POLIMERISASI AKRILAMID DENGAN METODE MIXED- SOLVENT PRECIPITATION DALAM PELARUT ETANOL-AIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN PEMBUATAN POLIMETIL METAKRILAT (PMMA)

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

PENGARUH JUMLAH KATALISATOR, WAKTU REAKSI, DAN WAKTU ALIR GAS BITADIEN TERHADAP PEMBENTUKAN HYDROXYL TERMINATED POLYBUTADIENE (HTPB)

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

4. Hasil dan Pembahasan

TEKNIK POLIMERISASI (POL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas

INFO-TEKNIK Volume 8 No.1, JULI 2007(42-48) Penentuan Suhu dan Waktu Optimum Metanolisis Minyak Curah dengan Katalisator NaOH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan

Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

Bab III Metoda, Peralatan, dan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B T A CH C H R EAC EA T C OR

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

Laporan Praktikum Teknik Kimia I Sedimentasi

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKENA

4 Hasil dan Pembahasan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH RASIO ASAM SULFAT TERHADAP ASAM NITRAT PADA SINTESIS NITROBENZENA DALAM CSTR

15. Silverstein. RM., Bassler. GC dan Morill. TC., (1991), Spectrometric Identification of Organic Compound, Jhon willey & sons, Inc, New York, 5.

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Titik Leleh dan Titik Didih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prarancangan Pabrik Polistiren dari Stiren Monomer dengan Kapasitas ton/tahun Laporan Akhir BAB I PENGANTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur,

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA

PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

3.1 Alat dan Bahan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB I DISTILASI BATCH

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

LAMPIRAN A. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010.

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMODELAN KINETIKA REAKSI PROSES SULFONASI LIGNIN MENJADI NATRIUM LIGNOSULFONAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

PEMBUATAN RESIN PHENOL FORMALDEHYDE SEBAGAI PREKURSOR UNTUK PREPARASI KARBON BERPORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Katalis Pada Proses Esterifikasi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMs) Menjadi Biodiesel

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

SINTESIS STYRENE MENJADI POLYSTYRENE DENGAN METODE POLIMERISASI SUSPENSI

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

Bab III Metodologi Penelitian

SIFAT KIMIA DAN FISIK SENYAWA HIDROKARBON

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

KONSEP DASAR KIMIA ORGANIK YANG MENUNJANG PEMBELAJARAN KIMIA SMA GEBI DWIYANTI

contoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

Transkripsi:

PLIMERISASI AKRILAMID DENGAN METDE MIXED- SLVENT PREIPITATIN DALAM PELARUT ETANL-AIR Prima Astuti andayani Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Polimerisasi akrilamid dengan mekanisme radikal bebas menggunakan metode pengendapan merupakan reaksi polimerisasi adisi. Polimer mempunyai berat molekul yang tinggi, larut dalam air dan dapat menaikan viskositas air, sehingga polimer ini digunakan pada proses Enhanced il Recovery (ER). Penelitian ini bertujuan mempelajari variabel yang mempengaruhi reaksi polimerisasi dan berat molekul polimer yang dihasilkan. Polimerisasi akrilamid dilakukan didalam reaktor batch, pelarut etanol dimasukkan ke dalam reaktor dan dipanaskan sampai mencapai suhu tertentu kemudian ditambahkan inisiator kalium persulfat. Suhu dan kecepatan pengadukan selama proses dijaga tetap. uplikan diambil selang 15 menit dalam waktu 90 menit dan dianalisis dengan metode gravimetri. Peubah yang dipelajari meliputi suhu dan konsentrasi monomer. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa reaksi polimerisasi akrilamid dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi monomer. Pada kisaran peubah suhu 40-70 o, diperoleh berat molekul rata-rata polimer 87987,2 154885,6 gr/mol. Dan pada konsentrasi monomer 10-25 gr dalam 200 ml pelarut diperoleh berat molekul rata-rata polimer 101738,1 189926,7 gr/mol. Kata kunci : polimerisasi, akrilamid, adisi, poliakrilamid PENDAULUAN Poliakrilamid merupakan polimer sintesis yang dapat larut dalam air. Senyawa ini memiliki kegunaan yang cukup luas, antara lain sebagai flokulan dalam proses pemisahan fase padatan dan cairan. Saat ini, poliakrilamid memiliki kegunaan yang sangat penting dalam proses pengambilan minyak mentah dari dalam lapisan bumi (Kirk and thmer, 1958). Kebutuhan energi yang dirasakan semakin meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagian besar kebutuhan energi tersebut masih dipasok oleh energi yang berasal dari minyak dan gas bumi. Minyak bumi sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan memiliki keterbatasan dalam hal jumlah. Sementara itu pengambilan minyak dari dalam reservoir dengan cara primer maupun sekunder hanya mampu mengambil minyak sekitar 30 50% dari cadangan minyak keseluruhan. leh karena itu dikembangkan suatu usaha untuk meningkatkan perolehan minyak dari suatu reservoir, yang dikenal dengan Enhanced il Recovery (ER). Metode ini dilakukan dengan cara Prima Astuti : Polimerisasi Akliramid 69

menginjeksikan bahan-bahan yang tidak terdapat di dalam reservoir itu sendiri. Bahan yang diinjeksikan berupa polimer, yaitu ydrolyzed Partially Polyacrylamide (PAM) yang mempunyai berat molekul tinggi dan larut dalam air, sehingga polimer ini dapat digunakan pada proses Enhanced il Recovery. PAM yang digunakan untuk proses ER mempunyai berat molekul antara 2.10 6 10.10 6 gr/mol (Sorbie, 1991), dan diperoleh dari reaksi hidrolisis poliakrilamid. leh karena itu diperlukan suatu metode untuk memperoleh poliakrilamid,sehingga poliakrilamid dapat dihidrolisis menghasilkan PAM yang memenuhi syarat untuk ER. Akrilamid adalah senyawa organik yang merupakan bagian dari seri acrylic dan metacrylic amides yang paling sederhana dan paling penting karena memiliki kegunaan yang paling banyak. Akrilamid disebut juga 2 propenamida dan memiliki rumus bangun 2 =N 2. Polimerisasi akrilamid dengan bantuan radikal bebas ini akan menghasilkan poliakrilamid. (Kirk dan thmer, 1958). Poliakrilamid adalah suatu senyawa polimer sintesis yang memiliki nilai kelarutan dalam air tinggi dan memiliki banyak kegunaan penting, sehingga banyak dimanfaatkan dalam berbagai proses. Poliakrilamid memiliki rumus bangun : - 2-2 N 2 = n Proses polimerisasi terbagi atas polimerisasi kondensasi dan polimerisasi adisi. Polimer kondensasi adalah polimer yang terbentuk dari monomer fungsional dengan reaksi kondensasi dengan melepaskan beberapa molekul sederhana seperti air. Pada polimer kondensasi, unit yang berulang memilki struktur yang berbeda dengan komponen penyusunnya. Polimerisasi kondensasi memilki sifat bereaksi lambat dan bertahap. ontoh polimer kondensasi adalah poliamida. Sedangkan polimer adisi adalah polimer yang terbentuk dari monomer, dengan terlebih dahulu terjadi proses pembukaan ikatan rangkap tanpa harus kehilangan molekul-molekul yang sederhana. Unit yang berulang memiliki struktur yang sama dengan monomernya. Polimerisasi adisi berlangsung cepat dan serentak. ontoh polimer adisi adalah poliakrilamid (Flory, 1969). Polimerisasi dengan menggunakan radikal bebas, sangat dipengaruhi oleh suhu, nilai p, konsentrasi monomer dan media polimerisasi. Polimerisasi jenis ini merupakan polimerisasi yang paling sering dan umum dilakukan untuk menghasilkan poliakrilamid. Sepuluh sampai dua puluh persen larutan monomer akrilamid akan segera mempolimer dengan cepat dalam air dalam suhu 70 Vol. 8 No. 1 Juni 2010

rendah. Polimerisasi maksimum terjadi pada suhu 50 60 o. Pada suhu yang lebih tinggi, laju polimerisasi akan menurun karena terbentuknya reaksi samping (Kricheldorf, 1992). Polimerisasi akrilamid adalah reaksi adisi atau sering pula disebut reaksi rantai, yaitu reaksi yang berlangsung sangat cepat dan menghasilkan produk dengan berat molekul tinggi. Reaksi adisi ini membutuhkan inisiator yang akan membentuk pusat aktif tumbuhnya polimer. Inisiator yang sering dipakai adalah inisiator radikal bebas, anionic dan kationik. Inisiator lain yang dapat digunakan adalah panas, energi tinggi, gelombang ultrasonik. Pusat reaktif dari radikal, anion dan kation ini akan bereaksi dengan monomer dan bertumbuh dengan cepat sehingga ukuran molekul polimer bertambah besar. Berat molekul polimer relatif tetap selama polimerisasi meskipun konversi keseluruhan meningkat terhadap waktu reaksi (dian,1970). Poliakrilamid bersifat higroskopis dan memiliki stabilitas panas yang lebih baik dibandingkan dengan polielektrolit lainnya. Poliakrilamid larut dalam air membentuk larutan yang jernih. Sifat-sifat poliakrilamid dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sifat-sifat poliakrilamid Sifat-sifat poliakrilamid Bentuk Granular padat Warna Putih Densitas, g/ml (23 o ) 1,302 Kelarutan : Larut dalam air dan morpolin Tidak larut dalam alkohol, hidrokarbon, glikol, eter, ester dan tetrahidrofuran Sumber : Kirk-thmer (1958) Tahapan yang terjadi pada polimerisasi adisi radikal bebas sebagai berikut. Tahap inisiasi merupakan pembentukan radikal bebas dari suatu molekul yang diperlukan untuk tahap propagasi. Radikal dapat dihasilkan dari inisiator radikal. Kecepatan inisiasi relatif lambat tetapi berlanjut. Pada monomer vinil satu pasang elektron terikat antara dua atom karbon melalui ikatan sigma (σ) dan sepasang lagi membentuk ikatan pi (π). Radikal bebas menggunakan satu elektron dari ikatan π untuk membentuk ikatan yang lebih stabil dengan atom karbon lainnya (March, Jerry. 1979). Tahap propagasi merupakan tahap reaksi yang cepat karena radikal yang terbentuk menyerang molekul lain dan menghasilkan radikal baru. Monomer yang telah bereaksi dengan radikal bebas bereaksi dengan molekul lain sehingga terjadi perpanjangan rantai. Pada tahap terminasi ini terjadi proses pemutusan rantai. Terminasi terjadi karena reaksi penggabungan reaktan radikal yang membentuk molekul tunggal. Tahapan reaksi dari Prima Astuti : Polimerisasi Akliramid 71

polimerisasi adisi berakhir dengan cara disproporsionasi yaitu terbentuk dua produk yang berbeda atau dengan cara kombinasi. Tahap Reaksi Polimerisasi Akrilamida. Tahap Inisiasi: K + - S S - K + 2 K + - S Panas K + S + 2 K + S K + - S N 2 Tahap Propagasi + 2 K +- S N 2 N 2 N 2 N 2 N 2 + 2 N 2 n N 2 N 2 N 2 n+ 1 N 2 Tahap Terminasi Kombinasi 2 2 + 2 2 2 2 2 2 N 2 n N 2 N 2 N 2 m N 2 n N 2 N 2 N 2 m Disproporsionasi + N 2 n N 2 N 2 N 2 m (unkeler, D. 1991) + N 2 n N 2 N 2 N 2 m Polimer yang dihasilkan memiliki berat molekul dan viskositas yang tinggi, maka proses polimerisasi dilakukan pada larutan encer (10-20% Akrilamida dari total medium pereaksi). Polimerisasi Akrilamida dilakukan melalui radikal bebas menggunakan berbagai macam inisiator. Inisiator yang sering digunakan adalah garam persulfat atau pasangan redoks seperti persulfatmetabisulfit. Berbagai macam inisiator digunakan pada temperatur yang berbeda tergantung pada kecepatan dekomposisi inisiator. Kecepatan dekomposisi berhubungan dengan struktur inisiator dan radikal yang dihasilkan. Peningkatan konsentrasi monomer dalam larutan akan meningkatkan berat molekul poliakrilamida (dian, George. 1981). 72 Vol. 8 No. 1 Juni 2010

Polimerisasi adisi dibagi menjadi beberapa metode sebagai berikut (Sandler dan Karo, 1992): Polimerisasi curah, Polimerisasi emulsi, Polimerisasi pengendapan, Polimerisasi larutan, Polimerisasi suspensi, Fotopolimerisasi Untuk meningkatkan hasil, perlu ditinjau beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi hidrolisis seperti suhu dan konsentrasi zat pereaksi. Suhu mempengaruhi konstanta kecepatan reaksi sesuai dengan persamaan Arrhenius. Jika suhu semakin tinggi maka nilai kecepatan reaksi semakin tinggi pula. al ini menunjukkan makin besarnya tenaga kinetis yang dimiliki oleh molekul-molekul zat pereaksi, sehingga semakin banyak tumbukan antar molekul yang akan menghasilkan reaksi. Menurut Arrhenius, hubungan antara konstanta kecepatan reaksi dengan suhu mengikuti persamaan : k = A exp (-E/RT) (8) Konsentrasi zat pereaksi. Pemakaian konsentrasi zat pereaksi yang tinggi menyebabkan reaksi lebih cepat, sebab makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul-molekul zat pereaksi. Penentuan berat molekul polimer dilakukan dengan menggunakan persamaan Mark- ouwink-sakurada yang menghubungkan viskositas intrinsik dengan berat molekul : [ ] = Km. BM a (9) untuk poliakrilamid pada suhu 30 o dalam pelarut air dan rentang berat molekul 20000 500000, nilai Km = 6,31.10-3 dan nilai a = 0,8 (Flory, 1969; Bandrup dan Immergut, 1975). Sedangkan untuk rentang berat molekul 500000-6000000 Klein (1980), menyebutkan bahwa nilai Km = 7,19.10-3 dan a = 0,77 (Sorbie, 1991). Viskositas intrinsik dicari dengan persamaan sebagai berikut (Bandrup dan Immergut, 1975) : η lim c 0 η red lim c 0 η η η.c o o (10) Nilai [ ] larutan polimer merupakan kemampuan molekul polimer untuk meningkatkan viskositasnya. al ini tergantung pada bentuk dan ukuran polimer. Untuk molekul polimer linier seperti poliakrilamid, kenaikan [ ] akan diikuti dengan kenaikan berat molekul. Billmeyer (1962), menyebutkan bahwa viskositas intrinsik dapat pula ditentukan secara eksperimental, dengan menggunakan persamaan uggins, Prima Astuti : Polimerisasi Akliramid 73

ηsp 1 2 ηred η k η c (11) c atau dengan persamaan Kraemer, ln η rel 11 2 η k η c (12) c η dimana, ηrel (13) η o METDE Bahan Penelitian : Monomer akrilamid ( 2 =N 2 ), kalium persulfat (K 2 S 2 8 ), sebagai inisiator, etanol( 2 5 ), sebagai pelarut pada proses polimerisasi, metanol ( 3 ), sebagai pencuci monomer, hidroquinon (1% dalam pelarut etanol), sebagai inhibitor pada proses polimerisasi dan aquades sebagai pelarut. Alat : Reaktor, pemanas, termometer, pengaduk, pendingin balik, viscosimeter ostwald, botol timbang, timbangan analitik. Jalannya Penelitian : Monomer akrilamid dengan berat tertentu dan 200 ml pelarut etanol-air dimasukkan dalam labu leher tiga. ampuran dipanaskan sampai suhu yang diinginkan dan diaduk dengan kecepatan konstan. Jika suhu operasi telah tetap, inisiator dengan berat tertentu dimasukkan ke dalam labu reaksi. Perhitungan dimulai pada waktu inisiator dimasukkan kedalam reaktor sebagai t=0, polimerisasi dilakukan selama 90 menit. Variasi suhu pada interval 40 70 o. Variasi konsentrasi monomer akrilamid 10-25 gr dlm 200 ml pelarut etanol-air. ASIL DAN PEMBAASAN Polimerisasi akrilamid pada penelitian ini menggunakan metode pengendapan, sebagai pelarut digunakan etanol-air dan insiator kalium persulfat. Polimerisasi metode pengendapan memiliki keuntungan berupa kemudahan dalam pemisahan polimer yang terbentuk dari larutan. Peubah yang diamati adalah suhu pada kisaran 40-70 o dan konsentrasi monomer akrilamid 10-25 gr dalam 200 ml pelarut. Kisaran suhu tertinggi pada penelitian ini diambil pada 70 o, dikarenakan titik didih pelarut etanol 78,3 o, sehingga diambil dibawah titik didihnya agar tidak banyak etanol yang menguap. Pengaruh suhu divariasikan pada kisaran 40-70 o dengan kenaikan suhu 10 o, waktu reaksi 0 90 menit dengan beda waktu 15 menit, sedangkan variabel yang lain dibuat tetap yaitu 74 Vol. 8 No. 1 Juni 2010

Konversi (%) Konversi (%) konsentrasi awal monomer 15 gr dalam 200 ml pelarut dan konsentrasi inisiator 3 gr dalam 200 ml pelarut. asil penelitian pengaruh suhu terhadap konversi disajikan pada gambar 1. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa pada waktu yang tetap, dengan semakin tingginya suhu maka konversi juga semakin meningkat. Kenaikan suhu mengakibatkan tenaga kinetis molekul pereaksi juga meningkat dan makin banyak molekul-molekul memiliki tenaga diatas tenaga pengaktifnya, sehingga tumbukan antara molekul-molekul pereaksi menghasilkan reaksi kimia semakin meningkat. Dari grafik dapat dilihat juga bahwa laju polimerisasi naik dengan cepat ketika radikal terbentuk dan selanjutnya relatif konstan hingga monomer habis bereaksi. 80 70 60 50 40 30 20 10 60o 50o 70o 40o 0 0 15 30 45 60 75 90 105 waktu (menit) Gambar 1. ubungan konversi akrilamid dengan waktu reaksi pada berbagai suhu asil penelitian pengaruh konsentrasi awal monomer terhadap konversi disajikan pada gambar 2. Konsentrasi awal monomer divariasikan pada kisaran 10 25 gr dalam 200ml pelarut, waktu reaksi 0 90 menit dengan beda waktu 15 menit, sedangkan variabel yang lain dibuat tetap yaitu suhu reaksi 50 o dan konsentrasi inisiator 3 gr dalam 200 ml pelarut. Kisaran konsentrasi monomer diambil 10 25 gr dalam 200ml pelarut, adalah kisaran yang bisa dilakukan pada skala laboratorium. Pada gambar 2. dapat dilihat bahwa pada waktu reaksi tetap, kenaikan konsentasi monomer diikuti pula dengan kenaikan konversi. Fenomena ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi monomer maka laju polimerisasi juga semakin meningkat. 25 20 15 10 10 gr 15 gr 20 gr 25 gr 5 0 0 15 30 45 60 75 90 105 waktu (menit) Gambar 2. ubungan konversi akrilamid dengan waktu reaksi pada berbagai konsentrasi monomer. Prima Astuti : Polimerisasi Akliramid 75

BM polimer(gr/mol).10^-3 BM polimer(gr/mol).10^-3 Penentuan berat molekul polimer dilakukan dengan pengukuran viskositas larutan polimer dalam pelarut air. Viskositas larutan polimer diukur dengan viscometer tipe stwald, Fenske atau Ubbelohde (Flory,1953). ubungan berat molekul polimer dengan viskositas intrinsik sesuai persamaan (12). Nilai viskositas instrinsik [ ] larutan polimer merupakan kemampuan molekul polimer untuk meningkatkan viskositasnya. Nilai [ ] diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi hubungan antara viskositas reduksi atau inherent viscosity larutan polimer dengan konsentrasi polimer, yang ditunjukkan pada perpotongan kurva dengan konsentrasi polimer sama dengan 0. Pada penelitian ini berat molekul poliakrilamid pada variasi suhu disajikan dalam bentuk grafik maka diperoleh gambar 3. Berdasarkan gambar 3. dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu, maka berat molekul polimer ada kecenderungan semakin tinggi. Kenaikan suhu mengakibatkan tumbukan antara molekul-molekul pereaksi semakin tinggi, sehingga tenaga kinetis molekul pereaksi juga meningkat. Dengan demikian semakin tinggi suhu maka berat molekul rata-rata polimer semakin tinggi. 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 5 10 15 20 25 30 [M] (gr/200ml pelarut) Gambar 3. ubungan berat molekul poliakrilamid pada berbagai suhu asil pengamatan berat molekul polimer pada berbagai konsentrasi monomer disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 4. 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 30 40 50 60 70 80 Suhu (o) Gambar 4. ubungan berat molekul poliakrilamid pada berbagai konsentrasi awal monomer 76 Vol. 8 No. 1 Juni 2010

Pada gambar 4. menunjukkan bahwa semaikin besar konsentrasi awal monomer, maka berat molekul polimer semakin meningkat. Semakin besar konsentrasi awal monomer maka derajat polimerisasi semakin tinggi, sehingga berat molekul besar. asil perhitungan berat molekul polimer pada berbagai suhu dan konsentrasi monomer menunjukkan bahwa berat molekul polimer yang dihasilkan berada kisaran 87987,2 189926,7 gr/mol. Nilai ini masih berada dalam rentang berat molekul yang diijinkan yaitu 20000 500000, sehingga persamaan Mark-ouwinksakurada beserta tetapannya dapat digunakan dalam penelitian ini. Berat molekul polimer yang dihasilkan dari polimerisasi dengan metode pengendapan lebih rendah dibandingkan dengan metode larutan, hal ini disebabkan pada polimerisasi larutan rantai polimer yang terbentuk lebih panjang dibandi6ngkan dengan polimerisasi pengendapan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Reaksi polimerisasi dipengaruhi oleh suhu reaksi, konsentrasi awal monomer. Semakin tinggi suhu, laju reaksi polimerisasi akan bertambah cepat, hal ini ditandai dengan kenaikan konversi akrilamid; Semakin besar konsentrasi monomer maka konversi akrilamid semakin besar. Semakin tinggi suhu maka semakin besar nilai berat molekul rata-rata poliakrilamid; Semakin besar konsentrasi monomer, berat molekul rata-rata polikrilamid semakin besar Pengaruh variasi suhu pada kisaran 40 70 o diperoleh polimer dengan berat molekul ratarata poliakrilamid 87987,2 154885,6 gr/mol; Pengaruh variasi konsentrasi monomer kisaran 10 25 gr dalam 200 ml pelarut diperoleh berat molekul rata-rata polimer 101738,1 189926,7 gr/mol. Saran Setelah melakukan penelitian ini dapatlah disarankan untuk penelitian selanjutnya, yaitu untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti pada penentuan berat molekul polimer sebaiknya pada waktu pengukuran viskositas larutan polimer menggunakan viskosimeter ASTM. DAFTAR PUSTAKA Billmeyer. 1962.Textbook of Polymer Science. New York : John Wiley and Sons. Bandrup, J.,Immergut,E.. 1975. Polymer andbook. Second Edition. Interscience Publisher. New York.: John Wiley and Sons. Flory, P.J. 1969. Principles of Polymer hemistry. Seventh Edition. Ithaca : ornell University Press. Prima Astuti : Polimerisasi Akliramid 77

Kirk, G.W., and thmer, D.F. 1978. Encyclopedia of chemical Technology. Third Edition. vol 1. pp 298 311. 312 330. New York: John Wiley and Sons. Kricheldorf, S.G., and Malkin, A. 1997. Rheokinetics of Free Radical Polymerization of Acrylamide in An Aqueous Solution. Polymer Engineering and Science. 37. 1331-1340. dian, G. 1970. Principle of Polymerization. New York : Mc. Graw ill Book ompany. Rudin,A.1982. The Element of Polymer Science and Engineering. London : Academic Press Inc. Sandler, S.R.and Karo, W, 1992. Polymer Syntheses. vol 1. pp 420 445. San Diego : Academic Press. Inc. Solomons, Graham. 1980. rganic hemistry. Edisi ke 2. New York : John Wiley & Sons. Sorbie, K.S. 1991. Polymer Improved il Recovery. vol 1. London : Blackie and Sons Ltd. 78 Vol. 8 No. 1 Juni 2010