BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

DAFTAR ISI DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Visi dan Misi Program PNPM Mandiri... 42

BAB VIII HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PESERTA POSDAYA DENGAN MOTIVASI BERPERANSERTA PADA POSDAYA MANDIRI TERPADU

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN

LAMPIRAN. Lampiran I: Surat Pengantar Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Pengantar

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

Pertanyaan Penelitian & Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MAKASSAR

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I P E N D A H U L U A N

Menggilir Ternak Bergulir. Ada Fulus di Balik Kasur. Bersatu dalam Manunggal Sakato Kriuk, Kriuk... Krupuk Emas

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) SURABAYA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB III METODE PENELITIAN

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

BAB VIII PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan

Hasil Dan Pembahasan. Deskripsi Keadaan Umum Daerah Penelitian

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IX FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009

BAB III METODOLOGI KAJIAN

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009

Transkripsi:

57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan PNPM-MP, manfaat dari pelaksanaan PNPM-MP, serta persepsi terhadap relawan PNPM-MP. Persepsi responden dibedakan menjadi dua kategori yaitu negatif dan positif. Distribusi responden berdasarkan persepsinya terhadap PNPM-MP dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Relawan berdasarkan Persepsinya terhadap PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede Tahun 2010 No. Variabel Jumlah Persentase 1. Persepsi terhadap pelaksanaan PNPM-MP: Negatif ( 20) Positif (> 20) Total 4 26 30 2. Persepsi terhadap manfaat pelaksanaan PNPM-MP: Negatif ( 20) Positif (> 20) Total 3. Persepsi terhadap relawan PNPM-MP: Negatif ( 20) Positif (> 20) Total 10 20 30 12 18 30 13,3 86,7 100,0 33,3 66,7 100,0 40,0 60,0 100,0 6.1.1 Persepsi terhadap Pelaksanaan PNPM-MP Persepsi responden terhadap pelaksanaan PNPM-MP pada penelitian ini diukur dari penilaiannya terhadap beberapa prinsip pelaksanaan PNPM-MP yang telah ditetapkan dalam pedoman umum PNPM. Prinsip-prinsip tersebut antara lain prinsip partisipatif, berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin, kesetaraan gender, demokratis dan sederhana. Tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki persepsi yang positif terhadap pelaksanaan PNPM-MP, yaitu sebanyak 26 (86,7 persen) responden. Pelaksanaan PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede dinilai telah dilakukan secara musyawarah dan telah melibatkan masyarakat dalam menentukan dan mengelola kegiatan. Kegiatan yang dilakukan telah mengutamakan kepentingan masyarakat miskin. Mayoritas responden juga menilai bahwa pendampingan dari PNPM-MP merupakan faktor utama dan

58 bantuan dana hanya bersifat stimulan agar masyarakat mau bergerak untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang ada di lingkungannya. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan mayoritas responden telah memahami pelaksanaan PNPM-MP dan menilai baik pelaksanaan PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki potensi yang memadai untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan PNPM-MP sebagai wujud dukungan bagi penanggulangan kemiskinan. 6.1.2 Persepsi terhadap Manfaat PNPM-MP Persepsi responden terhadap manfaat PNPM-MP pada penelitian ini diukur dari penilaiannya terhadap tujuan dan harapan dari pelaksanaan PNPM-MP yang telah ditetapkan dalam pedoman umum PNPM. Manfaat tersebut meliputi manfaat dalam aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki persepsi yang positif terhadap manfaat PNPM-MP, yaitu sebanyak 20 (66,7 persen) responden. Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas responden mengaku telah ikut merasakan manfaat dari bantuan PNPM- MP, terutama dari adanya penyediaan dan perbaikan sarana umum seperti pembuatan dan perbaikan jalan setapak serta jembatan. Penyediaan sarana umum tersebut dinilai sangat penting bagi kemudahan akses masyarakat terhadap pendidikan dan kegiatan ekonomi, seperti jalan setapak untuk anak sekolah dan para pedagang kecil atau pedagang keliling. Hal tersebut berbeda dengan sebagian kecil responden yang memiliki persepsi negatif terhadap manfaat PNPM-MP, dimana mereka menilai bahwa manfaat PNPM-MP hanya dapat dirasakan oleh masyarakat miskin dan bantuannya dapat menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap program. Berdasarkan data kuesioner dan hasil wawancara, manfaat sosial yang paling dirasakan oleh mayoritas responden adalah terciptanya ruang kerjasama dan rasa kebersamaan antar sesama masyarakat. Manfaat dari kegiatan lingkungan seperti perbaikan jalan setapak dan RTLH dinilai sangat membantu dalam upaya penanggulangan kemiskinan terutama terkait dengan pembentukan citra masyarakat. Manfaat ekonomi PNPM-MP pada penelitian ini hanya dilihat dari penilaian responden mengenai potensi berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat miskin, karena pada renta PJM Pronangkis tahun 2009 dan 2010 tidak

59 terdapat bantuan kegiatan ekonomi. Pada umumnya responden setuju jika kegiatan ekonomi dapat berkembang melalui bantuan dana bergulir dari PNPM- MP dengan syarat masyarakat penerima manfaat memenuhi kriteria sasaran program. 6.1.3 Persepsi terhadap Relawan PNPM-MP Persepsi responden terhadap relawan PNPM-MP pada penelitian ini diukur dari penilaiannya terhadap peran, tugas, tanggung jawab PNPM-MP, termasuk hakikat kerelawanan sosial yang telah ditetapkan dalam pedoman umum PNPM. Sebagai pelopor penggerak di tingkat lokal, relawan memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan sekaligus pemberdayaan masyarakat. Tugas relawan adalah membantu upaya penanggulangan kemiskinan di daerahnya, dan bertanggung jawab atas semua tugas yang diberikan tanpa mengharapkan imbalan. Tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki persepsi yang positif terhadap relawan PNPM-MP yaitu sebanyak 18 (60,0 persen) orang. Mayoritas responden menilai adanya peran penting relawan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Mayoritas responden juga telah memahami bahwa masa pengabdiannya kepada masyarakat miskin tidak hanya berlaku selama PNPM-MP masih berjalan. Hal tersebut sejalan dengan harapan PNPM-MP, dimana tercipta relawan masyarakat sebagai pelopor penggerak dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh responden setuju jika relawan merupakan seseorang yang secara ikhlas memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan, meskipun demikian mayoritas dari mereka juga setuju jika relawan PNPM-MP sebaiknya diberikan imbalan. Hal tersebut terkait dengan dana operasional dari PNPM-MP yang dinilai kurang jika dibandingkan dengan tenaga dan waktu bahkan uang yang telah dikorbankan. 6.2 Pengaruh Faktor Internal terhadap Persepsi Relawan Salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap persepsi relawan dalam penelitian ini akan dilihat dari hubungan faktor internal dengan persepsinya terhadap PNPM-MP. Seperti yang diungkapkan Juarsyah (2007), bahwa faktor

60 internal memiliki hubungan dengan pembentukan persepsi seseorang. Adapun variabel faktor internal responden yang berpotensi mempengaruhi persepsinya terhadap PNPM-MP adalah usia, jumlah anggota rumah tangga, status pekerjaan atau tingkat pendapatan, tingkat pendidikan formal, dan kosmopolitan. Hasil pengujian hubungan antara faktor internal responden dengan persepsinya terhadap PNPM-MP disajikan secara ringkas pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Uji Chi Square dan Rank Spearman Hubungan antara Faktor Internal Relawan dan Persepsinya terhadap PNPM-MP Persepsi terhadap PNPM-MP Pelaksanaan PNPM-MP Manfaat PNPM-MP Relawan PNPM-MP Faktor Internal χ² atau Asymp Sig atau Sig χ² atau Asymp Sig atau Sig χ² atau Asymp Sig atau Sig Usia -0,117 0,537 0,127 0,504-0,149 0,432 Status pekerjaan 0,544 0,461 0,144 0,704 0,433 0,511 Jumlah anggota rumah tangga -0,237 0,208-0,053 0,780-0,123 0,517 Tingkat pendidikan 0,115 0,545 0,066 0,731 0,059 0,757 Kosmopolitan 0,175 0,354 0,063 0,740 0,183 0,334 Keterangan: χ² = koefisien Chi-Square; r s = koefisien Rank Spearman 6.2.1 Hubungan Usia dengan Persepsi terhadap PNPM-MP Van den Ban dan Hawkins (1988) yang dikutip oleh Saendinobrata (1998) menyatakan bahwa usia menentukan persepsi seseorang terhadap sesuatu yang timbul melalui proses menerima informasi atau stimulus-stimulus dari lingkungannya. Tabel 10 menunjukkan bahwa usia responden tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan persepsinya baik terhadap pelaksanaan PNPM-MP, manfaat PNPM-MP, maupun terhadap relawan PNPM-MP. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara usia responden dan persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, tidak ada perbedaan persepsi terhadap PNPM-MP antara responden yang berusia muda, sedang, maupun tua. Nilai korelasi antara usia dan persepsi terhadap pelaksanaan PNPM-MP maupun antara usia dan persepsi terhadap relawan PNPM-MP yang diperoleh adalah negatif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin bertambah usia responden maka persepsinya terhadap pelaksanaan PNPM-MP maupun terhadap relawan PNPM- MP akan cenderung negatif, demikian sebaliknya. Hasil penelitian ini

61 memperkuat kesimpulan dari Abdussamad (1993) yang menyatakan bahwa usia seseorang merupakan variabel yang memiliki hubungan negatif terhadap persepsinya mengenai suatu obyek atau informasi, meskipun pada penelitian ini hubungan yang diperoleh tidak nyata (p>0,05). Responden yang lebih tua cenderung lebih berhati-hati sehingga ada kesan mereka relatif kurang responsif terhadap informasi. Meskipun demikian, bukan berarti mereka tidak mau menerima informasi, kemungkinan mereka punya pertimbangan praktis seperti ingin menikmati masa tua. Berbeda dengan persepsi terhadap pelaksanaan dan relawan PNPM-MP, nilai hubungan antara usia dan persepsi responden terhadap manfaat PNPM-MP yang diperoleh adalah positif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin bertambah usia responden maka persepsinya terhadap manfaat PNPM-MP akan cederung positif. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya pengalaman responden terhadap manfaat PNPM-MP yang dirasakan semakin meningkat. 6.2.2 Hubungan Status Pekerjaan dengan Persepsi terhadap PNPM-MP Tabel 10 menunjukkan bahwa status pekerjaan responden tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan setiap aspek persepsi yang dikaji. Hubungan status pekerjaan dengan persepsinya terhadap PNPM-MP dijelaskan dengan uji Chi Square, dimana hasilnya selalu menunjukkan χ² hitung < χ² tabel (3,811) atau Asymp Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang bekerja dan tidak bekerja dalam hal mempersepsikan PNPM-MP secara keseluruhan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Saendinobrata (1998), bahwa selain berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, persepsi seseorang terhadap suatu informasi atau pesan juga didasarkan pada kebutuhan serta kepentingannya. Pada dasarnya seseorang yang bekerja memiliki pengalaman tentang adanya imbalan untuk setiap pekerjaan yang dilakukan, sementara orang yang tidak bekerja hanya mengetahui akan hal tersebut. Relawan PNPM-MP sebagai tenaga sukarela tentunya tidak diberikan imbalan atas kerjanya. Pada penelitian ini ditemukan bahwa bekerja atau tidaknya responden, tidak cukup berpengaruh pada persepsinya terhadap PNPM-MP. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya

62 kebutuhan atau kepentingan yang sama antara responden yang bekerja maupun yang tidak bekerja seperti kebutuhan untuk bermasyarakat. 6.2.3 Hubungan Jumlah Anggota Rumah Tangga dengan Persepsi terhadap PNPM-MP Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah anggota rumah tangga tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan persepsinya baik terhadap pelaksanaan, manfaat, maupun terhadap relawan PNPM-MP. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara usia responden dan persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, baik responden yang anggota rumah tangganya sedikit maupun responden yang anggota rumah tangganya banyak memiliki persepsi yang positif dan negatif terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. Nilai korelasi antara jumlah anggota rumah tangga responden dan persepsinya terhadap pelaksanaan yang diperoleh adalah positif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka tingkat persepsi terhadap pelaksanaan PNPM-MP akan semakin positif. Hal tersebut berbeda dengan persepsi terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP, dimana nilai korelasi yang diperoleh adalah negatif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka tingkat persepsi terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP akan cederung negatif, demikian sebaliknya. Jumlah anggota rumah tangga cenderung akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Saendinobrata (1998) menyatakan bahwa persepsi seseorang juga didasarkan pada kepentingannya. Berdasarkan data dari kuesioner dan wawancara di lapangan, mayoritas kepala rumah tangga responden berprofesi sebagai buruh yang tidak memiliki pendapatan tetap. Semakin besar jumlah anggota rumah tangga maka tidak menutup kemungkinan bahwa responden akan dituntut mencari pekerjaan yang menghasilkan pendapatan. Sebagai tenaga sukarela, relawan PNPM-MP tidak memiliki penghasilan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan anggota rumah tangganya sehingga responden cenderung tidak peduli akan hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan kepentingannya. Nilai hubungan antara jumlah anggota rumah tangga dan persepsinya terhadap pelaksanaan, manfaat, maupun terhadap relawan PNPM-MP yang

63 diperoleh adalah berbeda, namun hubungannya tidak nyata (p>0,05). Hal tersebut dapat disebabkan oleh status seluruh responden yang merupakan ibu rumah tangga dan mayoritas dari mereka tidak berkerja di luar untuk memperoleh pendapatan. Dapat dikatakan bahwa mayoritas responden yang tidak bekerja tersebut cenderung tidak berkepentingan untuk ikut membantu kepala rumah tangganya dalam pemenuhan kebutuhan anggota rumah tangga. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa besar atau kecilnya jumlah anggota rumah tangga responden tidak cukup berpengaruh pada persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. 6.2.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Persepsi terhadap PNPM-MP Tingkat pendidikan responden tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan persepsinya baik terhadap pelaksanaan PNPM-MP, manfaat PNPM-MP, maupun terhadap relawan PNPM-MP. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pendidikan responden dan persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang tingkat pendidikannya SD, SMP, atau SMA dalam hal mempersepsikan PNPM-MP secara keseluruhan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Rakhmat (2003) bahwa salah satu faktor yang menentukan persepsi adalah faktor fungsional (faktor personal). Faktor fungsional yang dimaksud antara lain dilihat dari kebutuhan dan pengalaman masa lalu. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pengalaman yang sama yaitu pernah menjadi kader masyarakat seperti kader posyandu, bahkan sampai saat penelitian dilakukan mayoritas responden masih berstatus sebagai kader masyarakat. Pada dasarnya, yang berperan sebagai pelopor penggerak utama dalam pelaksanaan PNPM-MP terdiri responden yang juga merupakan kader masyarakat. Adapun sebagian kecil responden yang tidak pernah menjadi kader masyarakat mengaku memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai PNPM-MP dari responden yang pernah menjadi kader masyarakat dengan tujuan menambah wawasan dan pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden tidak cukup berpengaruh terhadap persepsinya terhadap PNPM-MP. Hal tersebut

64 dapat disebabkan oleh adanya pengalaman yang sama oleh mayoritas responden, dan adanya kebutuhan yang sama dari sebagian kecil responden. 6.2.5 Hubungan Kosmopolitan dengan Persepsi terhadap PNPM-MP Tabel 10 menunjukkan bahwa sifat kosmopolitan responden tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan persepsinya baik terhadap pelaksanaan, manfaat, maupun terhadap relawan PNPM-MP. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara kosmopolitan responden dan persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, baik responden yang tingkat kosmopolitannya rendah maupun responden yang tingkat kosmopolitannya tinggi memiliki persepsi yang positif dan negatif terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. Nilai korelasi antara kosmopolitan dan persepsi responden terhadap pelaksanaan PNPM-MP yang diperoleh adalah negatif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin tinggi sifat kosmopolitan responden maka tingkat persepsinya terhadap pelaksanaan PNPM-MP akan cenderung negatif, demikian sebaliknya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya pengalaman responden yang tidak sesuai dengan informasi yang sesungguhnya mengenai pelaksanaan PNPM-MP. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian kecil responden yang persepsinya negatif terhadap pelaksanaan PNPM-MP menilai bahwa pelaksanaan PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede masih kurang transparan terutama mengenai pendanaan yang dilakukan oleh beberapa unsur pelaksana di tingkat kelurahan. Berbeda dengan persepsinya terhadap pelaksanaan PNPM-MP, hubungan kosmopolitan responden dengan persepsinya terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP yang diperoleh bernilai positif (lihat Tabel 10). Artinya, semakin positif sifat kosmopolitan responden maka persepsinya terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP akan cenderung positif, demikian sebaliknya. Dengan kosmopolitan yang positif maka responden mendapatkan banyak informasi yang baru sehingga dapat meningkatkan persepsinya dan membuat persepsinya tentang manfaat dan persepsi terhadap relawan PNPM-MP menjadi lebih baik. Hasil penelitian mengenai nilai korelasi yang positif ini memperkuat kesimpulan Maksum (1994) yang dikutip oleh Juarsyah (2007) yang menyatakan bahwa

65 apabila keterbukaan seseorang terhadap informasi baik, maka persepsi mereka akan positif. 6.3 Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Persepsi Relawan Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap persepsi relawan pada penelitian ini dilihat dari hubungan faktor eksternal responden dengan persepsinya terhadap PNPM-MP. Juarsyah (2007) menyatakan bahwa selain faktor internal, faktor eksternal juga memiliki hubungan dengan pembentukan persepsi seseorang. Pada penelitian ini, variabel faktor ekternal responden yang berpotensi mempengaruhi persepsinya terhadap PNPM-MP meliputi interaksinya dengan unsur pelaksana di tingkat kelurahan yaitu Faskel, BKM, dan KSM. Pemilihan faktor ekternal tersebut didasarkan pada penjelasan Osley (1972) yang dikutip Nurlia (2006) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, dimana salah satunya dilihat dari faktor pengaruh kelompok yaitu orang lain yang dapat memberikan arah kepada sesuatu yang menentukan persepsi dan sikap seseorang pada inovasi. Hasil pengujian hubungan antara faktor eksternal responden dengan persepsinya terhadap PNPM-MP disajikan secara ringkas pada Tabel 11. 6.3.1 Hubungan antara Interaksi dengan Faskel dan Persepsi terhadap PNPM-MP Tabel 11 menunjukkan bahwa interaksi responden dengan Faskel memiliki hubungan yang nyata (p<0,05) dan positif dengan persepsinya terhadap relawan PNPM-MP. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara interaksi responden dengan Faskel dan persepsinya terhadap relawan yang diperoleh adalah Sig hitung < α (0,05), dengan demikian H 0 ditolak. Artinya, responden yang interaksinya kuat memiliki persepsi yang positif terhadap relawan PNPM-MP. Hasil tersebut menunjukkan bahwa lemah atau kuatnya interaksi responden dengan Faskel akan cukup berpengaruh pada persepsinya terhadap relawan PNPM-MP. Semakin sering Faskel bertemu dan memberikan penjelasan kepada responden maka wawasan dan pengetahuan responden terhadap kerelawanan sosial dan relawan PNPM-MP akan meningkat. Faskel sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk mendampingi masyarakat dalam proses pemberdayaan diharapkan mampu menumbuhkan atau meningkatkan jiwa kerelawanan sosial masyarakat.

66 Berbeda dengan persepsi terhadap relawan PNPM-MP, interaksi responden dengan Faskel memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan persepsinya terhadap pelaksanaan maupun manfaat PNPM-MP (lihat Tabel 11). Hal tersebut disebabkan oleh adanya data yang tidak terpola, dimana persepsi dari mayoritas responden terhadap pelaksanaan dan manfaat PNPM-MP adalah positif. Tabel 11. Nilai Uji Rank Spearman Hubungan antara Faktor Eksternal Relawan dan Persepsinya terhadap PNPM-MP Faktor Eksternal Persepsi terhadap PNPM-MP (Interaksi dengan) Pelaksanaan PNPM-MP Manfaat PNPM-MP Relawan PNPM-MP Sig (2-tailed) Sig (2-tailed) Sig (2-tailed) Faskel 0,351 0,057 0,253 0,177 0,365 * 0,047 BKM 0,223 0,237 0,331 0,074 0,055 0,775 KSM 0,053 0,782-0,048 0,803-0,027 0,885 Keterangan : * : hubungan signifikan pada p < 0,05 6.3.2 Hubungan antara Interaksi dengan BKM dan Persepsi terhadap PNPM-MP Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai korelasi antara interaksi dengan BKM dan persepsi responden baik terhadap pelaksanaan, manfaat, maupun terhadap relawan PNPM-MP yang diperoleh adalah positif, namun hubungannya tidak nyata (p>0,05). Hasil uji korelasi Rank Spearman antara interaksi responden dengan BKM dan persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, baik responden yang interaksinya kuat maupun responden yang interaksinya lemah dengan BKM memiliki persepsi yang positif dan negatif terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kuat atau lemahnya interaksi responden dengan BKM tidak cukup berpengaruh pada persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. BKM sebagai wadah aspirasi kaum miskin yang juga merupakan masyarakat kelurahan seharusnya mampu mengajak anggota masyarakatnya untuk belajar bersama, namun pada penelitian ini, responden lebih senang belajar bersama masyarakat dari luar kelurahan yaitu Faskel. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya tingkat kepercayaan responden terhadap informasi dari Faskel yang lebih positif dibanding dari BKM.

67 6.3.3 Hubungan antara Interaksi dengan KSM dan Persepsi terhadap PNPM-MP Interaksi responden dengan KSM memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan persepsinya baik terhadap pelaksanaan, manfaat, maupun terhadap relawan PNPM-MP (lihat Tabel 11). Hasil uji korelasi Rank Spearman antara interaksi dengan KSM dan persepsi responden terhadap PNPM-MP secara keseluruhan selalu menunjukkan Sig hitung > α (0,05), dengan demikian H 0 diterima. Artinya, baik responden yang interaksinya kuat maupun responden yang interaksinya lemah dengan KSM memiliki persepsi yang positif dan negatif terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kuat atau lemahnya interaksi responden dengan KSM tidak cukup berpengaruh pada persepsinya terhadap PNPM-MP secara keseluruhan. Nilai korelasi antara interaksi dengan KSM dan persepsi responden terhadap pelaksanaan PNPM-MP yang diperoleh adalah positif (lihat Tabel 11). Artinya semakin kuat interaksi dengan KSM maka tingkat persepsi responden terhadap pelaksanaan PNPM-MP akan cenderung positif, demikian sebaliknya. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa mayoritas responden yang interaksinya kuat menilai baik kinerja KSM selama pelaksanaan kegiatan di lapangan. Relawan dan KSM sebagai unsur pelaksana di lapangan diharapkan dapat bekerjasama dengan baik. Semakin baik kerjasama relawan dengan KSM di lapangan sebagai wujud partisipasi masyarakat terhadap program, pengetahuan dan pemahaman mengenai pelaksanaan PNPM-MP akan semakin baik. Berbeda dengan persepsi terhadap pelaksanaan PNPM-MP, hubungan antara interaksi dengan KSM dan persepsi terhadap manfaat dan relawan PNPM- MP bernilai negatif (lihat Tabel 11). Artinya, semakin kuat interaksi dengan KSM maka tingkat persepsi responden terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP akan cenderung negatif, demikian sebaliknya. Seperti yang dijelaskan oleh Winardi (2004) bahwa individu tidak berperilaku dengan cara tertentu karena situasi yang terdapat di sekitarnya, tetapi karena persepsinya yaitu apa yang terlihat olehnya atau apa yang diyakini olehnya tentang situasi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas responden yang interaksinya kuat dengan KSM mengaku bahwa KSM masih kurang transparan terutama dalam hal pengelolaan dana kegiatan. Tingkat persepsi responden terhadap manfaat dan relawan PNPM-MP

68 cenderung negatif ketika pengalaman yang dialaminya tidak sesuai dengan ketentuan yang sesungguhnya. 6.4 Resume Mayoritas responden memiliki persepsi yang positif terhadap pelaksanaan PNPM-MP, manfaat PNPM-MP, dan relawan PNPM-MP. Dari hasil tersebut, diduga bahwa kegiatan sosialisasi PNPM-MP di Kelurahan Situ Gede telah dilakukan dengan baik. Hasil uji korelasi melalui Chi Square dan Rank Spearman menunjukkan bahwa secara umum faktor internal dan faktor eksternal responden tidak berpengaruh pada persepsinya, baik terhadap pelaksanaan PNPM-MP, manfaat PNPM-MP, maupun terhadap relawan PNPM-MP. Artinya, tidak ada perbedaan persepsi terhadap PNPM-MP di antara responden yang berbeda usia, status pekerjaan, jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan, dan kosmopolitan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pengetahuan, pengalaman, kebutuhan, dan kepentingan yang sama di antara responden terhadap PNPM-MP. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh kecilnya ukuran kelompok relawan yang hanya terdiri dari 30 orang, sehingga dampak dari interaksi antar masing-masing anggota tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.