BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

PEKERJAAN PANEL. INSTALASI P-PLN MCCB 3P, 63 A Accessories & Termination Box Panel PEKERJAAN MDP

BAB III PROSES PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG TALAVERA SUITE JAKARTA

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse.

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN INSTALASI

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DI GEDUNG PT.STRA GRAPHIA TBK

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

III. METODE PENELITIAN

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Manusa putra D

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN

BAB IV ANALISA. Dalam merancang jaringan listrik suatu bangunan atau area terlebih dahulu

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK

INSTALASI PENERANGAN AC DAN PENANGKAL PETIR WISMA ATLET KAWASAN SPORT CENTRE RUMBAI PEKAN BARU

BAB III METODE PEMBAHASAN

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

SOAL PRAKTIK KEJURUAN

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN KEBUTUHAN GENSET

BAB III METODE PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN

BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

SISTEM KELISTRIKAN GEDUNG RUANG BELAJAR POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

YUNANTO KURNIAWAN D

STUDI KELAYAKAN PERALATAN PADA INSTALASI PANEL KONTROL DI BENGKEL TEKNIK LISTRIK, POLITEKNIK NEGERI PADANG

PERENCANAAN INSTALASI DAYA LISTRIK PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk DI GUDANG DEPO KERTOSONO

TEORI LISTRIK TERAPAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PADA PT. TELKOMSEL BSD-TANGERANG

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR Perencanaan Instalasi Listrik Di Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.Salim Ivomas Pratama

Analisa Instalasi Listrik Pada Rusunawa Dengan Metode Studi Deskriptif Kasus Rusunawa Universitas Islam Lamongan

TUGAS AKHIR EVALUASI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PADA BANGUNAN KANTOR 25 LANTAI. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN

PERENCANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TEGANGAN RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETIK KONTAKTOR (APLIKASI KAMPUS PROKLAMATOR II UNIVERSITAS BUNG HATTA)

BAB IV AUDIT THERMOGRAPHY PERMATA BANK. Tujuan dengan pendekatan HSE (Health Safety and Environment)

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SOAL PRAKTIK KEJURUAN

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono

Mei Van Bostang Nainggolan Nrp : NIRM : Pembimbing : Ir. V. Hartanto M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERAKITAN ALAT

Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI ANALISIS HARGA SATUAN BAHAN INSTALASI LISTRIK

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pelaksanaan dalam Audit Energi yang dilakukan di Gedung Twin Building

PERENCANAAN SISTEM ELEKTRIKAL PADA BANGUNAN. Kuliah 9: 2 November 2009

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE

PERENCANAAN MEP PADA GEDUNG REKTORAT POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN PROVINSI BANTEN

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

NAMA BARANG MERK / UKURAN SATUAN

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan beban lampu dan lainnya. Adapun proses perancangan instalasi penerangan secara lengkap adalah sebagai berikut: 1. Pemilhan Type Pemilihan type lampu didasarkan pada kondisi ruangan dan bentuk ruangan, serta bentuk pencahayaan yang ingin dihasilkan. Pada penelitian ini, pilihan lampu jatuh pada beberapa type lampu, yaitu : - TKI T8 TL 2 x 36 W - TKI T8 TL 2 x 36 W c/w battery - TKO T8 TL 1 x 18 W - Baret TL 18 W - DL LED 1 x 7 W - DL LED 1 x 7 W c/w battery - DL Spot LED 1 x 13 W 34

35 TL dikenal dengan lampu neon. Saat ini lampu neon bentuknya macam-macam, ada yang bentuknya memanjang biasa, bentuk spiral atau tornado, dan ada juga yang bentuk memanjang vertikal dengan fitting (bentuk pemasangan ke kap lampu) yang mirip seperti lampu pijar biasa. TL lebih hemat energi dibandingkan lampu pijar, karena lebih terang. Untuk lampu TL yang baik (merk bagus), bisa bertahan 15.000 jam atau setara dengan 10 tahun pemakaian, harganya juga sekitar 10x lampu pijar biasa. Sedangkan lampu TL yang berkualitas buruk mungkin bisa bertahan 4-6 bulan saja (dewasa ini banyak bermunculan merk lampu hemat energi yang murah, namun kualitasnya rendah). Dengan jumlah watt (energi listrik) yang lebih kecil, lampu TL atau neon lebih murah digunakan daripada membeli lampu pijar biasa, dan saat ini jenis lampu TL juga bervariasi baik bentuk, fitting pemasangan, serta warna cahayanya ada yang putih, kuning, dan warna lainnya. Dengan keseimbangan antara harga dan lama pemakaian, lampu TL banyak digunakan untuk penerangan toko, mall, serta tempat-tempat lain yang membutuhkan cahaya terang dan lebih hemat energi. Warna cahaya lampu pijar adalah: a. Kuning (2 700 K 3 000 K) b. Netral (3 500 K 4 500 K) c. Putih (5 500 K 6 500 K).

36 2. Penentuan Titik untuk setiap Ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya pasti membutuhkan penerangan. Intensitas penerangan merupakan aspek penting di tempat-tempat tersebut karena berbagai masalah akan timbul ketika kualitas intensitas penerangan di tempat tersebut tidak memenuhi standard yang perlu diterapkan. Perencanaan penerangan suatu tempat harus mempertimbangkan beberapa faktor antara lain intensitas penerangan saat digunakan untuk bekerja, intensitas penerangan ruang pada umumnya, biaya instalasi, biaya pemakaian energi dan biaya pemeliharaannya. Perlu diperhatikan, perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja dan sekitarnya harus dihindari karena mata kita akan memerlukan daya yang besar untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut yang menyebabkan mata mudah lelah. Untuk mendapatkan hasil penerangan / pencahayaan yang baik dan merata, harus dipertimbangkan iluminasi (kuat penerangan), sudut penyinaran lampu, jenis dan jarak penempatan lampu yang diperlukan sesuai dengan kegiatan yang ada dalam suatu ruangan atau fungsi ruang tersebut. Pada dasarnya dalam perhitungan jumlah titik lampu pada suatu ruang dipengaruhi oleh

37 banyak faktor, antara lain : dimensi ruang, kegunaan / fungsi ruang, warna dinding, type armature yang akan digunakan, dan masih banyak lagi. Setelah menentukan tipe lampu yang akan digunakan di dalam ruangan, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh konsultan adalah menentukan jumlah titik lampu yang ada di setiap ruangan. Tipe lampu yang digunakan adalah lampu TL 2 x 36 W, sehingga berdasarkan persamaan 2.7, maka perhitungannya adalah sebagai berikut : Ø = W x L/w Ø = 72 x 45 = 3240 lumen. Sebuah ruang kelas gedung Universitas Mercu Buana, Bekasi dengan panjang 8 meter dan lebar 6 meter, akan dipasang dengan lampu TL 2 x 36 watt. Perhitungan jumlah lampu yang akan dipasang dengan berdasarkan data dibawah ini E = 200 (standar Lux Consultan Perencana) L = 8 meter W = 6 meter n = 1 bh LLF = 0,8 (Antara 0,7-0,8) CU = 65% (antara 50-65 %) Ø = 3240 lumen

38 Maka, jumlah Titik yang akan dipasang pada ruang 8 x 6 meter dengan menggunakan jenis lampu LAMPU TKI T8 TL 2 x 36 W dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.5 adalah sebagai berikut : N = = = E x L x W Ø x LLF x CU x n 200 x 8 x 6 3240 x 0,8 x 65% x 1 9600 1685 = 5,69 = 6 Titik Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa dengan ruangan 8 x 6 meter yang akan dipasang lampu LAMPU TKI T8 TL 2 x 36 W memerlukan sedikitnya 6 titik lampu. Apabila hasil dari perhitungan di atas dirasa terlalu terang atau kurang terang, hal ini dapat disiasati dengan mengganti lampu dengan watt yang lebih tinggi atau lebih rendah. Hasil perhitungan titik lampu pada ruangan lainnya adalah sebagai berikut :

39 Tabel 4.1 Perhitungan Jumlah Titik Pada Setiap Area Lantai Dasar Lantai Dasar No Area Kuat Penerangan (Lux) Luasan (m2) Jenis Jumlah Titik 1 Kantin 200 12 x 6 TKI 2 x 36 W 9 2 Mushola 200 5 x 3 DL LED 7 W 3 3 Cleaning 100 2.2 x 3.1 DL LED 7 W 2 4 Security 200 2.2 x 3.1 DL LED 7 W 2 5 R. Kontrol 400 3.5 x 3 TKO 1 x 18 W 2 6 R. Kumpul 200 7 Parkir Motor 14.5 x 3.3 TKO 1 x 18 W 12 200 12 x 4.8 TKO 1 x 18 W 6 TKO 1 x 18 W 2 8 R. Genset 200 4.6 x 3 TKI T8 TL 2x36W c/w battery 1 9 Korridor 200 20 x 2.2 DL LED 7 W 6 LED 7 W c/w battery 4 10 Lobby 200 15 x 2.2 DL LED 7 W 4 11 Pantry 200 12 x 4.8 Baret TL 1 x 18 W 2 12 Toilet Pria 200 2.3 x 3 DL LED 7 W 3 13 Toilet Wanita 200 2.3 x 3 DL LED 7 W 3

40 Tabel 4.2 Perhitungan Jumlah Titik Pada Setiap Area Lantai Satu Lantai Satu No Area Kuat Penerangan (Lux) Luasan (m2) Jenis Jumlah Titik 1 Toilet Pria 200 2.3 x 3 LED 7 W 3 2 Toilet Wanita 200 2.3 x 3 LED 7 W 3 LED 7 W 17 3 Korridor 200 47 x 2.2 LED 7 W c/w battery 4 4 R. Panel 200 2.2 x 3.1 TKO 1 x 18 W 1 5 Pantry 200 12 x 4.8 Baret TL 1 x 18 W 2 6 Ruang Kelas 400 8 x 6 TKI 2 x 36 W 62 DL Spot LED 1 x 13W 18 Tabel 4.3 Perhitungan Jumlah Titik Pada Setiap Area Lantai Dua, Tiga dan Empat Lantai Dua, Tiga dan Empat No Area Kuat Penerangan (Lux) Luasan (m2) Jenis Jumlah Titik 1 Toilet Pria 200 2.3 x 3 LED 7 W 3 2 Toilet Wanita 200 2.3 x 3 LED 7 W 3

41 LED 7 W 17 3 Korridor 200 47 x 2.2 LED 7 W c/w battery 4 4 R. Panel 200 2.2 x 3.1 TKO 1 x 18 W 1 5 Pantry 200 12 x 4.8 Baret TL 1 x 18 W 2 6 Ruang Kelas 400 8 x 6 TKI 2 x 36 W 66 DL Spot LED 1 x 13W 22 3. Menentukan Kapasitas Circuit Breaker / MCB Dalam menentukan Kapasitas Circuit Breaker atau Main Breaker sebuah Panel, konsultan perlu menghitung total beban listrik yang akan ditanggung Panel tersebut. Apabila dalam sebuah Panel akan menanggung beban listrik yang mempunyai total daya 10.000 Watt, maka untuk menentukan kapasitas ampere pada MCB, dapat ditentukan dengan persamaan 2.8, sebagai berikut : In = P/ [ ( 3).V.cos Ø ] = 10.000 / [ ( 3).380.cos Ø ] = 10.000 / [ ( 3).380.0,85 ] = 17,88 A Setelah mendapat nilai Arus Beban Normal (In), Safety Factor Kapasitas Breaker dapat ditentukan dengan persamaan 2.8, sebagai berikut : Kapasitas Breaker = 1,25 x In

42 = 1,25 x 17,88 A = 22,35 A Jadi, kapasitas MCB Utama Panel yang digunakan adalah 25 Ampere. Sedangkan pengaman yang langsung ke beban menggunakan MCB 10 A. Selain menghitung Kapasitas Breaker, yang perlu diperhatikan pada perancangan instalasi penerangan adalah nilai Breaking Capasity Breaker atau Arus Hubung Singkat pada Breaker tersebut. Untuk menghitung Breaking Capasity Breaker, dapat ditentukan dengan persamaan 2.12, sebagai berikut : I sc = P x 100 3 x V 2 x z I sc = 10.000 x 100 3 x V 2 x z I sc = 1.000.000 1.732.800 I sc = 0,58 Atau menurut standar Breaking Capasity Breaker terendah adalah 4,5 ka. Berikut ini adalah Kapasitas Breaker pada masing masing Panel Penerangan tiap lantai :

43 Tabel 4.4 Perhitungan Kapasitas Breaker Tiap Lantai No Area Total Beban In Safety Factor Breaker Kapasitas Breaker Terpasang Breaking Capasity Breaker 1 Lantai Dasar 2982 W 5.34 6.8 16 A 4.5 ka 2 Lantai Satu 9721 W 17.4 21.75 25 A 4.5 ka 3 Lantai Dua 10551 W 18.88 23.6 25 A 4.5 ka 4 Lantai Tiga 10551 W 18.88 23.6 25 A 4.5 ka 5 Lantai Empat 23323 W 41.74 52.18 63 A 10 ka 4. Menentukan Ukuran Kabel Untuk menentukan ukuran kabel, terlebih dahulu harus menghitung Kuat Hantar Arus (KHA) kabel. Untuk menghitung kapasitas KHA kabel dapat diketahui dengan mengikuti arus maksimal pada Circuit Breaker. Apabila Kapasitas Breaker 25 A, maka kapasitas KHA kabel dapat ditentukan dengan persamaan 2.13, sebagai berikut : KHA = 1,2 x I Breaker = 1,2 x 25 A = 30 A Setelah didapat Kapasitas KHA, untuk mengetahui kabel yang harus digunakan dapat melihat tabel berikut ini :

44 Tabel 4.5. Kuat Hantar Arus Kabel NYY Tabel 4.6. Standar Penentuan Kapasitas Breaker dan Kabel No Z % ka Kapasitas Kabel Kabel Single Core CU Bar (Painted) Breaker (Amp) NYY 4 x + BC (mm2) NYY x..(mm2) RSTN (mm) PE (mm) 1 4 4.5 6 4 + 4-2 4 4.5 10 4 + 4-3 4 4.5 16 4 + 4-4 4 4.5 20 4 + 4-5 4 4.5 25 4 + 4-6 4 10 32 6 + 6-7 4 10 40 10 + 10-8 4 10 50 10 + 10-9 4 10 63 16 + 16-10 4 10 80 16 + 16-12 x 2 12 x 2 11 4 10 100 25 + 16-15 x 2 12 x 2 12 4 10 125 35 + 16-15 x 3 12 x 2 13 4 10 160 50 + 25-20 x 3 15 x 3 14 4 10 200 70 + 35 3(1X1CX70) + (1X1CX70) + BC 35 20 x 3 12 x 3 15 4 10 250-3(1X1CX120) + (1X1CX120) + BC 70 20 x 5 15 x 3 16 4 10 300-3(1X1CX150) + (1X1CX150) + BC 70 25 x 5 20 x 3 17 4 10 400-3(2X1CX95) + (2X1CX95) + BC 50 40 x 5 20 x 5 18 4 16 500-3(2X1CX120) + (2X1CX120) + BC 70 40 x 5 20 x 5 19 4 18 630-3(2X1CX150) + (2X1CX150) + BC 70 40 x 10 20 x 5 20 4 20 800-3(2X1CX185) + (2X1CX185) + BC 95 50 x 10 25 x 5 21 4 25 1000-3(3X1CX185) + (3X1CX185) + BC 95 60 x 10 30 x 5 22 4 30 1250-3(3X1CX240) + (3X1CX240) + BC 120 80 x 10 40 x 10 23 6 30 1600-3(3X1CX300) + (3X1CX300) + BC 150 2 x(60 x 10) 60 x 10 24 6 36 2000-3(4X1CX300) + (4X1CX300) + BC 150 2 x(80 x 10) 80 x 10 25 6 40 2500-3(5X1CX300) + (5X1CX300) + BC 150 2 x(100 x 10) 100 x 10 26 6 50 3200-3(7X1CX300) + (7X1CX300) + BC 150 3 x(100 x 10) 100 x 10 27 6 65 4000-3(9X1CX300) + (9X1CX300) + BC 150 4 x(100 x 10) 2 x(100 x 10) 28 6 75 5000-3(11X1CX300) + (11X1CX300) + BC 150 5 x(100 x 10) 2 x(100 x 10)

45 Dari hasil perhitungan Kapasitas KHA, menunjukkan nilai 30 Ampere. Dengan berpedoman pada tabel 4.5, maka jenis kabel yang digunakan untuk mengalirkan listrik dari sumber PLN ke Circuit Breaker 25 A adalah kabel ukuran 4 mm 2, dan sesuai dengan tabel 4.5, jenis yang digunakan adalah NYY 4 x 4 mm 2 + BC 4 mm 2. Sedangkan dari Circuit Breaker ke beban atau dalam hal ini adalah penerangan, digunakan kabel NYM 3 x 2,5 mm 2. Penggunaan kabel NYM dari Circuit Breaker ke beban, dikarenakan karakteristik kabel yang lebih aman dibandingkan dengan kabel yang type lain karena kabel type ini fleksible dan dilindungi PVC. Dikarenakan beban lampu rata-rata 5 sampai 10 A setiap groupingnya dan Breaker yang digunakan menggunakan kapasitas 10 A, maka kapasitas KHA kabel dapat ditentukan dengan persamaan 2.13, sebagai berikut : KHA = 1,2 x I Breaker = 1,2 x 10 A = 12 A Maka sesuai dengan Kapasitas KHA, ukuran kabel yang harus digunakan adalah NYM 3 x 2,5 mm 2 sesuai dengan tabel diberikut ini :

46 Tabel 4.7. Kuat Hantar Arus Kabel NYM Secara keseluruhan ukuran Kabel Feeder yang digunakan pada masing masing Panel Penerangan tiap lantai adalah sebagai berikut : Tabel 4.8. Ukuran Kabel Feeder Tiap Lantai No Area Total Beban Kapasitas Breaker Ukuran Kabel Power 1 Lantai Dasar 2982 W 16 A NYY 4 x 4 mm 2 + BC 4 mm 2 2 Lantai Satu 9721 W 25 A NYY 4 x 4 mm 2 + BC 4 mm 2 3 Lantai Dua 10551 W 25 A NYY 4 x 4 mm 2 + BC 4 mm 2

47 4 5 Lantai Tiga Lantai Empat 10551 W 25 A NYY 4 x 4 mm 2 + BC 4 mm 2 23323 W 63 A NYY 4 x 16 mm 2 + BC 16 mm 2 4.1.2 Hasil Perencanaan Instalasi Penerangan Gedung Universitas Mercu Buana, Bekasi Diagram system merupakan gambaran system Gedung Mercu Buana Bekasi secara keseluruhan. Dari diagram system ini, dapat diketahui berapa jumlah titik lampu dan type lampu apa saja yang ada pada setiap lantai. Pada diagram system ini pula, dapat diketahui total beban yang harus dicover Circuit Breaker setiap phasenya pada masing-masing lantai. Setelah mengetahui total beban yang ada, dapat ditentukan kapasitas Circuit Breaker yang harus digunakan. Kemudian, dapat ditentukan ukuran kabel yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya, instalasi lampu penerangan ini dipasang bersamaan dengan pemasangan instalasi listrik, dimana instalasi lampu penerangan ini menyesuaikan tata letak plafon. Hal tersebut menjadi alasan untuk memudahkan apabila terjadi kerusakan dan juga untuk memudahkan pelaksanaan perawatan rutin. Pembuatan gambar tersebut mengacu pada gambar system yang sudah disetujui oleh pihak owner. Pada pembuatan gambar instalasi lampu penerangan, dapat diketahui di titik mana saja semua lampu diletakan. Pada gambar ini pula, semua titik lampu dapat terlihat, mulai dari dalam ruangan sampai lampu-lampu di area taman Kampus Mercu Buana Bekasi.

48 4.1.2.1 Perencanaan Penerangan Lantai Dasar Hasil perencanaan penerangan lantai dasar dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini. Gambar 4.1 Denah Perencanaan Instalasi Penerangan Lantai Dasar Berdasarkan gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa untuk lantai dasar, konsultan membuat perencanaan penerangan dengan membagi aliran listrik ke dalam 13 (tiga belas) grup, dimana enam grup untuk penerangan, tiga grup untuk stop kontak, sedangkan empat grup lainnya untuk cadangan.

49 yang digunakan pada lantai dasar terdiri dari lampu TKI T8 TL 2x36 W, lampu TKI T8 TL 2x36W c/w battery dan beberapa jenis lampu lainnya. Adapun jumlah lampu yang digunakan di lantai dasar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Gruping TKI T8 TL 2x36W Tabel 4.9 Jumlah Lantai Dasar TKI T8 TL 2x36W c/w battery TKO T8 TL 1x18W Baret TL 18W DL LED 1x7W DL LED 1x7W c/w battery 1 8 1 2 8 1 3 2 1 2 9 2 4 7 1 5 6 11 6 15 9 1 22 2 36 4 Selanjutnya pembagian daya tersambung untuk lantai dasar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10 Pembagian Daya Untuk Penerangan Tersambung Lantai Dasar Gedung Kampus Universitas Mercu Buana, Bekasi Daya (W) Gruping R S T 1 63 2 63 3 275 4 576 5 185 6 270 Total 639 248 545 1432

50 Berdasarkan tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa total daya pada phase R adalah sebesar 639 W untuk penerangan dan 500 W untuk stop kontak, sedangkan untuk total daya pada phase S adalah sebesar 248 W untuk penerangan dan 600 W untuk stop kontak. Phase T memiliki total daya sebesar 545 W untuk penerangan dan 450 W untuk stop kontak. Secara keseluruhan total daya pada phase R, S dan T adalah sebesar 2982 W, itu sama dengan 5,34 A, sehingga Safety Factor Breaker adalah 6,8 A, sehingga sudah dapat diketahui kapasitas Circuit Breaker yang harus digunakan adalah 16 A. Setelah ditentukan kapasitas Circuit Breaker yang terpasang, ukuran kabel power sudah dapat ditentukan yaitu menggunakan NYY 4 x 4 mm 2 + BC 4 mm 2. 4.1.2.2 Perencanaan Penerangan Lantai Satu Setelah lantai dasar, maka lantai selanjutnya yang akan dibahas adalah perencanaan penerangan untuk lantai satu. Gambar 4.2 Denah Perencanaan Instalasi Penerangan Lantai Satu

51 Berdasarkan gambar 4.2 di atas dapat diketahui bahwa untuk lantai satu, konsultan membuat perencanaan penerangan dengan membagi aliran listrik ke dalam membuat penerangan yang direncanakan menggunakan 18 (delapan belas) grup, dimana delapan grup untuk penerangan sedangkan enam grup untuk stop kontak dan empat grup lainnya untuk cadangan. yang digunakan pada lantai satu terdiri dari lampu TKI T8 TL 2x36 W, lampu TKO T8 TL 1 x 18 W dan beberapa jenis lampu lainnya. Adapun jumlah lampu yang digunakan di lantai satu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Gruping TKI T8 TL 2x36W Tabel 4.11 Jumlah Lantai Satu TKO T8 TL 1x18W Baret TL 18W DL LED 1x7W 1 9 DL LED 1x7W c/w battery 2 6 2 3 1 1 8 2 DL Spot LED 1x13W 4 14 2 5 12 4 6 12 1 4 7 12 4 8 12 4 62 1 2 23 4 18 Selanjutnya pembagian daya tersambung untuk lantai satu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

52 Tabel 4.12 Pembagian Daya Untuk Penerangan Tersambung Lantai Satu Gedung Kampus Universitas Mercu Buana, Bekasi Daya (W) Gruping R S T 1 63 2 56 3 106 4 1034 5 916 6 934 7 916 8 916 Total 2013 1888 1040 4941 Pada lantai Satu terdapat tambahan alat listrik yang dipergunakan yaitu proyektor sebesar 50 W per unit dan sound system dengan daya 20 W per unit. Berdasarkan tabel 4.12, diketahui bahwa total daya pada phase R adalah sebesar 2013 W untuk penerangan, 150 W untuk proyektor, 60 W untuk sound system dan 800 W untuk stop kontak, sedangkan untuk total daya pada phase S adalah sebesar 1888 W untuk penerangan, 200 W untuk proyektor, 80 W untuk sound system dan 1200 W untuk stop kontak. Phase T memiliki total daya sebesar 1040 W untuk penerangan, 100 W untuk proyektor, 40 W untuk sound system dan 2150 W untuk stop kontak. Secara keseluruhan total daya pada phase R, S dan T adalah sebesar 9721 W, itu sama

53 dengan 17,4 A, sehingga Safety Factor Breaker adalah 21,75 A, sehingga sudah dapat diketahui kapasitas Circuit Breaker yang harus digunakan adalah 25 A. Setelah ditentukan kapasitas Circuit Breaker yang terpasang, ukuran kabel power sudah dapat ditentukan yaitu menggunakan NYY 4 x 4 mm 2 + BC 4 mm 2. 4.1.2.3 Perencanaan Penerangan Lantai Dua Hasil perencanaan penerangan lantai dua dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini. Gambar 4.3 Denah Perencanaan Instalasi Penerangan Lantai Dua Berdasarkan gambar 4.3 di atas dapat diketahui bahwa untuk Lantai Dua, konsultan membuat perencanaan penerangan dengan membagi

54 aliran listrik ke dalam membuat penerangan yang direncanakan menggunakan 19 (sembilan belas) grup, dimana sembilan grup untuk penerangan sedangkan enam grup untuk stop kontak dan empat grup lainnya untuk cadangan. Seperti pada lantai Satu, pada lantai Dua terdapat tambahan alat listrik yang dipergunakan yaitu proyektor sebesar 50 W per unit dan sound system dengan daya 20 W per unit. yang digunakan pada lantai satu terdiri dari lampu TKI T8 TL 2x36 W, lampu TKO T8 TL 1 x 18 W dan beberapa jenis lampu lainnya. Adapun jumlah lampu yang digunakan di lantai Dua dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Gruping TKI T8 TL 2x36W Tabel 4.13 Jumlah Lantai Dua TKO T8 TL 1x18W Baret TL 18W DL LED 1x7W 1 9 DL LED 1x7W c/w battery 2 6 2 3 1 1 8 2 DL Spot LED 1x13W 4 12 4 5 12 4 6 12 1 4 7 12 4 8 12 4 9 6 2 66 1 2 23 4 22 Selanjutnya pembagian daya tersambung untuk Lantai Dua dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

55 Tabel 4.14 Pembagian Daya Untuk Penerangan Tersambung Lantai Dua Gedung Kampus Universitas Mercu Buana, Bekasi Daya (W) Gruping R S T 1 63 2 56 3 106 4 916 5 916 6 934 7 916 8 916 9 458 Total 1895 1888 1498 5281 Berdasarkan tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa total daya pada phase R adalah sebesar 1895 W untuk penerangan, 200 W untuk proyektor, 80 W untuk sound system dan 1200 W untuk stop kontak, sedangkan untuk total daya pada phase S adalah sebesar 1888 W untuk penerangan, 200 W untuk proyektor, 80 W untuk sound system dan 1600 W untuk stop kontak. Phase T memiliki total daya sebesar 1498 W, 150 W untuk proyektor, 60 W untuk sound system dan 1700 W untuk stop kontak. Secara keseluruhan total daya pada phase R, S dan T pada lantai dua adalah sebesar 10551 W, itu sama dengan 18,88 A, sehingga Safety Factor Breaker adalah 23,6 A, sehingga sudah dapat diketahui kapasitas Circuit Breaker yang harus digunakan adalah 25 A. Setelah ditentukan kapasitas Circuit

56 Breaker yang terpasang, ukuran kabel power sudah dapat ditentukan yaitu menggunakan NYY 4 x 4 mm 2 + BC 4 mm 2. 4.1.2.4 Perencanaan Penerangan Lantai Tiga Hasil perencanaan penerangan lantai Tiga dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini. Gambar 4.4 Denah Perencanaan Instalasi Penerangan Lantai Tiga Berdasarkan gambar 4.4 di atas dapat diketahui bahwa untuk lantai Tiga merupakan Typical lantai Dua, hasil perancangannya sama yaitu membuat perencanaan penerangan dengan membagi aliran listrik ke dalam membuat penerangan yang direncanakan menggunakan 19 (sembilan belas) grup, dimana sembilan grup untuk

57 penerangan sedangkan enam grup untuk stop kontak dan empat grup lainnya untuk cadangan. Seperti lantai Dua, pada lantai Tiga terdapat tambahan alat listrik yang dipergunakan yaitu proyektor sebesar 50 W per unit dan sound system dengan daya 20 W per unit. yang digunakan pada lantai satu terdiri dari lampu TKI T8 TL 2x36 W, lampu TKO T8 TL 1 x 18 W dan beberapa jenis lampu lainnya. Adapun jumlah lampu yang digunakan di lantai Tiga dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Gruping TKI T8 TL 2x36W Tabel 4.15 Jumlah Lantai Tiga TKO T8 TL 1x18W Baret TL 18W DL LED 1x7W 1 9 DL LED 1x7W c/w battery 2 6 2 3 1 1 8 2 DL Spot LED 1x13W 4 12 4 5 12 4 6 12 1 4 7 12 4 8 12 4 9 6 2 66 1 2 23 4 22 Selanjutnya pembagian daya tersambung untuk lantai Tiga dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

58 Tabel 4.16 Pembagian Daya Untuk Penerangan Tersambung Lantai Tiga Gedung Kampus Universitas Mercu Buana, Bekasi Daya (W) Gruping R S T 1 63 2 56 3 106 4 916 5 916 6 934 7 916 8 916 9 458 Total 1895 1888 1498 5281 Berdasarkan tabel 4.16 di atas, diketahui bahwa total daya pada phase R adalah sebesar 1895 W untuk penerangan, 200 W untuk proyektor, 80 W untuk sound system dan 1200 W untuk stop kontak, sedangkan untuk total daya pada phase S adalah sebesar 1888 W untuk penerangan, 200 W untuk proyektor, 80 W untuk sound system dan 1600 W untuk stop kontak. Phase T memiliki total daya sebesar 1498 W, 150 W untuk proyektor, 60 W untuk sound system dan 1700 W untuk stop kontak. Secara keseluruhan total daya pada phase R, S dan T pada lantai dua adalah sebesar 10551 W, itu sama dengan 18,88 A, sehingga Safety Factor Breaker adalah 23,6 A, sehingga sudah dapat diketahui kapasitas Circuit Breaker yang harus

59 digunakan adalah 25 A. Setelah ditentukan kapasitas Circuit Breaker yang terpasang, ukuran kabel power sudah dapat ditentukan yaitu menggunakan NYY 4 x 4 mm 2 + BC 4 mm 2. 4.1.2.5 Perencanaan Penerangan Lantai Empat Hasil perencanaan penerangan lantai Empat dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini. Gambar 4.5 Denah Perencanaan Instalasi Penerangan Lantai Empat Berdasarkan gambar 4.5 di atas dapat diketahui bahwa untuk lantai Empat, konsultan membuat perencanaan penerangan dengan membagi aliran listrik ke dalam membuat penerangan yang

60 direncanakan menggunakan 19 (sembilan belas) grup, dimana sembilan grup untuk penerangan sedangkan enam grup untuk stop kontak dan empat grup lainnya untuk cadangan. Seperti pada lantai Satu, Dua dan Tiga, pada lantai Empat terdapat tambahan alat listrik yang dipergunakan yaitu proyektor sebesar 50 W per unit dan sound system dengan daya 20 W per unit. Selain proyektor dan sound system, Panel lampu penerangan lantai Empat juga menyuplai power untuk Panel Logo, Panel Booster, Panel Lift dan Panel Pressure Fan. yang digunakan pada lantai satu terdiri dari lampu TL 2x36 W, lampu TKO T8 TL 1 x 18 W dan tambahan lampu jenis DL Spot LED 1 x 13 W serta beberapa jenis lampu lainnya. Adapun jumlah lampu yang digunakan di lantai Empat dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Gruping TKI T8 TL 2x36W Tabel 4.17 Jumlah Lantai Empat TKO T8 TL 1x18W Baret TL 18W DL LED 1x7W 1 9 DL LED 1x7W c/w battery 2 6 2 3 1 1 8 2 DL Spot LED 1x13W 4 12 4 5 12 4 6 12 1 1 4 7 12 4 8 12 4 9 6 2 66 1 2 24 4 22

61 Selanjutnya pembagian daya tersambung untuk lantai Empat dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.18 Pembagian Daya Untuk Penerangan Tersambung Lantai Empat Gedung Kampus Universitas Mercu Buana, Bekasi Daya (W) Gruping R S T 1 63 2 56 3 106 4 916 5 916 6 941 7 916 8 916 9 458 Total 1895 1888 1505 5288 Berdasarkan tabel 4.18 di atas, diketahui bahwa total daya pada phase R adalah sebesar 1895 W untuk penerangan, 200 W untuk proyektor, 80 W untuk sound system, 1200 W untuk stop kontak, dan 5000 W untuk Panel Logo sedangkan untuk total daya pada phase S adalah sebesar 1888 W untuk penerangan, 200 W untuk proyektor, 80 W untuk sound system, 1600 W untuk stop kontak dan 5500 W untuk Panel Lift. Phase T memiliki total daya sebesar 1505 W, 150 W untuk proyektor, 60 W untuk sound system, 1750 W untuk stop kontak, 500 W untuk Panel Booster dan 1715 W untuk Panel Pressure Fan. Secara keseluruhan total daya pada phase R, S

62 dan T pada lantai dua adalah sebesar 23323 W, itu sama dengan 41,74 A, sehingga Safety Factor Breaker adalah 52,18 A, sehingga sudah dapat diketahui kapasitas Circuit Breaker yang harus digunakan adalah 63 A. Setelah ditentukan kapasitas Circuit Breaker yang terpasang, ukuran kabel power sudah dapat ditentukan yaitu menggunakan NYY 4 x 16 mm 2 + BC 16 mm 2. 4.2 Pembahasan Data yang telah didapat berupa dimensi ruang, warna dinding dan lantai, kegunaan ruangan, sistem penerangan yang dikehendaki kemudian di analisis. Data tersebut dijadikan acuan untuk menentukan sistem penerangan listrik misalnya daya dan jenis lampu yang akan digunakan. Dalam rancangan ini juga dilengkapi dengan perhitungan teknis mengenai susut tegangan, beban terpasang dan kebutuhan beban maksimum dan kapasitas daya. Pengolahan dan analisa data yang dihasilkan digunakan sebagai masukan dalam perhitungan secara manual untuk menentukan jenis kabel, menentukan letak peralatan hubung bagi dan pengamannya. PT. Cometindo Mitra Inti yang melaksanakan kegiatan perencanaan, memahami betul pentingnya perencanaan penerangan terutama untuk ruangan kelas, dimana ruang tersebut harus memiliki penerangan yang baik. Di dalam perancangan instalasi penerangan, bentuk ruangan dan kekuatan lampu merupakan hal yang harus diperhitungkan.

63 Tiap-tiap jenis ruang membutuhan jumlah dan kekuatan lampu yang berbeda-beda. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang instalasi penerangan adalah: 1. Ruangan akan diperuntukkan sebagai apa, karena setiap jenis ruangan membutuhkan kuat penerangan yang berbeda-beda. 2. Luas dan ukuran dari ruangan tersebut, karena semakin luas ukuran suatu ruangan semakin banyak jumlah lampu yang diperlukan. 3. Jenis lampu yang digunakan dan system penerangannya 4. Keadaan dinding dari ruangan tersebut apakah menyerap cahaya atau memantulkan cahaya. Dalam merancang instalasi penerangan, konsultan melakukan pengelompokkan atas instalasi listrik penerangan yang dibuat. Hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi gangguan pada satu kelompok tidak akan mengganggu kelompok lainnya. Berdasarkan peraturan instalasi umum instalasi listrik (PUIL. 661 c.1), instalasi penerangan harus dibagi dalam kelompok dan setiap kelompok harus diamankan sendiri-sendiri dengan pengaman arus lebih (sekering) dan sakelar. Banyaknya titik-titik pengambil arus seperti lampu dan stop kontak paling banyak 10 titik untuk tiap kelompok. Saat melakukan perancangan instalasi penerangan untuk gedung Universitas Mercubuana, konsultan sudah menjalankan proses perencanaan yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Hasilnya adalah rancangan instalasi penerangan untuk ruangan kelas yang memiliki enam titik lampu di

64 setiap ruangnya. Dimana kapasitas breaker yang digunakan adalah sebesar 25 A. Adapun hasil lengkap perancangan instalasi penerangan untuk ruangan kelas di gedung Universitas Mercubuana dapat dilihat pada lampiran.