Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI

BAB 3 PEMODELAN 3.1 PEMODELAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

Bab 5 Pengujian dan Pengolahan Data

BAB III PEMODELAN ALIRAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini PT Pupuk Sriwijaya memiliki 4 pabrik yaitu Pusri IB

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

Bab 3 Pengenalan Perangkat Lunak FLUENT

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN

TUGAS SARJANA BIDANG KONVERSI ENERGI SIMULASI ALIRAN FLUIDA DALAM PROSES PEMBAKARAN NATURAL GAS PADA COMBUSTION CHAMBER

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

Kaji Numerik Aliran Jet-Swirling Pada Saluran Annulus Menggunakan Metode Volume Hingga

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch.

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut :

Bab 4 Prosedur Pengujian, Pengambilan Data, dan Pengolahan Data

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 612

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

III. METODOLOGI PENELITIAN

Oleh: STAVINI BELIA

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK

Studi Eksperimen Burner Type Partially Premixed Dengan Bahan Bahan Bakar Syngas Biomassa Serbuk Kayu Dengan Variasi Diameter Outlet Bahan Bakar

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

BAB III METODOLOGI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

BAB 3 METODOLOGI. 40 Universitas Indonesia

Bab III Aliran Putar

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Studi Numerik Distribusi Temperatur dan Kecepatan Udara pada Ruang Keberangkatan Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

KAJIAN NUMERIK ATOMISASI DAN PEMBAKARAN PADA COAL WATER MIXTURE MENGGUNAKAN INJEKTOR TYPE AIR ASSISTED SPRAY INJECTOR DAN SWIRLER UDARA

keterangan: G k : gradien kecepatan dalam energi kinetik turbulensi (m 2 det -1 ) G b : bouyansi dalam energi kinetik turbulensi (m 2 det -1 )

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

STUDI EKSPERIMEN dan NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KARAKTERISTIK BOUNDARY LAYER MELINTASI BUMP (Re = 21000)

BAB IV PROSES SIMULASI

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Bab VI Hasil dan Analisis

SIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

STUDI NUMERIK VARIASI TURBULENSI MODEL PADA ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER)

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

specific density of particulate 1.8 Efficiency yang diperlukan adalah 90% untuk Partikel < 1.0 micron

Bab 2 Tinjauan Pustaka

SIMULASI NUMERIK ALIRAN FLUIDA PADA TINGKAT PERTAMA KOMPRESOR DALAM INSTALASI TURBIN GAS DENGAN DAYA 141,9MW MENGGUNAKAN CFD FLUENT 6.3.

METODOLOGI PENELITIAN

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

BAB III METODE PENELITIAN

SIMULASI DUA DIMENSI KARAKTERISTIK ALIRAN PADA BLADE UNTUK DESAIN NOZZLE DAN BLADE TURBIN UAP TIPE IMPULS SATU TINGKAT

KAJIAN EKSPERIMEN DAN NUMERIK PADA SPOT COLLING MENGGUNAKAN VORTEX TUBE (PENGARUH TEKANAN TERHADAP TEMPERATUR OUTLET)

SIMULASI KARAKTERISTIK ALIRAN DAN SUHU FLUIDA PENDINGIN (H 2 O) PADA TERAS REAKTOR NUKLIR SMR (SMALL MODULAR REACTOR)

BAB III PERBAIKAN ALAT

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Macam Aliran : Berdasarkan Cara Bergerak Partikel zat cair :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir dibawah ini;

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN PADA TUJUH SILINDER VERTIKAL DENGAN SUSUNAN HEKSAGONAL DALAM REAKTOR NUKLIR MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM FLUENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

Analisis Aliran Fluida Dinamik Pada Draft Tube Turbin Air

SKRIPSI SIMULASI ALIRAN FLUIDA YANG MELEWATI KATUP TEKAN BERBENTUK PLAT DATAR PADA POMPA HIDRAM DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM FLUENT

Transkripsi:

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi 4.1 Pertimbangan Awal Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk membakar gas hasil gasifikasi. Di dalam pembakar (burner), gas dicampur dengan udara agar gas memperoleh oksigen untuk melakukan proses pembakaran. Hal ini menyebabkan ketika campuran gas dan udara tersebut dipantik (diberikan api), gas tersebut akan terbakar. Dalam perancangan sebuah pembakar (burner), pemasukan udara yang baik harus diperhatikan. Bukaan yang disediakan untuk pemasukkan udara harus mampu membuat udara pembakaran masuk dalam jumlah yang berlebih untuk memastikan semua gas terbakar habis. Selain itu, gas hasil gasifikasi harus dapat tercampur dengan baik di dalam pembakar (burner) agar dapat tercapai pembakaran sempurna. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan letak pemasukan udara. Sebagai bahan perbandingan awal dan pertimbangan awal masukan untuk data rancangan pembakar (burner) yang baru, digunakan pembakar (burner) milik Willy Adriansyah sebagai pembakar (burner) acuan. Seperti yang terlihat pada gambar 4.1, pembakar (burner) dirancang cukup panjang yaitu 400 mm dengan diameter 95 mm. Pembakar (burner) dibuat panjang agar diperoleh waktu yang cukup bagi gas untuk bercampur dengan udara pembakaran. Perancangan pembakar (burner) yang baru akan dilakukan dengan memakai bantuan perangkat lunak FLUENT 6.2 untuk memudahkan dalam perancangan. Selain itu, terlebih dahulu dilakukan beberapa kali percobaan proses pembakaran gasifikasi sekam padi menggunakan pembakar (burner) gasifikasi sekam padi milik Willy Adriansyah. Kemudian pembakar (burner) gasifikasi sekam padi yang sudah ada tersebut dianalisa kembali dengan menggunakan perangkat lunak FLUENT. 35

Kekurangan dan kelebihan dari pembakar (burner) milik Willy Adriansyah dipakai sebagai bahan dasar perbandingan dan masukan untuk data perancangan pembakar (burner) yang baru. Pada perancangan pembakar (burner) yang baru, akan diperhatikan untuk membuat gas dan udara berada dalam keadaan turbulen sehingga akan benar-benar terbentuk campuran gas dan udara. Pembuatan aliran turbulen ini akan dilakukan dengan perancangan sistem saluran masuk udara dan gas yang berbeda. Selain itu, pembuatan aliran turbulen dapat juga dilakukan dengan menggunakan bantuan swirler. Selain itu, pembakar (burner) akan dirancang menjadi lebih panjang agar aliran dapat menjadi turbulen sempurna sehingga diharapkan proses pencampuran oksigen dan bahan bakar yang terjadi akan lebih baik. 4.2 Data-Data Acuan 4.2.1 Data Reaktor Gasifikasi Pengujian terhadap reaktor gasifikasi yang akan dipakai telah dilakukan dengan menggunakan bahan bakar sekam padi. Data-data yang didapatkan dapat dilihat pada tabel 4.1. 4.2.2 Data Pembakar (Burner) Acuan Kedua pengujian yang dilakukan menggunakan pembakar (burner) yang sama, yaitu pembakar (burner) milik Willy Adriansyah. Pembakar (burner) tersebut memiliki bentuk dan ukuran seperti yang terdapat pada Gambar 4.1, sedangkan data hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.1. Satuan yang digunakan dalam gambar 4.1 adalah mm. Bagian yang ditebalkan pada tabel 4.1 adalah yang akan dibandingkan dengan rancangan dari pembakar (burner) yang baru. 36

Gambar 4.1 Dimensi dari Pembakar (Burner) Acuan Tabel 4.1 Data Hasil Gasifikasi Sekam Padi Sifat Sekam Padi Massa jenis 0.7415 kg/m3 Viskositas kinematik 3.4372E-06 m2/s Kecepatan masuk gas 14 m/s Kecepatan udara masuk 3 m/s LHV gas 2532.6 kj/kg Temperatur gas masuk 500 K Temperatur burner 900 K Fraksi Mol: CH4 0.020242 CO 0.160854 H2 0.05096 N2 0.578547 O2 0.021583 CO2 0.167814 Efisiensi burner 33 % Daya keluaran burner 8.348 kw Warna Api Biru Kemerah-merahan 37

4.3 Pemodelan 4.3.1 Pemodelan Pembakar (Burner) Acuan 4.3.1.1 Pemodelan dengan GAMBIT Pembakar (burner) acuan ini didesain dengan menggunakan GAMBIT dengan batas (boundary) seperti yang terdapat pada Gambar 4.2 Gambar 4.2 Rancangan pada GAMBIT dengan Tiap Batas Sedangkan kondisi batas (boundary conditions) yang dipilih untuk masing-masing batas adalah: Udara Masuk: Mass Flow Inlet, karena fluida kerja adalah zat kompresibel (udara) dengan laju aliran diketahui. Gas Masuk: Mass Flow Inlet, karena fluida kerja adalah zat kompresibel (gas) dengan laju aliran diketahui. 38

Keluaran: Pressure Outlet, karena yang diketahui hanyalah tekanan statik pada sisi keluaran. Setelah menentukan masing-masing kondisi batas, volume kemudian dilakukan mesh dengan metode top down, yaitu dengan langsung melakukan meshing volume. Meshing yang dilakukan adalah dalam bentuk Tet/Hybrid dengan interval size 4. Hasil meshing dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Hasil Meshing 4.3.1.2 Pemodelan dengan FLUENT Setelah tiap-tiap kondisi batas didefiniskan, langkah selanjutnya adalah melakukan pemodelan pembakaran dengan FLUENT. Kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan: Aktifkan energy equation. 39

Pilih model model turbulensi k standar, karena aliran diasumsikan turbulen. Pilih parameter solver segregated dengan keadaan waktu steady. Model pembakaran yang dipilih adalah species transport dengan metode eddydissipation, karena merupakan pembakaran gas. Bila menggunakan composition PDF transport, komputer tidak akan mampu untuk memproses karena keterbatasan memori. Pemilihan material (fluida). Untuk jenis species transport, pemilihan material akan tampak seperti pada gambar 4.4 Gambar 4.4 Tampilan Material untuk Species Transport - Pada bagian species, masukkan gas hasil gasifikasi, yaitu: CH 4, CO, H 2, H 2 O, O 2, CO 2 N 2. - Pada bagian reaction, masukkan reaksi pembakaran yang akan terjadi, yaitu: 1. CH 4 + 2 O 2 + 7,52 N 2 CO 2 + 2 H 2 O + 7,52 N 2 2. CO + 0,5 O 2 + 1,88 N 2 CO 2 + 1,88 N 2 3. 2 H 2 + O 2 + 3,76 N 2 H 2 O + 3,76 N 2 40

- Pada bagian density, masukkan ideal gas karena fluida (udara/gas) diasumsikan adalah gas ideal, tetapi tidak kompresibel. - Pada bagian Cp, masukkan mixing-law, yaitu sesuai prinsip proses pembakaran/pencampuran. Pemilihan Kondisi Batas (Boundary Condition): 1. Untuk gas masuk: - Masukkan harga laju aliran massa (mass flow inlet) sebesar: 0,7415 0,035.. 14 3 4 0,01 - Masukkan masing-masing fraksi massa gas - Masukkan arah aliran menjadi normal to boundary (searah sumbu) - Masukkan temperatur gas 500 K - Masukkan Intensitas turbulensi menjadi: 1/ 8 I = 0,16(Re) [%] dengan: Re =., I = 4,8%, - Masukkan diameter hidrolik 3,5 cm 14255 2. Untuk udara masuk - Masukkan harga laju aliran massa (mass flow inlet) sebesar: 1,1641,.. 2 0,0055 - Masukkan masing-masing fraksi massa udara dengan komposisi 0.23 untuk O 2, 0,76 untuk N 2, 0,005 masing-masing untuk H 2 O dan CO 2 (Udara standar). - Masukkan arah aliran menjadi normal to boundary (searah sumbu) - Masukkan Intensitas turbulensi menjadi: 1/ 8 I = 0,16(Re) [%] dengan 41

: Re =.,, 6920 I =5,3% - Masukkan Diameter Hidrolik sebesar 5,5 cm 3. Untuk keluaran - Asumsikan jika ada aliran balik (backflow), temperaturnya 1500 K - Asumsikan arah aliran balik adalah ke segala arah (Sumbu x,y,dan z) - Asumsikan intensitas turbulensi aliran balik adalah sebesar 7% (Lebih besar daripada gas masuk dan udara masuk) - Masukkan diameter hidrolik (hydraulic diameter) sebesar 9,5 cm Setelah semua parameter telah dimasukkan, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan iterasi dan setelah konvergen, akan didapatkan hasil yang akan digunakan sebagai evaluasi. 4.3.2 Evaluasi Hasil Pemodelan Pembakar (Burner) Acuan Hasil dari pemodelan pembakar (burner) dapat dilihat pada Gambar 4.5. Pada gambar, terlihat bahwa pembakar (burner) tersebut kurang efektif karena temperatur yang tinggi terdapat pada daeah awal saja, bahkan temperatur cenderung menurun hingga ujung temperatur menjadi berkisar antara 600-700 K dan bervariasi. Kekurangan dari rancangan ini adalah turbulensi yang terjadi tidak maksimum, karena pola aliran pembakaran tidak memusar (swirl) seperti yang terlihat pada Gambar 4.5.a. Karena itu, perlu dirancang suatu mekanisme agar aliran dapat menjadi lebih turbulen serta gas dan udara dapat tercampur secara sempurna. Dengan kata lain, perlu dirancang mekanisme seperti premixed burners. Salah satu caranya adalah pembakar (burner) perlu dirancang lebih panjang sehingga campuran gas dan udara dapat terbentuk sebelum dipantik. Selain itu,bisa juga ditambahkan swirler untuk memusar aliran. 42

(a) (b) Gambar 4.5 Hasil Pemodelan. (a) Pola Aliran (b) Pola Temperatur (z = 0) 43

4.3.3 Pemodelan Pembakar (Burner) Baru Setelah mengevaluasi kinerja pembakar (burner) acuan berdasarkan hasil pemodelan, maka dipilih beberapa perbaikan: 1. Pembakar (burner) dirancang lebih panjang (120 cm) dan memiliki diameter lebih besar (12 cm). 2. Pemisahan antara saluran masuk udara dan saluran gas, tidak saling menghimpit agar udara dapat berpusar dan menghasilkan campuran yang baik ketika bertemu gas. Saluran gas masuk dengan menggunakan pipa diameter 3,5 cm, sedangkan udara masuk melalui ujung depan saluran pembakar (burner). 3. Pembakar (burner) ditambahkan swirler. 4. Kecepatan gas masuk dinaikkan 16 m/s menjadi agar terjadi dorongan yang cukup serta dapat menghisap udara, dan tidak terjadi backflow karena ukuran pembakar (burner) yang panjang. Dengan memperhitungkan pertimbangan tersebut, terdapat 3 alternatif perancangan, yaitu: 1. Pembakar (burner) tidak menggunakan swirler (Gambar 4.6a). Pembakar (burner) memiliki panjang 120 cm dan diameter 12 cm. Pipa masukan gas tetap berdiameter 35 cm, diletakkan di tengah diameter pipa masukan udara. Pipa masukan gas terletak 40 cm dari depan sisi pipa masukan udara. Diharapkan udara sudah dapat memusar karena terbentur pipa masukan gas 2. Pembakar (burner) menggunakan swirler di belakang gas masukan (Gambar 4.6.b). Pipa masukan gas terletak di depan pipa masukan udara sejauh 30 cm dan jarak antara swirler dan pipa masukan gas adalah 25 cm. Swirler di sini berfungsi untuk mencampurkan antar gas dan udara sebelum dipantik. 3. Pembakar (burner) menggunakan swirler di depan pipa gas masukan (Gambar 4.6.c). Swirler terletak di depan pipa masukan udara sejauh 30 cm dan jarak 44

antara swirler dan pipa masukan gas adalah 25 cm. Swirler di sini hanya berfungsi sebagai pemusar untuk udara saja sebelum bercampur dengan gas. Gambar 4.6 Rancangan Baru (a) Tanpa Swirler (b) Swirler di Belakang (c) Swirler di Depan 4.3.3.1 Pemodelan dengan GAMBIT Gambar 4.6 adalah model geometri keseluruhan yang terdapat pada perancangan gambit, sedangkan gambar 2.6 adalah model geometri dari swirler yang dirancang. Batas tiap rancangan adalah sama, seperti dicontohkan oleh rancangan swirler di belakang pada Gambar 4.7. Untuk udara masuk, gas masuk, dan keluaran, jenis batas adalah sama dengan pada pemodelan pembakar (burner) acuan. Swirler sendiri didefinisikan sebagai wall (dinding). Gambar 4.7 Contoh Batas pada GAMBIT 45

4.3.3.2 Pemodelan dengan FLUENT Pemodelan pada pembakar (burner) rancangan baru adalah sama dengan pada pembakar (burner) acuan, kecuali untuk kondisi batas (boundary conditions) karena adanya perbedaan diameter. Pemilihan Boundary Condition: 1. Untuk gas masuk: - Masukkan harga laju aliran massa (mass flow inlet) sebesar: 0,7451 0,035. 3 4 - Masukkan masing-masing fraksi massa gas. 16 0,011 - Masukkan arah aliran menjadi normal to boundary (searah sumbu) - Masukkan temperatur gas 500 K - Masukkan Intensitas turbulensi menjadi: 1/ 8 I = 0,16(Re) [%] dengan: Re =., I = 4,8%, - Masukkan diameter hidrolik 3,5 cm 16470 2. Untuk udara masuk - Masukkan harga laju aliran massa (mass flow inlet) sebesar: 1,1641... 2 0,026 - Masukkan masing-masing fraksi massa udara dengan komposisi: - Masukkan arah aliran menjadi normal to boundary (searah sumbu) - Masukkan intensitas turbulensi menjadi: 1/ 8 I = 0,16(Re) [%] dengan : Re =.,, 15099 46

I =5% - Masukkan Diameter Hidrolik sebesar 12 cm 4. Untuk keluaran - Asumsikan jika ada aliran balik (backflow), temperaturnya 1500 K - Asumsikan arah aliran balik adalah ke segala arah (Sumbu x,y,dan z) - Asumsikan intensitas turbulensi aliran balik adalah sebesar 7% (Lebih besar daripada gas masuk dan udara masuk) - Masukkan Diameter hidrolik sebesar 12 cm 4.3.4 Pemilihan Pembakar (Burner) Baru yang Akan Dibuat Setelah dimodelkan dengan FLUENT, harus dipilih salah satu dari ketiga model yang ada yang mana yang memiliki kinerja terbaik dan akan dibuat. Dari hasil pemodelan FLUENT, terlihat bahwa pada Gambar 4.8 pola aliran yang dimiliki masing-masing rancangan berbeda. Untuk yang tidak memakai swirler (Gambar 4.8.a), terlihat bahwa pola aliran walaupun memusar, tetapi tidak menjadi satu pusaran yang baik, karena masih terlihat terbagi menjadi 2 pusaran. Hal ini menunjukkan pencampuran belum terlalu baik. Berarti, engharapkan turbulensi hanya dari pipa masuk tidak terlalu baik. Temperatur keluaran dari pembakar (burner) tanpa swirler tidak seragam dan berkisar antara 900-1000 K. Untuk pembakar (burner) dengan swirler di depan (Gambar 4.8.b), terlihat bahwa pusaran berbentuk lebih jelek dari pembakaran dengan tanpa swirler. Hal ini menunjukkan swirler malah memperburuk campuran. Hal ini karena udara akan mengalami hambatan dari swirler di depan saluran. Hambatan tersebut akan mengurangi kecepatan udara pada saluran sehingga pada akhirnya suplai udara akan kurang. Pada rancangan ini, terlihat ada satu daerah dingin pada keluaran, yaitu sekitar 700-800 K. Hal ini menunjukkan pembakaran yang terjadi tidak seragam. Untuk pembakar (burner) dengan swirler di belakang (Gambar 4.8.c), terlihat bahwa pusaran sudah menjadi satu. Hal ini menunjukkan bahwa udara dan gas telah 47

tercampur dengan sempurna. Selain itu, rancangan ini memiliki temperatur yang seragam pada sisi keluaran, yaitu sekitar 1000-1200 K dan memiliki temperatur yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembakaran telah berlangsung secara baik. Untuk lebih pasti, dapat dilakukan pengecekan dengan menampilkan fraksi massa dari masing-masing bahan bakar (CH 4, CO, dan H 2 ) yang dapat dilihat pada gambar 4.10. Terlihat bahwa semua bahan bakar telah terbakar habis (tidak ada yang tersisa), ini berarti pembakaran telah berlangsung dengan baik. Pola aliran untuk O 2 dan N 2 dapat dilihat pada lampiran C. Karena pertimbangan ini, dipilihlah untuk dibuat rancangan dengan swirler di depan. (a) (b) (c) Gambar 4.8 Pola Aliran: (a) Tanpa Swirler (b) Swirler di Depan (c) Swirler di belakang (a) Gambar 4.9 Pola Temperatur (z = 0) (a) Tanpa Swirler (b) Swirler di Depan (c) Swirler di Belakang 48

(b) (c) Gambar 4.9 (Lanjutan) 49

(a) (b) (c) Gambar 4.10 Pola Fraksi Massa (z = 0) (a) CH 4 (b) CO (c) H 2 50

4.4 Proses Pembuatan Pembakar (Burner) Tabung saluran pembakar (burner) berawal dari proses pengerolan pelat baja berukuran 400 x 1200 x 2 mm 3 sehingga membentuk silinder berongga. Kemudian silender berongga tersebut dilas agar tidak ada lubang tempat gas tidak bisa keluar. Untuk pipa saluran gas masuk, dipilih pipa dengan diameter 35 mm. Bagian belok dari pipa berasal dari 2 buah pipa yang menjadi satu dari potongan pipa yang membentuk sudut 60 0. Kemudian saluran dilubangi untuk tempat masuk dari saluran pipa gas masuk, dan kemudian dilas lagi untuk mencegah bocor. Swirler sendiri dibuat dari pengelasan 6 buah pelat ukuran 4 x 50 x 60 mm 3 yang dilas menjadi satu dengan sudut antara masing-masing pelat sebesar 60 0. Kemudian bentuk melengkung dari swirler dilakukan secara manual dengan menggunakan tang. Gambar 4.11 menunjukkan gambar dari pembakar (burner) yang dibuat. Satuan yang digunakan dalam gambar 4.11 adalah cm. (a) (b). Gambar 4.11 Gambar Pembakar (Burner) yang Dibuat (a) Keseluruhan (b) Swirler Sebelum Dibengkokkan dengan Tang 51