg, skor kondisi tubuh dua sebesar 210,31 ± 28,38 kg, dan pada skor kondisi tubuh tiga sebesar 211,38 ± 36,87 kg. SARAN Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka dapat disarankan untuk melakukan pembibitan pada indukan sapi pasundan pada nilai skor kondisi tubuh dua dan tiga. Karena pada dua kondisi tersebut pendugaan bobot badan sapi pasundan masih sesuai dengan ketetapan Menteri Pertanian Republik Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing utama Prof. Dr. Ir. Sri Bandiati KP. dan dosen pembimbing anggota Drs. Ir. Nono Suwarno, MP. yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. (c) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8
DAFTAR PUSTAKA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. 2010. Petunjuk Praktik Pengukuran Sapi Potong. Kementerian Pertanian. Mataram. Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2014. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014. Nasution, A.H. 1992. Panduan Perfikir dan Meneliti Secara Ilmiah Bagi Remaja. Gramedia. Jakarta. National Institute of Standards and Technology. 2008. The International System of Units (SI). U.S. Department of Commerce. Washington. Nurudin, M., Mara, M.N., & Kusnandar, D. 2014. Ukuran Sampel dan Distribusi Sampling dari Beberapa Variabel Random Kuntinu. Buletin Ilmiah Matematika, Statistika, dan Terapannya (Bimaster). Volume 3 No. 1. Santosa, Undang. 2009. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penebar Swadaya. Jakarta. Soehadji. 1991. Kebijaksanaan Pemuliaan Ternak (Breeding policy) khususnya dalam Pembangunan Peternakan. Pros Seminar Nasional. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. Wijono D. B. & Aryogi. 2007. Petunjuk Teknis Sistem Perbibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 9