ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

PENGARUH LAMA PENGGORENGAN TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN DAYA TERIMA KERIPIK PEPAYA YANG DIGORENG MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN VAKUM

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

KAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK

PENENTUAN SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM YANG OPTIMAL UNTUK KERIPIK PEPAYA (Carica papaya) BERDASARKAN SIFAT FISIKOKIMA DAN SENSORI

KAJIAN MUTU MOCHI YANG DIFORTIFIKASI DENGAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) Oleh

KARAKTERISTIK KIMIAWI PRODUK STIK RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii)

PENGARUH SUBSTITUSI OAT BRAN PADA SOSIS TEMPE TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN SENSORIS

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

PENGARUH LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU DODOL RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

SIFAT KIMIA KREKER YANG DIBERI PERLAKUAN SUBSTITUSI TEPUNG DAGING SAPI DAN PERUBAHAN BILANGAN TBA KREKER SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI WIEKE FAUZIAH

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :

OPTIMASI WAKTU PERENDAMAN DAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT PADA PROSES PRODUKSI TEPUNG SUKUN

ABSTRACT THE EFFECT OF CONCENTRATION OF ADDITION IOTA CARRAGEENAN AND KAPPA CARRAGEENAN ON THE CHARACTERISTICS OF TOFU

UJI COBA ALAT PENGGORENGAN VAKUM UNTUK MEMBUAT KERIPIK LOBAK (Raphanus sativus) DENGAN VARIABLE SUHU, WAKTU, DAN PERENDAMAN AIR GARAM

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Bahan dan Metode

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

KAJIAN SIFAT KIMIA DAN RENDEMEN DARI TEPUNG BIJI CEMPEDAK (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) DENGAN PENGERINGAN YANG BERBEDA

Recovery Minyak Jelantah Menggunakan Mengkudu Sebagai Absorben

JURNAL. STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP NORI RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.) DENGAN PENAMBAHAN CABAI RAWIT OLEH FINA RAHMADHANI NIM:

Keywords : Fish Protein Concentrate, Pangasius hypophthalmus, Hump Banana Nugget, Consumer Acceptance and Chemical Composition

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, negara kita Indonesia

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

PENGARUH LAMA PEREBUSAN DAN LAMA PENYANGRAIAN DENGAN KUALI TANAH LIAT TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK BENGKOANG DENGAN VACCUM FRYING

PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK

Padang, Maret Putri Lina Oktaviani

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

PENDAHULUAN. Djoko Poernomo*, Sugeng Heri Suseno*, Agus Wijatmoko**

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

UJI KUALITAS IMBANGAN LIMBAH INDUSTRI IKAN NILA DENGAN IKAN PORA PORA (Mystacoleucus padangensis) SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL PENDAHULUAN

KARAKTERISTIK KIMIA DAN FUNGSIONAL TEPUNG BIJI DURIAN TERMODIFIKASI (Durio zibethinus Murr)

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

PENGARUH KONSENTRASI ABU GOSOK DAN WAKTU PERENDAMAN AIR TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG BUAH MANGROVE Avicenia marina

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

PEMANFAATAN TEPUNG CANGKANG UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) SEBAGAI FLAVOR DENGAN PENAMBAHAN DEKSTRIN DAN APLIKASINYA PADA KERIPIK TALAS

FORMULASI BARUASA KAYA GLUKOMANAN BERBASIS UMBI UWI (DIOSCOREA ALATA L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN LABU KUNING (Cucurbita moschata) DAN PERLAKUAN NATRIUM METABISULFIT TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA TEPUNG LABU KUNING

PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG. Oleh:

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF)

PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS NABATI

LAPORAN TUGAS AKHIR. PENGARUH SUHU dan WAKTU PADA PEMBUATAN KRIPIK BUNCIS DENGAN VACCUM FRYING

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

PERUBAHAN MUTU ABON IKAN MARLIN (Istiophorus sp.) KEMASAN VAKUM - NON VAKUM PADA BERBAGAI SUHU PENYIMPANAN DAN PENDUGAAN UMUR SIMPANNYA

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI

SKRIPSI. SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN TEPUNGBIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)terhadap KUALITAS KIMIA NUGGET DAGING AYAM

PEMANFAATAN MIKROALGA Spirulina sp DALAM FORMULASI BUTTER COOKIES: STUDI KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT MERAH (Euchema cottonii)

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

EVALUASI MUTU KUKIS YANG DISUBSTITUSI TEPUNG SUKUN

PEMANFAATAN BEKATUL DAN TEPUNG JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KUE KERING (COOKIES) MAKALAH KOMPREHENSIF

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

PENGARUH PERBANDINGAN TERIGU DAN TEPUNG BEKATUL BERAS MERAH TERHADAP KARAKTERISTIK BISKUIT SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

Lampiran 1. Analisa ragam dan uji lanjut Duncan komponen proksimat

* (Telp: ) ABSTRACT ABSTRAK

Umur Simpan Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster Pectoralis) Duri Lunak Dengan Pengemasan Vakum Dan Non Vakum Pada Penyimpanan Suhu Ruang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

Transkripsi:

Jurnal Galung Tropika, 2 (3) September 2013, hlmn. 129-135 ISSN 2302-4178 ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA Syamsuar 1) dan Mukhlisa A. Ghaffar 2) 1) syamsuar.suar@yahoo.com; 2) mukhlisa.ag73@yahoo.com 1)2) Staf Pengajar pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkep ABSTRAK Chips rumput laut adalah produk makanan ringan dengan fortifikasi rumput laut serta penambahan bahan lain yang dihasilkan melalui proses penggorengan. Untuk menghasilkan chips rumput laut yang berorientasi pasar namun tetap bergizi baik, maka diperlukan suatu kajian mengenai kandungan proksimat produk chips rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menentukan kandungan proksimat pada produk chips rumput laut dengan suhu penggorengan dan lama penggorengan berbeda-beda, dan 2) Mengestimasi suhu penggorengan dan lama penggorengan optimum pada chips rumput laut Eucheuma cottonii. Penelitian ini menerapkan dua perlakuan yaitu : (1) lama penggorengan 5 menit(a1), 10 menit (A2), 15 menit (A3), 20 menit (A4), dan (2) Suhu penggorengan 75 0 C (B1), 80 0 C (B2), 85 0 C (B3), 90 0 C (B4). Analisis proksimat menunjukkan bahwa kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan A3B1 yaitu 10,23 % dan terendah pada perlakuan A4B4 3,25 %, kadar protein tertinggi pada perlakuan A4B4 yaitu 9,99% dan terendah pada A1B1 yaitu 3,25%, kadar lemak tertinggi pada A1B4 43,79% dan terendah pada A3B2 27,14%, kadar abu tertinggi pada A3B3 3,66% dan terendah pada A3B1 0,57%, dan kadar karbohidrat tertinggi pada A1B4 yaitu 9,86% dan terendah A1B1 4,91%. Suhu penggorengan optimum adalah 90 o C dan lama penggorengan optimum adalah 20 menit atau perlakuan A4B4 yang menghasilkan produk terbaik di antara perlakuan yang diterapkan. Kata kunci: optimasi, suhu penggorengan, lama penggorengan, chips rumput laut, Eucheuma cottonii ABSTRACT Chips are seaweed snack products fortified seaweed as well as the addition of other materials generated through the frying process. To produce seaweed chips marketoriented but still well-nourished, it would require an assessment of the proximate content of seaweed chips. The objectives of the research are: 1) to determine the proximate content in products with seaweed chips frying temperature and frying time is different, and 2) to estimate the frying temperature and frying time on the optimum of chips Eucheuma cottonii. This study applied two treatments: (1) the frying time 5 minutes (A1), 10 minutes (A2), 15 minunets (A3), 20 minutes (A4), and (2) the frying temperature 75 0 C (B1), 80 0 C (B2 ), 85 0 C (B3), 90 0 C (B4). Proximate analysis showed that the highest water content obtained in treatment A3B1 is 10,23% and the lowest at 3,25% in A4B4 treatment, the highest protein content in treatment A4B4 is 9,.99% and the lowest at 3,25% A1B1, highest fat content at 43,79% in A1B4 and A3B2 lowest at 27,14%, the highest ash content of 3,66% in A3B3 and A3B1 lowest at 0,57%, and the highest carbohydrate content on the A1B4 9,86% and the lowest was 4,91 % in A1B1. The optimum frying temperature is 90 C and the optimum frying time is 20 minutes or A4B4 treatment that produces the best products among the treatment applied.

130 Syamsuar dan Mukhlisa Key words: optimization, frying temperature, frying time, chips seaweed, Eucheuma cottonii PENDAHULUAN Rumput laut merupakan bahan pangan yang berkhasiat karena dapat mencengah kanker dan kardiovaskular serta termasuk dietary fiber (kandungan serat yang tinggi). Eucheuma cottonii telah menjadi komoditas unggulan Propinsi Sulawesi Selatan adalah. Salah satu pengolahan dengan penambahan rumput laut yang dapat dikembangkan untuk produk industri adalah chips rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Chips rumput laut pada umumnya disajikan sebagai makanan ringan atau snack yang dihasilkan melalui penggorengan. Metode penggorengan yang paling tepat untuk pembuatan chips rumput laut adalah penggorengan vacuum. Untuk menghasilkan chips rumput laut yang berorientasi pasar namun tetap bergizi baik, maka diperlukan suatu kajian mengenai analisis proksimat dari produk berdasarkan suhu dan lama penggorengan berbeda pada pembuatan chips rumput laut Eucheuma cottonii. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari sampai Mei 2011, bertempat di Workshop Pengolahan Hasil Perikanan dan Laboratorium Kimia Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Sulawesi Selatan. Metode Penelitian Metode penelitian adalah dengan membuat chips rumput laut Eucheuma cottoni kemudian dilakukan dua perlakuan untuk mengujinya yaitu (1) lama penggorengan (5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, dan (2) Suhu penggorengan (75 0 C 80 0 C, 85 0 C, 90 0 C). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan dibandingkan dengan kontrol. Analisis proksimat yang dilakukan adalah kadar air, kadar abu, kadar protein,dan kadar karbohidrat berdasarkan formula Apriyantono et al, 1989. Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Data dianalisis dengn program SPSS 15. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Pengukuran kadar air dilakukan karena kandungan air suatu bahan pangan utamanya produk hasil perikanan berhubungan langsung dengan daya awet produk tersebut. Kadar air chips rumput laut dengan perlakuan lama berbeda dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa kandungan kadar air terendah pada produk chips rumput laut adalah pada perlakuan A4B4 (lama penggorengan 20 menit dengan suhu penggorengan 90 o C). Kandungan kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan A3B1 (lama penggorengan 15 menit dengan suhu penggorengan 75 o C). Gambar 1 juga memperlihatkan kecenderungan bahwa semakin lama waktu penggorengan, maka kandungan kadar air pada produk chips rumput laut semakin berkurang. Chips rumput laut dengan perlakuan A4B4 memiliki kandungan kadar air terendah karena produk ini digoreng pada suhu tertinggi

Kadar Protein (%) Kadar Air (%) Analisis Proksimat Chips Rumput Laut Eucheuma cottonii 131 Pada Suhu Penggorengan dan Lama Penggorengan Berbeda 1 1 8,00 6,00 9,65 10,16 7,92 4,84 4,47 5,32 4,48 4,59 10,23 6,45 5,42 4,44 3,95 3,79 3,25 2,95 Gambar 1. Kadar air (%) produk penelitian chips rumput laut dengan lama penggorengan dan suhu penggorengan berbeda-beda (90 o C) dengan lama penggorengan terlama (20 menit). Semakin lama waktu penggorengan dan semakin tinggi suhu penggorengan yang diaplikasikan, maka produk akan semakin kering dimana kadar air yang ada pada produk tersebut menguap lebih banyak. Hal ini berpengaruh positif terhadap mutu produk, sesuai pernyataan Winarno (1997) bahwa semakin sedikit kandungan air pada bahan, maka kemungkinan rusaknya bahan oleh mikroba makin kecil. terhadap kadar air produk chips rumput laut berdasarkan perlakuan yang diterapkan menunjukkan bahwa perlakuan lama penggorengan dan suhu penggorengan memberikan pengaruh yang nyata. Kadar Protein Rerata kadar protein yang diperoleh dari penelitian chips rumput laut disajikan pada Gambar 2. 1 1 8,00 6,00 6,50 6,93 7,70 6,83 6,47 7,27 7,45 7,18 7,77 8,03 8,50 8,73 9,15 7,27 9,38 9,99 Gambar 2. Rerata kandungan kadar protein (%) chips rumput laut hasil penelitian dengan lama berbeda-beda

Kadar Lemak (%) 132 Syamsuar dan Mukhlisa Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa kandungan kadar protein terendah (6,83%) didapat pada chips rumput laut A2B1 (lama penggorengan 10 menit dan suhu penggorengan 75 o C), sedangkan kadar protein tertinggi (9,99%) didapat pada produk A4B4 (lama penggorengan 20 menit dan suhu penggorengan 90 o C). Gambar 2 juga mengindikasikan terjadinya peningkatan protein dengan bertambahnya lama waktu penggorengan dan suhu penggorengan. Penggorengan menyebabkan bertambahnya panas pada suatu produk. Dengan penambahan lama penggorengan dan peningkatan suhu penggorengan menyebabkan makin berkurangnya kadar air, sebaliknya meningkatkan kadar protein. Air berfungsi melarutkan protein, dengan berkurangnya kadar air karena penguapan pada saat penggorengan, maka kadar protein yang tertinggal dalam produk akan semakin tinggi. terhadap kadar protein produk chips rumput laut menunjukkan bahwa lama memberikan pengaruh yang nyata. Kadar Lemak Winarno (1997) menyatakan kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Rerata kadar lemak yang diperoleh dari penelitian chips rumput laut disajikan pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa kadar lemak terendah diperoleh pada produk A3B2 (lama penggorengan 15 menit dan suhu penggorengan 80 o C) dengan kadar lemak 27,14%, sedangkan kadar lemak tertinggi diperoleh pada produk A1B4 (lama penggorengan 5 menit dan suhu penggorengan 90 o C) dengan kadar lemak 43,79%. Berdasarkan Gambar 3 juga terlihat kecenderungan meningkatnya kadar lemak dengan bertambahnya lama meskipun peningkatannya relative tidak terlalu signifikan. Minyak goreng juga mengandung lemak. Produk A1B4 memiliki kadar lemak tertinggi disebabkan adanya penambahan kontribusi lemak dari 5 45,00 4 35,00 3 25,00 2 15,00 1 5,00 36,24 31,38 31,89 43,79 33,56 34,65 32,57 29,72 34,07 37,18 39,89 28,41 35,9435,55 37,13 27,14 Gambar 3. Rerata kandungan kadar lemak (%) chips rumput laut hasil penelitian dengan lama berbeda-beda

Kadar Abu (%) Analisis Proksimat Chips Rumput Laut Eucheuma cottonii 133 Pada Suhu Penggorengan dan Lama Penggorengan Berbeda minyak yang dipakai menggoreng produk. Chips rumput laut yang digoreng dengan lama waktu penggorengan paling sedikit (5 menit), memiliki kekuatan penyerapan minyak lebih besar dibandingkan jika produk tersebut digoreng lebih lama. Semakin lama produk digoreng, maka kandungan lemaknya juga makin meningkat. Selama proses penggorengan, sebagian minyak masuk ke bagian luar/kulit produk untuk mengisi ruang kosong yang semula diisi air. Dengan demikian, kandungan air makin berkurang dengan terjadinya penguapan oleh panas penggorengan digantikan oleh absorpsi minyak ke dalam produk yang meningkatkan kandungan lemak produk. Analisis sidik ragam terhadap kadar lemak produk chips rumput laut menunjukkan bahwa perlakuan lama memberikan pengaruh yang nyata. Kadar Abu Penentuan nilai kadar abu pada produk bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral pada produk. Unsur mineral dalam tubuh berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur (Winarno, 1997). Rerata kadar abu yang diperoleh dari penelitian untuk chips rumput laut dengan perlakuan lama penggorengan dan suhu penggorengan disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa kandungan kadar abu terendah pada chips rumput laut yang diteliti adalah 0,57% pada perlakuan A3B1 (lama penggorengan 15 menit dan suhu penggorengan 75 o C), sedangkan kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan A3B3 (lama penggorengan 15 menit dan suhu penggorengan 85 menit). Kecenderungan peningkatan kadar abu juga terlihat dengan makin bertambahnya lama penggorengan dan meningkatnya suhu penggorengan. Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaraan suatu bahan organik. Menurut Winarno (1990), kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Bahan-bahan yang menguap selama proses pembakaran berupa air dan bahan volatile lainnya akan mengalami oksidasi dengan menghasilkan CO 2. Rumput laut yang merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam chips termasuk bahan pangan pangan yang mengandung mineral cukup tinggi. 3,50 3,00 2,50 1,50 1,00 0,50 0,90 0,73 1,52 1,18 2,66 3,38 1,52 0,96 0,57 2,55 3,66 1,43 0,70 0,81 1,87 1,51 Gambar 4. Rerata kandungan kadar abu (%) chips rumput laut hasil penelitian dengan lama penggorengan dan suhu penggorengan berbeda-beda

Kadar Karbohidrat (%) 134 Syamsuar dan Mukhlisa Dengan makin lamanya produk chip rumput laut digoreng dan dengan peningkatan suhu penggorengan, maka zat organik sisa hasil pembakaran juga akan makin meningkat dibandingkan chips rumput laut dengan perlakuan lama yang lebih rendah. terhadap kadar abu chips rumput laut menunjukkan bahwa perlakuan lama penggorengan berpengaruh nyata terhadap kadar abu tetapi suhu penggorengan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu produk. Hal ini berarti bahwa perlakuan lama penggorengan yang diterapkan telah mampu menghasilkan abu, sebaliknya diperlukan penambahan suhu penggorengan terhadap chips rumput laut untuk menghasilkan abu. Kadar Karbohidrat Rerata kadar karbohidrat yang diperoleh dari penelitian untuk chips rumput laut dengan perlakuan lama dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa kandungan kadar karbohidrat tertinggi didapat pada perlakuan produk chips rumput laut A1B4 (lama penggorengan 5 menit dan suhu penggorengan 90 o C). Gambar 5 juga menunjukkan bahwa peningkatan karbohidrat yang signifikan terjadi jika produk chips rumput laut digoreng selama 5 menit, sebaliknya penurunaan kadar karbohidrat pada produk terjadi jika produk digoreng selama 20 menit. Hasil lainnya yang ditunjukkan adalah kecenderungan penurunan kadar karbohidrat dengan semakin lamanya waktu penggorengan dan semakin ditingkatkannya suhu penggorengan. Hal ini diduga karena sebagian karbohidrat mengalami kerusakan atau perubahan selama proses penggorengan sehingga kadar karbohidratnya menjadi rendah (Rosida dan Purwanti, 2008). terhadap kadar abu chips rumput laut menunjukkan bahwa perlakuan lama berpengaruh nyata. 1 1 8,00 6,00 4,91 6,58 9,86 8,32 8,05 8,04 8,03 8,03 6,63 6,48 7,31 6,36 5,59 6,34 5,54 5,40 Gambar 5. Rerata kandungan kadar karbohidrat (%) chips rumput laut hasil penelitian dengan lama berbeda-beda

Analisis Proksimat Chips Rumput Laut Eucheuma cottonii 135 Pada Suhu Penggorengan dan Lama Penggorengan Berbeda KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian analisis kandungan proksimat pada suhu dan lama penggorengan berbeda produk chips rumput laut Eucheuma cottonii menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan A3B1 yaitu 10,23 % dan terendah pada perlakuan A4B4 3,25 %, kadar protein tertinggi pada perlakuan A4B4 yaitu 9,99% dan terendah pada A1B1 yaitu 3,25%, kadar lemak tertinggi pada A1B4 43,79% dan terendah pada A3B2 27,14%, kadar abu tertinggi pada A3B3 3,66% dan terendah pada A3B1 0,57%, kadar karbohidrat tertinggi pada A1B4 yaitu 9,86% dan terendah A1B1 4,91% dan serat tertinggi pada A3B3 3,66% dan terendah pada A3B10,57%. 2. Suhu penggorengan optimum adalah 90 o C dan lama penggorengan optimum adalah 20 menit atau pada perlakuan A4B4 yang menghasilkan Saran produk terbaik di antara perlakuan yang diterapkan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi penambahan rumput laut dan jenis rumput laut untuk mendapatkan komposisi yang layak secara ekonomis diperjualbelikan. DAFTAR PUSTAKA Apriyantono A, Fardiaz D, Puspita NL, Sedarnawati, Budiyantoro S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB Rosida dan Purwanti II. 2008. Pengaruh Substitusi Tepung Wortel dan Lama Penggorengan Vakum Terhadap Karakteristik Keripik Wortel Simulasi. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9, No.1. Bogor. Winarno FG. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta.