Hasil Dan Pembahasan. Deskripsi Keadaan Umum Daerah Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hasil Dan Pembahasan. Deskripsi Keadaan Umum Daerah Penelitian"

Transkripsi

1 44 Hasil Dan Pembahasan Deskripsi Keadaan Umum Daerah Penelitian 1.Geografi dan Topografi Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Kota Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan, kebudayaan serta menjadi pusat perekonomian daerah. Kota Bandar lampung terletak di wilayah yang strategis karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar pulau Sumatra dan pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata. Secara geografis kota Bandar lampung terletak pada 520 sampai dengan 530 lintang selatan dan sampai dengan bujur timur. Ibukota propinsi Lampung ini berada di teluk Lampung yang terletak di ujung pulau Sumatra. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 Km terdiri dari 13 kecamatan da 98 kelurahan. Secara administratif Kota Bandar Lampung dibatasi oleh : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Natar kabupaten Lampung Selatan. 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Lampung. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan edung Tataan dan Padang Cermin kabupaten Pesawaran. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Tanjung Bintang kabupaten Lampung Selatan. Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 sampai 700 meter di atas permukaan laut dengan topografi yang terdiri dari : 1. Daerah pantai yaitu sekitar teluk betung bagian selatan dan panjang. 2. Daerah perbukitan yaitu sekitar teluk Betung bagian utara. 3. Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang terdapat di sekitar tanjung karang bagian Barat yang dipengaruhi oleh gunung Balau serta perbukitan Batu Serampok dibagian Timur Selatan.

2 45 Ditengah tengah kota mengalir beberapa sungai seperti sungai Way Halim, Way Balau, Way Awi, Way Simpur di wilayah Tanjung Karang, dan Way Kuripan, Way Balau, Way Kupang, Way Garuntang. Way Kuwala mengalir di wilayah Teluk Betung. Daerah hulu sungai berada dibagian barat, daerah hilir sungai berada di sebelah selatan yaitu di wilayah pantai. Luas wilayah yang datar hingga landai meliputi 60 persen total wilayah, landai hingga miring meliputi 35 persen total wilayah, dan sangat miring hingga curam meliputi 4 persen total wilayah. Sebagian wilayah Kota Bandar Lampung merupakan perbukitan, yang diantaranya bernama ; Gunung Kunyit, Gunung Kelutum, gunung Banten. Gunung Kucing, dan Gunung Kapuk. 13 Kota Bandar Lampung memilki kecamatan yang terdiri dari (1) Kecamatan Teluk Betung Barat, (2) Kecamatan Teluk Betung Selatan, (3) Kecamatan Panjang, (4) Kecamatan Tanjung Karang Timur, (5) Kecamatan Teluk Betung Utara, (6) Kecamatan Tanjung Karang Pusat, (7) Kecamatan Tanjung Karang Barat, (8) Kecamatan Kemiling, (9) Kecamatan Kedaton, (10) Kecamatan Rajabasa (11) Kecamatan Tanjung Seneng, (12) Kecamatan Sukarame, (13) Kecamatan Sukabumi. Berikut adalah luas daerah dan jumlah Desa setiap kecamatan di Kota Bandar Lampung beserta jumlah desa. Tabel 5. Luas Wilayah Kota Bandar Lampung Menurut Kecamatan Tahun No. Kecamatan Luas (Km 2 ) Jumlah Desa Kecamatan Teluk Betung Barat Kecamatan Teluk Betung Selatan Kecamatan Panjang Kecamatan Teluk Betung Utara Kecamatan Tanjung Karang Timur Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kecamatan Tanjung Karang Barat Kecamatan Kemiling Kecamatan Kedaton Kecamatan Rajabasa Kecamatan Tanjung Seneng Kecamatan Sukarame Kecamatan Sukabumi Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2008.

3 46 2. Iklim Kota Bandar Lampung Secara umum Kota Bandar Lampung dikatergorikan beriklim tropis dengan musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan rata-rata 126,9 mm perbulan, Curah hujan tertinggi berkisar 345,4 mm pada bulan desember pada bulan desember, sedangkan curah hujan terendah 0 mm pada bulan agustus dan September. 3. Penduduk Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung sampai tahun 2008 mempunyai jumlah penduduk sekitar jiwa, terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Pada tabel di bawah ini ditunjukkan jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota Bandar Lampung. Tabel 6. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Bandar Lampung tahun No Jenis Kelamin Kelompok Umur Laki-laki Perempuan (tahun) (jiwa) (jiwa) Jumlah Total Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2008 Pada tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah usia belum produktif (umur 0 14 tahun) sebanyak orang, usia produktif (umur tahun) sebanyak orang, dan usia tidak produktif (60 tahun ke atas) sebanyak orang. Untuk jumlah usia belum produktif bagi perempuan umur (0 14 tahun) sebanyak orang, usia produktif (umur tahun) sebanyak orang, dan usia tidak produktif (60 tahun ke atas) sebanyak orang

4 47 4. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Bandar Lampung. Tabel 17. Data jumlah penduduk penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kota Bandar Lampung tahun Anak Tuna Gelandangan No. Kecamatan Jompo Kecamatan Teluk Betung Barat Kecamatan Teluk Betung Selatan Kecamatan Panjang Kecamatan Teluk Betung Utara Kecamatan Tanjung Karang Timur Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kecamatan Tanjung Karang Barat Kecamatan Kemiling Kecamatan Kedaton Kecamatan Rajabasa Kecamatan Tanjung Seneng Kecamatan Sukarame Kecamatan Sukabumi Terlantar susila Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2008 Pada tabel 7 menunjukan penyandang masalah sosial terbesar di kota Bandar Lampung adalah jompo yaitu sejumlah jiwa dan anak terlantar berada di urutan kedua, sedangkan untuk tuna susila berada di urutan terakhir dalam masalah kesejahteraan sosial di kota Bandar Lampung. 5. Jumlah Tenaga Kerja dan Usaha Di Kota Bandar Lampung Tabel 8. Data jumlah distribusi tenaga kerja di Bandar Lampung tahun 2008 No. Sektor Usaha Tenaga Kerja Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Penyediaan Akomodasi dan Makan minum Trasnportasi, Pergudangan Perantara Keiangan Real Estate, usaha Persewaan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan Jasa Kemasyarakatan, social budaya Jasa Perorangan Rumah Tangga Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung,

5 48 Deskripsi Program PNPM Mandiri Perkotaan PNPM Mandiri pada hekekatnya adalah gerakan dan program nasional yang dituangkan dalam kerangka kebijakan yang menjadi acuan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bertujuan menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, untuk menyelesaikan berbagai persoalan pembangunan yang dihadapinya dengan baik dan benar. PNPM Mandiri membutuhkan harmonisasi kebijakan yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui perbaikan pemilihan sasaran baik wilayah maupun masyarakat penerima manfaat, prinsip dasar, strategi, pendekatan, indikator, serta berbagai mekanisme dan prosedur yang diperlukan untuk mengefektifkan penanggulangan kemiskinan dan mempercepat tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mulai tahun 2007 pemerintah mencanangkan PNPM mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri perdesaan (PNPM MPd), PNPM Mandiri perkotaan (PNPM MPk), serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. Program penanggulangan kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat stratergis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial masyarakat di masa mendatang. Lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representatif dan dipercaya tersebut (secara generik disebut badan keswadayaan masyarakat atau disingkat BKM) dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai kemasyarakatan sebagai pondasi modal sosial. Tiap BKM bersama masyarakat telah menyusun perencanaan jangka menengah program penaggulangan kemiskinan (yang kemudian lebih dikenal sebagai PJM Pronangkis) secara partisipatif, sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakarsa masyarakat, BKM-BKM ini mulai menjamin kemitraan

6 49 dengan berbagi instansi pemerintah dan kelompok. Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga pelaksaan P2KP- 3 saat ini telah terbentuk sekitar BKM yang tersebar di kecamatan di 235 kota / kabupaten, telah memunculkan lebih dari relawan-relawan, serta telah mencakup 18,9 juta orang pemanfaat. Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, mulai tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Mulai tahun tersebut PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapian sasaran Millenium Development Goal (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50 % di tahun Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri perkotaan (PNPM Mandiri perkotaan). 1. Sasaran PNPM Mandiri Perkotaan Sasaran PNPM Mandiri perkotaan ialah (1) terbangunnya lembaga keswadayaan masyarakat (LKM) yang dipercaya, aspiratif, representatif dan akuntible untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat, (2) tersedianya perencanaan jangka menengah (PJM) Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuainya dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan pemukiman yang sehat, serasi berjati diri dan berkelanjutan, (3) terbangun forum LKM tingkat kecamatan dan kota / kabupaten.(4) terwujudnya kontribusi pendanaan dari pemerintah kota / kabupaten dalam PNPM Mandiri perkotaan sesuai dengan kapasitas fiscal daerah. 2. Strategi Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan Secara umum PNPM Mandiri Perkotaan mengadopsi strategi dasar dan strategi operasional yang telah ditetapkan dalam pedoman umum PNPM Mandiri. Sedangkan strategi khusus yang digunakan ialah. 1. Mengembangkan lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representative dan dipercaya di mana anggotanya dipilih secara langsung, bebas dan rahasia, tanpa kampanye dan pencalonan oleh penduduk dewasa. Lembaga kepemimpinan ini berfungsi sebagai majelis amanah yang akan

7 50 memimpin masyarakat dalam melakukan tindakan kolektif penaggulangan kemiskinan yang disebut LKM. 2. Mengembangkan program pembangunan jangka menengah dan rencana tahunan dalam rangka penaggulangan kemiskinan sebagai media dialog dan kerjasama dengan berbagai pihak yang peduli dengan penanggulangan kemiskinan. 3. Aktif berpartisipasi dalam musrenbang kelurahan dan kecamatan untuk mengintegrasikan PJM Pronangkis ke dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 4. Peningkatan kapasitas pemerintah untuk mampu bersinergi dengan masyarakat dan para pemangku kepentingan setempat dalam penaggulangan kemiskinan. 3. Ruang Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakatai masyarakat meliputi : 1. Penyediaan dan perbaikan prasarana / sarana lingkungan pemukiman, social dan ekonomi secara padat karya. 2. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. 3. Kegiatan yang terkait peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs). 4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan keterampilan usaha manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik. Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen program sebagai berikut : 1. Pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah, dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan

8 51 pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan dan operasional pendamping masyarakat, fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya. 2. Bantuan langsung masyarakat: adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin. Gambar 2. Realisasi PNPM berupa pembuatan Drum air MCK dan Kavling (Sumber : Hasil Monitoring dan Evaluasi tahun 2009) 3. Peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal: adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal / kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan yang dimaksud antara lain seminar, pelatihan. lokakarya, kunjungan lapangan secara selektif dan sebaginya. Pelaksanaan PNPM Mandiri di Kota Bandar Lampung sampai dengan tahun 2009 telah tersebar di 83 kelurahan. Jumlah ini hanyalah jumlah kelurahan yang telah menyerap dana dari PNPM Mandiri dan telah merealisasikan kegiatan yang telah dibuat selama tahun Kucuran dana PNPM telah diberikan dalam dua tahapan, yakni tahap I untuk 50 kelurahan dan tahap II untuk 33 kelurahan.

9 52 4. Organisasi Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan Di tingkat Kota /Kabupaten dikoordinasikan langsung oleh Walikota/Bupati setempat melalui Bapeda Kota/Kabupaten dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan PNPM (TKPP). Pemkot/Kab dibantu oleh Satker Kota / Kabupaten yang diangkat Menteri PU atas usulan Bupati / Walikota. TKPKD kota / kabupaten dalam PNPM Mandiri Perkotaan berperan mengkoordinasikan TKPP dari berbagai program penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan dan pengendalian kegiatan ditingkat Kota / Kabupaten akan dilakukan oleh Koordinator kota (Korkot), yang dibantu beberapa asisiten Korkot di bidang manajemen keuangan, teknik/infrastruktur, management data dan penataan ruang.

10 53 Karakteristik Fasilitator Beberapa karakteristik fasilitator yang diamati pada penelitian ini adalah (1) pengalaman menjadi fasilitator, (2) Pengetahuan tentang tugas tugas fasilitator yang terdiri dari pengetahuan nonteknis dan pengetahuan teknis, dan (3) Pendidikan non formal fasilitator yang pernah di ikuti dasar fasilitator dan pelatihan madiya atau lanjutan. Hasil penelitian mengenai karakteristik fasilitator disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Tingkatan dan persentase fasilitator menurut karakteristik program PNPM Mandiri Perkotaan Bandar Lampung Karakteristik Fasilitator Tingkatan Jumlah (%) Pengalaman Rendah ( 2 bulan) 16 42,2 Sedang (2 < x 6 bulan) 13 34,2 Tinggi (> 6 bulan) 9 23,6 Jumlah Pengetahuan Rendah ( 1 jam/minggu) 7 18,4 (nonteknis) Sedang (1< x 3 jam/minggu) 22 57,8 Tinggi (> 3 jam/minggu) 9 23,8 Jumlah Pengetahuan Rendah ( 1 jam/minggu) 2 5,3 (Teknis) Sedang (1< x 3 jam/minggu) 17 44,7 Tinggi (> 3 jam/minggu) Jumlah Pendidikan non formal Rendah ( 5 hari) 3 7,8 (Pelatihan dasar) Sedang (5 < x 6 hari) 9 23,6 Tinggi (> 6 hari ) 26 68,6 Jumlah Pengalaman Pengalaman yang dimiliki fasilitator sebagai pemimpin atau fasilitator dalam kelompok binaan mempengaruhi kompetensi sesama fasilitator dalam program PNPM Mandiri Perkotaan, semakin tinggi pengalaman fasilitator maka dapat dikatakan memiliki pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang baik dalam menciptakan hak, kebebasan dan akses yang sama dengan kelompok binaan untuk menyelesaikan masalah kelompok pada program PNPM Mandiri Perkotaan. Pengalaman fasilitator dalam program pemberdayaan masyarakat pada lokasi penelitian ini diperoleh 16 fasilitator memiliki pengalaman kurang dari 2

11 54 bulan dengan kisaran porsentase 42,2 %, artinya separuh dari jumlah fasilitator memiliki pengalaman yang rendah. Secara umum seluruh fasilitator memiliki pengalaman sebagai fasilitator kelompok binaan sebelum adanya program PNPM Mandiri Perkotaan. Hal ini menunjukan bahwa dilihat dari lamanya mereka memiliki pengalaman, fasilitator tersebut memiliki kemampuan relatif cukup baik. 2. Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki fasilitator tentang tugas dan peran, serta aktivitas komunikasi dalam menciptakan partisipasi untuk mensukseskan kegiatan bersama kelompok binaan akan mempengaruhi perilaku komunikasi partisipatif fasilitator pada program PNPM Mandiri Perkotaan. Pengetahuan yang dimiliki fasilitator dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan nonteknis dan pengetahuan teknis. Dalam mempelajari dan mencari referensi-referensi tambahan tentang pengembangan kapasitas diri fasiltator pada PNPM Mandiri Perkotaan di lokasi penelitian ini, diperoleh 22 fasilitator memiliki tingkatan sedang antara satu sampai tiga jam dalam seminggu untuk membaca literatur yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas diri, dengan persentase 57,8%. Berdasarkan data yang diperoleh, fasilitator kurang maksimal dalam meluangkan waktunya untuk membaca literatur yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas diri, hal ini dikarenakan fasilitator memiliki kesibukan lain selain menjadi fasilitator. Fasilitator harus mampu menguasai kemampuan teknis seperti pembuatan proposal yang digunakan untuk perencanaan pembangunan infrastruktur dan kegiatan perekonomian, karena fasilitator harus membina kelompok dalam pembuatan proposal tersebut. Sebesar 50% fasilitator memiliki tingkat pengetahuan teknis yang tinggi dalam kelompok binaan. Pengetahuan ini diperoleh melalui mempelajari dan mencari referensi-referensi tambahan tentang tugas-tugas teknis pada program pemberdayaan masyarakat program PNPM Mandiri Perkotaan lebih dari 3 jam/minggu. Secara umum seluruh sampel fasilitator memiliki waktu untuk meningkatkan pengetahuanya sebagai fasilitator kelompok binaan pada program PNPM Mandiri Perkotaan. Pengetahuan fasilitator yang ditunjukan dalam lamanya membaca referensi menggambarkan cukup banyaknya pengetahuan,

12 55 pemahaman, keterampilan dan sikap dalam menciptakan hak, kebebasan dan akses yang sama dengan kelompok binaan untuk menyelesaikan masalah kelompok pada program PNPM Mandiri Perkotaan. Dengan bekal pengetahuan yang dimiliki maka segala kemampuan yang dimiliki fasilitator tersebut dapat mempengaruhi tujuan-tujuan dari kelompok yang di bina pada program PNPM Mandiri Perkotaan. fasilitator yang memiliki pengetahuan yang baik cenderung bersifat kritis terhadap suatu permasalahan kelompok. 3. Pendidikan non formal Tingkat pendidikan non formal dalam bentuk pelatihan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan fasilitator di lapangan. Semakin tinggi tingkat pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh fasilitator tentang bagaimana tugas dan wewenang fasilitator dalam menciptakan partisipasi kelompok binaan maka semakin tinggi perilaku komunikasi partisipatif dalam kelompok binaan. Pendidikan non formal yang semakin banyak diikuti oleh fasilitator semakin tinggi diharapkan dapat semakin mudah mencapai tujuan-tujuan kelompok. Pada penelitian ini diperoleh sebesar 26 faslitator memiliki tingkatan tinggi yang pernah mengikuti pelatihan fasilitator selama lebih dari 6 hari dengan persentase sebesar 68,6% dari seluruh sampel. Artinya sebagian besar fasilitator di PNPM perkotaan pernah mengikuti pendidikan nonformal, hal ini dikarenakan fasilitator memiliki pengalaman waktu berbeda-beda, semakin lama menjadi fasilitator maka semakin sering mengikuti pendidikan non formal, sehingga sebagian besar mereka mengikuti pendidikan nonformal sebagai dasar dalam megembangkan kapasitas kemampuannya. Menurut hasil pengamatan di lapangan, perbedaan lamanya jumlah hari dalam mengikuti pelatihan lanjutan berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh metode-metode dan dana yang dimiliki oleh PNPM Mandiri perkotaan. Secara umum seluruh sampel fasilitator dalam program PNPM Mandiri Perkotaan pernah mengikuti pelatihan- pelatihan fasilitator dari berbagai tingkatan- tingkatan pelatihan. Semakin tinggi dan lama seorang fasilitator mendapatkan pendidikan non formal dalam bentuk pelatihan maka akan mempengaruhi fasilitator tersebut untuk menciptakan komunikasi partisipatif dalam mensukseskan tujuan- tujuan

13 56 kelompok binaan, hal ini dikarenakan fasilitator mengerti tentang tugas- tugas serta wewenang dalam kelompok binaan. Peran Fasilitator Peran fasilitator yang di amati dalam penelitian ini berupa tingkatan dan persentase peran fasilitatif fasilitator dalam kelompok binaan PNPM Mandiri Perkotaan. Tingkatan dan persentase peran fasilitatif fasilitator ini disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Tingkatan dan persentase fasilitator menurut peran fasilitatif program PNPM Mandiri Perkotaan Bandar Lampung Tingkat Peran Fasilitatif Jumlah (%) Fasilitator Tinggi 8 21,2 Sedang 25 65,7 Rendah 5 13,1 Jumlah Berdasarkan tabel di atas diperoleh urutan terbesar tingkat peran fasilitatif fasilitator berada di tingkat sedang. Peran fasilitatif fasilitator tersebut yaitu membantu anggota komunitas agar berpartisipasi dalam program pengembangan masyarakat, dengan memberikan inspirasi, semangat, rangsangan, inisiatif, energi dan motivasi sehingga mampu bertindak. Peran ini ini juga berupa memberikan dukungan kepada orang-orang yang terlibat dalam struktur dan kegiatan komunitas. Hal ini terlihat fasilitator membantu tim refleksi kemiskinan dalam persiapan dan pelaksanaan simulasi refleksi kemiskinan, membantu dalam persiapan dan pelaksanaan pelatihan LKM (lembaga keswadayaan masyarakat) serta KSM (kelompok swadaya masyarakat). Perilaku Komunikasi Partisipatif Fasilitator Perilaku komunikasi partisipatif fasilitator yang diamati dalam penelitian ini adalah (1) tingkatan fasilitator dalam memberikan akses kepada kelompok binaan PNPM Mandiri, (2) tingkatan fasilitator dalam menciptakan dialog untuk menyelesaikan tugas kelompok dan dialog untuk memelihara interaksi dalam kelompok binaan dan (3) tingkatan fasilitator dalam melakukan kegiatan refleksiaksi dalam kelompok binaan. Tingkatan dalam memberikan akses kepada kelompok binaan ialah sejauh mana fasilitator memberikan ruang dan kesempatan kelompoknya secara bersama-

14 57 sama untuk berpartisipasi (melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) dalam sebuah kegiatan penanggulangan kemiskinan di daerah mereka. Pemberian akses ini juga melibatkan pihak-pihak yang mempunyai peran penting, hal ini dimulai dengan memberikan akses ke RT, RW, Lurah sampai kepada pemerintah setempat di setiap kegiatan-kegiatan kelompok. Tingkatan fasilitator dalam menciptakan dialog penyelesaian masalah kelompok ialah sejauh mana fasilitator dalam kelompok selalu melakukan dialog bersama sebagai media untuk menyelesaikan masalah-masalah kelompok dalam tahap perencanaan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan, sedangkan tingkatan fasilitator dalam memelihara interaksi kelompok ialah sejauh mana fasilitator menciptakan rasa saling menghargai dan menghormati dalam dialog-dialog kelompok. Tingkatan fasilitator dalam melakukan kegiatan refleksi-aksi ialah sejauh mana fasilitator bersama-sama dengan kelompok binaan untuk melihat kondisi sosial, lingkungan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan di daerah mereka. Hasil penelitian di lapangan tentang tingkatan dan persentase perilaku komunikasi partisipatif fasilitator disajikan dalam tabel 11. Tabel 11. Tingkatan dan porsentase fasilitator menurut perilaku komunikasi partisipatif program PNPM Mandiri Perkotaan Bandar Lampung Perilaku komunikasi partisipatif Tingkatan Jumlah (%) fasilitator Pemberian akses Rendah 9 23,6 Sedang 13 34,3 Tinggi 16 42,1 Jumlah Dialog (penyelesaian Rendah 14 36,9 Tugas kelompok) Sedang 9 23,7 Tinggi 15 39,4 Jumlah Dialog (pemeliharaan Rendah 15 39,4 Sedang 4 10,6 Interaksi kelompok) Tinggi Jumlah Refleksi - aksi Rendah 12 31,6 Sedang 9 23,7 Tinggi 17 44,7 Jumlah

15 58 Berdasarkan tabel di atas sebanyak 42,1% atau sejumlah 16 responden fasilitator memiliki tingkatan paling tinggi dalam memberikan akses kepada kelompok binaannya untuk bersama-sama berpartisipasi dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan kelompok binaan. Dapat dikatakan hampir setengahnya dari responden memiliki tingkatan yang baik dalam memberikan akses kepada kelompok binaannya. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan fasilitator memiliki metoda yang baik dalam menciptakan partisipasi bersama melalui pemberian akses kelompoknya hal ini terlihat fasilitator mengundang para relawan dan perwakilan kelompok miskin untuk hadir dalam rembug warga pembentukan FGD, melakukan simulasi refleksi kemiskinan, melaksanakan refleksi kemiskinan, melakukan sosialisasi pemetaan swadaya, serta menjadi mediator - mediator bagi kelompok didalam program PNPM Mandiri Tingkatan tertinggi fasilitator dalam menciptakan dialog dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok sebesar 39,4% atau sejumlah 15 responden, sedangkan terendah sebesar 36,9% atau sejumlah 14 responden. Untuk tingkatan sedang sebesar 23,7% atau sejumlah 9 responden. Dapat dikatakan sebesar 63% atau hampir tiga perempat responden fasilitator memiliki tingkatan yang baik dalam menciptakan dialog untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Hasil pengamatan dilapangan fasilitator mengakui bahwa dialog merupakan media yang tepat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tujuan bersama dalam kelompoknya. Hal ini terlihat fasilitator memberi saran, memberi informasi, memberi pendapat, mencari informasi di setiap rangkaian kegiatan refleksi kemiskinan, pemetaan swadata, pembentukan LKM (lembaga keswadayaan masyarakat), pembentukan KSM (kelompok swadaya masyarakat) Tingkatan tertinggi fasilitator untuk menciptakan pemeliharaan interaksi kelompok dalam dialog kelompok binaan sebesar 50% atau hampir setengah responden fasilitator dengan jumlah 19 resonden. Berdasarkan wawancara dilapangan dengan fasilitator bahwa hampir separuhnya, fasilitator menyadari bahwa sangat penting dalam membina dan memelihara interaksi di dalam kegiatan dialog kelompok karena dengan terciptanya interaksi yang baik, segala sesuatu permasalahan kelompok dapat diselesaikan dengan mudah, walaupun pada pelaksaannya banyak menemui kesulitan. Secara umum fasilitator selalu membina

16 59 dan memelihara interaksi dengan kelompok binaannya pada saat melakukan dialog. Hal ini terlihat fasilitator sering membuat lelucon dalam dialog, menerima dan meminta saran kepada setiap anggota kelompok Sejumlah 17 responden atau sebesar 44,7% responden fasilitator memiliki tingkatan yang tinggi dalam melakukan kegiatan refleksi-aksi dengan kelompoknya, sedangkan sebesar 23,7% atau sejumlah 9 responden fasilitator memiliki tingkatan sedang. Dapat dikatakan hampir tiga perempat responden atau sebesar 68,3% melakukan kegiatan refleksi-aksi dengan baik bersama kelompok binaannya, secara umum seluruh fasilitator melakukan kegiatan refleksi-aksi, karena mereka menyadari dengan melakukan kegiatan refleksi-aksi dapat menyadarkan kelompok binaan untuk mengerti kondisi sosial, lingkungan mereka serta dapat mengidentifikasi faktor penyebab kemiskinan yang terjadi di daerah mereka secara mandiri. Hal ini terlihat fasilitator bersama-sama engan anggota kelompok membentuk tim pemetaan swadaya, merencanakan dan melaksanakan refleksi kemiskinan.

17 60 Hubungan Karakteristik Fasilitator terhadap Perilaku Komunikasi Partisipatif Fasilitator Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan nyata antara karakteristik fasilitator terhadap perilaku komunikasi partisipatif fasilitator. Adapun variabel karakteristik fasilitator yaitu pengalaman, pengetahuan nonteknis, pengetahuan teknis dan pendidikan nonformal. Variabel perilaku komunikasi partisipatif fasilitator, yaitu pemberian akses, dialog penyelesaian tugas, dialog pemeliharaan kelompok dan refleksi aksi. Untuk mengetahui tingkat hubungan antara kedua variabel tersebut, dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan uji korelasi Spearman dengan program SPSS 17.0 for windows. 1. Hubungan antara pengalaman terhadap perilaku komunikasi partisipatif fasilitator Dalam pembahasan ini, variabel yang merupakan bagian dari perilaku komunikasi partisipatif ialah pemberian akses, dialog penyelesaian tugas kelompok, dialog pemeliharaan kelompok, dan refleksi aksi, sedangkan variabel yang merupakan bagian dari karakteristik fasilitator ialah pengalaman. Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel pengalaman terhadap variabel perilaku komunikasi partisipatif, dilakukan pengujian melalui tabulasi silang pada tabel 12. Tabel 12. Jumlah persentase fasilitator menurut pengalaman dan perilaku komunikasi partisipatif Perilaku Komunikasi Partisipatif Pengalaman (%) Rendah Tinggi Rendah Tinggi Jumlah Berdasarkan tabel 12, bahwa sebesar 55% persen fasilitator yang memiliki pengalaman rendah, memiliki perilaku komunikasi partisipatif rendah, dan sebesar 66,4% fasilitator yang memiliki pengalaman tinggi memiliki perilaku komunikasi yang tinggi. Berdasarkan angka tersebut, dapat dikatakan semakin tinggi pengalaman yang dimiliki fasilitator, memiliki kecenderungan semakin tinggi perilaku komunikasi partisipatifnya, sebaliknya semakin rendah pengalaman yang

18 61 dimiliki fasilitator maka memliki kecenderungan semakin rendah perilaku komunikasi partispatifnya. Untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel pengalaman terhadap variabel perilaku komunikasi partisipatif tersebut, dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan anlisis uji korelasi Spearman. Tabel 13. Koefisien korelasi (r) antara pengalaman dan perilaku komunikasi partisipatif fasilitator Karakteristik fasilitator Perilaku komunikasi partisipatif fasilitator r Sig Pengalaman * Keterangan: *nyata pada α = 0,05 Berdasarkan tabel 13, dapat dikatakan variabel pengalaman berhubungan nyata positif terhadap perilaku komunikasi partisipatif, dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha 5%. Hubungan nyata positif menunjukan semakin tinggi pengalaman fasilitator, memiliki kecenderungan perilaku komunikasi partisipatif fasilitator semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pengalaman fasilitator, memiliki kecenderungan perilaku komunikasi partisipatif semakin rendah. Hubungan nyata positif tersebut dikarenakan fasilitator memiliki pengalaman dalam menciptakan perilaku komunikasi partisipatif. Pengalaman tersebut berdasarkan data yang diperoleh, terlihat fasilitator pernah mengikuti program P2KP, program kemiskinan Bandar Lampung, dan Gema Tapis. Dengan pengalaman tersebut fasilitator memiliki pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap dalam menciptakan perilaku komunikasi partisipatif, sehingga dapat diterapkan kembali pada PNPM Mandiri. Walaupun hampir separuh dari jumlah fasilitator memiliki waktu pengalaman yang rendah, tetapi memiliki hubungan tehadap perilaku komunikasi partisipatif, apabila lamanya pengalaman yang dimiliki fasilitator semakin tinggi dapat dikatakan, semakin memiliki hubungan yang erat terhadap perilaku komunikasi partisipatifnya. Untuk melihat hubungan antara variabel pengalaman dengan variabel pemberian akses, dialog penyelesaian tugas kelompok, dialog pemeliharaan kelompok dan refleksi aksi, dilakukan uji analisis korelasi rank Spearman dan didapatkan hasil yang tersaji pada tabel 14.

19 62 Karakteristik fasilitator Tabel 14. Koefisien korelasi (r) antara pengalaman dan variabel perilaku komunikasi partisipatif fasilitator Perilaku Komunikasi Partisipatif Failitator Dialog Dialog Refleksi Pemberian akses menyelesaikan pemeliharan aksi tugas kelompok kelompok Pengalaman Keterangan: *nyata pada α = 0,05 r Sig r Sig r Sig r Sig * * * Berdasarkan hasil analisis statistik pada tabel 14, dapat dikatakan variabel pengalaman berhubungan nyata positif terhadap dialog dalam menyelesaikan tugas kelompok dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha 5%. Hubungan nyata positif menunjukan semakin tinggi pengalaman fasilitator, memiliki kecenderungan proses dialog dalam menyelesaikan tugas kelompok semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pengalaman fasilitator memiliki kecenderungan proses dialog dalam menyelesaikan tugas kelompok semakin rendah. Hubungan nyata positif ini, dikarenakan fasilitator memiliki pengalaman menyelesaikan masalah kelompok dalam bentuk dialog. Dengan pengalaman tersebut dapat diterapkan kembali pada PNPM Mandiri, sehingga dengan mudah menyelesaikan masalah-masalah dalam kelompok. Hal ini terlihat berdasarkan data yang diperoleh, fasilitator kelompok memberikan banyak ide-ide, informasi dan pendapat di saat kegiatan refleksi kemiskinan, pembentukan LKM sebagai wadah sinergi masyarakat. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 14, dapat dikatakan variabel pengalaman berhubungan nyata positif terhadap dialog dalam memelihara kelompok dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha 5%. Hubungan nyata positif menunjukan semakin tinggi pengalaman fasilitator, memiliki kecenderungan proses dialog dalam memelihara kelompok binaan semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pengalaman fasilitator memiliki kecenderungan proses dialog dalam memelihara kelompok binaan semakin rendah. Hubungan nyata positif ini dikarenakan fasilitator memiliki pengalaman dalam proses pemeliharaan kelompok. Dengan pengalaman tersebut dapat dengan mudah diterapkan kembali untuk memelihara keseimbangan kelompok pada PNPM Mandiri. Hal ini terlihat berdasarkan data yang diperoleh, fasilitator selalu memberi dan menerima sumbangan ide dan pendapat yang berbeda-beda dari

20 63 anggota kelompok, serta selalu memberikan lelucon-lelucon yang dapat menciptakan situasi yang hangat di dalam dialog kelompok. Variabel pengalaman juga berhubungan nyata positif terhadap proses refleksi aksi. Hal ini terlihat pada tabel 14, dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha 5%. Hubungan nyata positif menunjukan semakin tinggi pengalaman fasilitator, memiliki kecenderungan proses refleksi aksi yang dilakukan fasilitator semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pengalaman fasilitator memiliki kecenderungan proses refleksi aksi yang dilakukan fasilitator semakin semakin rendah. Hubungan nyata positif ini dikarenakan fasilitator memiliki pengalaman dalam proses refleksi aksi. Dengan pengalaman tersebut dapat dengan mudah diterapkan kembali pada PNPM Mandiri. Hal ini terlihat berdasarkan data yang diperoleh, fasilitator mampu mengikutsertakan setiap anggotanya untuk ikut melakukan kegiatan refleksi aksi, dengan membuat sebuah modul yang berisi hasil identifikasi penyebab kemiskinan dan modul analisis kemiskinan di daerahnya. 2. Hubungan antara pengetahuan nonteknis terhadap perilaku komunikasi partisipatif fasilitator. Dalam pembahasan ini, variabel yang merupakan bagian dari perilaku komunikasi partisipatif ialah pemberian akses, dialog penyelesaian tugas kelompok, dialog pemeliharaan kelompok, dan refleksi aksi, sedangkan variabel yang merupakan bagian dari karakteristik fasilitator ialah pengetahuan nonteknis. Untuk mengetahui adanya hubungan kedua variabel tersebut dilakukan pengujian melalui tabulasi silang pada tabel 15. Tabel 15. Jumlah persentase fasilitator menurut pengetahuan nonteknis dan perilaku komunikasi partisipatif Perilaku Komunikasi Partisipatif Pengetahuan nonteknis (%) Rendah Tinggi Rendah Tinggi Jumlah Berdasarkan tabel 15, menunjukan bahwa sebesar 70.8% persen fasilitator yang memiliki pengetahuan nonteknis rendah, memiliki perilaku komunikasi partisipatif rendah, dan sebesar 77.6% fasilitator yang memiliki pengetahuan

21 64 nonteknis tinggi memiliki perilaku komunikasi yang tinggi. Berdasarkan angka tersebut dapat dikatakan variabel pengetahuan nonteknis memiliki hubungan terhadap perilaku komunikasi partisipatif. Semakin tinggi pengetahuan teknis yang dimiliki fasilitator, memiliki kecenderungan semakin tinggi perilaku komunikasi partisipatifnya, sebaliknya semakin rendah pengetahuan teknis yang dimiliki fasilitator, memiliki kecenderungan semakin rendah perilaku komunikasi partispatifnya. Untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel pengetahuan nonteknis terhadap variabel perilaku komunikasi partisipatif dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis tesebut disajikan pada tabel 16. Tabel 16. Koefisien korelasi (r) antara pengetahuan nonteknis dan perilaku komunikasi partisipatif fasilitator Karakteristik fasilitator Perilaku komunikasi partisipatif fasilitator r Sig Pengetahuan nonteknis 0.330* Keterangan: *nyata pada α = 0,05 Berdasarkan hasil analisis statistik pada tabel 16, variabel pengetahuan nonteknis berhubungan nyata positif terhadap perilaku komunikasi partisipatif dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha 5%. Hubungan nyata positif ini menunjukan semakin tinggi pengetahuan nonteknis fasilitator, memiliki kecenderungan perilaku komunikasi partisipatif fasilitator semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pengetahuan nonteknis fasilitator, memilki kecenderungan perilaku komunikasi partisipatif rendah. Hubungan nyata positif ini dikarenakan fasilitator memiliki Pengetahuan nonteknis yang baik untuk menciptakan perilaku komunikasi partisipatif. Dengan pengetahuan tersebut dapat dengan mudah diterapkan pada PNPM Mandiri. Berdasarkan data yang didapatkan, Pengetahuan tersebut diperoleh melalui membaca dan mempelajari pengetahuan-pengetahuan nonteknis melalui literatur yang dimiliki, seperti tugas fasilitator dalam menciptakan partisipasi kelompok, kepemimpinan dalam kelompok atau pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan tugas fasilitator.

22 65 Hubungan antara variabel pengetahuan nonteknis dengan variabel pemberian akses, dialog penyelesaian tugas kelompok, dialog pemeliharaan kelompok dan refleksi aksi, didapatkan hasil yang tersaji pada tabel 17. Tabel 17. Koefisien korelasi (r) antara pengetahuan nonteknis dan variabel perilaku komunikasi partisipatif fasilitator Perilaku Komunikasi Partisipatif Failitator Karakteristik Dialog fasilitator Pemberian akses pemeliharan Pengetahuan nonteknis Keterangan: *nyata pada α = 0,05 Dialog tugas kelompok Refleksi aksi kelompok r Sig r Sig r Sig r Sig 0.355* * * Berdasarkan tabel 17, variabel pengetahuan nonteknis berhubungan nyata positif terhadap proses pemberian akses terhadap kelompok binaan dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha 5%. Berdasarkan angka tersebut, dapat diartikan bahwa semakin tinggi pengetahuan nonteknis yang dimiliki fasilitator, memiliki kecenderungan semakin tinggi proses pemberian akses terhadap kelompok binaan, sebaliknya semakin rendah pengetahuan nonteknis yang dimiliki fasilitator, memiliki kecenderungan semakin rendah proses pemberian akses kelompok. Hubungan nyata positif tersebut dikarenakan fasilitator memiliki pengetahuan nonteknis yang berkaitan dengan pemberian akses. Berdasarkan data yang didapatkan, pengetahuan tersebut diperoleh melalui membaca dan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan tugas-tugas dalam memberikan akses kepada kelompok. Dengan pengetahuan tersebut, dapat dengan mudah diterapkan di kelompoknya, hal ini terlihat fasilitator melakukan sosialisasi mengenai kegiatan pembelajaran swadaya masyarakat kepada masyarakat miskin, memberi kesempatan kepada kelompok masyarakat miskin untuk bergabung dengan tim pemetaan sawadaya. Apabila dikaji berdasarkan tabel 17, dapat dikatakan bahwa variabel pengetahuan nonteknis berhubungan nyata positif terhadap proses dialog dalam memelihara keseimbangan kelompok binaan dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha 5%. Hubungan nyata positif menjelaskan, semakin tinggi pengetahuan nonteknis yang dimiliki fasilitator memiliki kecenderungan proses

23 66 dialog dalam memelihara kelompok semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pengetahuan nonteknis yang dimiliki memiliki kecenderungan proses dialog pemeliharaan kelompok semakin rendah. Hubungan nyata positif ini, dikarenakan fasilitator memiliki pengetahuan nonteknis dalam pemeliharaan kelompok, sehingga dapat diterapkan di kelompoknya pada PNPM Mandiri. Berdasarkan data yang didapatkan, pengetahuan tersebut diperoleh melalui membaca, mempelajari literatur-literatur pribadi maupun literatur PNPM, dan saling bertukar informasi sesama fasilitator yang berkaitan dengan kemampuan dalam memelihara keseimbangan kelompok. Dengan pengetahuan tersebut, dapat dengan mudah diterapkan di kelompoknya, hal ini terlihat fasilitator selalu menghargai proses dialog dengan mendengarkan setiap anggota kelompok berbicara, mendengarkan ide-ide yang diberikan anggota kelompok, serta membantu dalam memberikan saran-saran yang berkaitan dengan permasalahan pribadi anggota kelompok. Pada tabel 17, dapat dikatakan variabel pengetahuan nonteknis berhubungan nyata positif terhadap refleksi aksi dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha 5%. Hubungan nyata positif menjelaskan, semakin tinggi pengetahuan nonteknis yang dimiliki fasilitator, memiliki kecenderungan proses refleksi aksi semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pengetahuan nonteknis yang dimiliki memiliki kecenderungan proses refleksi aksi semakin rendah. Hubungan nyata positif ini dikarenakan fasilitator memiliki pengetahuan nonteknis yang berkaitan dengan proses refleksi aksi. Berdasarkan data yang didapatkan, pengetahuan tersebut diperoleh dengan mempelajari literatur-literatur tambahan dan literatur pribadi mengenai kegiatan refleksi aksi. Hal ini terlihat dari literatur-literatur yang dimiliki faskel mengenai dasar-dasar dalam melakukan kegiatan pemetaan kemiskinan. Dengan pengetahuan tersebut, fasilitator dapat dengan mudah menerapkan dalam kelompok pada PNPM Mandiri. 3. Hubungan antara pengetahuan teknis terhadap perilaku komunikasi partisipatif fasilitator. Pengetahuan teknis yang dimiliki fasilitator sebagai pemimpin, merupakan pengetahuan dan kemampuan dalam menguasai hal-hal teknis. Fasilitator sebagai pemimpin kelompok tidak cukup hanya memiliki kemampuan non teknis saja,

24 67 tetapi juga harus memiliki kemampuan teknis. Dalam kegiatan PNPM selalu melibatkan hal-hal teknis, seperti pembuatan surat, proposal, kemampuan dalam pendataan keuangan, serta penyusunan kegiatan pembangunan infrastruktur atau yang berkaitan dengan administrasi kegiatan kelompok binaan. Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel pengetahuan teknis terhadap variabel perilaku komunikasi partisipatif, dilakukan pengujian melalui tabulasi silang pada tabel 18. Tabel 18. Jumlah persentase fasilitator menurut pengetahuan teknis dan perilaku komunikasi partisipatif Perilaku Komunikasi Partisipatif Pengetahuan teknis (%) Rendah Tinggi Rendah Tinggi Jumlah Berdasarkan tabel 18, menunjukan bahwa sebesar 61.6% persen responden faskel yang memiliki pengetahuan teknis rendah, memiliki perilaku komunikasi partisipatif rendah, dan sebesar 81.2% responden faskel yang memiliki pengetahuan teknis tinggi memiliki perilaku komunikasi yang tinggi. Berdasarkan angka tersebut, dapat dikatakan, semakin tinggi pengetahuan teknis yang dimiliki fasilitator, maka memiliki kecenderungan semakin tinggi perilaku komunikasi partisipatifnya, sebaliknya semakin rendah pengetahuan teknis fasilitator, memiliki kecenderungan semakin rendah perilaku komunikasi partispatifnya. Untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel pengetahuan teknis terhadap variabel perilaku komunikasi partisipatif, dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil uji analisis tersebut, tersaji pada tabel 19. Tabel 19. Koefisien korelasi (r) antara pengetahuan teknis dan perilaku komunikasi partisipatif fasilitator Karakterisrik fasilitator Perilaku komunikasi partisipatif fasilitator r Sig Pengetahuan teknis 0.431** Keterangan: ** sangat nyata pada α = 0,01 Berdasarkan tabel 19, dapat dikatakan variabel pengetahuan teknis dan variabel perilaku komunikasi partisipatif berhubungan sangat nyata positif dengan

25 68 nilai signifikansi sebesar pada alpha 1%. Hubungan sangat nyata positif ini menjelaskan semakin tinggi pengetahuan non teknis fasilitator, memiliki kecenderungan semakin tinggi perilaku komunikasi partisipatif fasilitator sebaliknya semakin rendah pengetahuan teknis fasilitator, memiliki kecenderungan semakin rendah perilaku komunikasi partisipatifnya. Hubungan sangat nyata tersebut, dikarenakan fasilitator memiliki pengetahuan teknis yang berkaitan dengan perilaku komunikasi partisipatif. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui mempelajari dan bertukar informasi yang berkaitan dengan kemampuan teknis seperti literatur teknis, pembuatan format proposal, pembuatan surat undangan, pembuatan brosur, literatur format administrasi, serta format penyusuanan anggaran pembangunan infrastrukur. Dengan pengetahuan tersebut dapat dengan diterapkan dalam kelompok pada PNPM Mandiri. Apabila dianalisis lebih lanjut hubungan antara variabel pengetahuan teknis dengan variabel pemberian akses, dialog penyelesaian tugas kelompok, dialog pemeliharaan kelompok dan refleksi aksi, didapatkan hasil yang tersaji pada tabel 20. Karakteristik fasilitator Pengetahuan teknis Tabel 20. Koefisien korelasi (r) antara pengetahuan teknis dan perilaku variabel komunikasi partisipatif fasilitator Perilaku Komunikasi Partisipatif Failitator Dialog Dialog Refleksi Pemberian akses menyelesaikan pemeliharan aksi tugas kelompok kelompok r Sig r Sig r Sig r Sig 0.334* * ** ** Keterangan: *nyata pada α = 0,05. **sangat nyata pada α = 0,01 Berdasarkan hasil analisis statistik pada tabel 20, dapat dikatakan variabel pengetahuan teknis berhubungan nyata positif terhadap proses pemberian akses terhadap kelompok binaan, dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha 5%. Hubungan nyata positif menjelaskan, semakin tinggi pengetahuan teknis fasilitator maka memiliki kecenderungan proses pemberian akses semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya semakin rendah pengetahuan teknis fasilitator, maka memiliki kecenderungan semakin rendah proses pemberian akses.

26 69 Hubungan nyata ini tersebut dikarenakan, fasilitator memiliki kemampuan teknis yang diterapkan dalam proses pemberian akses kelompok. Berdasarkan data yang didapatkan, pengetahuan tersebut diperoleh melalui membaca literatur teknis dan bertukar informasi sesama fasilitator. Dengan pengetahuan tersebut dapat dengan mudah diterapkan dalam kelompok binaannya, hal ini terlihat fasilitator menyiapkan agenda-agenda persiapan kegiatan kelompok swadaya masyarakat, menyiapkan undangan dan brosur dalam sosialisasi pemetaan swadaya masyarakat. Berdasarkan tabel 20, dapat dikatakan variabel pengetahuan teknis berhubungan nyata positif terhadap proses dialog menyelesaikan tugas kelompok binaan dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha 5%. Hubungan nyata positif memberikan arti, bahwa semakin tinggi pengetahuan teknis fasilitator memiliki kecenderungan proses dialog menyelesaikan tugas kelompok semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pengetahuan teknis fasilitator memiliki kecenderungan proses dialog menyelesaikan tugas semakin rendah. Hubungan nyata positif ini dikarenakan setiap dialog menyelesaikan tugas atau permasalahan kelompok selalu membutuhkan kemampuan teknis. Fasilitator yang memiliki kemampuan teknis akan mempermudah menyelesaikan tugas kelompoknya. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, proses teknis diperlukan dalam menyelesaikan tugas dalam kegiatan kelompok, seperti menjelaskan siklus pembutan rencana kerja tindak lanjut, memberikan metoda baru untuk identifikasi masalah, dan pembuatan catatan evaluasi dari proses rapat mingguan. Apabila dikaji berdasarkan tabel 20, dapat dikatakan sudah memiliki bukti variabel pengetahuan teknis berhubungan sangat nyata positif terhadap proses dialog pemeliharaan kelompok binaan dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha1%. Hubungan sangat nyata positif memberikan arti semakin tinggi pengetahuan teknis fasilitator, memiliki kecenderungan semakin tinggi proses dialog memelihara kelompok, sebaliknya semakin rendah pengetahuan teknis fasilitator. Memiliki kecenderungan semakin rendah proses dialog dalam memlihara kelompok.

27 70 Hubungan sangat nyata positif tersebut, dikarenakan fasilitator memiliki pengetahuan teknis dalam proses pemeliharaan kelompok. Berdasarkan data yang didapatkan, pengetahuan tersebut diperoleh melalui membaca literatur atau pedoman-pedoman teknis. Dengan pengetahuan tersebut dapat dengan mudah diterapkan dalam kelompok pada PNPM Mandiri, hal ini terlihat fasilitator menyiapkan hal teknis seperti permainan-permainan dari kertas, serta membuat buku untuk mencatat ide-ide yang diberikan anggota kelompok. Pada tabel 20 menunjukan variabel pengetahuan teknis berhubungan sangat nyata positif terhadap proses refleksi aksi dengan nilai signifikansi sebesar pada alpha 1%. Hal ini dapat diartikan semakin tinggi pengetahuan teknis yang dimiliki fasilitator, memiliki kecenderungan semakin tinggi proses refleksi aksi, sebaliknya semakin rendah pengetahuan teknis yang dimiliki fasilitator, memiliki kecenderungan semakin rendah proses refleksi aksi. Hubungan nyata positif ini dikarenakan, pengetahuan teknis yang dimiliki fasilitator dibutuhkan dalam kegiatan refleksi aksi. Pengetahuan teknis yang dimiliki fasilitator diperoleh melalui membaca dan mempelajari literatur-literatur maupun saling bertukar informasi yang berkaitan dengan kemampuan teknis. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, fasilitator melakukan kegiatan teknis dalam refleksi aksi, seperti membuat format untuk pengidentifikasian faktor kemiskinan, pembuatan format rencana tindak lanjut setelah kegiatan refelksi aksi selesai dilakukan. 4. Hubungan antara pendidikan nonformal terhadap perilaku komunikasi partisipatif fasilitator Dalam pembahasan ini variabel yang merupakan bagian dari perilaku komunikasi partisipatif ialah pemberian akses, dialog penyelesaian tugas kelompok, dialog pemeliharaan kelompok, dan refleksi aksi, sedangkan variabel yang merupakan bagian dari karakteristik fasilitator ialah pendidikan nonformal. Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel pengalaman terhadap variabel perilaku komunikasi partisipatif, dilakukan pengujian melalui tabulasi silang pada tabel 21.

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah IV. GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG A. Kota Bandar Lampung 1. Geografi Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik,

Lebih terperinci

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain 56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. (sebagai tindaklanjut statusnya pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda dahulu)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. (sebagai tindaklanjut statusnya pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda dahulu) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lapung 1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung Sebelum tanggal 18 Maret 1964, Provinsi Lampung merupakan Keresidenan (sebagai tindaklanjut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang III. METODE PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari instansi dan pihak-pihak terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Dinas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena 90 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Geografis Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung, selain

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung, selain IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung, selain merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk 33 IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG A. Letak Geografis Dan Iklim Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat

Lebih terperinci

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Umum Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaram Umum Objek Penelitian 1. Kota Bandar Lampung a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Sebelum tanggal 18 Maret 1964, Provinsi Lampung merupakan sebuah

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Sebelum tanggal 18 Maret 1964, Provinsi Lampung merupakan sebuah BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung Sebelum tanggal 18 Maret 1964, Provinsi Lampung merupakan sebuah keresidenan, berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota dari Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan, 31 IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Selain merupakan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Selain merupakan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian

Lebih terperinci

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 KEGIATAN & SUB-KEGIATAN MILESTONE 1.1. PENDAMPINGAN TINGKAT PEMDA KOTA/ KAB 1.1.1. SERANGKAIAN LOBBY-LOBBY, SILATURAHMI SOSIAL DAN SOSIALISASI AWAL TINGKAT

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Undang-Undang no. 3 tahun 1964, yang kemudian menjadi Undang-Undang no.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Undang-Undang no. 3 tahun 1964, yang kemudian menjadi Undang-Undang no. 33 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung Sebelum tanggal 18 Maret 1964 Provinsi Lampung merupakan keresidenan termasuk wilayah Sumatera Selatan. Berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT DISUSUN OLEH : DIREKTORAT EVALUASI, AKUNTANSI DAN SETELMEN SUBDIREKTORAT MONITORING DAN EVALUASI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

Lampiran1: Peta Lokasi Penelitian penelitian

Lampiran1: Peta Lokasi Penelitian penelitian LAMPIRAN 84 Lampiran1: Peta Lokasi Penelitian penelitian 85 Lampiran 2: Kuesioner penelitian Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 2010 FAKTOR

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung Kota Bandarlampung adalah Ibukota Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 197,22 km 2 atau 19.772 hektar. Secara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA Bappeda Kabupaten Banjarnegara

PEDOMAN WAWANCARA Bappeda Kabupaten Banjarnegara LAMPIRAN 111 PEDOMAN WAWANCARA Bappeda Kabupaten Banjarnegara Nama Responden : Jabatan : Tanggal : Pertanyaan Mengenai Peranan Bappeda 1. Bagaimana kemiskinan di kabupaten Banjarnegara? 2. Bagaimana pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN TEORI Komunikasi Partisipatif

BAB I TINJAUAN TEORI Komunikasi Partisipatif 7 BAB I TINJAUAN TEORI Komunikasi Partisipatif Komunikasi partisipatif dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang memberikan kebebasan, hak dan akses yang sama dalam memberikan pandangan, perasaan,

Lebih terperinci

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU) PNPM Mandiri Perkotaan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari PNPM Mandiri Nasional oleh sebab itu pengelolaan program ini juga merupakan bagian dari pengelolaan program nasional PNPM Mandiri

Lebih terperinci

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) BUKU 5 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. GEOGRAFI 1. Letak Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Propinsi Lampung, sekaligus sebagai pusat perdagangan dan jasa terbesar di propinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN DI GORONTALO TIM KAJIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF (PJM PRONANGKIS)

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN DI GORONTALO TIM KAJIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF (PJM PRONANGKIS) 1 LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN DI GORONTALO TIM KAJIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF (PJM PRONANGKIS) A. RINGKASAN HASIL SANGAT SEMENTARA (1) Gambaran Umum Wilayah Studi Kota Gorontalo terletak di kawasan Teluk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013 DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, 28-30 Agustus 2013 Pada Tahun 2013, Pemerintah telah menetapkan berbagai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Selama ini air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Selama ini air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang sangat vital bagi semua manusia dan setiap mahluk hidup. Tanpa air, maka tidak akan ada suatu kehidupan di muka bumi ini. Selama

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 55 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung yang merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 38 BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Konsep PNPM Mandiri Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Februari 2011 1 P a g e LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah singkatan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menyangkut kelayakan dan taraf kesejahteraan hidup masyarakat. Rumah bukan hanya berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG LETAK GEOGRAFIS Kabupaten Deli Serdang sebagai bagian dari wilayah pantai timur Provinsi Sumatera Utara terletak diantara 2 57-3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk

Lebih terperinci

HARMONISASI PROGRAM PEMBERDAYAAN. Oleh: Irawan Hasan, Askoorkot Kab. Karo, KMW IV P2KP-3 Sumatera Utara. Karo, 02 Juni 2007

HARMONISASI PROGRAM PEMBERDAYAAN. Oleh: Irawan Hasan, Askoorkot Kab. Karo, KMW IV P2KP-3 Sumatera Utara. Karo, 02 Juni 2007 Karo, 02 Juni 2007 HARMONISASI PROGRAM PEMBERDAYAAN Oleh: Irawan Hasan, Askoorkot Kab. Karo, KMW IV P2KP-3 Sumatera Utara Kemiskinan. Kata yang sangat sederhana, namun mengandung arti yang sangat dalam.

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN Dulunya, kabupaten Asahan meliputi daerah kabupaten Batu Bara, Pemko Tanjung Balai dan kabupaten Asahan sendiri. Seiring dengan perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah Lorong/Dusun

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang 33 BAB III OBYEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 3.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2011 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Oktober 2011 1 P a g e 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAA N UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan

Lebih terperinci

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan parisipatif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) April 2011 1 P a g e 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah singkatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.Jenis Dan Sumber Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data primer dan sekunder. 1. Data Primer Pengumpulan data dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP

KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP I. LATAR BELAKANG Usaha mendorong kemandirian dan kemitraan masyarakat bersama Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Januari 2011 1 P a g e 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komponen pengembangan kapasitas (Capacity Building) merupakan salah satu pilar program PNPM Mandiri Perkotaan, karena program ini yang meyakini bahwa pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. terletak pada 5o 20-5o 30 LS dan 105o o 37 BT. Letak tersebut

BAB IV GAMBARAN UMUM. terletak pada 5o 20-5o 30 LS dan 105o o 37 BT. Letak tersebut 49 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Bandar Lampung adalah ibu kota Propinsi Lampung dan secara geografis terletak pada 5o 20-5o 30 LS dan 105o 28-105o 37 BT. Letak tersebut berada di teluk lampung

Lebih terperinci

a. Gambaran Umum Kelurahan Tanjung Mulia Hilir

a. Gambaran Umum Kelurahan Tanjung Mulia Hilir 1 LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN DI MEDAN TIM KAJIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF (PJM PRONANGKIS) A. RINGKASAN HASIL SANGAT SEMENTARA (1) Gambaran Umum Wilayah Studi Kota Medan memiliki luas 26.510 Ha (3,6% dari

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan

Lebih terperinci