daya dan kegiatan selaras dengan strategi organisasi. program SMK yang efektif hendaknya memenuhi syarat-syarat berikut ini.

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN 1 PENELITIAN SEBELUMNYA. No Peneliti Fokus Penelitian Hasil

ABSTRAK. Heru Cahyono NIM : S

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KOMITMEN PEGAWAI TERHADAP KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE (KPP

kinerja seperti hasil kinerja yang tinggi, employee turnover rate yang rendah

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang mendasari

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinannya. Pembahasan tentang kepuasan kerja karyawan tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada di setiap kegiatan organisasi. Organisasi atau perusahaan

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan biaya ketenagakerjaan. Demikian juga yang dikemukakan oleh

1

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat

Analisis interaksi motivasi...puji Lestari, FPsi UI, PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing

HOW TO LEAD? Pelatihan KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Bagi Para Kepala Sekolah SD. Yogyakarta, Juli 2009

BAB II KAJIAN TEORI. masyarakat sekitar dan lainnya) untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values

D. Statistik Deskriptif. Tabel 5 Statistik Deskriptif Variabel Gaya Kepemimpinan Transformasional Gaya Kepemimpinan Transformasional.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran utama dalam menentukan dinamika dari semua sumber yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebab tanpa memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas, mustahil

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi kinerja karyawan yang dimiliki. Kinerja karyawan adalah hasil

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian yang digunakan serta beberapa beberapa hipotesis penelitian. 1. Pengertian Gaya Kepemimpinan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kepemimpinan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Masih dari hasil penelitian Al-Ababneh (2010), tidak ada gaya kepemimpinan

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi

BAB I Pendahuluan. Mahasiswa sebagai calon intelektual muda atau yang sering disebut sebagai Agent of

Instrumen Kepemimpinan Transformasional. (Multifactor Leadership Questionnaire-MLQ)

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil studi PERC (Political and Economy Risk Consults)

BAB II LANDASAN TEORI. memotivasi pengikut mereka untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi,

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan adalah suatu tantangan yang harus dihadapi dan mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

Penulisan Ilmiah Jurusan Psikologi 2016

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sebagai tempat menyimpan uang, Bank juga menjadi sarana kredit bagi usaha yang

II. LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. pada bidang sumber daya manusia yang tidak lagi dianggap sebagai faktor

BAB I PENDAHULUAN Profil Perusahaan PT. Bravo Satria Perkasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. performa organisasi. Menurut Mangkuprawira (2007), kinerja adalah hasil

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bab 6 ini akan membahas mengenai simpulan, keterbatasan, implikasi dan saran pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mematuhi Undang-Undang Pertambangan, Regulasi Pengelolaan. prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini bila kita teliti dengan lebih seksama penyebabnya

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. heterogen terdiri dari penduduk asli, penduduk urbanisasi maupun imigran

BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk mendefinisikan

1. Peran individu dalam organisasi olahraga. 2. Menjelaskan tentang perilaku organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behaviour. Huang (2012) mengemukakan tiga kategori perilaku pekerja, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat menimbulkan menurunnya motivasi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. tentang Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Iklim Organisasi

Transkripsi:

20 pengukuran dan mengontrol kinerja dapat dilakukan, sehingga keputusan, sumber daya dan kegiatan selaras dengan strategi organisasi. Cascio (1992) dalam Ruky (2006) menyarankan bahwa agar sebuah program SMK yang efektif hendaknya memenuhi syarat-syarat berikut ini. a. Relevance: hal-hal atau faktor yang diukur adalah yang relevan (terkait) dengan pekerjaannya, apakah itu output, proses atau inputnya. b. Sensitivity: sistem yang digunakan harus cukup peka untuk membedakan antara karyawan yang berprestasi dan tidak berprestasi. c. Reliability: sistem yang digunakan harus dapat diandalkan, dipercaya bahwa menggunakan tolak ukur yang obyektif, shahih, akurat, konsisten dan stabil. d. Acceptability: sistem yang digunakan harus dapat dimengerti oleh karyawan yang menjadi penilai maupun yang dinilai dan menfasilitasi komunikasi aktif dan konstruktif antara keduanya. e. Practicality: semua instrumen, misalnya formulir yang digunakan harus mudah digunakan oleh kedua pihak Menurut Lawler (2003), efektivitas sistem manajemen kinerja dinilai berdasarkan dengan sejauh mana 17 tujuan khusus manajemen kinerja yang dicapai yaitu berikut ini. a. Memotivasi kinerja b. Membantu organisasi untuk mencapai tujuan c. Mengembangkan budaya yang berorientasi pada kinerja d. Mendukung upaya perubahan

21 e. Mendukung nilai-nilai organisasi f. Memberikan penilaian yang akurat tentang kinerja g. Memastikan komitmen staf untuk tujuan organisasi h. Menghubungkan kinerja individu untuk kinerja unit i. Memberikan umpan balik kinerja yang berguna untuk individu j. Mendukung strategi organisasi k. Skill dan pengetahuan individu berkembang l. Mengatasi kekhawatiran staf m. Memastikan waktu staf yang digunakan secara efisien n. Mengidentifikasi karyawan berbakat o. Memberi penghargaan karyawan yang berbakat. p. Mengidentifikasi staf yang berkinerja buruk q. Mengelola staf yang berkinerja buruk 3. Gaya Kepemimpinan Transformasional Stone, Russell dan Patterson (2004) menyatakan bahwa konsep kepemimpinan transformasional pertama kali dikemukakan oleh James McGregor Burns. Lebih lanjut, Stone et al. (2004) mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional tampak ketika para pemimpin mendorong pengikutnya untuk meningkatkan moral, motivasi, keyakinan, persepsi, dan koalisi dengan tujuan organisasi. Bass (2001) mengatakan bahwa pemimpin transformasional mengubah nilai-nilai pribadi pengikut untuk mendukung visi dan tujuan organisasi dengan mengembangkan suatu lingkungan di mana hubungan dapat dibentuk dan dengan membangun iklim kepercayaan.

22 Bass (2001) menegaskan bahwa kepemimpinan transformasional akan tampak apabila seorang pemimpin itu mempunyai kemampuan untuk hal berikut ini. a. Menstimulasi semangat para kolega dan pengikutnya untuk melihat pekerjaan mereka dari beberapa perspektif baru. b. Menurunkan visi dan misi kepada tim dan organisasinya. c. Mengembangkan kolega dan pengikutnya pada tingkat kemampuan dan potensial yang lebih tinggi. d. Memotivasi kolega dan pengikutnya untuk melihat pada kepentingannya masing-masing, sehingga dapat bermanfaat bagi kepentingan organisasinya. Berdasarkan hasil penelitian Gill, Fitzgerald, Bhutani, Mand, dan Sharma (2010), karakteristik dari pemimpin transformasional dapat dilihat dari hal berikut ini. a. Cara pemimpin mengidentifikasikan dirinya sebagai agen perubahan. b. Kemampuan mendorong keberanian dan pengambilan resiko. c. Memberi kepercayaan pada orang-orang (bawahan). d. Merasa sebagai pembelajar seumur hidup. e. Memiliki kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian. f. Terlihat sebagai seorang pemimpin yang visioner. Adapun karakteristik kepemimpinan transformasional menurut Stone et al. (2004) adalah sebagai berikut.

23 a. Idealized influence (or charismatic influence) Pemimpin memiliki karisma yang mampu mengendalikan bawahan, memahami visi dan misi, berpendirian kukuh, berkomitmen tinggi, konsisten dalam keputusan, menghargai bawahan dan menjadi role model yang dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh bawahannya. b. Inspirational motivation Pemimpin mampu menerapkan standar yang tinggi dan mendorong bawahan untuk mencapai standar tersebut, mampu membangkitkan optimisme dan antusiasme bawahan serta senantiasa memberikan inspirasi dan memotivasi bawahannya. c. Intellectual stimulation Pemimpin mampu mendorong bawahan menyelesaikan masalah dengan cermat dan rasional, mendorong bawahan menemukan cara baru yang lebih efektif dalam menyelesaikan masalah serta mampu menstimulasi bawahan untuk selalu kreatif dan inovatif. d. Individualized consideration Pemimpin mampu memahami perbedaan individual para bawahannya, mau dan mampu untuk mendengar aspirasi, mendidik, dan melatih bawahan, mampu memahami dan menghargai bawahan berdasarkan kebutuhan bawahan dan memperhatikan keinginan berprestasi dan berkembang para bawahan.

24 4. Komitmen Pegawai Komitmen organisasi merupakan sikap loyalitas pekerja secara terus menerus kepada organisasi untuk keberhasilan dan kesejahteraan organisasinya (Mowday, Steers dan Porter, 1979). Lebih lanjut, Mowday et al. (1979) menyatakan bahwa komitmen adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Menurut Zurnali (2010), komitmen merupakan perasaan yang kuat dan erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi dalam hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan nilai-nilai tersebut. Meyer, Allen dan Smith (1993) berpandangan bahwa komitmen merupakan sebuah keadaan psikologis yang mengkarakteristikkan hubungan karyawan dengan organisasi, dan memiliki implikasi terhadap keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan keanggotaan dalam organisasi. Lebih lanjut, Meyer et al. (1993) membagi komitmen organisasi atas tiga komponen, yaitu: afektif, normatif dan continuance. Mowday et al. (1979) menyatakan bahwa komitmen organisasi memiliki dua komponen, yaitu sikap dan kehendak bertingkah laku. Sikap mencakup: a) identifikasi dengan organisasi, b) keterlibatan dalam organisasi dan c) kehangatan, afeksi dan loyalitas terhadap organisasi. Kehendak untuk bertingkah laku meliputi a) kesediaan untuk menampilkan usaha, dan b) keinginan untuk tetap berada dalam organisasi.

25 C. Penelitian Terdahulu Beragam penelitian terdahulu telah dilakukan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai. Beberapa peneliti telah meneliti mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada organisasi privat. Misalnya, Ojokuku et al. (2012), Najundesswaraswamy dan Swamy (2014), Pranata (2013), dan Saka (2015), menemukan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Rosmiyati (2014) menemukan hasil yang berbeda. Rosmiyati (2014) menemukan bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada perusahaan swasta. Pada sektor publik beberapa peneliti telah meneliti pengaruh gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai, misalnya Nugraha (2013), Raharjo dan Nafsiah (2006), Sappe et al. (2014), dan Trang et al. (2013). Mereka menemukan bahwa, pada organisasi pemerintah, gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Penelitian Fajra (2011) dan Tongo (2014) menemukan hasil yang berbeda. Mereka menemukan bahwa, gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai pemerintah. Penelitian Thamrin (2012), Kuswandi et al. (2015), Nawawi (2012), Givens (2008), Dvir et al. (2002), Yu et al. (2008), dan Wang et al. (2011) menemukan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada organisasi swasta. Penelitian lainnya, dilakukan oleh Soni (2009), Budiwibowo (2013), dan Rizki (2015) yang meneliti pengaruh gaya kepemimpinan transformasional di pemerintah daerah dan perusahaan publik

26 dengan kinerja pegawai. Hasilnya, gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja pegawai pemerintah/bumn. Penelitian tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja di DJP juga pernah dilakukan, misalnya Astuti (2013). Astuti (2013) menemukan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Tumbol, Tewal dan Sepang (2014), menemukan bahwa gaya kepemimpinan otokratis, demokratik dan laissez faire berpengaruh terhadap kinerja pegawai pajak. Penelitian lain yang dilakukan oleh Seprina (2015) menemukan bahwa gaya kepemimpinan authentic terhadap kinerja pegawai pajak. Selanjutnya, Asmoko dan Lasahido (2013) meneliti hubungan gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap kinerja AR. Lebih lanjut, Asmoko dan Lasahido (2013) menyebutkan jika hubungan langsung gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap kinerja AR tidak kuat. Meskipun sudah banyak penelitian terdahulu pada organisasi privat dan organisasi pemerintah, namun hasil penelitiannya tidak konsisten. Misalnya, Ojokuku, Odetayo, dan Sajuyigbe (2012), Najundesswaraswamy dan Swamy (2014), Pranata (2013), Saka (2015), Nugraha (2013), Raharjo dan Nafsiah (2006), Sappe et al. (2014), dan Trang et al. (2013), Thamrin (2012), Kuswandi et al. (2015), Nawawi (2012), Givens (2008), Dvir et al. (2002), Yu et al. (2008), Wang et al. (2011), Soni (2009), Budiwibowo (2013), dan Rizki (2015), Astuti (2013), Tumbol et al. (2014) dan Seprina (2015) menemukan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja. Disisi lain, Fajra (2011), Rosmiyati (2014) dan Tongo (2014) menemukan bahwa gaya kepemimpinan tidak

27 berpengaruh terhadap kinerja. Hasil ini, menimbulkan ketidakkonsistenan hasil penelitian dan tidak sejalan dengan teori kinerja Gibson (2008). Beberapa peneliti juga telah mencoba mengaitkan antara kepemimpinan dengan implementasi sistem manajemen kinerja. Misalnya, Bush (2005) menyebutkan bahwa kepemimpinan yang teguh meminimalisir gagalnya implementasi sistem manajemen kinerja. Penelitian lain menyebutkan bahwa manajemen kinerja sangat tergantung pada kepemimpinan dalam hal dukungan dan manajemen perubahan (Jacobson dan Chrisinger, 2013). Cokins (2006) menyebutkan bahwa kepemimpinan berperan menentukan arah strategi dan memotivasi pegawai pada tujuan yang ingin dicapai dalam manajemen kinerja. Kurangnya pemahaman, komitmen dan partisipasi pimpinan dalam implementasi sistem manajemen kinerja merupakan hambatan dalam implementasi sistem manajemen kinerja (Kittredge, 2006). Penelitian mengenai komitmen dan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai swasta pernah dilakukan misalnya, Kashefi et al. (2013), Khyzer dan Tariq (2012), dan Trang et al. (2013). Mereka menemukan bahwa komitmen berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Sebaliknya, Fitriyah (2014) menemukan bahwa komitmen tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Pada sektor publik, Sappe et al. (2014) menemukan bahwa komitmen pegawai berpengaruh terhadap kinerja pada pegawai negeri sipil atau pegawai BUMN. Disisi lain, Warongan et al. (2014), dan Kurniawan (2011) menemukan bahwa komitmen tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Penelitian tentang komitmen pegawai DJP dan pengaruhnya terhadap kinerja juga telah diteliti oleh beberapa

28 peneliti. Misalnya, Sufari (2013), Krisnalia (2011), Kristin dan Sadjiarto (2013), dan Praptadi (2009) yang menemukan bahwa komitmen berpengaruh terhadap kinerja pegawai pajak. Meskipun sudah banyak penelitian terdahulu pada organisasi privat dan organisasi pemerintah, namun hasil penelitiannya tidak konsisten. Misalnya, Kashefi et al. (2013), Khyzer dan Tariq (2012), Trang et al. (2013), Sappe et al. (2014), Sufari (2013), Krisnalia (2011), Kristin dan Sadjiarto (2013), dan Praptadi (2009) yang menemukan bahwa komitmen berpengaruh terhadap kinerja. Namun sebaliknya, Kurniawan (2011), Fitriyah (2014) dan Warongan et al. (2014) menemukan bahwa komitmen tidak berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini telah menunjukan ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu terkait pengaruh komitmen pegawai terhadap kinerja. Terkait dengan sistem manajemen kinerja, Luthans (2006) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara komitmen karyawan dengan efektivitas sistem manajemen kinerja seperti hasil kinerja yang tinggi, employee turnover rate yang rendah dan persentase ketidakhadiran yang rendah. Peneliti lainnya, Maleka (2014) mengatakan bahwa untuk dapat membuat sistem manajemen kinerja berjalan efektif diperlukan komitmen yang kuat. Komitmen dapat menjadi sarana yang efektif dalam penerapan sistem manajemen kinerja (Wakhyudi, 2014). Penelitian tentang sistem manajemen kinerja mungkin jarang dilakukan di Indonesia. Namun, beberapa peneliti telah mencoba mengaitkan sistem manajemen kinerja dengan kinerja pegawai. Misalnya, Sahoo dan Jena (2012)

29 mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang akan membantu menjelaskan efek dari sistem manajemen kinerja pada perusahaan manufaktur. Lebih lanjut, Sahoo dan Jena (2012) menyebutkan bahwa sistem manajemen kinerja dapat memberikan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan ketika sistem tersebut mampu diimplementasikan dengan sukses. Peneliti lainnya, Maleka (2014) melakukan penilaian kritis terhadap efektivitas sistem manajemen kinerja dan keeratannya dengan tujuan organisasi. Lebih lanjut, Maleka (2014) mengatakan bahwa untuk dapat membuat sistem manajemen kinerja berjalan efektif, diperlukan kepemimpinan yang kuat dan komitmen dari karyawan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja pegawai DJP pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal individu (Tien, 2012). Lebih lanjut, Tien (2012) menyebutkan faktor internal yang berpengaruh antara lain: kemampuan intelektualitas, disiplin kerja, kepuasan kerja dan motivasi karyawan. Faktor eksternal meliputi gaya kepemimpinan, lingkungan kerja, kompensasi dan sistem manajemen yang terdapat dalam organisasi. Beberapa peneliti telah meneliti faktor internal pegawai DJP yang mempengaruhi kinerja pegawai, antara lain kompetensi pegawai (Harimawan, 2008), profesionalisme (Gani (2009), Sufari (2013), Kristin dan Sadjiarto (2013) dan Kurniawan (2015)), disiplin pegawai (Gani (2009) dan Umar (2016)), motivasi ( Gani (2009), Umar (2016), Palagi, Brasit dan Amar (2010), Krisnalia (2011) dan Tarigan (2011)), kepuasan kerja (Krisnalia (2011), Endrias (2014), Kurniawan (2015) dan Palagi et al. (2010)), dan stress kerja (Kristin dan Sadjiarto, 2013). Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja pegawai DJP antara lain; lingkungan atau iklim kerja

30 (Umar (2016), Kristin dan Sadjiarto (2013) dan Krisnalia (2011)), budaya organisasi (Endrias (2014), Praptadi (2009), dan Kencana (2009)), remunerasi atau insentif ( Palagi et al. (2010), Azis dan Niswah (2013) dan Tarigan (2011)), sistem pengukuran kinerja (Tarigan, 2011) dan pemberdayaan (Praptadi, 2009). Berdasarkan review penelitian terdahulu yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa meskipun sudah terdapat banyak penelitian tentang pengaruh gaya kepemimpinan dan komitmen terhadap kinerja namun masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Lebih lanjut, penelitian tentang pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja di DJP jarang dilakukan. Selain itu, penelitian tentang pengaruh efektifias sistem manajemen kinerja terhadap kinerja masih sangat minim. D. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Gibson (2008) menyebutkan bahwa kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor kepemimpinan. Aspek-aspek kepemimpinan yang meliputi kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai (Mahmudi 2010). Gaya kepemimpinan yang sejalan dengan reformasi birokrasi dan transformasi kelembagaan DJP yang menginginkan adanya paradigm baru serta perubahan visi dan misi adalah gaya kepemimpinan transformasional (Affandi 2014). Gaya kepemimpinan transformasional merupakan gaya pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara cara tertentu.

31 Kepemimpinan transformasional pada prinsipnya memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dari apa yang biasa dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan kepercayaan atau keyakinan diri bawahan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja. Kepemimpinan transformasional merupakan suatu proses kognitif individu dalam menafsirkan kemampuan pemimpinnya untuk memberikan inspirasi dan motivasi. Indikator kepemimpinan transformasional menurut Bass dalam Nawawi (2012) adalah idealised influence (pengaruh idealis), inspirational motivation (motivasi inspirasional), intellectual stimulation (stimulasi intelektual), individualized consideration (pertimbangan individu). Dalam penelitian, peneliti berargumen bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja. Alasannya adalah gaya kepemimpinan transformasional yang efektif dimungkinkan mampu meningkatkan kinerja pegawai melalui kemampuan pemimpin untuk mengendalikan bawahannya agar bekerja sesuai visi dan misi organisasi, pemberian motivasi dan inspirasi agar bawahan senantiasa optimis dan antusias dalam mencapai target kinerja yang ditentukan, pemberian stimulasi dan dorongan agar bawahan kreatif dan inovatif sehingga mampu menyelesaikan masalah dengan cermat, rasional dan efektif dan kemampuan pemimpin dalam membimbing, mendidik dan melatih bawahan sesuai dengan kebutuhan masingmasing bawahan secara individual. Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ojokuku et al. (2012), Wang et al. (2011), Tongo (2014), Trang et al. (2013), Najundesswaraswamy dan Swamy (2014), Thamrin (2012), Kuswandi et al. (2015), Budiwibowo (2014),

32 Givens (2008), Dvir et al. (2002), Yu et al. (2008), dan Nawawi (2012) menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Dari uraian tersebut maka hipotesis pertama disusun sebagai berikut: H1: Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja. 2. Pengaruh Komitmen Pegawai terhadap Kinerja Konsep tentang komitmen pegawai berkembang pada studi awal mengenai loyalitas individu yang diharapkan ada pada diri pegawai. Keterikatan kerja yang sangat erat merupakan suatu kondisi yang dirasakan para karyawan, sehingga menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap organisasi kerja yang dimiliki. Menurut Steers (1983), suatu bentuk ikatan kerja yang kuat bukan bersifat loyalitas yang pasif, tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan organisasi kerja yang memiliki tujuan memberikan segala usaha demi keberhasilan pelaksanaan tujuan organisasi. Lebih lanjut, karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi akan melakukan usaha maksimal demi tercapainya tujuan organisasi. Mowday et al. (1979) mengemukakan bahwa komitmen organisasi yang kuat akan mendorong para individu untuk berusaha lebih keras dalam mencapai tujuan organisasi. Sehingga komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan organisasi menjadi lebih baik lagi. Dalam penelitian, peneliti berargumen bahwa komitmen pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja. Alasannya adalah komitmen pegawai yang tinggi mampu meningkatkan kinerja melalui loyalitas yang tinggi terhadap institusi, motivasi kerja yang tinggi dan bersedia mengorbankan waktu, tenaga

33 dan pikiran lebih dari yang diharapkan untuk memastikan kinerja yang dicapainya sesuai dengan harapan organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Kashefi et al. (2013), Khyzer dan Tariq (2012), dan Trang et al. (2013), Sappe et al. (2014), Sufari (2013), Krisnalia (2011), Kristin dan Sadjiarto (2013), dan Praptadi (2009) menyimpulkan bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan. Dari uraian tersebut maka hipotesis kedua disusun sebagai berikut: H2: Komitmen pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja. 3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Efektivitas Sistem Manajemen Kinerja Kepemimpinan transformasional merupakan suatu proses kognitif individu dalam menafsirkan kemampuan pemimpinnya untuk memberikan inspirasi dan motivasi kepada karyawan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. Yukl (2009) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional sering didefinisikan bagaimana pemimpin memperkuat sikap saling kerjasama dan percaya diri secara kolektif, dan pembelajaran tim. Pemimpin dengan gaya transformasional membuat para karyawannya menjadi lebih menyadari kepentingan dan nilai dari pekerjaan serta membujuk karyawan untuk tidak mendahulukan kepentingan pribadi diatas kepentingan organisasi. Rajaguguk (2013) mengatakan bahwa sebaik apapun desain sistem manajemen kinerja di Kementerian Keuangan, jika tidak mendapatkan dukungan dari para pimpinan tidak akan memberikan hasil yang optimal. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting agar sebuah sistem manajemen kinerja

34 dapat diimplementasikan dengan sukses. Maleka (2014) mengatakan bahwa untuk dapat membuat sistem manajemen kinerja berjalan efektif diperlukan kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan berperan mendorong pemahaman pegawai dan mengawal evolusi sistem manajemen kinerja (Simamora, 2012). Beberapa peneliti telah mencoba mengaitkan antara kepemimpinan dengan implementasi sistem manajemen kinerja. Misalnya, Bush (2005) yang menyebutkan bahwa kepemimpinan yang teguh meminimalisir gagalnya implementasi sistem manajemen kinerja. Manajemen kinerja sangat tergantung pada kepemimpinan dalam hal dukungan dan manajemen perubahan (Jacobson dan Chrisinger, 2013). Temuan Cokins (2006) menyebutkan bahwa kepemimpinan berperan menentukan arah strategi dan memotivasi pegawai pada tujuan yang ingin dicapai dalam manajemen kinerja. Kurangnya pemahaman, komitmen dan partisipasi pimpinan dalam implementasi sistem manajemen kinerja merupakan hambatan dalam implementasi sistem manajemen kinerja (Kittredge, 2006). Dalam penelitian ini, peneliti berargumen bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem manajemen kinerja. Alasannya adalah gaya kepemimpinan transformasional yang efektif mampu meningkatkan efektivitas SMK. Pemimpin yang mampu mengendalikan bawahannya agar bekerja sesuai visi dan misi organisasi dimungkinkan mampu menghubungkan kinerja individu dengan kinerja organisasi melalui sistem manajemen kinerja. Pemimpin yang senantiasa memberi motivasi dan inspirasi membuat bawahan senantiasa optimis dan antusias dalam mencapai tujuan