BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal
|
|
- Benny Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan Cina dan kebudayaan India merupakan dua dari sekian banyaknya kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia. Terdapat keterpaduan dalam persamaan kebudayaan juga warisan sejarah antara dua kebudayaan tadi dengan kebudayaan bangsa Indonesia. Keterpaduan yang dihasilkan oleh kebudayaan itu menghasilkan keindahan, keunikan dan keserasian. Hubungan kedua budaya luar tadi dengan budaya lokal Indonesia dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan purbakala ataupun dalam bentuk tradisi yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari (Yadaf, t.t). Pulau Jawa merupakan lokasi yang menjadi pusat persebaran candi di Indonesia. Persebaran candi lebih memusat berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur, banyak candi-candi yang tersebar dan lokasinya berdekatan. Penggolongan candi dilakukan oleh para peneliti. Ada yang menggolongkan candi menjadi dua kelompok gaya bangunan, yaitu candi-candi Jawa Tengah dan candi-candi Jawa Timur. Tetapi ditemukan kerancuan karena ada beberapa candi Jawa Tengah yang berlokasi di Jawa Timur dan sebaliknya (Hardiati, t.t). Soekmono (1990:70) menyarankan pemakaian istilah periode klasik awal untuk periode Jawa Tengah dan periode klasik akhir untuk periode Jawa Timur. 1
2 2 Dari sekian banyak candi yang tersebar di Jawa Tengah ini masing-masing candi mempunyai nama. Sistem penamaan yang digunakan untuk candi merupakan hal yang sangat unik untuk dibahas. Nama-nama candi yang digunakan menciptakan kategori-kategori yang sangat beragam. Sangat erat hubungannya penamaan candi dengan kebahasaan, selama ini banyak buku mengenai candi yang baru membahas dari segi sejarah, arsitektur, bentuk dan pariwisata. Sangat disayangkan dari hal yang sangat mendasar dari segi nama tersebut masih terdapat beberapa kerancuan. Kerancuan tersebut adalah bagaimana penulisan yang benar yang disesuaikan dengan pengucapan namanama candi tersebut dan Ejaan Bahasa Jawa yang baku. Oleh karena itu penelitian nama-nama candi dari segi kebahasaan khususnya dari segi fonologis dan morfologis atau pembentukan kata sangat dipandang perlu. 1.2 Rumusan Masalah Pertanyaan utama yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana nama candi yang ada di Jawa Tengah jika dianalisis secara fonetis dan fonemis? 2. Bagaimana nama candi yang ada di Jawa Tengah jika dianalisis secara morfologi? 1.3 Tujuan Penilitian Tujuan dari penelitian mengenai nama-nama candi di Jawa Tengah adalah: 1. Dapat diketahui bagaimana uraian nama candi di Jawa Tengah menurut analisis fonetis dan fonemis
3 3 2. Dapat diketahui bagaimana pembentukan kata nama candi di Jawa Tengah menurut analisis morfologis. 1.4 Manfaat Penelitian Terdapat dua manfaat dengan dilakukannya penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan praktis. Secara teoretis, manfaat dari penelitian ini merupakan sebuah penerapan dari teori-teori dalam bidang linguistik, khususnya dalam teori fonetik, fonemik dan morfologi. Penelitian mengenai analisis nama-nama candi di Jawa Tengah ini bermanfaat sebagai data mengenai pengucapan dan penulisan nama candi serta proses pembentukan nama-nama candi. Secara praktis, penelitian ini mempunyai manfaat untuk masyarakat luas dan juga inventarisasi kebudayaan. Untuk masyarakat luas penelitian ini bermanfaat sebagai pengetahuan tambahan, khususnya mengenai bagaimana pengucapan serta penulisan nama candi yang benar sesuai dengan kaidah Bahasa Jawa. Selain itu dapat diketahui juga bagaimana proses pembentukan kata dari nama-nama candi tersebut. Sedangkan untuk inventarisasi kebudayaan sendiri, penelitian ini nantinya akan menjadi tambahan koleksi perpustakaan daerah dan juga Balai Pelestarian Cagar Budaya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Sumber mengenai nama-nama candi di Jawa Tengah dapat diperoleh dari berbagai tempat dan sumber data. Untuk menghindari ketidak fokusan penelitian, peneliti membatasi beberapa hal:
4 4 1. Data yang digunakan oleh peneliti diperoleh dari Buku Candi Indonesia: Versi Jawa (Sedyawati, dkk:2015), Balai Pelestarian Cagar Budaya dan Balai Konservasi Borobudur. 2. Teori yang digunakan adalah sebatas tataran fonetik, fonemik dan morfologi. 1.6 Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian dan esai mengenai candi dan analisis nama dengan berbagai metode sudah pernah dilakukan. Berikut beberapa penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian yang akan diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Soekmono pada tahun 1974 telah diselesaikan, sehingga menghasilkan hasil penelitian yang berjudul Candi, Fungsi dan Pengertiannya. Penelitian ini menjelaskan pengertian dan fungsi candi secara keseluruhan. Selain penelitian yang dilakukan oleh Soekmono tadi, beberapa ahli juga telah melakukan penelitian yang dibuat menjadi esai. Esai yang dibuat oleh Hardiati t.t, berjudul Aspek Arsitektual dan Aspek Simbolik Bangunan Candi memaparkan bagaimana latar belakang sejarah bangunan candi tersebut. Begitu pula Yadaf t.t yang menulis esai berjudul Pengaruh Budaya India Pada Candi di Indonesia. Dalam esainya, beliau menuliskan tentang bagaimana proses persebaran candi dan pengaruh-pengaruh beberapa kebudayaan dari luar negara Indonesia terhadap kebudayaan Indonesia, khususnya candi. Bandem t.t juga menuliskan esai yang berjudul Candi sebagai Sumber Inspirasi Seni dan Budaya. Beliau memaparkan tentang bagaimana candi-candi
5 5 menjadi inspirasi dalam dunia seni dan budaya. Seperti relief-relief, tari-tarian, arca-arca, dan masih banyak hal lagi yang dipaparkan. Selain ke empat esai di atas, terdapat tulisan dari Siagian t.t yang berjudul Candi dan Situs Purbakala di Indonesia. Tulisan tersebut memaparkan tentang persebaran candi secara keseluruhan di Indonesia. Mulai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa daerah lain. Kelima esai di atas disatukan dalam sebuah buku yang berjudul Candi sebagai Warisan Seni dan Budaya Indonesia, yang ditulis oleh Siagian (2002). Selain kelima esai yang disebutkan masing-masing terdapat lagi satu esai di dalamnya yang juga membahas mengenai candi. Arifin (2012) menulis skripsi yang berjudul Analisis Semiotis Nama-nama Simbol Bangunan Candi Sambisari, berisi mengenai analisis nama-nama simbol bangunan yang terdapat pada Candi Sambisari. Metode analisis yang digunakan adalah semiotik. Analisis dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai namanama simbol bangunan yang kemudian dianalisis dengan mengkaitkan dengan tanda, petanda serta penandanya. Anglir (2014) menulis skripsi yang berjudul Relief Tokoh Berjenggot pada Candi-candi di Jawa Tengah (Kajian Makna Penempatan dan Peran), berisi mengenai relief tokoh berjenggot berpasangan yang ada di beberapa candi di Jawa Tengah. Tokoh-tokoh berjenggot yang ada di beberapa candi di Jawa Tengah belum diketahui identitasnya. Sehingga penelitian terhadap tokoh-tokoh berjenggot tersebut dilakukan untuk mengungkap identitasnya.
6 6 Kartiko (2014) menulis skripsi yang berjudul Analisis Morfo-semantis Istilah-istilah Permainan Nekeran di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul,berisi mengenai analisis istilah yang digunakan dalam permainan nekeran (gundu) dengan metode morfo-semantis. Dari segi morf ologis yakni berdasarkan satuan gramatik yang berupa kata monomorfemis, polimorfemis dan bentuk kontraksi. Sedangkan secara semantis yakni berdasarkan pembeda maknanya. Evariasiningsih (1997) menulis skripsi yang berjudul Fonologi Bahasa Osing, berisi mengenai analisis secara fonologi Bahasa Osing yang digunakan di daerah Banyuwangi. Selain itu skripsi ini juga membahas mengenai perbandingan fonem-fonem yang ada dalam Bahasa Osing dengan Bahasa Jawa. 1.7 Landasan Teori Dasar teori yang akan digunakan dalam teori ini adalah morfologi. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mem pelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata (Ramlan,1978:2). Menganalisis nama-nama candi di Jawa Tengah dengan menggunakan morfologi berarti mengklasifikasikan bent uk tataran morfem sampai pada kata. Ramlan (1978:11) mendeskripsikan morfem sebagai bentuk linguistik yang paling kecil; bentuk linguistik yang tidak mempunyai bentuk lain sebagai unsurnya, sedangkan kata adalah bentuk bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satu bentuk bebas merupakan kata. Penelitian ini nantinya akan menyajikan pengklasifikasian nama candi sesuai dengan jumlah morfemnya. Terdapat dua jenis pengklasifikasian kata
7 7 sesuai dengan jumlah morfemnya yaitu monomorfemis kata yang terdiri atas satu morfem dan polimorfemis kata yang terbentuk dari dua morfem atau lebih. Terdapat dua bentuk dari morfem, yakni bentuk morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya dan dapat dipisahkan dari bentuk-bentuk bebas lainnya di depannya dan di belakangnya, dalam tuturan (Verhaar, 2010:97). Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan dapat meleburkan diri pada morfem yang lain (Verhaar, 2010:97). Selain morfem bebas dan terikat, morfem juga dibedakan menjadi dua klasifikasi yaitu morfem segmental dan morfem nonsegmental. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah morfem segmental, di mana dalam morfem segmental terjadi proses morfemis sebagai berikut: a. Pengimbuhan atau pengafiksan, artinya peleburan imbuhan atau afiks pada morfem dasar. b. Pengklitikan, yaitu penambahan klitika pada morfem dasar c. Pemajemukan, yaitu pengabungan dua morfem dasar atau lebih untuk membentuk satu kata (majemuk); dan d. Reduplikasi, artinya penggabungan dua morfem dasar yang sama (atau sebagian daripadanya dengan morfem utuh (Verhaar, 2010:98) Selain menggunakan teori morfologi, penelitian ini juga menggunakan teori fonologi. Fonologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum, baik yang menghiraukan arti atau tidak (Soeparno, 2002:79). Cabang ilmu fonologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu fonetik
8 8 dan fonemik. Fonetik (phonetics) ialah ilmu yang menyelidiki bunyi bahasa tanpa melihat fungsi bunyi itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa (langue) (Marsono 2008:1). Berkebalikan dengan fonetik, fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang membedakan arti, sedangkan bunyi bahasa yang membedakan arti disebut fonem (Soeparno, 2002: 86). Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas: vokal, konsonan dan semi vokal (Marsono 2008:16). Dideskripsikan oleh Verhaar (2010:33) bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita suara-tanpa penyempitan atau penutupan apapun pada tempat pengartikulasian apapun. Konsonan adalah bunyi yang dipergunakan menggunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat bicara. Sedangkan semi vokal adalah bunyi yang berada di antara vokal dan konsonan. Masing-masing bahasa mempunyai bunyi vokal, konsonan dan semi vokal yang berbeda-beda. Perbedaaan itu juga terdapat dalam bunyi bahasa Jawa. Dijelaskan oleh Marsono, (2008:45) bahwa jumlah bunyi vokal bahasa Jawa ada sepuluh: [a, i, I, e, ɛ, Ə, o, ɔ, U, u]. Berikut adalah tabel fonem dan bunyi vokal bahasa Jawa:
9 9 No Fonemis Fonetis Tabel 1. Fonem dan Bunyi Vokal Bahasa Jawa Tinggi Rendah Lidah Gerak Lidah Bagian Struktur Bentuk Bibir 1 [i] tinggi atas depan tertutup tak bulat /i/ 2 [I] tinggi bawah depan tertutup tak bulat 3 [e] madya atas depan semi-tertutup tak bulat /e/ 4 [ɛ] madya bawah depan semi-terbuka tak bulat 5 /Ə/ [Ə] madya tengah semi-terbuka tak bulat 6 [a] rendah bawah depan terbuka tak bulat /a/ 7 [ɔ] madya bawah belakang semi-terbuka bulat 8 /o/ [o] madya atas belakang semi-tertutup bulat 9 [U] tinggi bawah belakang semi-tertutup bulat /u/ 10 [u] tinggi atas belakang tertutup bulat Adapun jumlah konsonan dalam bahasa Jawa ada 31 bunyi: [p, p-, bʰ, m, f, v, w, t, t-, d, dʰ, n, l, r, ṭ, ḍ, ḍʰ, s, z, c, j, jʰ, ñ, y, k, k-, g, gʰ, ŋ, x, h,?] (Marsono, 2008:105). Tidak seperti bunyi vokal yang sulit dibedakan satu dengan yang lainnya, perbedaan antar bunyi konsonan lebih mudah dilihat. Selain itu jumlah bunyi semi-vokal yang ada dalam bahasa Jawa adalah nol atau tidak ada sama sekali.
10 10 Fonemis Fonetis Hubungan posisional antar penghambat (striktur) Cara dihambat (artikulasi) Bersuara/Tak bersuara Tempat Artikulasi /p/ [p] rapat lepas tiba-tiba hambat letup tak bersuara bilabial /t/ [t] rapat lepas tiba-tiba hambat letup tak bersuara apiko-dental /ṭ/ [ṭ] rapat lepas tiba-tiba hambat letup tak bersuara apiko-palatal /c/ [c] rapat lepas tiba-tiba hambat letup tak bersuara medio-palatal /k/ [k] rapat lepas tiba-tiba hambat letup tak bersuara dorso-velar [Ɂ] rapat lepas tiba-tiba hambat letup tak bersuara glotal hamzah /b/ [bʰ] rapat lepas tiba-tiba hambat letup bersuara bilabial /d/ [d] rapat lepas tiba-tiba hambat letup bersuara apiko-dental [dʰ] rapat lepas tiba-tiba hambat letup bersuara apiko-dental /ḍ/ [ḍ] rapat lepas tiba-tiba hambat letup bersuara apiko-palatal [ḍʰ] rapat lepas tiba-tiba hambat letup bersuara apiko-palatal /j/ [j] rapat lepas tiba-tiba hambat letup bersuara medio-palatal [jʰ] rapat lepas tiba-tiba hambat letup bersuara medio-palatal /g/ [g] rapat lepas tiba-tiba hambat letup bersuara dorso-velar [gʰ] rapat lepas tiba-tiba hambat letup bersuara dorso-velar /m/ [m] rapat lepas tiba-tiba nasal (sengau) bersuara bilabial /n/ [n] rapat lepas tiba-tiba nasal (sengau) bersuara bilabial /ñ/ [ῆ] rapat lepas tiba-tiba nasal (sengau) bersuara medio-palatal /ŋ/ [ŋ] rapat lepas tiba-tiba nasal (sengau) bersuara dorso-velar /l/ [l] renggang lebar /f/ [f] renggang /s/ [s] renggang /x/ [x] renggang /h/ [h] renggang /v/ [v] renggang /z/ [z] renggang Tabel 2. Fonem dan Bunyi Konsonan Bahasa Jawa (Marsono, 2008:105) sampingan (lateral) geseran (frikatif) geseran (frikatif) geseran (frikatif) geseran (frikatif) geseran (frikatif) geseran (frikatif) /r/ [r] rapat renggang getar (tril) bersuara tak bersuara tak bersuara tak bersuara bersuara bersuara bersuara apiko-dental dorso-velar laringal labio-dental apikoalveolar laminoalveolar laminoalveolar apikoalveolar /w/ [w] renggang lebar semi vokal bersuara apiko-dental /y/ [y] renggang lebar semi vokal bersuara medio-palatal
11 11 Hal pokok dalam segi bunyi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah silabe atau suku kata. Silabe adalah satuan ritmis terkecil dari hasil bunyi-bunyi bahasa dalam arus udara. Satu silabe biasanya terdiri atas satu vokal dan satu konsonan atau lebih (Verhaar, 2010;59). Sebagai contoh analisis nama Candi Gedong Songo. Penulisan nama candi pada umumnya yang dikenal oleh masyarakat luas adalah Gedong Songo. Apabila dianalisis sesuai dengan teori fono-morfemis, maka penulisan yang benar sesuai dengan Ejaan Bahasa Jawa adalah Candi Gêdhong Sanga. Gêdhong Sanga merupakan kata majemuk yang terdiri atas dua komponen kata, masing-masing komponen kata tersebut merupakan kata tunggal. Komponen yang pertama adalah gêdhong gedung, bangunan dan komponen yang kedua adalah sanga sembilan. Dari komponen tersebut dapat disimpulkan bahwa gedhong sanga merupakan kata majemuk yang terdiri atas dua morfem {gêdhong} dan {sanga} yang keduanya merupakan morfem dasar karena keduanya merupakan morfem asal yang bebas. Kedua morfem tersebut dapat berdiri sendiri s ebagai kata. Ditinjau dari satuan gramatiknya digolongkan dalam bentuk polimorfemis karena terdiri atas dua morfem yaitu {gêdhong} dan {sanga}. Ditinjau dari satuan fonologisnya nama gêdhong sanga terdiri atas empat suku kata yaitu gê-dhong-sanga, sembilan bunyi yaitu [g-ə-ḍʰ-ɔ-ŋ-s-ɔ-ŋ-ɔ] serta terdiri atas sembilan fonem yaitu /g-ə-ḍ-o-ŋ-s-a-ŋ-a/. Susunan suku kata berupa KV-KVKK-KV-KKV. 1.8 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua hal, yaitu metode pengumpulan data dan metode analisis data.
12 Metode Pengumpulan Data Tahap awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan pengumpulan data. Dalam pengumpulan data, terlebih dahulu penulis melakukan studi pustaka. Studi pustaka tersebut dilakukan dengan mencari referensi di Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya dan buku-buku referensi mengenai ilmu linguistik dan arkeologi. Mengenai nama candi dan letak candi penulis berpacu pada data yang diperoleh dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Balai Konservasi Borobudur dan buku Candi Indonesia:Versi Jawa terbitan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Dalam tahap selanjutnya, penulis akan melakukan studi lapangan ke candi-candi yang akan diteliti sekaligus wawancara dengan narasumber mengenai sejarah candi dan pengucapan nama candi yang bersangkutan. Dalam studi lapangan tersebut penulis nantinya akan mengambil data-data dari sumber yang ada di sana yang berupa foto dan lain-lain Metode Analisis Data Setelah diperoleh data dari pengumpulan data yang telah dilakukan, data tersebut dicatat di suatu buku catatan, yang kemudian akan disalin di penulis. Kemudian, data tersebut diolah dengan teori fonetik, fonemik dan morfologi. Analisis fonetik dan fonemik dilakukan berdasarkan dengan bunyi vokal dan konsonan serta penulisan sesuai dengan SEBJ. Analisis morfologi dilakukan dengan mencari kata berbahasa Jawa yang ada dalam Kamus Bausastra Jawa. Hingga nantinya akan diperoleh kesimpulan bagaimana proses fonetik, fonemik dan morfologi dalam penamaan candi.
13 Sistematika Penyajian Hasil analisis data yang telah dilakukan, akan disajikan dalam beberapa bab, yaitu: Bab I yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II mendeskripsikan candi-candi yang ada di Jawa Tengah beserta letak geografisnya. Bab III menjelaskan bagaimana analisis fonetik dan fonemis nama-nama candi di Jawa Tengah, yang nantinya data ditulis sesuai dengan fonem-fonem yang ada dalam Bahasa Jawa dan disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Jawa (kemudian disebut EBJ). Bab IV menganalisis secara morfologis nama-nama candi kemudian mengartikan nama candi sesuai arti kata dan sejarahnya. Bab V yang merupakan kesimpulan dari apa yang ditulis dari Bab I sampai Bab IV, saran dari penulis, dan nantinya akan dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran data.
Kata Kunci: prokem, masyarakat Desa Giri, sosiolinguistik.
ABSTRAK Penelitian yang berjudul Pembentukan Prokem dalam Komunikasi Masyarakat Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik: Kajian Sosiolonguistik bertujuan untuk mendeskripsikan pola pembentukan prokem
Lebih terperinciBAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya
BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya Manusia dalam hidupnya selalu berkomumkasi dengan manusia yang lain lewat bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dengan pendengar berupa bunyi-bunyi.
Lebih terperinci1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal
1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal
Lebih terperinciANIS SILVIA
ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang
Lebih terperinciTUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)
TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) Debby Yuwanita Anggraeni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI peacoy@gmail.com Abstrak Penelitian
Lebih terperinciAssalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia
Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia
Lebih terperinciPENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)
1 Syamsudduha 2 Mahmudah / Penggunaan Segmental Melalui Penerapan Teknik 515 PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik yang sedang dibahas agar dapat membantu melengkapi
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan
94 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses morfologi yang ditemukan dalam penelitian ini ada dua yaitu afiksasi dan reduplikasi. Afiksasi yang ditemukan berupa prefiksasi, sufiksasi, konfiksasi dan simulfiksasi.
Lebih terperinciBUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA
BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA 1. Nama Mata kuliah : Fonologi Bahasa Nusantara 2. Kode/SKS : BDN 120 1/2 SKS 3. Prasyarat : Pengantar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciDAFTAR LAMBANG. 1. Tanda tambah (+) : menyatakan dengan. 2. Tanda kurung siku ([...]) : menyatakan unsur fonetis
DAFTAR LAMBANG Tanda-tanda yang digunakan penyajian hasil analisis data dalam penelitian, yaitu : 1. Tanda tambah (+) : menyatakan dengan 2. Tanda kurung siku ([...]) : menyatakan unsur fonetis 3. Tanda
Lebih terperinciANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip
ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip tiani.riris@gmail.com Abstrak Bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dapat diketahui struktur fonologi, morfologi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur
Lebih terperinciBAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI
NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa
Lebih terperinciNama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi
Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
153 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang peneliti lakukan terhadap perubahan fonem pelafalan lirik lagu berbahasa Indonesia dengan menggunakan karakter suara scream dan growl
Lebih terperinciOleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau
Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575 Telp. (0274) 882481 Email: hermanuny@yahoo.com atau hermansp@uny.ac.id 1 ORGAN ARTIKULASI Bibir atas (labium superior) Bibir bawah (labium imperior)
Lebih terperinciHUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Analisis Kontrastis Bahasa Jawa Dengan Bahasa Indonesia Riris Tiani
HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN 1412-9418 ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Undip ABSTRACT Dari pemaparan dalam bagian pembahasan di atas, dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM
BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM A. PENGANTAR Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Fonologi secara Etimologi berasal dari kata fon, yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Fonologi
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kridalaksana (1984:106), konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dianalisis pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa persamaan dan perbedaan perubahan fonem yang terjadi pada proses
Lebih terperinciUnit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Muh. Faisal
Unit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA Muh. Faisal P ada unit IV dalam bahan ajar cetak mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD ini dibahas mengenai Struktur Fonologi dan Morfologi Bahasa
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pembahasan dalam bab V terbagi menjadi dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV sebelumnya. 5.1 Simpulan Tujuan utama penelitian
Lebih terperinciFONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M.
FONOLOGI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M. Pd oleh: Konsentrasi Bahasa Indonesia Semester 7 Kelompok
Lebih terperinciTATARAN LINGUISTIK FONOLOGI
Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa merupakan pengalaman universal yang dimiliki oleh manusia. Bahasa adalah sistem bunyi ujar. Bunyi bahasa yang tidak sesuai diucapkan oleh seorang pengguna
Lebih terperinciHarimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang
FONETIK Pengantar Linguistik Jepang Fonetik 10 Maret 2014 DEFINISI Definisi dari Para Linguis Harimurti Kridalaksana Kamus Linguistik Sheddy N. Tjandra Fonologi Jepang Harimurti Kridalaksana 1. Ilmu yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur. segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah membuktikan bahwa adanya persamaan dan
Lebih terperinci2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna, bahasa digunakan
Lebih terperinciBAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI
4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi
Lebih terperinciFonologi Dan Morfologi
Fonologi Dan Morfologi 4. 2 Fonologi Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa
Lebih terperinciUnit 3 FONOLOGI BAHASA INDONESIA. Munirah. Pendahuluan
Pendahuluan Unit 3 FONOLOGI BAHASA INDONESIA Munirah Dalam pengajaran bahasa, hendaknya linguistik sebagai ilmu dasarnya perlu diperkuat dan diperhatikan. Fonologi merupakan bagian dari subdisiplin linguistik
Lebih terperinciFONOLOGI Aspek Fisiologis Bahasa FONETIK Definisi Fonetik Jenis Fonetik Harimurti Kridalaksana Sheddy N. Tjandra
FONOLOGI Pengantar Linguistik Umum 13 November 2013 Nadya Inda Syartanti PENGANTAR 1 2 Aspek Fisiologis Bahasa Bagaimana bunyi ujaran terjadi; Darimana udara diperoleh; Bagaimana udara digerakkan; Bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia
Lebih terperinciHakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN
D PENDAHULUAN Modul 1 Hakikat Fonologi Achmad H.P. Krisanjaya alam modul linguistik umum, Anda telah mempelajari bahwa objek yang dikaji oleh linguistik umum adalah bahasa. Bidang-bidang kajian dalam linguistik
Lebih terperinciSISTEM FONOLOGI BAHASA LAMALERA
SISTEM FONOLOGI BAHASA LAMALERA Tri Wahyu Retno Ningsih 1 Endang Purwaningsih 2 Fakultas Sastra Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100 Pondok Cina Depok 1 t_wahyu@staff.gunadarma.ac.id Abstrak Sistem
Lebih terperinciNama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI
Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : 1402408303 BAB 4 FONOLOGI Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang runtutan bunyibunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi dua berdasarkan objek studinya,
Lebih terperinciIDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1
IDENTITAS MATA KULIAH Mata kuliah Kode mata kuliah Jumlah SKS Prodi/jurusan : Artikulasi : PLB221 : 2 SKS : Pend. Luar Biasa 16/03/2008 HERMAN 1 KOMPETENSI Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fonologi adalah suatu kajian bahasa yang berusaha mengkaji bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah pembentukan fonem-fonem
Lebih terperinciBAB 2. Landasan Teori
BAB 2 Landasan Teori Pada Bab 2 ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan penulis pakai dalam menganalisa data pada Bab 4. Teori-teori ini adalah teori fonologi, teori fonetik dan teori fonem.
Lebih terperinciDisusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.
Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : 1402408022 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Lebih terperinciPengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa
Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat tertentu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan berasal dari kata main. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata main berarti melakukan sesuatu untuk menyenangkan hati atau melakukan perbuatan untuk bersenangsenang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia. Wujud alat komunikasi ini bisa menggunakan alat ucap manusia, atau bisa juga menggunakan
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI
BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap
Lebih terperinciUNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008
KABULARASI GRAFEM DAN FONEM DALAM AKSARA JAWI (ARAB MELAYU) INDONESIA KARYA ILMIAH Dra. Fauziah, M.A. NIP : 131 882 283 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008 KATA PENGANTAR Alhamdulillah
Lebih terperinciSISTEM FONOLOGIS BAHASA MAKASSAR DIALEK CIKOANG KABUPATEN TAKALAR
SISTEM FONOLOGIS BAHASA MAKASSAR DIALEK CIKOANG KABUPATEN TAKALAR Charmilasari (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNCP) charmila_s@yahoocom ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang untuk berkomunikasi. Bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia, yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciSISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK
SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK Deni Nofrina Zurmita 1, Ermanto 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri
Lebih terperinciLAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )
LAPORAN BACA OLEH: Asep Saepulloh (180210110037) Hikmat Hamzah Syahwali (180210110035) Suherlan (180210110036) Identitas Buku Judul : Linguistik Umum (Bagian 4 TATARAN LINGUISTIK [1]: FONOLOGI halaman
Lebih terperinciTOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 27 39
TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 27 39 DISTRIBUSI FONEM BAHASA DI PULAU SAPARUA: DATA NEGERI SIRISORI ISLAM (Phoneme Distribution of Language in Saparua Island) Erniati, S.S. Kantor Bahasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran khusus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Keraf (1997:1) bahasa merupakan alat komunikasi anggota masyarakat berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap
Lebih terperinciPENYISIPAN [ə] OLEH ANAK USIA 5 S.D. 6 TAHUN DALAM PENGUCAPAN KONSONAN RANGKAP PADA AWAL KATA (KAJIAN ANALISIS FONETIS)
PENYISIPAN [ə] OLEH ANAK USIA 5 S.D. 6 TAHUN DALAM PENGUCAPAN KONSONAN RANGKAP PADA AWAL KATA (KAJIAN ANALISIS FONETIS) Oleh Iwan Darmawan Sutarsa ABSTRAK Belum sempurnanya perkembangan anak, baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2008:24).
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ALGORITMA SOUNDEX PADA SPELL CHECKER BAHASA INDONESIA
PENGEMBANGAN ALGORITMA SOUNDEX PADA SPELL CHECKER BAHASA INDONESIA Ika Purwanti Ningrum 1, Muh. Yamin 2, Samsul 3 (1) Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, UHO, (Contact : 081328806820, ika.purwanti.n@gmail.com)
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam melakukan sebuah penelitian, tentu harus ada acuan atau teori-teori yang digunakan oleh peneliti. Begitu pula dalam penelitian ini. Penelitian tentang gejala kelainan pelafalan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setiap bahasa di dunia memiliki sistem kebahasaan yang berbeda. Perbedaan sistem bahasa itulah yang menyebabkan setiap bahasa memiliki ciri khas dan keunikan, baik
Lebih terperinciFonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna.
Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna. Pertuturan ialah bunyi-bunyi yang bermakna kerana apabila dua
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1), dalam
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Fonetik dan Fonologi Fonetik dan fonologi sangat berkaitan dan keduanya berhubungan dengan satuan terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Keraf (2001:1) mengatakan
Lebih terperinciKOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan
KOMPETENSI LULUSAN Berkomunikasi tertulis Berfikir Analitis Bekerja dalam Tim Ilmu Pengetahuan Teknologi Bekerja Mandiri Berfikir Logis Berkomunikasi Lisan Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Bab III ini menjelaskan prosedur untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam penelitian. Pemaparan pada bab ini dimulai dengan permasalahan penelitian, metode penelitian, sumber
Lebih terperinciSUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas
SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA FON PENDAHULUAN Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas retno.hdyn@gmail.com Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi terasa mudah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Morfologi Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yang mempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata. Menurut Ralibi (dalam Mulyana, 2007: 5), secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin
Lebih terperinciDr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA
Dr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA i KATA PENGANTAR DARI REKTOR Merujuk pada PP 55 tahun 2007 dan Kepmendiknas No 16 tahun 2007, Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Lebih terperinciK A N D A I. FONOLOGI BAHASA BIYEKWOK (The Phonology of Language)
Arman, Suharianto, Novaria Panggabean: Fonologi Bahasa Biyewok K A N D A I Volume 9 No. 1, Mei 2013 Halaman 9-23 FONOLOGI BAHASA BIYEKWOK (The Phonology of Language) Arman, Suharyanto, Novaria Panggabean
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini
Lebih terperinciDESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A
DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A MTsN POPONGAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi
Lebih terperinci2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan
Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan Prof.Madya Dr. Zaitul Azma Binti Zainon Hamzah Jabatan Bahasa Melayu Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi Universiti Putra Malaysia 43400
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Labioshizchis atau lebih dikenal dengan bibir sumbing ini merupakan kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin yang menyebabkan adanya celah di antara kedua
Lebih terperinciNama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI
Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut
Lebih terperinciSILABUS FONOLOGI BAHASA INDONESIA BIL002. Ardhana Reswari, MA.
Halaman : Page 1 of 5 SILABUS FONOLOGI BAHASA INDONESIA BIL002 Ardhana Reswari, MA. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 1 Halaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upacara adat dan ada juga yang berupa seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta beraneka ragam. Para wisatawan tertarik datang ke provinsi ini untuk menyaksikan secara langsung bagaimana kebudayaan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk
Lebih terperinciBAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI
BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.pada bidang linguistic yang mempelajari, menganalisis,dan membicarakan
Lebih terperinciPOLA-POLA PERUBAHAN FONEM VOKAL DAN KONSONAN DALAM PENYERAPAN KATA-KATA BAHASA ASING KE DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN FONOLOGI
Vol. 3, No. 2 Oktober 2016 POLA-POLA PERUBAHAN FONEM VOKAL DAN KONSONAN DALAM PENYERAPAN KATA-KATA BAHASA ASING KE DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN FONOLOGI Asisda Wahyu Asri Putradi Universitas Negeri Jakarta
Lebih terperinciBBM 2: CARA MEMBENTUK FONEM BAHASA INDONESIA
BBM 2: CARA MEMBENTUK FONEM BAHASA INDONESIA Iyos A. Rosmana PENDAHULUAN Bahan Belajar Mandiri (BBM) 2 ini membahas cara membentuk fonem bahasa Indonesia. Tujuan penulisan BBM ini agar Anda dapat mengetahui
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014.
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014 Nia Binti Qurota A yuni 1), Agus Budi Santoso 2), Dwi Rohman Soleh 3) 1,2,3)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa dan kehidupan manusia merupakan dua hal yang sangat sulit untuk
Lebih terperinciFONOLOGI BAHASA KANAUMANA KOLANA
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No. 1 April 2017, 145-158 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret FONOLOGI BAHASA KANAUMANA KOLANA Lodia Amelia Banik Universitas Warmadewa
Lebih terperinciLINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI
Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA A. Deskripsi Mata Kuliah Dalam perkuliahan dibahas pengertian morfologi dan hubungannya dengan cabang ilmu bahasa lain, istilah-istilah teknis dalam morfologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau kelompok masyarakat untuk bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1983: 17), dengan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN. Fonologi DR 411. Dr. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN Fonologi DR 411 Dr. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 1 SATUAN
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,
Lebih terperinciANALISIS FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN SILONGO KABUPATEN SIJUNJUNG. Jimy Zulfihendri
ANALISIS FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN SILONGO KABUPATEN SIJUNJUNG Jimy Zulfihendri Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh bunyi semivokoid / w / yang banyak digunakan oleh masyarakat
Lebih terperinciPRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI
PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA 10 12 TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI Elva Febriana Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-Daerah Program Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. sosial walaupun istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Malo, dkk. (1985:47) konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walaupun istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun
Lebih terperinci