MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK

dokumen-dokumen yang mirip
Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

The problem is not the problem. The problem is your attitude about the problem. Do you understand?

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).

A. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional

TERAPI KOGNITIF (BECK)

Reality Therapy. William Glasser

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Sigit Sanyata

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. di lingkungan sekitar kita, seperti gempa bumi yang melanda Yogyakarta,

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

TUGAS INSTRUMEN EVALUASI PROSES KONSELING MODEL STAKE

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman

BAB IV ANALISI HASIL. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil seluruh Andikpas baru sebanyak 43

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan teknik korelasi. Menurut Arikunto (2002 ) penelitian kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

Psikoterapi. Dosen Prodi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE THERAPY DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang

BAB V PEMBAHASAN. spiritual terhadap penurunan tingkat stress remaja di LPKA Kelas I Blitar.

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku

Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Postraumatik stress bisa timbul akibat luka berat atau pengalaman yang menyebabkan organisme menderita kerusakan fisik maupun psikologis

BAB II LANDASAN TEORI

Bab I Pendahuluan. Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG SINDROM TRAUMA DAN COGNITIVE-BEHAVIOR THERAPY

Culture and Treatment of Abnormal Behavior

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EMOSI DAN SUASANA HATI

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab

NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kecemasan dan

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA

Cognitive Behavior Modification. Disiapkan oleh : Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

REVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perasaan kurang percaya diri banyak terjadi pada remaja. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengertian Normal dan Abnormal

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengalami trauma sekunder tidak mengalami langsung kejadian. korban trauma. (Figley, McCann & Pearlman, dalam Motta 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB V HASIL PENELITIAN

TERAPI RASIONAL EMOTIF Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa enam minggu sejak bayi lahir sampai saat organ-organ

KEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan metode studi kasus. Menurut Sugiyono (2009:09) penelitian kualitatif

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. anak itu unik dan berhak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh

Transkripsi:

www.mercubuana.ac.id MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK Aaron Beck adalah psikiater Amerika yang merintis penelitian pada psikoterapi dan mengembangkan terapi kognitif. Ia dianggap sebagai bapak cognitive behavioral therapy. Aaron T. Beck pada awalnya mengikuti pelatihan psikoanalisis (seperti juga Albert Ellis). Beck meneliti depresi dalam pemahaman psikoanalisa bahwa depresi dihasilkan dari kemarahan yang berbalik mengarah ke dalam diri dan melihat isi mimpi klien untuk menemukan sumber kemarahan. Akan tetapi, apa yang menarik perhatiannya adalah bahwa klien yang depresi memiliki bias negatif dalam interpretasi mereka tentang diri mereka sendiri yang mengarah pada rasa rendah diri yang kuat. Ia mulai percaya bahwa kesalahan sistematis dalam berpikir logis lah yang mengakibatkan depresi. Pikiran-pikiran ini dipahami sebagai otomatis, berasal dari generalisasi masa lalu. Meskipun Beck memulai kajiannya di ranah depresi, selanjutnya ia juga mengkaji gangguan kepribadian borderline dan skizofrenia. Dalam kedua kasus ini, terapi bertujuan untuk mengajak klien melihat bahwa keyakinan keliru mereka tidak didukung oleh bukti. Menariknya, Beck juga mengakui bahwa perasaan-perasaan yang intens dan kuat terkadang mengarahkan pada keyakinan. TEORI Menurut Beck, Jika keyakinan tidak berubah, maka tidak ada peningkatan. Jika keyakinan berubah, maka gejala pun berubah. Keyakinan berfungsi sebagai unit-unit operasional kecil. Hal ini berarti pikiran dan keyakinan (skema) seseorang mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang berikutnya. Beck yakin bahwa perilaku disfungsi disebabkan karena disfungsi berpikir, dan bahwa berpikir membentuk keyakinan kita. Keyakinan kemudian mengarahkan tindakan kita. Beck diyakinkan bahwa akan ada hasil positif jika klien dapat diajak berpikir secara konstruktif dan meninggalkan pikiran negatifnya.

Pendekatan Kognitif terhadap Depresi Para ahli behaviorist mengemukakan bahwa depresi merupakan hasil dari persepsi psikologis yang keliru dan irasional, mengakibatkan distorsi dalam belajar dan menalar. Pikiran depresif ini dapat menjadi sebuah hasil dari pengalaman traumatis atau ketidakmampuan menghasilkan coping yang adaptif. Orang-orang depresif memiliki persepsi atau keyakinan negatif akan diri mereka sendiri dan lingkungan mereka. Semakin parah pikiran negative seseorang, maka semakin parah pula gejala depresinya. Ahli behaviorist awal percaya bahwa hanya perilaku eksternal yang dapat digunakan sebagai materi psikologis. Psikologi adalah ilmu mengenai perilaku. Akan tetapi, Ellis mengemukakan gagasan tentang model ABC, dimana A merupakan activating event, B merepresentasikan belief atau keyakinan tentang kejadian dan C merepresentasikan consequences yaitu konsekuensi emosi dan perilaku yang mengikuti keyakinan. Bagi Ellis, kita adalah apa yang kita pikirkan, dan kita mengusik diri kita ketika kita mengatakan secara berulangulang kalimat irasional pada diri kita, yang kita pelajari dari pengalaman kita. Beck melakukan kritik terhadap pendekatan behaviorist murni dan percaya bahwa cognitive therapy (CT) membantu teknik behaviorist karena kognisi klien berubah seiring berjalannya terapi. Beck menyatakan tiga disfungsi tema keyakinan atau skema utama yang dialami orang depresif: Orang yang depresif melihat diri mereka sebagai orang yang tidak mampu mencapai keberhasilan dan selalu menjadi korban situasi. Orang yang depresif melihat semua pengalaman masa lalu dan masa kini melalui cara pandang negatif, secara terus menerus menkankan pada kekalahan, kegagalan, dan seorang bermental korban. Individu yang depresif melihat masa depan penuh dengan keputusasaan dan tidak ada harapan.

Keyakinan-keyakinan ini memfokuskan perhatian terhadap aspek hidup yang negatif. Saat persepsi menjadi lebih terdistorsi, selective attention diarahkan pada kegagalan dan semua yang dilihat secara negatif. Orang yang depresi secara tidak sadar mengarahkan semua perasaannya kepada ketidakberdayaan. Pada tahun 1961 Beck mengembangkan inventori yang dinamakannya Beck Depression Inventory (BDI) yang memiliki 21 item yang menggunakan skala Likert, untuk melihat tingkat keparahan depresi. Inventori tersebut sangat banyak digunakan sebagai skala untuk mengukur depresi. BECK DAN ELLIS Perbedaan antara Beck dan Ellis sangatlah tipis dan terutama terletak pada teknik dan gaya terapi daripada pada perspektif mereka. Mereka memiliki keyakinan yang sangat mirip mengenai belief. Beck sepertinya memiliki perhatian utama mengenai proses pikiran tidak logis tertentu (misalnya, pikiran semua atau tidak sama sekali / all or nothing ) yang mengakibatkan gangguan emosi. Sedangkan Ellis tampaknya lebih focus pada pikiran tertentu yang seharusnya tidak terus menerus dipikirkan seseorang. Akan tetapi, teori Beck mengemukakan bahwa proses berasal dari keyakinan utama. Lebih lanjut, Beck secara kuat menentang untuk memberi tahu seseorang bahwa keyakinan irasional tertentu adalah sumber dari masalah mereka, karena bukan keyakinan itu sendiri namun bahwa keyakinan itu bersifat terlalu absolute, luas dan ekstrem pada diri seseorang. MENGATASI DEPRESI Beck memberikan penekanan pada pemahaman dan perubahan keyakinan utama sebagai suatu pendekatan dalam mengatasi depresi. Dengan merestrukturisasi pikiran dekstruktif, ia percaya bahwa perubahan positif dapat terjadi pada klien. Ia menekankan peran penting seorang terapis dalam

penanganan. Terapis terlibat membantu klien dalam penentuan tujuan realistis dan pengambilan tanggung jawab atas tindakan dan pikirannya. Dengan mengubah pikiran dan persepsi, suatu perubahan dapat terjadi pada respon perilaku dan emosi klien. Terapis membantu mengajarkan pada klien konsep tentang pikiran yang keliru (faulty thinking). Gagasan dan cara baru dikembangkan untuk melihat secara positif akan diri sendiri, pengalaman dan lingkungan sekitar. Terkadang tugas-tugas diberikan untuk membantu orang yang depresi untuk melihat kembali dan memahami dampak dari pikiran kelirunya terhadap kesejahteraan perilaku dan emosi. Ia kemudian mengembangkan Beck Scale for Suicidal Ideation, Beck Hopelessness Scale, Beck Anxiety Inventory dan Beck Youth Inventories untuk membantu mengatasi berbagai gangguan mental. CT DAN DEPRESI Telaah dan control terhadap depresi telah menjadi fokus utama Beck karena penelitian awalnya adalah lebih pada penjelasan psikoanalisa tentang depresi. Dalam kajian-kajian tersebut, ia menemukan bahwa klien yang depresi memiliki bias negatif pada pemahaman mereka tentang diri mereka sendiri, yang mengarahkan pada penerimaan diri yang rendah. Selanjutnya ia menemukan bahwa bias negatif juga mencakup dunia dan masa depan. Beck menyebut ketiga aspek ini sebagai cognitive triangle dan memahami bahwa kognisi negatif tentang seseorang, dunia dan masa depan akan menyebabkan depresi. Dua hal mendasar pada CT (dan REBT) adalah, pertama, pikiran dan perasaan adalah fenomena yang berbeda. Jika tangan kita secara tidak sengaja menyentuh kompor panas, kita merasa sensasi atau rasa terbakar. Kita kemudian akan berpikir, Kompor itu panas! Menurut ahli kognitif, perasaan bukanlah sesuatu yang dapat diperdebatkan. Perasaan adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan. Akan tetapi, bila orang yang sama ini berpikir bahwa ia akan mati, kita dapat mempertanyakan kebenaran akan pikiran ini.

Kedua, pikiran mengakibatkan perasaan atau emosi dan perilaku. Hal fundamental ini dapat digunakan ketika menemui seseorang yang mengatakan bahwa ia telah merasa sedih dan menangis selama lebih dari dua minggu. Terapis akan mengeksplorasi akan mengapa kesedihan itu muncul dengan menggali informasi, apa yang ia katakan pada dirinya berulang-ulang saat ia merasa sedih. Apa yang dipikirkannya? Beck menekankan pada identifikasi pikiran otomatis yang berulang-ulang yang mengakibatkan depresi. Pada contoh berikut, seorang klien mengalami masalah mood yang kronis. Terapis akan mengarah pada instruksi tentang hubungan antara pikiran dan low mood, dan menanyakan pada klien pikiran-pikiran yang hadir bersama dengan mood depresi tersebut. Klien mungkin merasa bahwa ia tidak berguna dan tidak baik. Yang paling penting dalam CT adalah membangun representasi yang lebih rasional tentang apa yang dipikirkannya. Fundamental ini juga dapat dinyatakan pada seorang klien dengan membuatnya berpikir dan mengatakan pada dirinya Saya tidak akan pernah merasa bahagia lagi dan kemudian menuliskan Perasaan ketidakberdayaan yang mengikutinya. Akan tetapi, jika klien berpikir, Saya akan menjadi bahagia lagi jika saya mengusahakannya, maka perasaan yang mengikuti adalah lebih melegakan dan membawa harapan. DEPRESSIVE SCHEMA Beck menyadari dengan baik bahwa pikiran otomatis dengan sendirinya bukan jawaban sepenuhnya dan bahwa klien datang untuk terapi dengan riwayat kekerasan, kemiskinan, pembiaran, atau ketidakstabilan. Riwayat ini membangun skema depresif yang diaktivasi kapanpun kejadian sensitif terjadi. Sebagai contoh, klien dapat menjadi sangat sensitif terhadap segala jenis kehilangan, karena pada masa kecilnya beberapa kehilangan ia alami, dan membekas baginya. Pengalaman ini mengawali riwayatnya membangun skema kognitif pada situasi kehilangan yang berulang, semakin intens, seiring berjalannya kehidupan. Misalnya, kehilangan salah satu orangtua bagi anak yang masih kecil adalah pemicu signifikan bagi kecemasan atau terjadinya mood depresi yang dapat mengarahkan pada perkembangan loss phobia. Kondisi

tersebut tidak dapat semata-mata ditangani dengan mendebat pikiran otomatis yang dipermukaan. DISTORSI PIKIRAN Beck secara esensi percaya bahwa distorsi dalam berpikir menyebabkan akibat gangguan emosi dan perilaku. Sehingga, kita perlu mengindentifikasi tidak hanya pikiran otomatis (misalnya, saya gagal) namun juga jenis distorsi yang muncul dalam pikiran otomatis tersebut. Hubungan antara pikiran otomatis dan distorsi dapat terlihat seperti contoh pada tabel berikut: AUTOMATIC THOUGHTS I m a failure She thinks I m unattractive Nothing I do works out Anyone can do this job it doesn t mean anything THINKING DISTORTION Mislabelling Mind reading All-or-nothing thinking Discounting positives TEKNIK a. Teknik Penurunan Vertikal (Vertical Descent) Beberapa pikiran negatif ternyata tidaklah benar. Jika seseorang mengatakan bahwa ia tidak akan berhasil mengajak perempuan muda karena ia takut perempuan itu akan menolaknya, sebenarnya, ini mungkin merupakan prediksi yang benar. Akan tetapi, apakah ia mungkin menolak tawaran pria itu terapis tidak tahu. Yang dilakukan terapis adalah menanyakan pada klien Apa artinya bagi kamu jika hal itu terjadi? Apa yang akan terpikirkan olehmu? Apa yang akan terjadi kemudian?

Skema vertical descent: Saya akan ditolak Saya adalah pecundang Saya tidak akan menemukan kekasih Saya akan selalu sendiri Saya tidak dapat bahagia jika saya sendiri Saya butuh orang lain untuk bisa bahagia b. Menilai probabilitas secara berurutan Dengan konstruksi diagram tersebut, klien diminta untuk menentukan probabilitas masing-masing item dalam penurunannya. Terapis menanyakan, seberapa probabilitas hal ini terjadi? Dari 0% - 100%? Sebagian besar dari item tidak dapat diperingkatkan baik 0% maupun 100%. Sehingga jika kamu mengajak perempuan ini berkencan, seberapa mungkin perempuan itu menolak? Jika klien menjawab 90% maka terapis melanjutkan dengan masing-masing pemikiran. Misalkan ke enam fraksi tersebut dinilai.80,.30,.40,.30,.50,.70. kemudian dikalikan maka akan mendapatkan angka 0.01001, bahwa 1 kemungkinan dari 100 bahwa semua pikiran tersebut adalah benar. Merupakan kemungkinan yang sangat tipis. Namun demikian, klien dapat menjawab kembali, Bagaimana jika saya adalah kemungkinan yang 1 itu?. Terapis dapat menjawab Apakah ada area dalam kehidupanmu dimana kamu dapat menerima

ketidakpastian? Bagaimana kamu mentoleransi area tersebut dan tidak pada hal ini? c. Teknik menebak pikiran Terkadang klien tidak mampu mengidentifikasi pikiran yang relevan. Mungkin saja emosi begitu kuat dimana berfokus pada pikiran menjadi sesuatu yang sangat sulit. Seseorang perlu untuk mampu merasakan bahwa pikiran tertentu ini terpasangkan dengan emosi yang tidak tepat yang dirasakannya. Terapis akan bertanya pada klien untuk menyebutkan apa yang menjadi pikiran yang sesuai dengan perasaan-perasaan tersebut. Terapis lalu mengatakan bahwa apakah mungkin kamu mengatakan hal-hal ini pada dirimu?. Di sini letak perbedaan Beck dengan Ellis, dimana pada Ellis terapis tidak menyuruh klien secara langsung untuk memikirkan hal yang membuat ia berpikir rasional ketika klien merasakan perasaan tertentu yang mengganggu.