BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu pekerjaan atau perencanaan. Mentri dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin sekolah tapi terbentur dengan biaya. Anak-anak banyak yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Penyusunan APBS seharusnya. dilakukan dalam waktu singkat sekitar satu bulan sebelum tahun

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

Analisis Perbedaan Persepsi Stakeholders Ters Atas Transparansi, Partisipasi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan seutuhnya serta masyarakat

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan.

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

B ab I P endahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan hak setiap warga negara (UUD 1945 Pasal 29)

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS TESIS

DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS

Pengawasan Bantuan Operasional Sekolah Berbasis Masyarakat

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR DI KOTA SALATIGA TAHUN 2011/2012. Donald Samuel Slamet Santosa

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat menuntut setiap negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA KEDIRI DINAS PENDIDIKAN Jl. Mayor Bismo No Telp. (0354) Fax. (0354) Kode Pos Kediri

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis

GAMBARAN UMUM BOS KETERKAITAN DENGAN RNCANA KERJA & ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tolak ukur suatu pemerintahan yang berkembang,

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Amandemen 2001) Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga negara

PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI)

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2017 Pusat Data Dan Statistik Pendidikan Dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

GARA-GARA GAK SEKOLAH JADI PUZZING DECH...

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat menambah potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang semakin ketat antar bangsa dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter di Amerika Serikat, menjadikan negara Indonesia juga

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Evaluasi Pelaksanaan Wajardikdas 9 Tahun

Desentralisasi fiskal merupakan kewenangan yang diberikan pemerintah. pusat kepada daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanannya

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

B. URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PENDIDIKAN

KEBIJAKAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DI KECAMATAN DARUL MAKMUR

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyelesaikan masalah ketidakefektifan dalam pengelolaan dana BOS,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010

ANALISIS EKUITAS ANGGARAN BELANJA PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan keberadaannya dalam menyediakan komponen-komponen. input pendidikan. Proses pembelajaran yang bermutu terjadi jika

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia saat ini menimbulkan persaingan yang semakin ketat antar bangsa dan dalam berbagai kehidupan. Untuk menghadapi persaingan tersebut maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan sumber daya yang berkualitas tersebut pada dasarnya adalah untuk menciptakan dan mengembangkan ilmu dan teknologi yang modern sebagai sarana mewujudkan suatu masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Di Indonesia, pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Namun, sampai saat ini masih banyak penduduk miskin yang memiliki keterbatasan akses untuk memperoleh pendidikan bermutu. Hal ini disebabkan antara lain karena mahalnya biaya pendidikan. Disisi lain, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar sembilan tahun. Konsekuensi dari hal tersebut maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs serta satuan pendidkan yang sederajat). Pasal 34 ayat 2 yang menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab Negara diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat Undang-undang tersebut adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar SD dan SMP serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Untuk itulah salah satu program pemerintah untuk menanggulangi angka buta huruf dan putus sekolah adalah bantuan operasional sekolah (BOS), yang menyediakan bantuan bagi sekolah dengan tujuan membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan meringankan beban bagi siswa yang lain dalam rangka mendukung pencapaian program wajib

belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Program BOS ini sudah dimulai sejak bulan Juli 2005. Pada tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan, dan orientasi program BOS, dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas. Melalui program ini, pemerintah pusat memberikan dana kepada sekolah-sekolah setingkat SD dan SMP untuk membantu mengurangi beban biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh orang tua siswa. BOS diberikan kepada sekolah untuk dikelola sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah pusat. Besarnya dana untuk tiap sekolah ditetapkan berdasarkan jumlah murid. Program BOS merupakan pengembangan lebih lanjut dari program jaring pengaman sosial (JPS) bidang pendidikan, yang dilaksanakan pemerintah pada kurun waktu 1998-2003, dan program kompensasi pengurangan subsidi BBM yang dilaksanakan dalam kurun 2003-2005 (Lisma,2013). Dengan program BOS, satuan pendidikan diharapkan tidak lagi memungut biaya operasional sekolah kepada peserta didik, terutama mereka yang miskin. BOS disalurkan kesemua satuan pendidikan yang menyelenggarakan program wajib belajar 9 tahun, baik negeri maupun swasta serta satuan pendidikan lainnya yang sederajat untuk membiayai kegiatankegiatan pendidikan. Melalui program BOS ini, pendapatan sekolah meningkat secara signifikan. Jumlah ini akan terus membesar seiring dengan upaya pemerintah (pusat maupu daerah) untuk terus meningkatkan anggaran pendidikan hingga mencapai 20% dari APBN/APBD, sebagaimana digariskan oleh Undang-Undang Dasar. Untuk Kota Padang menurut http://bos.kemendiknas.go.id, adapun besarnya penyaluran dana BOS tahun 2014/2015 di Kota Padang sebesar Rp 536.003.064.000,-. Menurut data Kota Padang dalam angka 2013, untuk Kota Padang sendiri angka melek huruf naik sebesar 0,01 persen dibandingkan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 99,50 persen. Rata-rata lama sekolah juga mengalami peningkatan sebesar 0,01 persen yaitu sebesar 10,91 persen di tahun 2010 menjadi 10,92 persen di tahun 2011. Namun sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa kondisi yang terjadi di Kota Padang masih jauh dari apa yang dicapai secara nasional. Hal ini tentu menjadi permasalahan yang harus dituntaskan oleh pemerintah Kota Padang. Apalagi masih tingginya angka kemiskinan di Kota Padang tahun 2011 diperkirakan sejumlah 51.000 atau sebesar 6 (enam) persen dari penduduk Kota Padang, akan menjadi berat bagi pemerintah untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun.

Program BOS ini secara tidak langsung mengatasi permasalahan yang muncul dalam proses pendidikan terkait dengan masalah pembiayaan pendidikan serta pemerataan pendidikan bagi semua kalangan masyarakat. Bentuk-bentuk penyalahgunaan dana alokasi BOS justru membuat tujuan umum dan tujuan khusus dari penggunaan dana BOS itu belum terlaksana dengan maksimal, sehinga dampaknya masih belum dirasakan oleh pihak sekolah maupun orang tua siwa. Penyalahgunaan ini bisa terjadi karena kurangnya kontrol dan transparansi dari pemerintah, masyarakat dan komite sekolah, sehingga diperlukan kontrol yang kuat agar penyalahgunaan bisa teratasi. Dana BOS yang semestinya digunakan untuk memperingan beban siswa miskin pada kenyataannya belum dapat mencakup keseluruhan jumlah siswa miskin di berbagai sekolah. Dari beberapa penelitian dan berbagai media massa banyak terjadi penyelewengan dari penggunaan dan pemanfaatan dana BOS ini, hal tersebut mengakibatkan penyaluran dana BOS belum sesuai degan tujuan yang diharapkan. Menurut Karding (2008), ada beberapa temuan penyalahgunaan dana BOS tersebut yang belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, hal ini dapat dijabarkan antara lain : 1) masih adanya siswa miskin yang tidak masuk dalam cakupan layanan BOS, sebagian siswa miskin tersebut masih dikenakan biaya pendidikan dalam proses belajar mengajar; 2) pada beberapa sekolah dana BOS digunakan dan diperuntukkan dengan prosentase yang cukup besar untuk pembayaran guru tidak tetap seharusnya bisa melalui anggaran pemerintah daerah atau alokasi dari anggaran pendapatan dan belanja daerah; 3) penggunaan dana BOS oleh sekolah yang selama ini tidak pernah melakukan musyawarah dengan orang tua atau wali murid termasuk dalam hal ini penyusunan RKAS, sebaliknya orang tua murid atau wali murid diundang oleh sekolah untuk berpartispasi memberikan bantuan kekurangan anggaran sekolah yang sudah ditetapkan oleh sekolah; 4) ketidak pedulian orang tua siswa dalam pengawasan dana BOS yang dikelola oleh sekolah yang bersangkutan, dalam beberapa kasus orang tua siswa tidak memahami bentuk BOS dapat menimbulkan kesalahpahaman antara pihak sekolah dan orang tua siswa. Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pembiayaan pendidikan melalui program BOS, apakah BOS yang sejak tahun 2005 telah diberikan oleh pemerintah secara langsung kepada setiap sekolah, apakah telah dilaksanakan secara optimal berdasarkan pedoman dan sesuai dengan tujuannnya dalam rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun seperti target MDGs Indonesia pada tahun 2015. Dengan demikian peneliti

mengangkat judul penelitian ini adalah Analisis Pelaksanaan Program BOS SD dan SMP Negeri di Kota Padang. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana dampak penggunaan dana BOS terhadap kualitas pendidikan melalui penyerapan dana BOS, jumlah nilai UAS untuk SD Negeri, nilai rata-rata UN untuk SMP Negeri, prosentase guru bersertifikasi per rombel, dan siswa per rombel, serta pemerataan pendidikan bagi siswa SD dan SMP dilihat dari APK dan APM di Kota Padang? 2. Bagaimana pelaksanaan program BOS SD dan SMP Negeri di Kota Padang sejak tahun 2009 sampai tahun 2014 dilihat dari akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi wali murid? 3. Kebijakan apa yang diperlukan untuk perbaikan program BOS dan pelaksanaannya dimasa yang akan datang? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini berttujuan untuk melihat kesesuaian antara penggunaan dana BOS dengan item-item penggunaan yang telah ditetapkan dalam buku panduan BOS. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Menganalisis sejauh mana dampak penggunaan dana BOS terhadap terhadap kualitas pendidikan melalui penyerapan dana BOS, jumlah nilai UAS untuk SD Negeri, nilai ratarata UN untuk SMP Negeri, prosentase guru bersertifikasi per rombel, dan siswa per rombel, serta pemerataan pendidikan bagi siswa SD dan SMP dilihat dari APK dan APM di Kota Padang; 2. Mengetahui pelaksanan program BOS di Kota Padang tahun 2009 sampai tahun 2014 dilihat dari akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat; 3. Merekomendasikan kebijakan untuk perbaikan pelaksanaan program BOS dimasa yang akan datang. 1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : Memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah Kota Padang dalam pelaksanaan program BOS yang lebih baik untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun; Adanya dana BOS pada pendidikan dasar, terutama yang menjadi bahasan dalam penelitian ini pada SD Negeri dan SMP Negeri akan memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa; Dengan melihat akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi dalam pengelolaan dana BOS akan memberikan hasil yang diharapkan dalam mengelola penggunaan anggaran BOS khususnya di SD dan SMP. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Analisis pelaksanaan program BOS di Kota Padang bersifat kualitatif yang difokuskan kepada akuntabilitas, transparansi, partisipasi dan hasil belajar melaui kuisioner yang diedarkan, kemudian pengolahan data penyerapan Dana BOS, jumlah nilai UAS untuk SD Negeri, nilai rata-rata UN untuk SMP Negeri, prosentase guru bersertifikasi per rombel, dan prosentase siswa per rombel memakai software SPSS 16.0. Pembahasan dalam penelitian yang bersifat kuantitatif adalah dengan menganalisis perkembangan akses dan pemerataan pendidikan di Kota Padang. Perkembangan akses pendidikan diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK), peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) di tingkat SD dan SMP sederajat, sedangkan peningkatan kualitas pendidikan dilihat berdasarkan rata-rata nilai ujian akhir nasional SD dan SMP negeri di Kota Padang. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan, maka penulisan tesis ini dibagi atas enam bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I. Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. BAB II. Tinjauan Pustaka, berisikan tentang berbagai teori yang berkaitan dengan penelitian, yang mengemukakan berbagai pendapat dan pernyataan para pakar dan ilmuwan, hasil penelitian terdahulu dan literatur yang mendukung penelitian.

BAB III. Metodologi Penelitian, menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel penelitian, data dan sumber data yang digunakan, metode pengumpulan data, populasi dan sampel serta metode analisis data. BAB IV. Deskripsi Daerah Penelitian, memberikan gambaran tentag keadaan umum daerah penelitian, antara lain kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi perokonomian dan kondisi pendidikan di Kota Padang. BAB V. Hasil dan Pembahasan, berisikan tentang hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan serta implikasi kebijakan yang diperlukan. BAB VI. Penutup, berisikan kesimpulan dan saran penelitian.