BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberadaan bahasa daerah merupakan salah satu kebanggaan Bangsa

Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berkat pendidikan, orang terbebaskan dari

BAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah. Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN

BAB I PENDAHULUAN. guru sedang menerangkan pelajaran tersebut. Hal ini banyak beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini)

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. No.20 tahun 2003 juga memuat hakikat pendidikan yang menjadi tolok ukur

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Finy F. Basarah, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

STUDI TENTANG MINAT SEKOLAH DI TIGA DESA KABUPATEN KARANGANYAR TESIS

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan

Apakah pancasila sebagai pembangunan sudah diterapkan di Indonesia atau belum?

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Searah dengan perubahan lingkungan bisnis termasuk. pengelolaan lembaga pendidikan yang sangat pesat disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pendidikan dapat didefiniskan sebagai suatu kajian yang

jabatan di struktur Pemko Pematangsiantar? 6. Dan mengapa etnis lainnya seperti Mandailing, Nias dan lain-lain sedikit menduduki

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. besar responden, yaitu orang pintar adalah orang yang berpendidikan. Dapat disimpulkan menurut responden slogan Orang Pintar Minum

MENUMBUHKEMBANGKAN DAN MENGELOLA KREATIVITAS PENELITIAN

UKDW. BAB I Pendahuluan

PENDAHULUAN Latar Belakang

RELASI GURU-MURID-BIDANG STUDI BAGI GURU SEJATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

Pola Pengembangan Kemahasiswaan UNJ 2011

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan

PROPOSAL PERMOHONAN BANTUAN DANA HIBAH DARI PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

DAYAK VOICES: SEBUAH UPAYA KONTEKSTUALISASI NILAI INJILI. Sani Lake dan Wensi Fatubun 1 Abstrak:

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siang itu sekitar pukul 11.00 di saat anak-anak seusianya sibuk belajar dan bermain di sekolah, Sarminto (13) warga Dukuh Bono, Desa Jiwan, Kecamatan Karang nongko Klaten sedang menuntun sepeda onthel bermuatan tiga buah jerigen plastik kapasitas masing-masing 20 liter. Ia menuju sumur pantek untuk mengambil air bersih. Setiap hari ia bertugas mengambil air bersih dua kali. Air ini dimanfaatkan untuk minum dan memasak. Tugas ini dilakukan untuk membantu orang tuanya seorang buruh. Sedangkan Sarminto masih memiliki dua adik yang membutuhkan pendidikan SD. Saya tidak sekolah, karena orang tua tidak mampu, kata Sarminto, ketika ditanya mengapa tidak sekolah. Ia mengaku lulus SD tahun lalu dan tidak melanjutkan sekolah karena orang tua tidak mampu. Sejak tamat dari SD Jiwan Ia beralih pada kesibukan rutinitas membantu orang tua. 1 Sarminto adalah sosok bocah yang seharusnya di masa ini bisa menikmati bangku belajar dan bangku bermain di sekolah. Tetapi karena orang tuanya yang tidak mampu membiayai dirinya ke SLTP maka saat ini ia berada di rumah membantu orang tuanya. Selain kasus Sarminto yang tidak mampu membiayai studi lanjut, ada kasus lain yang kian meningkat terutama di daerah Klaten yaitu kasus DO (drop out) dari sekolah, hal ini diakibatkan rendahnya tingkat ekonomi keluarga serta tingginya biaya pendidikan. Data dari GNOTA ( Gerakan Nasional Orang Tua Asuh) Klaten di tahun 1995 ada 30.000 anak membutuhkan donor supaya tidak DO. Akibat krisis yang berkepanjangan di penghujung tahun 2004 data ini semakin berkembang menjadi 90.000 anak. 2 Sampel yang demikian kita jumpai hanya di Klaten, coba kita bayangkan kalau angka yang di Klaten ini kita jumlahkan dengan angka-angka yang ada di seluruh pelosok negeri maka sekian juta anak membutuhkan uluran tangan kita. Demikianlah dampak langsung yang bisa dirasakan oleh anak-anak akibat kemiskinan itu. 1 Sit-C, Sarminto, Tak Mampu Lanjutkan Sekolah dalam Kedaulatan Rakyat, 1 Desember 2004, p. 9 2 Ibid, p. 9 1

Banyak seminar dan diskusi dilakukan, program intervensi dirancang dan dana dialokasikan untuk menangani masyarakat miskin. Usaha-usaha ini sebenarnya merupakan perwujudan kepedulian. Tak dapat dipungkiri banyak para ilmuwan sosial dan politik bersuara lantang tentang perlunya usaha serius untuk mengatasi kemiskinan sturktural. Karena dirasakan akibat dari penindasan struktural maka memungkinkan orang miskin semakin tidak memiliki akses sosial-ekonomi guna meningkatkan taraf kehidupannya. Salah satu program yang digemborkan untuk mengentaskan kemiskinan adalah pendidikan. Pendidikan dipercaya sebagai wahana untuk memperluas akses dan mobilitas sosial dalam masyarakat. Pendidikan banyak dipahami sebagai wahana untuk menyalurkan ilmu pengetahuan, alat pembentukan watak, alat mengasah otak, serta media untuk meningkatkan ketrampilan kerja. Pendidikan lebih diyakini sebagai suatu media atau wahana untuk menanamkan nilai-nilai moral dan ajaran keagamaan, alat pembentukan kesadaran bangsa, alat meningkatkan taraf ekonomi, alat mengurangi kemiskinan, alat mengangkat status sosial dan media untuk menguak rahasia alam semesta. Pendidikan juga bisa dipahami sebagai usaha untuk menciptakan keadilan sosial, wahana memanusiakan manusia, serta wahana untuk pembebasan manusia. 3 Pada saat semangat peningkatan peran pendidikan bagi kaum lemah mulai membumbung dan ramai didiskusikan, ternyata malah kian marak isu dana bocor dalam bidang pendidikan. Kasus korupsi tidak hanya terjadi di kalangan elit politis, namun juga elit pendidikan. Bocornya uang banyak terjadi di managemen pendidikan. Banyak sekolah memeras peserta didik dengan keharusan membayar uang seragam. Pembelian buku wajib yang ditentukan dan difasilitasi oleh sekolah dengan dalih mempermudah pembelajaran. Padahal pihak sekolah tersebut bekerja sama dengan penerbit buku dan mendapat banyak keuntungan dari sini. Berbagai diskon dan hadiah dari penerbit menjadi trend di sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan penerbit buku. Malah ada kota yang mana pengadaan buku pelajaran diatur oleh Bupati dan Wali kota setempat. 4 3 Francis Wahono, Kapitalisme Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, p. 5 4 NAR, Sekolah Cenderung Tidak Diberdayakan-Dalam Pengadaan Buku Pelajaran dalam Kompas, 13 April 2005, p. 9 2

Saat ini pendidikan telah dikomersialisasikan. Dengan kata lain pendidikan telah menjadi komoditi bagi mereka yang telah memiliki uang dan mampu membayar pendidikan. Bagi mereka yang mampu tentunya akan menikmati pelayanan dan mutu pendidikan yang sesuai dengan keinginan. Sementara bagi mereka yang tidak mampu untuk membayar pendidikan tentunya tidak akan mendapat akses pelayanan pendidikan. Pendidikan saat ini malah mengancam manusia itu sendiri. 5 Di tengah berbagai permasalahan pendidikan yang carut marut ini beberapa institusi pendidikan Kristen di lingkungan Jawa Tengah nampaknya malah berlombalomba menaikkan biaya pendidikan dengan motifasi demi profesionalitas pelayanan pendidikan. Dari anggaran yang tinggi ini nampaknya sekolah Kristen tidak memberi kesempatan bagi yang miskin untuk dapat menikmati pendidikan pada lembaga pendidikan Kristen. Jadi seolah-olah sekolah Kristen yang merupakan wajah dari sarana pelayanan Kristen yang terbuka untuk semua kalangan tidak mau tahu dengan kondisi lingkungan di mana ia tinggal. Malah ada salah satu sekolah Kristen di Yogyakarta siswa-siswanya mendemo kepala sekolahnya karena diduga terlibat korupsi, sehingga kepala sekolah tersebut diberhentikan. 6 Beberapa sekolah Kristen yang ada di Semarang sekarang menaikkan biaya pendidikan karena sekolah ini butuh prasarana kenyamanan belajar. Ruang ber-ac menjadi tuntutan utama untuk meningkatkan konsentrasi siswasiswinya dalam menyerap pelajaran. 7 Bukan keramahan lingkungan yang dibangun tetapi ketergantungan mempergunakan teknologi yang ditumbuh kembangkan. Lembaga sekolah Kristen di atas nampaknya sudah tidak lagi memperhatikan inspirasi Kristennya. Tugas dan panggilan untuk mewujudkan nilai Kerajaan Allah hanya sebatas wacana teori. Inspirasi Kristiani hanya menjadi logo tanpa penghayatan yang mendalam. Lembaga pendidikan Kristen yang dicontohkan tadi seharusnya secara tegas menentukan keberpihakan sosial tetapi malah mendukung struktur-struktur yang tidak adil dalam masyarakat atau tidak memanfaatkan perannya untuk mengkritik atau juga menempatkan kajian dan usulan tentang model-model masyarakat yang baru. Lembaga pendidikan Kristen ini nampaknya semakin berpartisipasi mendukung nilai anti Kerajaan Allah atau realitas kejahatan. Lembaga pendidikan kekristenan yang 5 Francis Wahono, Kapitalisme Pendidikan, p. 11 6 Cerita dari guru dan alumni salah satu SMU Kristen di Yogyakarta. 1 Desember 2004. 7 Ari dan Ika, Berlomba Menciptakan Sekolah Unggulan dalam Kompas, 2 April 2005, p. 15 3

demikian nampaknya sudah kehilangan kekritisannya terhadap praktek yang membelenggu, menindas dan menyembunyikan ketidakbenaran. Eksistensi yang demikian tidaklah cocok dengan ideal Injil, dan lebih menjauhkan diri dari dunia lapisan bawah di mana tuntutan Kerajaan Allah dapat paling jelas dipahami. Berpihak pada orang bawah dan tertindas hanya sebagai slogan, program dan wacana, pada kenyataan nampaknya lebih dominan menjauhkan diri dengan orang miskin karena orang miskin dianggap tidak tidak menguntungkan. 1.2 Pokok Masalah Dari pergumulan yang ada sangatlah berguna kita menengok sejenak karya pendidikan yang pernah dilakukan seorang tokoh perintis pendidikan dan kemudian kita bisa merefleksikan pola pendidikannya itu dalam wajah pendidikan sekolah Kristen. Sosok pendidik itu adalah Romo F. van Lith yang berkarya di Jawa Tengah selama 30 tahun (1896-1926). Ia sangat peduli dengan orang-orang yang lemah dan tertindas. Bergaul dengan orang-orang lemah dan melakukan penyadaran bahwa pendidikan adalah kebutuhan yang sangat pokok bagi orang Jawa demi menuju masyarakat yang merdeka. Karena hanya dengan pendidikan akan menghasilkan manusia yang kritis dan mau berdiskusi. Selanjutnya hanya dengan pendidikanlah maka akan dihasilkan manusia yang sadar, percaya diri dan mau berkompetisi. Di dalam pengajarannya ini ia berharap dapat mendidik pemimpin yang baru. Pemimpin-pemimpin ini tidak hanya diasah kecerdasannya, tetapi juga para calon pemimpin yang diasah mental dan keimanannya. Jadi yang menjadi pokok permasalahan skripsi ini: Apakah yang menjadi visi dan misi karya pendidikan Romo van Lith? Bagaimana visi dan misi itu diwujudnyatakan dalam karya pendidikannya? Apa yang bisa dipelajari dari Romo van Lith untuk pendidikan Kristen? 1.3 Judul dan Alasan Pemilihan Judul Bedasarkan uraian masalah di atas, maka penulis menetapkan judul sebagai berikut: 4

BELAJAR DARI KARYA PENDIDIKAN ROMO F. VAN LITH Mengapa penulis menetapkan Romo F. van Lith dari pada tokoh lain, misalnya Paulo Freire, Ivan Illich dan tokoh lainnya, karena penulis melihat bahwa Romo F. van Lith adalah salah satu tokoh perintis pendidikan yang berada di Indonesia. Walaupun karya pendidikan Romo F. van Lith jauh sebelum kemerdekaan, namun beliau telah menyuarakan nilai-nilai pendidikan yang berpihak kepada kaum yang lemah dan tertindas. 1.4 Metode Penulisan Metode yang dipakai penulis dalam rangka penulisan skripsi ini adalah studi kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptif-analitis maksudnya penulis akan mendeskripsikan secara jelas data, prinsip, pendapat dan gagasan-gagasan sehubungan dengan permasalahan yang ada. Penulis akan memperkaya tulisan ini dengan kajian literatur yang berkaitan dengan F. van Lith. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami kendala yang besar terkait dengan bahasa. Oleh sebab itu penulis berusaha memanfaatkan sumber kedua. Sumber kedua ini adalah para penulis yang menterjemahkan karya dan pemikiran van Lith dari bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia. Walaupun tulisan itu tersebar dalam kepentingan tulisan masing-masing, namun penulis akan berusaha se-obyektif mungkin dalam penulisan skripsi ini. 1.5 Sistematika Penulisan skripsi ini dibagi atas: BAB I : PENDAHULUAN Berisi penjelasan mengenai latar belakang, pokok permasalahan, alasan pemilihan judul, metode penulisan dan sistematika penulisan. 5

BAB II : MENGENAL LEBIH DEKAT ROMO F. VAN LITH DAN KARYA PENDIDIKANNYA Dalam bab ini penulis akan menyajikan biografi Romo F. van Lith, pemikirannya, pergumulan konteks yang dia hadapi dan sistem pendidikan yang ia jalankan. BAB III : DIALOG KRITIS UNSUR-UNSUR YANG MEMBERI INSPIRASI Di sini penulis akan merefleksikan butir-butir penting dari karya pendidikan van Lith yang ditemukan dalam bab II secara lebih mendalam dari persfektif iman Kristen. BAB IV : KESIMPULAN Dalam kesimpulan ini penulis berusaha merumuskan kembali apa yang penulis dapat dari hasil refleksi dalam pembelajaran skripsi ini. 6