BAB V PENUTUP. Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur. segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah

dokumen-dokumen yang mirip
1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan memiliki luas wilayah sekitar km 2. Klasifikasi geografis

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dijadikan acuan bagi para guru untuk lebih menekankan aspek

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Fonologi DR 411. Dr. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Prancis merupakan bahasa Indo-Eropa yang memiliki penutur di

ANIS SILVIA

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa simpulan mengenai penelitian ini, yaitu

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Peningkatan Pelafalan Bunyi pada Percakapan Bahasa Inggris Peserta Didik Kelas Xi SMA Budi Utama Melalui Metode Audiolingual

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

FONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M.

Diftong Turun Konsonan Bahasa Inggris Konsonan Letup (Stop, Plosives)

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

FONOLOGI Aspek Fisiologis Bahasa FONETIK Definisi Fonetik Jenis Fonetik Harimurti Kridalaksana Sheddy N. Tjandra

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

Bab 1. Pendahuluan. berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian terdahulu, maka beberapa hal yang dapat ditarik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

Kata Kunci: prokem, masyarakat Desa Giri, sosiolinguistik.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INGGRIS PADA TATARAN FONOLOGIS. Diva Wenanda Suci Suryani Program Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi,

BAB 2 LANDASAN TEORI

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. dalam konteks pembelajaran front office melalui pengembangan teknik kartu

ANALISIS FONOLOGIS PADA TERJEMAHAN BUKU RESEP MASAKAN BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia (Pertemuan

PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI

PENGUASAAN BAHASA INGGRIS ANAK USIA DINI DENGAN PENGAJAR NATIVE SPEAKER. Komang Trisnadewi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi

PENGARUH AKSEN JAWA DAN BANJAR DALAM PELAFALAN BEBERAPA KATA BERBAHASA INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN SILONGO KABUPATEN SIJUNJUNG. Jimy Zulfihendri

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA

SILABUS FONOLOGI BAHASA INDONESIA BIL002. Ardhana Reswari, MA.

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

SISTEM FONOLOGI BAHASA LAMALERA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda, akan tetapi kesemuanya itu memiliki kesamaan fungsi yaitu

CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS

BAB I I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemelajar bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa (Javanese

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Profil Kesulitan Membaca Pemulaan Pada Anak Yang Mengalami. Kesulitan Membaca Permulaan di Kelas Satu SD.

FONOLOGI BAHASA KANAUMANA KOLANA

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan judul Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Gaul pada Tabloid Edisi Tahun 2012, oleh Riana

Bahasa Indonesia 1. Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas X. Mokhamad Irman Tri Wahyu Prastowo Nurdin

Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris

BAB II KONSEP, LANDASARN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

Bab 3. Analisis Data. Dalam menganalisis data dari bunyi-bunyi yang mengalami interferensi, penulis

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang

KAIDAH FONOTAKTIK GUGUS KONSONAN KATA-KATA BAHASA INDONESIA YANG BERSUKU DUA

ANALISIS FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN SIMARASOK KECAMATAN BASO

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN PADANG LAWEH KABUPATEN SIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang pada dasarnya mempunyai kesamaan. Diantaranya pendapat Roger Lass

PERUBAHAN BUNYI PADA TUTURAN RESMI YANG DIGUNAKAN MAHASISWA IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

BAB VI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB VARIASI FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DALAM KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA

BENTUK FONOLOGI DAN LEKSIKON DIALEK BAHASA JAWA DESA JOGOPATEN KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN

Halimiyah 1, Ermanto 2, Novia Juita 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang

Bab 2. Landasan Teori. terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1), dalam

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

PENGEMBANGAN PROTATIK (PROGRAM TABEL FONETIK) BERBASIS WEBSITE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PRONUNCIATION PRACTICE

BAB I PENDAHULUAN. Bagi pemelajar Bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa atau

SISTEM FONOLOGIS BAHASA MAKASSAR DIALEK CIKOANG KABUPATEN TAKALAR

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menguraikan penelitian-penelitian yang dijadikan acuan

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

K A N D A I. Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 55 67

MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Permainan bunyi..., Rizky Febriawan Ariyanto, FIB UI, 2009

KAJIAN FONOLOGI DAN LEKSIKON BAHASA JAWA DI DESA WANAYASA KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008

Fonologi Dan Morfologi

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah membuktikan bahwa adanya persamaan dan perbedaan yang signifikan terhadap proses perubahan bunyi yang terjadi terhadap pelafalan BI yang dilafalkan oleh penutur asli BDN. Persamaan dan perbedaaan sistem fonologi pada kedua bahasa tersebut terlihat pada jumlah fonem vokal dan konsonannya. Semakin banyak vokal dan konsonan yang dimiliki, maka semakin banyak pula diftong dan klaster yang dapat dibentuk. Persamaan yang terdapat pada BDN dan BI tidak menimbulkan perubahan pada proses pelafalan. Tetapi perbedaan yang ada pada kedua bahasa tersebut menimbulkan proses yang beragam, baik itu pada vokal, konsonan, diftong, triftong, dan klaster. BBK dan BInd juga berperan terhadap proses pelafalan yang dilakukan oleh penutur BDN, karena keadaan multikultural di Palangka Raya mengharuskan penutur-penuturnya untuk memperoleh kedua bahasa tersebut, baik secara informal maupun formal. BDN memiliki 4 (empat) vokal, yaitu /i/, /U/, /ɛ/, dan /a/, dan 5 (lima) diftong, yaitu /ei/, /ai/, /Ui/, /au/, dan /iu/. BI memiliki 14 (empat belas) vokal yang terbagi atas 5 (lima) vokal panjang, yaitu /i:/, /u:/, /ɛ:/, /ɑ:/, dan /ɔ:/ dan 9 (sembilan) vokal pendek yang terdiri dari /i/, /ɪ/, /e/, /æ/, /ə/, /ʌ/, /u/, /ʊ/, dan /ɒ/, 8 (delapan) diftong, yaitu /eɪ/, /əʊ/, /aɪ/, /aʊ/, /ɔɪ/, /ɪə/, /eə/, dan /ʊə/, dan 5 (lima) 196

197 triftong, yaitu /aɪə/, /aʊə/, /eɪə/, /ɔɪə/, dan /əʊə/. Perbedaan jumlah ini sangat mempengaruhi penutur BDN terhadap pelafalan BI. BDN tidak memiliki vokal panjang, sehingga penutur berusaha melafalkan bunyi-bunyi tersebut dengan memperpendek bunyi sesuai dengan bunyi yang terdapat di dalam BDN, BBK, maupun BInd. Bunyi-bunyi pendek juga diusahakan dengan melafalkan bunyi yang mirip, contohnya kata /gɒd/ god tuhan dilafalkan sebagai /gad/. Vokal /ɒ/ tidak ditemukan pada BDN, sehingga penutur menggantinya dengan /a/, padahal posisi lidah pada pelafalan kedua vokal ini berbeda. BDN memiliki [e] sebagai alofon dari /ɛ/, namun penuturnya dapat dengan baik melafalkannya pada sebagian besar kosa kata BI yang mengandung vokal ini. Ini dikarenakan pengaruh dari BBK dan BInd yang memiliki /e/ sebagai sebuah fonem. Dengan demikian, pelafalan bunyi-bunyi pada BI oleh penutur BDN tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kedua bahasa tersebut. BDN memiliki 18 (delapan belas) buah fonem konsonan, yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /s/, /h/, /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/, /l/, /r/, /w/, dan /y/ dan 3 (tiga) pola klaster dari proses informalisasi. BI memiliki 24 (dua puluh empat) buah, yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /g/, /f/, /v/, /θ, /ð/, /s/, /z/, /ʃ/, /ʒ/, /h/, /l/, /r/, /m/, /n/, /ŋ/, /w/, dan /y/, dan 15 (lima belas) pola klaster. Pada perbandingan konsonan ini terdapat banyak kesamaan dan perbedaan. Posisi konsonan awal dan akhir berpengaruh terhadap pelafalan, misalnya konsonan hambat alveolar bersuara /d/ tidak muncul pada BDN, namun ditemukan pada BI. Pelafalan konsonan ini diusahakan dengan melafalkan konsonan hambat alveolar tak bersuara /t/, seperti pada contoh kata /skri:d/ screed daftar panjang yang dilafalkan penutur sebagai /skrit/. Penutur

198 BDN menyerap beberapa fonem pada BInd, seperti konsonan frikatif alveolar tak bersuara /ʃ/ dan konsonan frikatif labio-dental /f/. Penyerapan ini dibuktikan pada berhasilnya penutur BDN melafalkan beberapa kosa kata BI yang memiliki konsonan tersebut. Proses perubahan yang terjadi pada pelafalan BI oleh penutur BDN terjadi pada vokal, konsonan, diftong, triftong, dan klaster. Perubahan tersebut meliputi naik, turun, dan majunya posisi lidah pada pelafalan bunyi vokal, pemendekan dan pemanjangan bunyi vokal, vokal tunggal menjadi deret vokal, diftongisasi, monoftongisasi, kenaikan bunyi pada diftong, diftong yang berubah menjadi deret vokal dana deret vokal konsonan, triftong naik, triftong menjadi vokal tunggal, triftong menjadi diftong, triftong menjadi deret vokal, triftong menjadi deret vokal-semivokal-vokal, konsonan bersuara menjadi tak bersuara, pergeseran cara artikulasi dan daerah artikulasi, terbaginya konsonan tunggal menjadi kluster, penambahan vokal dan konsonan, pelesapan vokal dan konsonan, pelesapan konsonan akhir pada kluster, penambahan vokal pada kluster, penambahan deret vokal pada kluster, penambahan vokal di tengah konsonan dan kluster, pelesapan suku kata, metatesis, dan pelafalan sama. Dalam sebuah kosa kata, tidak hanya ditemukan 1 (satu) proses saja, namun bisa terjadi 2 (dua) atau lebih proses. Perubahan ini dilakukan sebagai usaha untuk mempermudah pelafalan pada BI. Perubahan ini dikarenakan oleh perbedaan vokal dan konsonan yang terdapat pada kedua bahasa tersebut. Selain itu, grafem pun turut mempengaruhi pelafalan karena pada BI 1 (satu) fonem tidak dilambangkan dengan 1 (satu) grafem saja. Contohnya kata /stɑ:laɪt/ yang dilambangkan dengan <starlight>. Grafem <ght>

199 dilambangkan dengan /t/ pada pelafalan BI, namun penutur melafalkannya sebagai /g/. 5.2 Saran Keterbatasan tenaga dan waktu menjadikan penelitian ini tidak mencakupi seluruh unsur yang memungkinkan untuk diteliti lebih lanjut lagi, seperti halnya unsur suprasegmental yang meliputi nada, jeda, tekanan, durasi, dan intonasi. Walaupun terdapat kesamaan pada unsur segmental antara BDN dan BI, setiap penutur memiliki keunikan masing-masing dan pelafalannya pun tentu saja akan beragam. Keunikan individu ini tidak dapat digeneralisasikan terhadap keseluruhan penutur walaupun bahasa tersebut telah dikuasai atau dipelajari secara bersama-sama. Maka dari itu penting untuk memperhatikan segala kemungkinan dalam penelitian, baik intralingual maupun ekstralingual, pada setiap individu yang melakukan pelafalan terhadap suatu bahasa dan tidak hanya melihat pada gambaran umumnya saja. Perubahan bunyi ini dapat dipandang dari 2 (dua) sisi, yaitu secara deskriptif dan secara preskriptif. Secara deskriptif penutur BDN dapat mendayakkan BI sesuai dengan bunyi-bunyi yang terdapat di dalam sistem Fonologinya. Hal tersebut tidak dapat disebut benar atau salah karena penutur melakukannya sebagai upaya untuk memudahkan pelafalan dan keunikan pelafalan ini dapat dijadikan identitas suku Dayak, selama pelafalannya dapat dimengerti oleh lawan tutur, baik itu penutur BDN, penutur bahasa lain, maupun penutur asli BI. Di sisi lain, jika dipandang secara preskriptif, BI wajib dilafalkan sesuai dengan kaidah-kaidah sistem Fonologi yang telah ada. Penutur BDN yang

200 mempelajari BI di Pendidikan Bahasa Inggris dituntut untuk dapat melafalkan bunyi-bunyi BI dengan baik dan benar karena tujuannya adalah mengajarkan kembali bahasa target tersebut. Jadi, sebaiknya sikap penutur BDN terhadap pelafalan BI disesuaikan menurut kepentingan masing-masing penutur.