RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI PADA PROSES PENYULINGAN MINYAK PALA UNTUK OPTIMASI ENERGI

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI PADA PROSES PENYULINGAN (DISTILASI) MINYAK PALA UNTUK OPTIMASI ENERGI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

II. METODOLOGI PENELITIAN

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT

Alat penyuling minyak atsiri - Bagian 1 : Sistem kukus Syarat mutu dan metode uji

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Input Energi pada Proses Penyulingan Minyak Atsiri Nilam dengan Sistem Boiler (Studi Kasus Unit Pengolahan minyak Nilam Kesamben-Blitar)

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

BAB 1. PENDAHULUAN. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, dalam agroindustri minyak atsiri (Laksamanaharja, 2002).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

II. MINYAK PALA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap individu untuk ikut serta di dalamnya, sehingga sumber daya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM OTOMASI PEMBERI PAKAN DAN PENGENDALI KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA LELE TEBAR PADAT

BAB I PENDAHULUAN I-1

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI

METODOLOGI PENELITIAN

Kulit masohi SNI 7941:2013

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disegala aspek kehidupan manusia. Untuk itu pengaplikasian ilmu pengetahuan

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri keripik pisang milik Bapak Heriyanto di

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

BAB II LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Ekstraksi Biji Karet

II. TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK NILAM

ISOLASI MIRISTISIN DARI MINYAK PALA (Myristica fragrans) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP ABSTRACT

BAB 1. .Banyak pembangkit tenaga listrik yang telah dibangun yaitu PLTA (Pembangkit Listrik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

Gambar 1 menunjukkan komponen-komponen yang menjalankan mobil kriogenik (cryocar) ini. Nitrogen cair yang sangat dingin disimpan dalam tangki

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

Oleh AT0 SUNARTO F

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

METODOLOGI PENELITIAN

UJI KECEPATAN PUTARAN OPTIMAL PADA ALAT PENYANGRAI KOPI TIPE ROTARI TERHADAP KUALITAS HASIL SANGRAI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ASETON-BUTANOL-ETANOL HASIL FERMENTAS1 DENGAN DISTILASI SEDERHANA DAN DENGAN PENDEKATAN MODEL ISOTHERM FLASH. Oleh AGUS PURWANTO

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

Transkripsi:

Rancang Bangun Sistem Kendali Pada Proses Penyulingan. Syamsul, dkk RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI PADA PROSES PENYULINGAN MINYAK PALA UNTUK OPTIMASI ENERGI Syamsul 1), Rudi Syahputra 2) dan Suherman 3) 1) Teknik Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, PNL, Lhokseumawe 2) Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro, PNL, Lhokseumawe 3) Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro, PNL, Lhokseumawe email : syamsul0466@gmail.com 1), rudi.syahputra75@gmail.com 2), suherman_msi@gmail.com 3) ABSTRAK Salah satu komoditas yang paling banyak diperdagangkan dari buah pala (Myristica fragrans houtt) adalah minyak pala yang berasal dari buah pala. Harga minyak pala dipasaran dunia sangat ditentukan oleh kualitas minyak pala yang dihasilkan. Proses penyulingan (distilasi) agar dapat menghasilkan minyak pala yang berkualitas baik memerlukan pengaturan suhu dan tekanan uap tepat. Sistem penyulingan minyak pala yang ada sudah banyak digunakan tetapi permasalahan yang masih terjadi adalah sistem penyulingan minyak pala belum memperhitungkan energi yang digunakan secara optimal. Diperlukan suatu sistem modifikasi menggunakan kontrol agar pengaturan kebutuhan energi dalam proses penyulingan dapat dikendalikan. Optimalisasi pemakaian energi akan berdampak pada solusi alternatif penggunaan bahan bakar berbasis energi listrik terbarukan dapat diterapkan pada sistem penyulingan. Untuk melakukan optimalisasi penggunaan energi dilakukan dengan mendesain sistem kontrol berbasis elektronik terhadap parameter yang dominan yaitu suhu dan tekanan uap dan berat buah pala yang akan disuling. Suhu dan tekanan uap saling berkaitan pada sistem ini, perubahan suhu seiring dengan perubahan tekanan uap. Jarak bahan dengan uap air perlu dikontrol agar berjarak tetap agar tekanan uap pada bahan tetap tinggi. Untuk mendapatkan sistem seperti ini dilakukan penelitian dan penelitian dibagi dua tahap yaitu tahap satu pembuatan sistem dengan fokus pada sistem kontrol untuk mendapatkan optimasi energi dan tahap dua mengganti sumber energi berbasis bahan bakar pada sistem dengan sumber energi alternatif lainnya. Sistem penyulingan minyak pala hasil penelitian ini sudah mampu mengendalikan suhu dan tekanan secara otomatis. Pengontrolan yang dilakukan dengan mengendalikan katup bahan bakar (digunakan gas) sehingga diperoleh optimasi penggunaan energi sebesar 14,87%. Kata kunci: penyulingan(distilasi), pengontrolan, suhu, tekanan, optimasi energi I. PENDAHULUAN Komoditas ekspor Indonesia saat ini masih didominasi oleh hasil-hasil pertanian berupa bahan mentah maupun sudah berupa hasil olahan. Salah satu komoditas ekspor tersebut adalah minyak pala. Ekspor minyak yang terus meningkat ini menunjukkan bahwa kebutuhan dunia akan minyak pala juga terus bertambah. Harga minyak pala yang terus membaik juga menjadikan komoditas ini semakin diminati oleh petani. Di Indonesia tanaman pala banyak ditemukan di propinsi Aceh terutama di Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Bireuen. Demikian juga dengan proses penyulingan minyak pala juga banyak dijumpai di kedua Kabupaten ini. Proses penyulingan yang ada dapat menyebabkan kualitas minyak pala memiliki kualitas yang kurang baik sehingga dapat menyebabkan turunnya harga jual dipasaran. Proses produksi minyak pala dari buah pala yang berupa biji dan fuli dapat dilakukan dengan cara penyulingan (distilasi). Proses penyulingan yang ada umumnya menggunakan cara penguapan langsung dengan pengaturan tekanan uap dilakukan secara manual. Kekurangan dari cara ini adalah operator penyulingan harus sangat memperhatikan fase-fase proses penyulingan agar minyak pala yang dihasilkan tetap bermutu baik. Aroma minyak pala sangat tergantung dari proses pengaturan uap yang dialirkan dari boiler. Kekurangan lainnya dari sistem yang ada saat ini adalah optimasi energi belum dikontrol secara elektronis secara tepat untuk menentukan lama waktu penyulingan. Sumber energi yang digunakan dalam proses penyulingan (distilasi), berasal dari BBM (bahan bakar minyak), BBG (bahab bakar gas), kayu bakar dan energi listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara), yang merupakan sumber energi kurang ramah lingkungan dan ketersediaannya dapat terganggu sewaktu-waktu. Permasalahan-permasalahan dalam proses penyulingan (distilasi) minyak pala secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Sistem penyulingan (distilasi) minyak pala yang ada saat ini ditinjau dari penyerapan energi pada saat proses ekstraksi masih cukup besar, hal ini dapat dilihat dari lamanya waktu penyulingan. 2. Proses penyulingan belum menggunakan sistem pengaturan yang berbasis elektronik, sehingga masih dibutuhkan tenaga operator yang harus 55

Jurnal Litek (ISSN: 1693-8097) Volume 13 Nomor 2, September 2016: hal. 55-60 memantau secara cermat sepanjang waktu proses penyulingan minyak pala. 3. Kebutuhan energi untuk proses penyulingan secara keseluruhan masih bersumber dari energi listrik, BBM, BBG, dan kayu bakar yang mahal dan tidak ramah lingkungan, padahal sumber energi alternatif cukup tersedia seperti sumber energi surya. Tujuan penelitian ini secara umum adalah menghasilkan minyak pala yang bermutu baik agar komoditas ini memiliki nilai jual tinggi dipasaran lokal dan dunia dan menjaga kesinambungan pasokan komiditas minyak pala serta meningkatkan kuantitas minyak pala yang dihasilkan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Merancang dan membangun sistem penyulingan (distilasi) minyak pala yang memiliki pengaturan secara elektronik dan dapat diset ulang jika diperlukan perubahan parameter seperti suhu dan lamanya waktu penyulingan. 2. Mengurangi biaya untuk kebutuhan energi listrik dalam proses penyulingan (distilasi) minyak pala, dimana lama waktu penyulingan dioptimalkan sesuai dengan berat/jumlah buah pala yang akan diekstrak dan tekanan uap yang diberikan. 3. Mereduksi sumber energi listrik yang ada selama ini dengan sumber energi alternatif yaitu sumber energi surya, terutama untuk sistem pengaturan dan penerangannya. 4. Meningkatkan produktivitas baik kuantitas dan mutu minyak pala yang dihasilkan. Urgensi (keutamaan) penelitian ini proses penyulingan (distilasi) minyak pala adalah kebutuhan akan energi baik energi yang diperoleh dari listrik PLN maupun sumber energi lainnya seperti BBM, BBG dan kayu bakar sangat tinggi dan mahal. Kenaikan biaya dari komponen ini, akan menyebabkan penurunan pendapatan dari pengelola industri pengolahan minyak pala yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan harga buah pala mentah. Oleh karena itu optimasi energi terutama energi listrik diperlukan agar biaya produksi dapat berkurang, salah satu adalah dengan cara melakukan pengaturan pada proses penyulingannya. Pengaturan dilakukan secara elektronik yaitu menggunakan mikrokontroler yang mudah digunakan dan cocok diaplikasikan pada sisstem-sistem pengaturan (kendali). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of the art Penelitian-penelitian yang akan djadikan acuan dan referensi dalam penelitian ini adalah: memodifikasi proses penyulingan dengan mengatur tekanan uap untuk mendapat rendemen dan aroma minyak pala yang lebih baik. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini modifikasi penyulingan dengan tekanan awal 0 atm selama 4 jam, 0,5 atm selama 4 jam dan 1,5 atm selama 4 jam menghasilkan rendemen minyak tertinggi 15,30%[5], merancang dan membuat alat pengolah minyak pala dengan titik berat penelitian desain alat penyulingan pada penyuplai/pemasok air pada boiler menggunakan air panas untuk mengurangi biaya bahan bakar (energi). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada penyulingan selama 24 jam hampir seluruh minyak dalam biji pala sudah tersuling (91,4%) sehingga secara teknis kinerja alat penyuling yang diperbaiki cukup memadai. Bila pada penyulingan tradisional lama penyulingan bisa lebih dari 30 jam, dengan alat yang sudah diperbaiki waktu penyulingan yang masih dianggap ekonomis yaitu penyulingan sampai 22 jam. Kadar myristisin dalam minyak hasil penyulingan 24 jam menjadi cukup tinggi (9,37%)[3], dan mendesain prototipe alat penyulingan minyak yang dapat mengefisienkan kebutuhan bahan bakar kayu dengan cara mengurangi waktu penyulingan. Hasil penelitiannya adalah menurunkan lamanya waktu penyulingan dari 30 jam menjadi 14 jam dengan didapatkan minyak dengan karakteristik yang sesuai dengan SNI 06-2388-2006 tentang Minyak Pala. Respon gabungan nilai bobot jenis 0,904, indeks bias 1,478, kelarutan etanol 90% pada suhu 20 C sebesar 1:1, putaran optik (+)16,8º, dan sisa penguapan 0,7%. Standar minyak pala pada SNI untuk bobot jenis 0,880-0,910, indeks bias 1,470-1,497, kelarutan etanol 90% pada suhu 20 C 1:3 dan seterusnya jernih, putaran optik (+)8º - (+)25º dan sisa penguapan 0,7%[4]. 2.2 Komoditas minyak pala Pala (Myristica fragrans Houtt) tumbuh di daerah tropis, dan di Indonesia banyak terdapat di Propinsi Aceh, Sumatera Barat, Lampung dan Maluku. Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-kuningan buah ini apabila masak terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara 3-9 cm, daging buahnya tebal dan asam rasanya. Biji berbentuk lonjong sampai bulat, panjangnya berkisar antara 1,5-4,5 cm dengan lebar 1-2,5 cm. Kulit biji berwarna coklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna keputihputihan, sedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadang-kadang putih kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala[3]. Komoditas pala di Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan rakyat (98%) yang jarang dipelihara. Produk dari pala (biji, fuli dan minyak pala) telah diekspor ke lebih dari 30 negara. Adapun negaranegara pengimpor utama produk pala antara lain adalah Singapura, Belanda, Hongkong, Jepang, Belgia, Malaysia, Amerika Serikat, Perancis, India, Italia, Jerman, dan Thailand.Hasil yang diambil dari pala dan paling banyak diperdagangkan di pasaran dunia adalah biji dan fuli minyak pala. Persentase dari komponen-komponen bervariasi dipengaruhi oleh klon, mutu dan lama penyimpanan serta tempat 56

Rancang Bangun Sistem Kendali Pada Proses Penyulingan. Syamsul, dkk tumbuh. Kandungan minyak lemak dari biji pala utuh bervariasi dari 25 sampai 40%, sedangkan pada fuli antara 20 sampai 30%. Biji pala mengandung minyak atsiri sekitar 2-16% dengan rata-rata pada 10% dan fixed oil (minyak lemak) sekitar 25-40%., karbohidrat sekitar 30% dan protein sekitar 6%. Biji pala mutu baik mengandung minimum 25% ekstrak eter tidak mudah menguap, maksimum 10% serat kasar dan maksimum 5% kadar abu. Sedangkan untuk fuli disyaratkan maksimum 0,5% kadar abu tidak larut dalam asam dan kandungan eter tidak mudah menguap berkisar antara 20 30%. 2.3 Penyulingan (distilasi) minyak pala Penyulingan atau distilasi adalah suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut kemudian didinginkan menjadi cairan kembali. Syarat utama dalam fasa pemisahan komponenkomponen dengan metode distilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan dengan terjadinya keseimbangan larutan-larutan komponenkomponennya cukup dapat menguap. Suhu cairan yang mendidih merupakan titik didih cairan tersebut pada tekanan atmosfer yang digunakan[8]. Untuk mendapatkan minyak pala ada beberapa proses yang dapat dilakukan antara lain: 1. Metode perebusan: Bahan yaitu biji dan fuli pala dimasukkan di dalam air kemudian direbus sampai mendidih. Minyak atsiri akan menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling perebus. 2. Metode pengukusan: Bahan yaitu biji dan fuli pala dikukus di dalam ketel atau pengukus. Minyak pala akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut suling pengukus. 3. Metode uap langsung: Bahan yaitu biji dan fuli pala dialiri dengan uap yang berasal dari ketel pembangkit uap. Minyak atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling uap langsung. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama uap air ditentukan oleh 3 faktor, yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul dari masing-masing komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan[7]. Peralatan yang biasanya digunakan dalam penyulingan terdiri atas: ketel suling, bak pendingin (kondensor), labu pemisah minyak (florentine flask), dan ketel uap (steam boiler)[1,2]. Peralatan-peralatan inilah yang menjadi salah satu faktor penentu rendemen minyak atsiri. Waktu penyulingan minyak pala hingga semua minyak tersuling habis rata-rata 24 jam untuk biji pala dan 48 jam untuk fuli[6]. Proses distilasi normal menggunakan tekanan atmosfer, dimana titik didih campuran cukup besar perbedaannya, sehingga proses pemisahannya mudah dilakukan. Pengaruh tekanan, suhu dan lama penyulingan, pada proses penyulingan (distilasi) sangat menentukan. Pengaruh tekanan lebih kecil atau sama dari 1 atm akan terkondensasi kembali menjadi air pada tumpukan bahan, sedangkan tekanan melebihi 1 atm, akan berpenetrasi ke dalam bahan secara efektif, dan peristiwa kondensasi dalam ketel penyulingan berkurang. Perbandingan jumlah air yang tersuling dengan jumlah minyak atsiri (termasuk minyak pala) yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh variasi tekanan[3]. Pengaruh suhu pada proses penyulingan adalah pada kualitas minyak yang dihasilkan. Penyulingan dapat dilakukan pada suhu rendah atau suhu tinggi, tetapi dijaga agar waktunya sesingkat mungkin. Lamanya penyulingan dapat mempengaruhi kontak air dan bahan, semakin lama waktu penyulingan menyebabkan banyak rendemen minyak yang dihasilkan dan juga memperbesar penguapan fraksi yang bertitik didih tinggi[3]. III. METODE PENELITIAN Untuk lebih jelasnya penelitian yang akan dilakukan diperlihatkan pada diagram gambar 3.1 berikut ini. Gambar 3.1 Fishbone diagram penelitian Berdasarkan fishbone diagram gambar 3.1, penelitian dimulai dari merancang dan membuat sistem kendali berbasis logika fuzzy yang ditanamakan pada mikrokontroller. Adapun parameter-parameter yang dapat dikendalikan adalah tekanan, temperatur (suhu) dan banyak buah pala yang akan disuling pada ketel penyulingan, akan menentukan waktu dan energi yang dibutuhkan boiler proses penyulingan. Pada penelitian ini kendali dirancang dan diset optimal untuk setiap perubahan parameter tersebut dalam kebutuhan waktu 57

Jurnal Litek (ISSN: 1693-8097) Volume 13 Nomor 2, September 2016: hal. 55-60 penyulingan. Jika banyak buah yang akan dimasak menurun, maka waktu penyulingan akan lebih cepat dibandingkan pada keadaan normal. Optimasi penggunaan energi pada proses penyulingan minyak pala pada penelitian ini tidak mempersingkat waktu penyulingan tetapi mengendalikan penggunaan bahan bakar (dalam hal ini BBG=bahan bakar gas) sehingga suhu pada boiler dan ketel penyulingan terjaga pada range 110 o C-120 o C (suhu yang paling baik untuk prsoses Penyulingan untuk mendapatkan minyak pala yang baik). 3.1 Realisasi alat penyulingan minyak pala Alat penyulingan minyak pala terdiri dari boiler dan ketel penyulingan berbahan stainless steel, sistem pendingin berbahan stainless steel, Keranjang buah berbahan stainless steel, separator berbahan stainless steel, kompor gas dan rak alat. Ketel Penyulingan Ketel penyulingan ukuran dan dimensi diperlihatkan pada gambar 3.2. Pada ketel penyulingan uap dialirak melalui pipa ke sistem pendingin. Monitoring tekanan disediakan untuk melihat besarnya tekanan. Sensor suhu/temperatur ditempelkan pada dinding bagian atas ketel penyulingan yang dihubungkan ke bagian kontrol dari sistem penyulingan. Kapasitas penyulingan alat ini adalah 15 kg buah pala kering. Sistem Pendingin Sistem pendingin diperlihatkan pada gambar 3.4, dimensi dan ukuran sangat menentukan proses pendingiap uap hasil penyulingan dan dialirkan pada bagian pemisah (separator). Pengontrolan diperlukan pada bagian ini agar sistem pendingin tetap memiliki suhu yang diinginkan dengan mengalirkan air pengganti pada tabung sistem pendingin. Gambar 3.4 Sistem pendingin Separator Separator merupakan bagian pemisah uap yang keluar dari ketel penyulingan menjadi minyak dan air. Pada sperator perbedaan berat jenis air dan minyak hasil penyulingan dialirkan ke penampungan masing-masing. Ukuran dan dimensi separator diperlihatkan pada gambar 3.5. Gambar 3.2 Ketel penyulingan Keranjang Buah Keranjang buah didesain bertingkat bertujuan untuk meningkatkan optimasi penguapan sehingga akan menghemat penggunaan bahan bakar/energi. Pengaturan ketinggian keranjang buah terhadap level air pada ketel penyulingan selama proses penyulingan dapat dikontrol secara otomatis hingga saat ini masih manual. Gambar 3.3 Rak/Keranjang Buah Gambar 3.5 Separator Bagian lainnya adalah kompor pemanas boiler dan rak untuk penyangga alat penyulingan. Bentuk dan ukuran disesuaikan dengan disesuaikan dengan kondisi yang ada. 3.2 Realisasi sistem kendali pada alat penyulingan minyak pala Setelah sistem Penyulingan minyak pala direalisaikan sesuai ukuran dan dimensi yang diinginkan kemudian direalisasikan sistem kontrol yang akan diterapkan pada alat tersebut. Sistem kontrol yang dirancang adalah sistem kontrol elektronik menggunakan mikrokontroler (Atmega8535). Pengontrolan dengan menempelkan sensor suhu pada ketel penyulingan. Sensor suhu digunakan sensor yang tahan terdap panas hingga 150 o C dan tahan terhadap uap air. Respon dari sensor 58

Rancang Bangun Sistem Kendali Pada Proses Penyulingan. Syamsul, dkk suhu dibaca oleh mikrokontroler dan memberikan aksi berupa memperbesar dan memperkecil katup penyaluran gas ke kompor pemanas. Gambar 3.6 memperlihatkan sistem kontrol pada alat Penyulingan. dan banyka air dalam ketel Penyulingan. Pada ketel penyulingan sistem pengaturan keranjang buah masih dilakukan secara manual. Pengontrolan suhu dan tekanan pada ketel penyulingan dilakukan dengan menambah sensor suhu dan monitoring tekanan. Pemanasan pada ketel penyulingan menggunakan kompor gas dengan menggunakan bahan bakar gas. Gambar 3.6 Sistem Kendali pada alat penyulingan Pengaturan suhu pada alat Penyulingan dijaga pada jangkauan 110 o C-120 o C yang sesuai dengan tekanan uap 3 bar. Jika sensor suhu merespon suhu 120 o C, katup gas menutup hingga pengaturan gas pada posisi 10% dan jika suhu pada ketel penyulingan menurun akibat pamanasan dari kompor yang kecil sudah mencapai 110 o C katup penyaluran gas akan membuka maksimum 100%. Dengan demikian akan terjadi optimasi penggunaan bahan bakar. Pada sistem ini pengaturan suhu maksimum dan minimum pada sistem penyulingan dipermudah dengan pengaturan menggunakan keypad dan display. Dan mengatur waktu penyulingan secara otomatis disediakan masukan melalui keypad ke sistem kontrol dengan setting sesuai jumlah buah pala yang akan disuling. Sensor suhu juga ditempelkan pada tabung sistem pendingin untuk mengontrol suhu air pada sistem penyulingan. Suhu sistem pendingin dijaga pada jangkauan kurang dari 50 o C dan jika suhu sudah mencapai suhu 50 o C air dialirkan pada tabung pendingin hingga suhu mencapai suhu air. Untuk mendapat optimasi pemakaian bahan bakar (dalam sistem penyulingan minyak pala ini adalah gas), maka parameter-parameter ketiga yang perlu dikontrol adalah level ketinggian air pada ketel penyulingan terhadap keranjang buah. Level ketinggian ini akan terus meningkat seiring dengan lamanya waktu penyulingan. Untuk itu perlu dikontrol secara otomatis agar ketinggian tetap sesuai dengan perhitungan. Gambar 4.1 Alat penyulingan minyak pala hasil penelitian Bagian pendingin merupakan bagian pendingin uap air yang bercampur minyak dari ketel penyulingan dan mengalir ke bagian pemisah (separator). Bagian sistem kendali mengontrol suhu pada ketel penyulingan dan menurangi aliran gas ke kompor gas jika suhu maksimum yang diseting sudah tercapai. Dengan demikian jumlah gas yang digunakan pada proses pemanasan boiler pada ketel penyulingan berkurang. Berikut ini data hasil pengujian selama 13 jam proses penyulingan minyak pala seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang sudah dilakukan seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.1. Gambar 4.1 merupakan sistem penyulingan minyak pala hasil penelitian. Sistem ini terdiri dari ketel penyulingan dimana pada ketel penyulingan ini terdapat keranjang buah yang bertingkat dimaksudkan agar proses penguapan dapat di atur sesuai dengan banyak buah Gambar 4.2 Grafik optimasi energi pada proses Penyulingan minyak pala 59

Jurnal Litek (ISSN: 1693-8097) Volume 13 Nomor 2, September 2016: hal. 55-60 Dari gambar 4.2, dapat dihitung optimasi penggunaan bahan bakar gas (BBG) pada proses penyulingan 10 kg minyak pala adalah sebagai berikut: Lamanya waktu pemanasan dengan BBG maksimum adalah 640 menit dari total waktu 780 menit. Lamanya waktu pemanasan dengan BBG minimum adalah 240 menit dari total waktu 780 menit. Sehingga total efisiensi penggunaan bahan bakar gas (BBG) adalah: 640 menit x 100% + 240 menit x 10% 100% 780 menit x 100% = 14,87% Memperbaiki Karakteristik Aroma Minyak Pala, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [6] Rismunindar, 1992, Budidaya dan Tata Niaga Pala. Penebar Swadaya, Jakarta. [7] Satyadiwiria, Y, 1979, Pembuatan Minyak Atsiri, Dinas Pertanian, Medan. [8] Schaneberg. B.T dan Ikhlas A. Khan, 2002, Comparison of methods for marker compound in essential oil of lemon grass by GC. Journal of Agricultural and food chemistry, The Univercity of Misisippi, USA. Pada penelitian ini menggunakan tabung gas 12 kg, gas yang digunakan selama 13 jam (780 menit) proses penyulingan minyak pala adalah 7 kg dari 8,22 kg gas yang seharusnya. Optimasi penggunaan gas ini masih dapat ditingkatkan dengan menerapkan pengaturan posisi jarak keranjang buah pala dalam ketel penyulingan dengan air pada boiler. Pengaturan dapat dilakukan dengan menjaga posisi keranjang buah pala selalu tetap terhadap air pada boiler. V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan kegiatan penelitian ini adalah: 1. Alat penyulingan minyak pala hasil penelitian berkapasitas 15 kg buah pala kering dilengkapi dengan sistem pengontrolan suhu pada ketel penyulingan dan sistem pendingin. 2. Output dari sistem kontrol pada alat penyulingan ini adalah optimasi penggunaan bahan bakar gas yang digunakan. 3. Optimasi yang diperoleh dari pengujian adalah 14,87 % dari total energi yang digunakan tanpa sistem pengontrolan. DAFTAR PUSTAKA [1] Ketaren, S, 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Balai Pustaka, Jakarta. [2] McCabe, Warren L, Julian C. Smith, and Petter Hrriott, 2001, Unit Operations of Chemical Engineering, Mc Graaw-Hill Companies, Inc Primis Custom Publisisng. [3] Nurdjannah Nanan, 2007, Teknologi Pengolahan Pala, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. [4] Prasetyo Danar Andri, 2009, Efisiensi Energi dan Kinerja Prototipe Alat Penyulingan Minyak Pala Berbahan Bakar Kayu, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. [5] Sakiah Siti, 2006, Modifikasi Proses Penyulingan dengan Variasi Tekanan Uap untuk 60