6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data

Analisis Break Even Point Sebagai Dalam Perencanaan Laba Pada Warung Mie Ayam Bakso Super Urat. Disusun Oleh : Teddy Wira Hadi

VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING

ANALISIS BREAK EVENT POINT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN LABA PADA RUMAH MAKAN TEKWAN 115

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK. DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : Kelas : S1. SI.

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS : GAGAH PRAYOGI : / S1-SI-2F STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

Ignatius Satriyo Utomo eb 08

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

Analisis Biaya, volume dan Laba Soto Mie Bogor Pada Usaha Mania Tanggerang

NASI GORENG SEHAT ENAK TENAAANN...

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

ANALISIS KEUNTUNGAN PEDAGANG NASI KUNING ( Studi Kasus Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran Kecamatan Palaran Kota Samarinda )

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

Lampiran A : Determinasi Tanaman

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PERSETUJUAN MENJADI RESPONSEN. penelitian, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini : Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam

LAMPIRAN. Pengukuran Tekanan Darah Lansia Pada Pelatihan Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah Lansia Di Banjar Tuka Dalung

LAPORAN AKHIR PKM-KEWIRAUSAHAAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Keuntungan dari menggunakan metode non parametrik adalah : APLIKASI TEST PARAMETRIK TEST NON PARAMETRIK Dua sampel saling T test

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek

PROPOSAL USAHA BAKSO QOLBU Jl. Pengayoman Ruko Mirah II 7 Makassar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Restoran Martabak Air Mancur

PELUANG BISNIS USAHA MIE AYAM. Oleh : NAMA : YATIMAN KELAS : S1 SI 2C NIM :

Best team work. PKMK Usaha Pembuatan dan Komersialisasi Bakso Sayur Rendah Kolesterol sebagai Alternatif Makanan Sehat (Bakso La-legumbre)

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriftif. Metode deskriftif artinya

1.1. Perbandingan Rata-Rata Skor Pengetahuan Berdasarkan Penghasilan Orang Tua

ANALISIS INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI BAKSO PADA UD.BAKSO JAWI PENULISAN ILMIAH

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

Peluang Bisnis Mie Ayam

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumenep. Usaha ini terletak di jalan Monumen Kuda sakti No. 97 RT.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Perhitungan Dosis. Dosis konversi untuk mencit berdasarkan 50kgBB orang dewasa, lebih tepat dengan menggunakan dalil Clark :

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

ANALISIS PENERAPAN METODE FULL COSTING DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UKM MIE AYAM BAKSO PAKDE

PELUANG USAHA JAMUR KRIUK

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental

IV. METODE PENELITIAN

Bisnis Warung Kelontong Modal Kecil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. metodologi dari konsep serta menyusun hipotesis; c) membuat alat ukur

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Cirebon Berdasarkan. Kelompok Usaha Industri Jasa Perdagangan

ANALISIS KARAKTERISTIK, PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PEDAGANG ASONGAN SEKTOR INFORMAL SEBAGAI TOLOK UKUR PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI DAERAH

Bisnis Keripik Singkong, Labanya Penuhi Kantong

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

Lampiran 5 FORMULIR FOOD RECALL 2X24 JAM

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN LELE (Clarias sp.) DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

BAB IV METODE PENELITIAN

KHURIYATI NINGSIH EKONOMI / AKUNTANSI

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pernyataan 2 Sayuran Brassica perlu direndam dengan air panas agar sayuran terlihat lebih segar. jawaban 6511, ,500-1,392,164

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

ANALISIS PERBANDINGAN BRAND EQUITY ES KRIM WALL S DENGAN ES KRIM CAMPINA

BAKSO POPULER DI MASYARAKAT

PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT

Lampiran 1. Daftar Biaya Untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove 1 kali produksi dalam Seminggu di Setiap Saluran dan Nilai Penyusutan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang

Lampiran 1 : KUESIONER PENELITIAN DAMPAK PENGEMBANGAN MINIMARKET TERHADAP TOKO KELONTONG DI KELURAHAN JATIBENING BARU BEKASI

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Dizziness Handicap Inventory

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di FKIP UKSW program studi

Bussines Opportunity Mie Ayam Pelangi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI BAHAN BAKU MIE PADA USAHA MIE AYAM AUDI

NPart Tests. Mann-Whitney Test Homogenitas. Ranks. Grup N Mean Rank Sum of Ranks. sebelum Total 14.

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Data Dua Sample Tidak Berhubungan (Independent)

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. kali proses produksi. Periode satu kali produksi yang dibahas dalam penelitian ini

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. sekolah. Penulis membagikan Skala kebiasaan belajar kepada respondenpada tanggal 27 Juni

STATISTIK NON PARAMETRIK

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA MARTABAK TELUR DI MATANGGLUMPANGDUA KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

Transkripsi:

Analisis pendapatan pedagang bakso dilakukan dengan cara menghitung selisih antara penerimaan usaha bakso dengan biaya-biaya usaha bakso yang dikeluarkan. Analisis yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan keragaan usaha yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal maupun pedagang bakso keliling. Usaha ini dianalisis dengan cara mengidentifikasi penggunaan input beserta biayanya hingga output atau besar penerimaan yang dihasilkan oleh masing-masing pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling. Kemudian analisis dilanjutkan dengan menghitung tingkat pendapatan masing-masing pedagang baik pedagang bakso mangkal maupun pedagang bakso keliling serta menghitung efisiensi pendapatan pedagang bakso yang diperoleh dari hasil analisis perbandingan penerimaan dan biaya (R/C Rasio). Sedangkan untuk menganalisis hipotesa yang telah disebutkan pada pendugaan hipotesa maka di uji dengan menggunakan Mann-Whithney. 6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling pada umumnya sama, hanya terdapat sedikit perbedaan dari segi perbandingan penggunaan bahan pengisi dan bumbu. bakso sapi yang mangkal menggunakan perbandingan tepung sebagai bahan pengisi lebih sedikit, yaitu antara 10 hingga 25 persen perkilogram daging sapi yang digunakan, sedangkan pedagang bakso sapi keliling relatif lebih banyak yaitu mencapai 20-50 persen perkilogram daging sapi yang digunakan. Penggunaan bumbu dan garam relatif hampir sama tergantung selera dan keinginan pedagang pembuat bakso. Setiap pedagang memperoleh bahan bahan baku sendiri-sendiri. Bahan baku tersebut dapat diperoleh pedagang di pasar bogor, pasar anyar dan pasar warung jambu. Penanganan semua bahan baku dilakukan ketika pemilik sudah tiba dari pasar, maka semua bahan diolah oleh para pekerja. Tujuan akhir produsen (pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling) yaitu memperoleh pendapatan dari hasil produksi usaha bakso yang dilakukannya. Analisis pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha dengan biaya yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. Analisis pendapatan bertujuan untuk melihat pendapatan yang didapatkan usaha bakso sapi yang sedang berjalan, dalam hal ini analisis pendapatan usaha bakso sapi menunjukkan struktur biaya

yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari usaha bakso sapi. Penghitungan analisis pendapatan ini dilakukan selama satu periode usaha perbulan dan perhari. 6.2. Analisis Pendapatan 6.2.1. Analisis Pendapatan Bakso Mangkal Secara umum pendapatan dari kegiatan pedagang bakso mangkal ini diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (dalam jangka waktu tertentu). Penerimaan pedagang bakso diperoleh dari perkalian antara jumlah yang dijual dengan harga per porsi bakso (mangkok), dengan demikian besar kecilnya nilai penerimaan usaha bakso sangat ditentukan oleh harga jual dan jumlah produksi bakso yang dihasilkan oleh pedagang bakso mangkal. Analisis rata-rata pendapatan pedagang bakso mangkal dapat dilihat pada lampiran 4. 6.2.1.1. Penerimaan Bakso Mangkal Penerimaan usaha adalah perkalian antara total produk yang dihasilkan dengan harga pasar yang berlaku (Soekartawi, 1986). Faktor penentu besarnya penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dan harga dari produk yang dihasilkan tersebut. Jika dilihat secara umum rata-rata penerimaan pedagang bakso mangkal sebesar Rp 56.160.000 perbulan, akan tetapi peneliti membuat pengelompokan penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso tersebut, yakni pedagang bakso mangkal yang memiliki penerimaan di bawah 25 juta (skala mikro), penerimaan pedagang bakso mangkal yang memiliki penerimaan sebesar 25 juta sampai 100 juta (skala kecil) dan penerimaan pedagang bakso mangkal di atas 100 juta (skala menengah). Adapun pengelompokannya dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut: Tabel 11. Penerimaan Bakso Mangkal Per Bulan di Kota Bogor Pada Tahun 2009

Uraian Jumlah (Orang) Persentase (%) < 25 Juta (skala mikro) 7 47 25 Juta 100 Juta (skala kecil) 5 33 > 100 Juta (skala menengah) 3 20 Total 15 100 Berdasarkan Tabel 11 tersebut pedagang bakso mangkal memiliki jumlah perbedaan yang bervariasi antara pedagang yang satu dengan yang lainnya. dari segi karakteristik pribadi responden pedagang bakso juga mempengaruhinya, seperti umur pelaku usaha mangkal yang menggeluti usaha ini. Jika umur pelaku usaha semakin tua maka penerimaan yang didapatkannya juga semakin banyak, hal ini dikarenakan sudah lamanya pedagang bakso tersebut menjual bakso secara mengkal. Selain itu juga harga yang ditawarkan oleh pedagang mangkal ini juga memiliki perbedaan serta jumlah yang terjual setiap harinya juga bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penerimaan Bakso Mangkal < 25 Juta Rupiah Per Bulan Pada Tahun 2009 No Responden Jumlah Terjual/hari (mangkok) Harga Per Porsi (Rp) Jumlah (Rp) 1 Mangkal 1 46 5.000 6.900.000 2 Mangkal 2 40 5.000 6.000.000 3 Mangkal 6 65 8.000 15.600.000 4 Mangkal 7 80 9.000 21.600.000 5 Mangkal 9 45 8.000 10.800.000 6 Mangkal 13 65 9.000 18.000.000 7 Mangkal 14 55 7.000 12.000.000 bakso mangkal yang mendapatkan penerimaan di bawah 25 juta ini kebanyakan memiliki umur usaha yang masih belum lama, dari umur usaha satu hingga lima tahun, sehingga jumlah yang di produksi perharinya juga masih sedikit dan jumlah porsi yang terjual juga masih di bawah 100 porsi perhari, selain itu juga harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso mangkal juga berkisar dari Rp 5.000 hingga Rp 9.000 per porsinya. Sedangkan untuk pedagang bakso yang memiliki penerimaan 25 juta sampai 100 juta perbulannya dapat di lihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Penerimaan Bakso Mangkal 25 Juta 100 Juta Rupiah Per Bulan Pada Tahun 2009. No Responden Jumlah Terjual/hari (mangkok) Harga Per Porsi (Rp) Jumlah (Rp) 1 Mangkal 4 100 9.000 27.000.000 2 Mangkal 5 70 12.000 25.200.000 3 Mangkal 10 80 12.000 28.800.000 4 Mangkal 12 250 12.000 90.000.000 5 Mangkal 15 135 10.000 40.000.000 Berdasarkan Tabel 13 pedagang bakso mangkal yang mendapatkan penerimaan sebesar 25 juta sampai 100 juta rupiah lebih sedikit dibanding dengan yang dibawah 25 juta. Hal tersebut juga terkait dengan lamanya usaha yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal tersebut dan harga yang ditawarkannya juga. Semakin lama usaha yang digelutinya berlangsung semakin banyak penerimaan yang didapatkannya, seperti yang didapatkan oleh ketiga pedagang bakso yang ada pada Tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Penerimaan Bakso Mangkal di atas 100 Juta Rupiah Per Bulan Pada Tahun 2009. No Responden Jumlah Terjual/hari (mangkok) Harga Per Porsi (Rp) Jumlah (Rp) 1 Mangkal 3 450 13.000 216.000.000 2 Mangkal 8 400 12.000 144.000.000 3 Mangkal 11 500 12.000 180.000.000 6.2.2.2. Pengeluaran dan Pendapatan Bakso Mangkal Untuk analisis pendapatan, pengeluaran untuk usaha bakso ini digolongkan menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yan dikeluarkan pedagang selama kegiatan produksi berlangsung sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah, jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan. Pendapatan merupakan hasil dari pengurangan penerimaan dengan pengeluaran biaya perbulan, adapun pengeluaran dan total pendapatan yang diperoleh pedagang bakso mangkal per bulannya adalah sebagai berikut:

Tabel 15. Pengeluaran dan Pendapatan Bakso Mangkal Skala Mikro Pada Tahun 2009 No Responden Pengeluaran Pendapatan 1 Mangkal 1 5.845.767 1.054.233 2 Mangkal 2 4.407.433 1.592.567 3 Mangkal 6 6.874.350 8.725.650 4 Mangkal 7 15.600.183 5.999.817 5 Mangkal 9 9.473.517 1.326.483 6 Mangkal 13 15.213.017 2.786.983 7 Mangkal 14 9.399.100 2.600.900 Berdasarkan pengeluaran yang terdapat pada pedagang bakso mangkal tersebut memiliki perbedaan antara pedagang bakso yang satu dengan yang lainnya hal tersebut dikarenakan lama berusaha yang berbeda. Untuk pendapatan yang didapatkan juga memiliki perbedaan dikarenakan jumlah produksi yang dimiliki oleh pedagang berpengaruh terhadap pendapatan yang dimilikinya, selanjutnya dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 16. Pengeluaran dan Pendapatan Bakso Mangkal Skala Kecil Pada Tahun 2009 No Responden Pengeluaran Pendapatan 1 Mangkal 4 23.180.217 3.819.783 2 Mangkal 5 22.007.100 3.192.900 3 Mangkal 10 22.834.117 5.965.883 4 Mangkal 12 41.449.317 48.550.683 5 Mangkal 15 28.291.183 12.208.817 Pada Tabel 16 juga memiliki perberdaan dengan tabel 15, pedagang bakso mangkal yang memiliki pendapatan 5 juta hingga 50 juta memiliki jumlah produksi yang semakin banyak serta harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso ini juga berbeda dengan pedagang yang mendapatkan pendapatan dibawah 5 juta. Selanjutnya pendapatan yang paling tinggi terdapat pada tabel 17. Hal tersebut adalah harga yang ditawarkan tinggi serta pedagang bakso ini juga sudah memiliki brand tersendiri dan sudah banyak orang yang mengetahui nama pedagang bakso ini, yakni pedagang bakso Bantolo, Seuseupan serta Boboho. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Pengeluaran dan Pendapatan Bakso Mangkal Skala Menengah Pada Tahun 2009 No Responden Pengeluaran Pendapatan 1 Mangkal 3 163.971.483 52.028.517 2 Mangkal 8 80.510.800 80.510.300 3 Mangkal 11 72.621.417 107.378.983 6.2.2. Analisis Pendapatan Bakso Keliling Penerimaan, pengeluaran dan pendapatan yang di dapatkan oleh pedagang bakso keliling memiliki perbedaan dengan perdagang bakso mangkal, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan Bakso Keliling Pada Bakso Keliling Pada Tahun 2009 Responden Penerimaan Pengeluaran Pendapatan No (Rp) (Rp) (Rp) 2832900 1 Keliling 1 17.400.000 14.567.100 2 Keliling 2 7.500.000 4.216.517 3 Keliling 3 6.700.000 5.808.517 4 Keliling 4 5.400.000 3.378.517 5 Keliling 5 5.040.000 4.090.017 6 Keliling 6 9.450.000 8.496.767 7 Keliling 7 7.800.000 6.285.600 8 Keliling 8 6.000.000 5.185.017 9 Keliling 9 7.560.000 6.725.600 10 Keliling 10 4.500.000 3.844.016 11 Keliling 11 10.500.000 7.598.016 12 Keliling 12 9.600.000 8.423.766 13 Keliling 13 5.200.000 4.24.517 14 Keliling 14 9.000.000 7.052.100 15 Keliling 15 6.300.000 6.167.100 3283483 941483 2021483 949983 953233 1514400 814983 834400 655983 2901983 1176233 1003483 1947900 132900 bakso keliling tidak memiliki banyak perbedaan dalam hal pendapatan yang didapatkannya sehingga penerimaan, pengeluaran yang

didapatkan oleh pedagang bakso keliling tersebut dirata-ratakan dan dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 19. Rata-rata Biaya Variabel dan Biaya Tetap Bakso Keliling Per hari dan Per bulan Pada Tahun 2009. Uraian Satuan Jumlah Harga Perhari Perbulan Biaya Variabel: Bahan Baku Daging Sapi Kg 2.4 54.819 131.600 3.947.000 Tepung Tapioka/Aci + Paket Bumbu 18.450 554.000 Bahan Pelengkap Mie Kg 1,52 5.000 7.600 227.000 Bihun Kg 1,07 7.000 7.500 224.000 Sayur Toge Kg 1,45 4.000 5.800 174.000 Sawi Kg 1,4 4.000 5.600 168.000 Minyak Goreng Kg 0,17 10.000 1.750 51.667 Bawang Goreng Jadi Bungkus 0,7 5.000 3.500 104.000 Seledri Kg 0,16 8.000 1.350 40.000 kecap manis Bungkus 1,1 3.000 3.300 99.000 Saos Bungkus 2,45 2.000 4.900 147.000 Cuka Botol 1,3 1.000 1.300 38.200 Garam Kg 0,32 2000 650 19.000 Penyedap Rasa Kg 0,09 20.000 1.800 53.000 Sambel Kg 0,26 16.000 4.200 124.000 Pembungkus Plastik + Karet Paket 1.800 1.800 54.000 Biaya Gas Tabung 0,48 13.000 6.250 187.000 Biaya Transportasi Rupiah 2.800 2.800 84.000 Total Biaya Variabel 209.850 6.294.866 Biaya Tetap: Sewa Tempat Rp 0 0 0 Listrik,air,keamanan Rp 0 0 dan kebersihan 0 Biaya Tenaga Kerja Orang 20.000 Biaya Penyusutan Gerobak Rp 2.800 2.800 83.333 Kompor Rp 125 125 3.750 Dangdang Rp 50 50 1.167 Centong Rp 25 25 778 Tabung Gas Rp 25 25 433 Ember Rp 45 45 1.350 Total Biaya Tetap 3.700 110.811 Jumlah Total Biaya 213.600 6.405.678

Pada Tabel 19 dapat dilihat rata-rata biaya total variabel yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling sebanyak Rp 209.850 per hari dan untuk per bulannya sebanyak Rp 6.294.866. Hal ini disebabkan karena dalam produksi biaya yang dikeluarkan untuk biaya variabel ini sesuai dengan jumlah atau kapasitas yang diproduksi. Biaya bahan baku yang digunakan oleh pedagang bakso keliling per hari sebesar Rp 131.600, dengan rincian harga perkilogram daging sapi yang digunakan oleh pedagang bakso adalah dari Rp 45.000 hingga Rp 50.000 dan ratarata para pedagang bakso membeli daging tersebut sebanyak 1,5 kilogram hingga 2,5 kilogram per hari. Biaya bahan baku lainnya yang digunakan adalah tepung tapioka atau aci dan bumbu untuk pengolahan bahan baku yang digunakan pedagang bakso keliling per hari sebesar Rp 18.450 dan per bulannya Rp 554.000. tepung serta bumbu untuk pengolahan bahan baku tersebut digunakan sesuai dengan keiinginan pelaku usaha bakso. Perbandingan yang seharusnya digunakan dalam mengolah bakso mulai dari 0,2 gram banding satu kilogram daging. Tetapi bagi pelaku usaha bakso keliling jika hal tersebut dilakukan maka mereka tidak dapat menjual produk mereka dengan harga murah. Sehingga kebanyakan mereka memakai perbandingan dengan 0,25 gram hingga setengah kilogram tepung banding satu kilogram daging. Biaya bahan pelengkap yang digunakan sehari oleh pedagang bakso keliling bervariasi, biaya rata-rata per hari untuk mie adalah sebesar Rp 7.600 dimana setiap pedagang bervariasi menggunakan jumlah mie setiap harinya. bakso keliling biasanya mengggunakan mie kiloan, yang dibeli langsung ke pasar tradisional terdekat dengan pemukiman pedagang. Jumlah mie yang digunakan sehari sebanyak satu kilogram hingga dua kilogram perhari, dimana harga rata-rata per kilogram mie sebesar Rp 5.000. Biaya rata-rata untuk bihun yang dikeluarkan per hari sebesar Rp 7.500, jumlah yang digunakan oleh pedagang per harinya berkisar setengah hingga dua kilogram per hari dengan harga bihun per kilogram sebesar Rp 8.000. Bahan pelengkap lainnya yang digunakan sehari-hari adalah sayuran, sayuran yang digunakan oleh pedagang bakso keliling terdiri dari sayur toge dan sawi. Biaya rata-rata yang dikeluarkan per hari untuk sayur toge adalah sebesar Rp 5.800 dan biasanya para pelaku usaha ini menggunakan toge per harinya

sebesar satu hingga dua kilogram per hari dengan harga per kilogram Rp 4000. Sayur sawi yang digunakan per hari juga berkisar antara satu hingga dua kilogram per hari dengan harga per kilogram Rp 3.000 dan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh pedagang setiap harinya sebesar Rp 5.600. Bahan pelengkap lain yang digunakan adalah seledri, biaya rata-rata per hari untuk seledri sebesar Rp 1.350. Dimana para pedagang biasanya membeli seledri mulai dari harga Rp 500 hingga Rp 2.000 perhari. Karena kapasitas produksi pada penjualan bakso keliling sedikit maka jumlah seledri yang digunakan juga tidak banyak, sehingga membeli dengan harga Rp 500 hingga Rp 2.000 per hari sudah mencukupi untuk kebutuhan pedagang per harinya. Bahan pelengkap yang digunakan juga adalah bawang goreng jadi yang dibeli langsung dari pasar dengan biaya rata-rata sebesar Rp 3.500 per hari. Para pedagang menggunakan bawang goreng jadi yang dibeli langsung di pasar dengan alasan untuk lebih praktis dalam penyajiannya serta tidak membutuhkan waktu untuk mengolah atau menggoreng lagi jika membeli bawang mentah, dan dari segi kualitas dan penampilan juga bawang goreng jadi yang dibeli dipasar lebih kriuk disbanding dengan buatan mereka sendiri. Minyak goreng yang digunakan perharinya oleh pelaku usaha bakso tidak membutuhkan banyak, sehingga biaya rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 1.700 perhari. Biaya rata-rata yang dibutuhkan pedagang bakso untuk kecap manis per hari sebesar Rp 3.300 dengan menggunakan kecap yang dibeli di pasar tradisional, dan pelaku usaha tersebut tidak menghiraukan merek yang digunakan dalam penjualannya. Para pedagang bakso memilih kecap yang murah dan seringnya dikemas dalam botolan. Sama seperti saos yang digunakan setiap harinya dibeli di pasar tradisional dengan tanpa memperhatikan merek atau kualitas yang digunakan dan biaya rata-rata yang dikeluarkan per hari oleh pedagang bakso keliling sebesar Rp 4.900. Biaya rata-rata cuka yang digunakan per hari sebesar Rp 1.300 dan biaya rata-rata garam yang digunakan per hari sebesar Rp 650, dan penyedap rasa yang digunakan bervariasi dengan biaya rata- rata sebesar Rp 1.800. Kebutuhan sambel yang digunakan sehari-hari sebesar Rp 4.200 per hari. Biaya rata-rata untuk pembungkus per hari yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling adalah sebesar Rp 1.800, dengan rincian plastik dan karet

yang digunakan per harinya. Kebutuhan pembungkus tidak diperlukan banyak dikarenakan pedagang bakso keliling tidak membutuhkan banyak pembungkus, biasanya para konsumen langsung membawa mangkok sendiri atau makan langsung di tempat. Biaya rata-rata gas yang digunakan per hari sebesar Rp 6.250, dan biaya rata-rata transportasi sebesar Rp 2.800. pelaku usaha bakso biasanya belanja dekat dengan pemukiman mereka, sehingga sebagian pelaku usaha tidak mengeluarkan biaya transportasi. Sehingga rata-rata jumlah total biaya variabel dalam usaha bakso keliling sebesar Rp 209.850 per hari dan jika dikalikan dengan jumlah satu periode yaitu perbulan maka rata-rata jumlah total biaya variabel sebesar Rp 6.294.850. Biaya tetap yang digunakan per bulannya adalah terkait dengan biaya penyusutan. Biaya penyusutan alat seperti gerobak biaya rata-rata yang dikeluarkan per bulannya adalah sebesar Rp 83.500, hal ini dengan perhitungan bahwa satu buah gerobak dibeli dengan harga Rp 2.500.000 kemudian nilai sisa yang dimiliki sebesar Rp 500.000 dengan asumsi ketahanan gerobak selama dua tahun kemudian dibagi 12 bulan. Selanjutnya penyusutan rata-rata biaya kompor sebesar Rp 3.750 perbulan, biaya rata-rata penyusutan dangdang Rp 1.167 perbulan, biaya rata-rata penyusutan centong sebesar Rp 778 perbulan, biaya ratarata ember Rp 1.350 perbulan. Dan dalam biaya tetap lainnya yang digunakan oleh pedagang bakso keliling terdapat satu pedagang yang menggunakan seorang tenaga kerja yang dibayar Rp 300.000 perbulan, sehingga dari jumlah tersebut maka biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja sebesar Rp 20.000 perbulan. Total biaya rata-rata untuk biaya tetap pedagang bakso keliling sebesar Rp 110.811 perbulan. Hal ini dikarenakan tidak adanya biaya tetap lain yang harus dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling, seperti penyewaan tempat sebagaimana yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal, serta pembayaran biaya listrik, air, keamanan dan kebersihan. Perbedaan dalam biaya tetap yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling dengan pedagang bakso mangkal adalah dalam biaya sewa tempat usaha, biaya listrik, air, keamanan dan kebersihan serta biaya tenaga kerja yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut. Biaya rata-rata sewa tempat oleh pedagang mangkal per bulannya sebesar Rp 858.900 sedangkan bagi pedagang

bakso keliling tidak perlu mengeluarkan biaya sewa tempat per bulannya karena pedagang bakso keliling menggunakan gerobak dorong untuk menjajakan hasil jualannya, dan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh pedagang bakso mangkal untuk listrik, air, keamanan dan kebersihan sebesar Rp 240.700 perbulannya dan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk tenaga kerja sebesar Rp 5.443.350 per bulannya.. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian biaya yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling pada lampiran 5. Perbandingan Bakso Mangkal Dengan Bakso Keliling Penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso kemudian dirataratakan dengan melihat rata-rata pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling. Hasil penjualan bakso sapi sebagai hasil produksi dari total jumlah yang terjual selama satu periode dengan asumsi waktu analisis adalah 30 hari dalam satu bulan. Penghitungan penerimaan yang diperoleh pedagang yang dianalisis adalah penerimaan pedagang bakso mangkal dan penerimaan pedagang bakso keliling. Adapun hasil analisis yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 20 sebagai berikut: Tabel 20. Rata-rata Penerimaan Bakso di Kota Bogor Pada tahun 2009. Mangkal Skala Mikro Mangkal Skala Kecil Mangkal Skala Menengah Keliling Penerimaan per Hari (Rp) 432.857 2.344.000 6.000.000 263.000 Penerimaan per Bulan (Rp) 12.985.714 70.333.333 180.000.000 7.870.000 Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa penerimaan yang diperoleh pedagang bakso mangkal lebih besar dibandingkan dengan pedagang bakso keliling. Hal tersebut karena jumlah produksi dari masing-masing pedagang berbeda. Jumlah produksi yang dihasilkan serta harga yang ditawarkan oleh pedagang juga mempengaruhi penerimaan yang diperoleh oleh pedagang. Penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal skala mikro setiap harinya sebanyak Rp 12.985.714 hal ini dikarenakan lama usaha yang digeluti oleh pedagang bakso masih relatif lebih awal dibandingkan dengan pedagang bakso mangkal skala kecil. Adapun penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal skala

kecil per bulannya adalah sebesar Rp 70.333.333 sedangkan pedagang mangkal skala menengah mendapatkan lebih besar penerimaannya yakni sebesar Rp 180.000.000. bakso mangkal skala menengah ini sudah memiliki nama yang cukup terkenal kemana-mana, sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk mencoba produk tersebut, seperti boboho dan seseupan merupakan bakso yang sangat terkenal di Bogor. Selain antusias dari konsumen yang ingin mengunjungi tempat tersebut juga dikarenakan letak berjualannya juga sangat strategis, dekat dengan pusat keramaian dan akses ke tempat tersebut juga mudah. Selain itu pedagang skala menengah ini juga memiliki ke khasan yang dimiliki dalam produk dan kualitas serta tempat lokasi berjualan yang nyaman bagi pengunjung. Sementara bagi pelaku pedagang bakso yang skala mikro dan kecil jarang yang memiliki keunikan dalam hal produk yang ditawarkan. Rata-rata penerimaan yang didapatkan pedagang bakso keliling setiap hari sebanyak Rp 263.000 dan per bulannya sebesar Rp 7.870.000. Harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso mangkal lebih mahal dibandingkan pedagang bakso keliling. Harga per porsi yang ditawarkan pedagang bakso mangkal sebesar Rp 6.000 hingga Rp 12.000 sedangkan harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso keliling lebih murah yakni sebesar Rp 5.000 hingga Rp 8.000 per porsi. Kapasitas yang dihasilkan dalam produksi dan jumlah penjualan per harinya juga lebih banyak pedagang bakso mangkal sehingga jumlah penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal cenderung lebih banyak dibandingkan dengan pedagang bakso keliling. Perbedaan pendapatan antara pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling adalah dari jumlah penerimaan yang didapatkan oleh pelaku usaha bakso. Modal harian yang digunakan oleh pedagang bakso mangkal maupun pedagang bakso keliling juga berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh masing-masing pedagang. Modal harian yang digunakan berbeda, hal ini dikarenakan pengalaman dalam berusaha, kebijakan dari pedagang serta pola pengeluaran para pedagang yang berbeda setiap harinya. mangkal memiliki modal hariannya lebih besar daripada pedagang bakso keliling, sehingga memungkinkan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Semakin besar modal yang digunakan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh (Wahyudin,

1993). Tetapi dengan modal yang besar belum tentu memperoleh pendapatan yang besar pula, dan ada yang modalnya kecil memperoleh keuntungan yang lebih besar. Harga yang ditawarkan oleh pelaku usaha tersebut juga memiliki perbedaan. bakso mangkal menawarkan harga kepada konsumen mulai dari harga per mangkok Rp 6.000 hingga Rp 12.000 per porsi. Sedangkan pedagang bakso keliling menawarkan harga per mangkok lebih murah dibanding dengan pedagang bakso mangkal. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 5.000 per mangkok hingga Rp.8.000. Harga kapasitas yang diproduksi juga berbeda sehingga memiliki perbedaan jumlah yang terjual dalam satu hari tersebut juga berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Rata-rata Penerimaan, Total Biaya, dan Pendapatan Bersih Bakso di Kota Bogor Pada Tahun 2009. Uraian Keliling (rupiah/bulan) Bakso Mangkal (Skala) Mikro Kecil Menengah Penerimaan Jumlah Total Biaya 7.870.000 6.405.678 12.985.714 9.544.766 70.333.333 27.552.386 180.000.000 105.701.233 Pendapatan Bersih 1.464.322 3.440.948 42.780.947 74.298.767 R/C Rasio 1,23 1,66 Selain dilihat dari nilai pendapatannya, usaha ini juga dapat dilihat efisiensinya dengan membandingkan nilai penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama satu periode analisis yaitu satu bulan yakni R/C rasionya. Bila dilihat dari keuntungan usaha tersebut, usaha tersebut untung jika dilakukan yaitu nilai R/C lebih besar dari satu. R/C rasio pedagang bakso mangkal lebih besar dari pedagang bakso sapi keliling, dengan rata-rata R/C rasio pedagang bakso mangkal sebesar 1,66 dan pedagang bakso sapi keliling sebesar 1,23. Artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan pedagang bakso mangkal akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar 1,66 dan setiap satu rupiah yang dikeluarkan pedagang bakso sapi keliling akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar 1,23. Dapat disimpulkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Rata-rata usaha pedagang bakso mangkal mencapai R/C rasio sebesar 1,66 dan rata-rata usaha pedagang bakso keliling mencapai R/C rasio sebesar 1,23. Dengan nilai rasio usaha bakso sebesar 1,66 dan 1,23 termasuk kedalam usaha yang memberikan tingkat keuntungan usaha yang tinggi. Menurut Sihite (1998)

menyatakan R/C rasio < 1,00 tergolong tingkat R/C rasio yang rendah dan tidak menguntungkan, R/C rasio 1,00 1,21 tergolong tingkat R/C rasio yang sedang sehingga usaha tersebut masih layak untuk dijalankan, R/C rasio > 1,21 tergolong tingkat R/C rasio yang tinggi sehingga usaha yang dijalankan tersebut sangat menguntungkan. Dengan nilai R/C rasio sebesar 1,66 pada pedagang bakso mangkal menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu rupiah modal usaha yang digunakan akan menghasilkan keuntungan 66 persen. Sedangkan nilai R/C rasio pedagang bakso keliling sebesar 1,23 menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu rupiah modal usaha yang digunakan akan menghasilkan keuntungan 23 persen. Skala usaha yang dijalankan pedagang bakso akan mempengaruhi besarnya penerimaan dan besarnya biaya usaha, sehingga akan menyebabkan adanya perbedaan R/C rasio usaha pada pedagang bakso yang dilaksanakan. Pengelompokan perbedaan R/C rasio tersebut dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Pengelompokan Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat R/C Rasio yang Diperoleh Pada Tahun 2009. Tingkat R/C Rasio Mangkal Persentase (%) Keliling Persentase (%) Rendah < 1,00 0 0 0 0 Sedang 1,00 1,21 5 33,3 8 53,3 Tinggi > 1,21 10 66,7 7 46,7 Jumlah 15 100,0 15 100,0 Persentase pedagang yang memiliki kriteria tingkat R/C rasio rendah pada pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling sebanyak nol persen. bakso mangkal dan pedagang bakso keliling memiliki R/C rasio memiliki R/C rasio lebih dari satu atau termasuk ke dalam kriteria tingkat R/C sedang dan tinggi. Untuk R/C rasio sedang bagi pedagang bakso mangkal berkisar sebesar 33,3 persen dan R/C rasio tinggi sebanyak 66,7 persen. bakso keliling yang memiliki kriteria R/C rasio sedang sebesar 53,3 persen dan kriteria R/C rasio tinggi sebanyak 46,7 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kedua usaha bakso tersebut para pedagang bakso mendapatkan keuntungan sebesar R/C rasio masing-masing yang didapatkan oleh pedagang.

bakso mangkal dan pedagang bakso keliling memiliki kegiatan dan peran yang berbeda dalam penjualan maupun pelayanannya kepada konsumen yang membeli sehingga pendapatan yang dimiliki oleh masing-masing pedagang juga memiliki perbedaan. Pengaruh modal harian terhadap pendapatan dalam kegiatan perdagangan pada umumnya, merupakan suatu hal yang mudah dipahami, karena semakin besar modal yang digunakan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh (Wahyudin, 1993). Dari hasil analisis yang didapatkan bahwa pedagang bakso mangkal menggambarkan bahwa pedagang bakso mangkal memperoleh pendapatan lebih besar daripada pedagang bakso keliling sehingga efisiensinya juga mengikuti. Dari perbandingan itu tampak ada kecenderungan bahwa keuntungan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal lebih besar dan berbeda dengan keuntungan yang didapatkan oleh pedagang bakso keliling. Maka peneliti melakukan analisis perbandingan keuntungan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling dengan membandingkan dari R/C rasio yang didapatkan. Untuk menilai perbedaan antara R/C rasio yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling dilakukan analisis perbandingan R/C rasio dengan membandingkan R/C rasio yang didapatkan oleh masing-masing pedagang dengan uji Mann-Whithney. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-Whithney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat R/C rasio pedagang bakso mangkal dengan nilai..( ) dengan pedagang bakso keliling. Nilai tersebut ditunjukkan sebesar 0,56 yang lebih kecil dari α 5 % (1.645). rata-rata R/C rasio pedagang bakso mangkal sebesar 1.66 dan rata-rata R/C rasio pedagang keliling sebesar 1,23. Dengan uji tersebut menunjukkan pedagang bakso mangkal mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada pedagang bakso keliling. Maka dari hipotesis yang telah di sebutkan sebelumnya maka dinyatakan tolak H 0 pada taraf nyata α. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan Software SPSS V.15 diperoleh hasil:

Ranks R/C Rasio Mangkal N Mean Rank Sum of Ranks 15 18.57 278.50 Keliling 15 12.43 186.50 Total 30 Test Statistics(b) R/C Rasio Mann-Whitney U 66.500 Wilcoxon W 186.500 Z -1.910 Asymp. Sig. (2-tailed).056 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable:.056(a) Gambar 2. Kutipan Hasil Olahan Data Dengan Software SPSS V.15.