PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PASUNDAN MENGGUNAKAN RUMUS WINTER PADA BERBAGAI SKOR KONDISI TUBUH DI KECAMATAN TEGAL BULEUD KABUPATEN SUKABUMI

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Nahl B. Dirgareindo

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

Penyimpangan Bobot Badan dengan Rumus Winter Alfi Fauziah

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 20 ekor betina dan berumur

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan...Muhammad Iqbal

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

PETUNJUK PRAKTIS. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi

KARAKTERISTIK SAPI PERAH LAKTASI FRIES HOLLAND (Kasus di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan, Garut)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

EVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

HUBUNGAN ANTARA KONDISI TUBUH DAN BOBOT BADAN DENGAN HARGA JUAL SAPI PASUNDAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

JURNAL INFO ISSN : PENDAMPINGAN PROGAM PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

STUDI UJI PERFORMANS TERNAK SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU, SULAWESI SELATAN (PRELIMINARY STUDY) Abstrak

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

PENYIMPANGAN BOBOT BADAN MENURUT RUMUS SCHOORL TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

PENDAHULUAN. Hasil sensus ternak 1 Mei tahun 2013 menunjukkan bahwa populasi ternak

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

Transkripsi:

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PASUNDAN MENGGUNAKAN RUMUS WINTER PADA BERBAGAI SKOR KONDISI TUBUH DI KECAMATAN TEGAL BULEUD KABUPATEN SUKABUMI ESTIMATION OF CATTLE BODY WEIGHT USING THE WINTER FORMULA OF PASUNDAN CATTLE AT DIFFERENCE BODY CONDITION SCORE AT TEGAL BULEUD SUBDISTRICT OF SUKABUMI DISTRICT Muhammad Rahmat Akbar*, Sri Bandiati**, Nono Suwarno** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email: mrahmatakbar1995@gmail.com Abstrak Penelitian mengenai Pendugaan Bobot Badan Sapi Pasundan Menggunakan Rumus Winter pada Berbagai Skor Kondisi Tubuh ini dilakukan pada bulan Agustus 2016 di Kecamatan Tegal Buleud, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendugaan bobot badan sapi pasundan menggunakan rumus Winter pada berbagai skor kondisi tubuh di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi. Objek penelitian dalam usulan penelitian ini adalah indukan sapi pasundan yang berumur 2-7 tahun sejumlah 90 ekor. Skor kondisi tubuh yang digunakan adalah dengan skala 1-3. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode survei. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendugaan bobot badan sapi pasundan dengan rumus Winter pada skor kondisi tubuh satu sebesar 186,56 ± 24,55 kg, skor kondisi tubuh dua sebesar 210,31 ± 28,38 kg, dan pada skor kondisi tubuh tiga sebesar 211,38 ± 36,87 kg. Kata kunci: Bobot badan, Rumus Winter, Sapi Pasundan, Skor Kondisi Tubuh Abstract This research about Estimation of Cattle Body Weight Using The Winter Formula of Pasundan Cattle At Difference Body Condition Score was conducted in August 2016 in Tegal Buleud Subdistrict, Sukabumi district, West Java. This research aims to know the cattle body weight prediction using the Winter formula of pasundan cattle at various body condition scores at Tegal Buleud subdistrict of Sukabumi district. The object of study in the research was pasundan cow aged 2-7 years with 90's tails of sample. Body condition score was on a scale of 1-3. The research method used was by the method of the survey. The results of this research indicate that cattle body weight prediction of pasundan cattle with Winter formula on body condition score one was of 186.56 ± 24.55 kg, the second of body condition score was 210.31 ± 28.38 kg, and the third of body condition score was 211.38 ± 36.87 kg. Key words: Body Weight, Winter Formula, Pasundan cow, Body Condition Score Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1

PENDAHULUAN Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan swasembada daging sapi adalah dengan meningkatkan populasi sapi lokal, khususnya sapi betina dewasa. Hakikatnya, sapi betina dewasa merupakan kunci dalam meningkatkan jumlah populasi. Akan tetapi tidak semua sapi betina dewasa bisa dikategorikan layak untuk dijadikan indukan. Salah satu penilaian yang biasa dilakukan untuk menentukan kemampuan berproduksi sapi betina dewasa adalah dengan Skor Kondisi Tubuh (SKT). Skor kondisi tubuh merupakan penilaian tingkatan daging dan lemak berdasarkan penilaian kualitatif. Hal tersebut mempengaruhi kemampuan indukan dalam mengandung serta melahirkan vetus. Indukan yang dipelihara harus diperhatikan ketelitian dan kontinuitas manajemennya, seperti pemberian jumlah pakan dan dosis obat. Kedua hal tersebut perlu diberikan berdasarkan kebutuhan indukan yang dapat diketahui melalui pengukuran bobot badan. Namun pengukuran bobot badan tidak semua bisa dilakukan di semua tempat. Hal ini bisa terjadi karena medan yang sulit ditempuh dan juga ketersediaan timbangan yang tidak dimiliki oleh semua peternak, khususnya peternakan rakyat. Walaupun sudah banyak dijumpai timbangan yang sifatnya dapat dibawa (portable) akan tetapi hal tersebut masih jauh dari kata efektif dan efisien. Beberapa parameter ukuran tubuh ternak yang memiliki hubungan erat dengan bobot badan sering dimanfaatkan sebagai penduga bobot badan. Salah satu yang sering digunakan dalam pendugaan bobot badan adalah dengan menggunakan rumus Winter, yaitu pendugaan bobot badan berdasarkan pengukuran lingkar dada dan panjang badan. Salah satu sapi lokal yang berpotensi menjadi pemenuh kebutuhan daging nasional adalah sapi pasundan. Sapi pasundan merupakan sapi lokal di Jawa Barat yang diresmikan pada tahun 2014 oleh Menteri Pertanian (Mentan), sebagai rumpun baru berdasarkan SK Nomor 1051/kpts/SR.120/10/2014. Salah satu lokasi kelompok ternak pembudidayaan sapi pasundan adalah peternakan rakyat di Kecamatan Tegal Buleud, Kabupaten Sukabumi. Lokasi ini merupakan tempat dilaksanakannya program pengembangan populasi dan pembibitan sapi potong khususnya di Jawa Barat oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, sehingga diharapkan mampu menjadi contoh bagi peternak sapi pasundan lainnya. Uraian di atas menjelaskan tentang perlu adanya diidentifikasi berapa pendugaan bobot badan sapi pasundan menggunakan rumus Winter pada berbagai skor kondisi tubuh, dan karena itu tujuan penelitian ini adalah agar diperoleh nilai dari pendugaan bobot badan sapi pasundan menggunakan rumus Winter pada berbagai skor kondisi tubuh di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2

OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek dan Metode Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah indukan sapi pasundan umur 2-7 tahun. Sapi induk yang ideal digunakan sebagai bibit sumber, dimulai pada umur sekitar 18 24 bulan yaitu ditandai dengan mulai bunting yang pertama, kemudian harus sudah dikeluarkan sebagai indukan pada umur sekitar 6 7 tahun atau sudah beranak 4 5 kali (Wijono dan Aryogi, 2007). Pengamatan tidak dilakukan pada indukan yang sedang bunting. Pendugaan umur ternak dilakukan berdasarkan gigi geligi, harus terlebih dahulu diketahui keadaan giginya. Jumlah gigi sapi adalah 32 buah (12 buah pada rahang atas dan 20 buah pada rahang bawah) (Santosa, 2009). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengamatan dilakukan pada masing-masing Skor Kondisi Tubuh (SKT). Setiap skor pada SKT diambil sampel sebanyak 30 ekor sapi pasundan. Jumlah ini mengacu pada teorema limit pusat yang berkaitan dengan distribusi normal. Berdasarkan teorema limit pusat bahwa ukuran sampel 30 sudah dianggap normal, apapun bentuk awal distribusinya (Nurudin, dkk. 2014). Data yang diperoleh berasal dari hasil pengukuran ukuran-ukuran tubuh sapi pasundan yaitu lingkar dada dan panjang badan. Pengukuran menggunakan pita dan tongkat ukur dengan satuan cm, yang kemudian dikonfersi ke dalam inchi, sebagai ketentuan penggunaan rumus Winter. Satuan dari nilai pendugaan bobot badan yang didapat dari rumus Winter adalah pound, sehingga perlu dikonfersi dalam satuan kg, sebagai satuan Standar Internasional (SI). Kilogram merupakan satuan standar internasional (National Institute of Standards and Technology, 2008). Variabel Penelitian yang Diamati Variabel penelitian yang diamati adalah lingkar dada, panjang badan, bobot badan dan skor kondisi tubuh dengan ketentuan sebagai berikut. Lingkar dada, yaitu dengan mengukur tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Balai Pengkajian Teknolgi Pertanian NTB, 2010). Pengukuran menggunakan pita ukur satuan cm. Panjang badan, yaitu dengan mengukur jarak dari tulang bahu sampai tulang duduk (pin bone) (Balai Pengkajian Teknolgi Pertanian NTB, 2010). Pengukuran menggunakan tongkat ukur satuan cm. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3

Pendugaan bobot badan, yaitu dengan menggunakan rumus Winter yang telah menggunakan lingkar dada dan panjang badan dalam pendugaannya (Santosa, 2009). keterangan: = bobot badan = lingkar dada = panjang badan transformasi berat dan panjang 1 pound = 0,45 kg 1 kg = 2,20 Pound 1 cm = 0,39 Inchi 1 Inchi = 2,54 cm Penilaian Skor Kondisi Tubuh berdasarkan pengamatan tulang rusuk dengan skala 1-3. Skor satu untuk menunjukkan kondisi tubuh kurus yaitu tulang rusuk yang tampak membayang di balik kulit lebih dari enam buah. Skor dua untuk kondisi tubuh sedang, yaitu tulang rusuk yang tampak membayang di balik kulit kurang dari enam buah, biasanya 4-5 buah. Sedangkan skor tiga untuk skor kondisi gemuk adalah apabila seluruh tulang rusuk tidak tampak membayang di balik kulit karena tertutuk oleh daging dan lemak (Santosa, 2009). HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Tempat Penelitian Tegal Buleud adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Lokasi geografis Kecamatan Tegal Buleud berbatasan langsung dengan laut Samudra Indonesia di sebelah Selatan. Secara administratif, kecamatan tersebut sekarang ini terbagi dalam delapan desa, yaitu Sumberasih, Sumberjaya, Buniasih, Tegal Buleud, Calincing, Rambay, Bangbayang, dan Nangela. Luas wilayah kecamatan Tegal Buleud adalah 15.054,43 ha di mana 3.191, 17 ha terletak antara 0-100 meter di atas permukaan laut; 11.380,33 berada antara 100-500 meter di atas permukaan laut dan sisanya berada di antara 500-1000 meter di atas permukaan laut. curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm dan hari hujan 144 hari. Suhu udara berkisar antara 20-30 0 C dengan kelembaban udara 85-89 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4

persen. Curah hujan antara 3.000-4.000 mm/tahun terdapat di daerah utara, sedangkan curah hujan antara 2.000-3.000 mm/tahun terdapat dibagian tengah sampai selatan Kabupaten Sukabumi. Kecamatan Tegal Buleud merupakan salah satu lokasi pembudidayaan sapi pasundan. Jumlah populasi sapi pasundan di Tegal Buleud sebanyak 900 ekor indukan, dengan 323 di antaranya bunting, data awal tahun 2016. Desa Sumberjaya merupakan satu-satunya desa yang mendapat bantuan indukan sapi pasundan oleh pemerintah sebanyak 20 ekor. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Pasundan Sapi pasundan di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi terkonsentrasi di Desa Sumberjaya dengan populasi indukan 174 ekor, Buniasih dengan populasi indukan sebanyak 365 ekor, dan Tegal Buleud dengan jumlah indukan sebanyak 361 ekor. Sistem pemeliharaan intensif banyak diterapkan di desa Sumberjaya sedangkan desa Sumberjaya dan Buniasih lebih cenderung memelihara dengan sistem ekstensif di pesisir pantai. Sistem ekstensif diterapkan dengan menggunakan kandang permanen. Satu kandang tersebut terdiri dari gabungan beberapa peternak, termasuk di dalamnya sapi hibah pememrintah. Pemberian pakan hanya dengan memberikan hijauan, yaitu rumput lapang. Pemberian hijauan dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Pada kandang ini terdapat sapi indukan, pejantan, dan pedet. Di desa yang menerapkan sistem pemeliharaan ekstensif, Sumberjaya dan Buniasih, menggembalakan ternaknya di pesisir pantai dan juga dilahan persawahan yang sudah dipanen. Namun beberapa peternak juga ada yang terlihat mengikat ternaknya pada patok. Mayoritas sapi indukan di Kecamatan Tegal Buleud dikawinkan dengan cara Inseminasi Buatan (IB). Cara tersebut paling diminati peternak dan tergolong paling efektif serta efisien dibandingkan dengan cara perkawinan alam. Namun sejak ditetapkannya rumpun sapi pasundan pada tahun 2014 oleh pemerintah keberadaan straw sapi pasundan baru tersedia di tahun 2016. Hal tersebut menyebabkan selama dua tahun banyak peternak yang melakukan IB pada sapi indukannya dengan straw selain sapi pasundan, sehingga menurunnya kualitas genetik sapi pasundan tidak dapat dihindarkan. Lingkar Dada, Panjang Badan, dan Bobot Badan Dugaan Sapi Pasundan Data yang dianalisis adalah ukuran lingkar dada, panjang badan, dan pendugaan bobot badan pada 90 ekor indukan sapi pasundan. Terdiri dari 30 ekor pada skor kondisi tubuh satu, 30 ekor pada skor kondisi tubuh dua, dan 30 ekor pada skor kondisi tubuh tiga yang berumur Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5

2-7 tahun dan tidak sedang dalam keadaan bunting. Sampel merupakan sapi pasundan di daerah Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitian mengenai pengukuran lingkar dada, panjang badan, dan bobot badan dugaan (menggunakan rumus Winter) sapi pasundan pada skor kondisi tubuh satu, dua, dan tiga dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Lingkar Dada, Panjang Badan, dan Bobot Badan Dugaan Sapi Pasundan pada Skor Kondisi Tubuh Satu, Dua, dan Tiga Lingkar Dada Panjang Badan Bobot Badan Dugaan No Statistik (inchi) (inchi) (pound) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 Rata-rata 52,40 55,52 55,48 45,07 45,20 45,34 414,57 467,37 469,74 2 Ragam 7,6 10,97 17,90 3,32 2,20 3,63 2977,49 3977,44 6721,12 3 S. Baku 2,7 3,31 4,23 1,82 1,48 1,90 54,56 63,06 81,98 4 K. Variasi (%) 5,26 5,96 7,62 4,04 3,28 4,20 13,16 13,49 17,45 Berdasarkan tabel di atas diperoleh data koefisien variasi ukuran lingkar dada, panjang badan, dan bobot badan dugaan pada setiap skor kondisi tubuh, kecuali bobot badan dugaan skor kondisi tubuh tiga, berturut-turut sebesar 5,26%; 5,96%; 7,62%; 4,04%; 3,28%; 4,20%; 13,16%; dan 13,49%. Semua koefisien variasi tersebut memiliki sifat yang seragam. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (1992), yaitu jika nilai koefisien variasi di bawah 15% maka dapat disebut seragam. Lain halnya dengan koefisien variasi bobot badan dugaan skor kondisi tubuh tiga sebesar 17,45%, nilai tersebut dikategorikan tidak seragam karena melebihi nilai 15%. Ketidakseragaman tersebut bisa dikarenakan terlalu jauh perbedaan bobot badan dugaan walaupun memiliki nilai skor kondisi tubuh yang sama. Rataan yang diperoleh dari ukuran lingkar dada, satuan inchi, berdasarkan skor kondisi tubuh satu, dua, dan tiga berturut-turut adalah 52,40 ± 2,7 inchi, 55,52 ± 3,31 inchi, dan 55,48 ± 4,23 inchi. Jika dikonfersikan dalam satuan sentimeter maka diperoleh nilai 134,36 ± 7,07 cm, 142,38 ± 8,49 cm, dan 142,27 ± 4,87 cm. Dari data tersebut masih belum bisa menunjukkan semakin besar nilai skor kondisi tubuh maka semakin besar pula ukuran lingkar dada. Rataan yang diperoleh dari ukuran panjang badan, satuan inchi, berdasarkan skor kondisi tubuh satu, dua, dan tiga berturut-turut adalah 45,07 ± 1,82 inchi, 45,20 ± 1,48 inchi, dan 45,34 ± 1,90 inchi. Jika dikonfersikan dalam satuan sentimeter maka diperoleh nilai 115, 56 ± 4,67 cm, 115,9 ± 3,80 cm, dan 116,26 ± 4,87 cm. Dari data tersebut bisa dikatakan ketiga skor kondisi tubuh tersebut memiliki ukuran panjang badan yang relatif sama (tidak terlalu signifikan). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6

Rataan yang diperoleh dari perhitungan pendugaan bobot badan, satuan pound, berdasarkan skor kondisi tubuh satu, dua, dan tiga berturut-turut adalah 414,57 ± 54,56 pound, 467,37 ± 63,06 pound, dan 469,74 ± 81,98 pound. Jika dikonfersikan dalam satuan sentimeter maka diperoleh nilai 186,56 ± 24,55 kg, 210,31 ± 28,38 kg, dan 211,38 ± 36,87 kg. Nilai rata-rata pendugaan bobot badan dengan rumus Winter pada skor kondisi tubuh satu tidaklah sama dengan ketetapan rataan bobot badan Kementan. Berdasarkan ketetapan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2014), rataan bobot badan indukan sapi pasundan adalah 220,30 ± 22,00 kg. Ketidaksesuaian tersebut bisa diakibatkan oleh kurangnya jumlah serta kandungan nutrisi yang tersedia dalam pakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soehadji dkk. (1991), bahwa pemberian pakan yang berkualitas berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan, dimana formula pakan yang baik akan mempercepat laju pertumbuhan yang optimal. Nilai rata-rata pendugaan bobot badan dengan rumus Winter pada skor kondisi tubuh dua dan tiga memiliki nilai yang sama dengan rataan berdasarkan ketetapak Kementan. Berdasarkan ketetapan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2014), rataan bobot badan indukan sapi pasundan adalah 220,30 ± 22,00 kg. Kesamaan tersebut menunjukkan untuk menjadikan indukan sapi pasundan yang optimal, maka harus berada dalam skor kondisi tubuh dua dan tiga, karena pada kondisi tersebut bobot badan dugaan sapi indukan memiliki nilai yang sama dengan ketetapan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Berdasarkan pembahasan di atas bisa dikatakan semakin kecil nilai skor kondisi tubuh maka semakin kecil pula nilai pendugaan bobot badan, dan semakin besar nilai skor kondisi tubuh maka semakin besar pula nilai pendugaan bobot badan, khususnya pada penggunakan rumus Winter, serta sapi pasundan betina yang memiliki skor kondisi tubuh dua dan tiga merupakan kondisi yang optimal untuk dijadikan indukan. (a) (b) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7

Ilustrasi 1. Penilaian Skor Kondisi Tubuh (a) Skor kondisi Tubuh Satu (b) Skor Kondisi Tubuh Dua (c) Skor Kondisi Tubuh Tiga KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian penulis pada pendugaan bobot badan sapi pasundan menggunakan rumus Winter pada berbagai skor kondisi tubuh di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendugaan bobot badan indukan sapi pasundan dengan rumus Winter pada skor kondisi satu sebesar 186,56 ± 24,55 kg, skor kondisi tubuh dua sebesar 210,31 ± 28,38 kg, dan pada skor kondisi tubuh tiga sebesar 211,38 ± 36,87 kg. SARAN Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka dapat disarankan untuk melakukan pembibitan pada indukan sapi pasundan pada nilai skor kondisi tubuh dua dan tiga. Karena pada dua kondisi tersebut pendugaan bobot badan sapi pasundan masih sesuai dengan ketetapan Menteri Pertanian Republik Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing utama Prof. Dr. Ir. Sri Bandiati KP. dan dosen pembimbing anggota Drs. Ir. Nono Suwarno, MP. yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. (c) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8

DAFTAR PUSTAKA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. 2010. Petunjuk Praktik Pengukuran Sapi Potong. Kementerian Pertanian. Mataram. Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2014. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014. Nasution, A.H. 1992. Panduan Perfikir dan Meneliti Secara Ilmiah Bagi Remaja. Gramedia. Jakarta. National Institute of Standards and Technology. 2008. The International System of Units (SI). U.S. Department of Commerce. Washington. Nurudin, M., Mara, M.N., & Kusnandar, D. 2014. Ukuran Sampel dan Distribusi Sampling dari Beberapa Variabel Random Kuntinu. Buletin Ilmiah Matematika, Statistika, dan Terapannya (Bimaster). Volume 3 No. 1. Santosa, Undang. 2009. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penebar Swadaya. Jakarta. Soehadji. 1991. Kebijaksanaan Pemuliaan Ternak (Breeding policy) khususnya dalam Pembangunan Peternakan. Pros Seminar Nasional. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. Wijono D. B. & Aryogi. 2007. Petunjuk Teknis Sistem Perbibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 9