BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks

dokumen-dokumen yang mirip
PLEASE BE PATIENT!!!

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

KEWARGANEGARAAN INTEGRASI NASIONAL : PLURALITAS MASYARAKAT. Modul ke: 14Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke:

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6

13MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan bernegara. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Modul ke: Fakultas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal. yang dapat disimpulkan di antaranya adalah :

BAB I PENDAHULUAN. sikap masyarakat yang terbentuk dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam

IDENTITAS NASIONAL/JATI DIRI BANGSA

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

NO URUT. 16. Sumber : = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PELAKSANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM UPAYA PEMBENTUKAN WAWASAN KEBANGSAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 DELANGGU

KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN)

TUGAS AKHIR. Irton, SE, M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA DOSEN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

Mata Kuliah Kewarganegaraan

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B)

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut?

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

Identitas Nasional Dan Pembangunan Stabilitas Nasional

BAHAN TAYANG MODUL 5

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai alat pemersatu bangsa demi merebut kemerdekaan (Rawantina,

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA

PAPER PANCASILA. Hak Asasi Manusia Menurut Pancasila Dan UUD. Dosen : Drs. Tahajudin S. OLEH : : Eko Hernanto NIM :

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

4.4 Uraian Materi Nilai-Nilai Pancasila dalam Hidup Bermasyarakat. Ideologi merupakan seperangkat sistem yang menjadi dasar pemikiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

INTI SILA PERTAMA SAMPAI INTI SILA KELIMA

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks wawasan kebangsaan yang merupakan pandangan seorang warga negera tentang negaranya, dan pembentukan wawasan kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari pembentukan karakter kebangsaan dan pembentukan karakter kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari upaya-upaya pembentukan karakter privat atau karakter pribadi berdasarkan budaya yang telah mengakar pada suatu masyarakat. Upaya-upaya pembentukan nasionalisme kebangsaan telah dilaksanakan sebelum Proklamasi kemerdekaan yakni 28 Oktober 1928 yang merupakan Konvensi Nasional tentang pernyataan eksistensi bangsa Indonesia yakni : satu nusa, satu bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan Indonesia dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Proklamasi kemerdekaan bangsa membuktikan bahwa nasionalisme Indonesia bukan hanya eksis, tetapi hidup-aktif dalam pengembangan dirinya dan sudah merupakan faktor penentu perkembangan sejarah berdirinya Negara Republik Indonesia. Substansi nasionalisme Indonesia mempunyai dua unsur sekaligus sebagai ciri khas : Pertama : Kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan Indonesia yang terdiri dari banyak suku, etnik, ketuhanan, agama, dan budaya. Kedua: Kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan dari bumi Indonesia( Saurip: 64 )

Menurut Darmawan ( 2008 : 38 ) Nasionalisme kebangsaan makin dipertanyakan, jangan-jangan Nasionalisme kebangsaan menjadi fosil yang hampir punah karena bangsa kita belum dapat menumbuhkan rasa saling percaya disemua tingkat dan lingkungan dalam kehidupan masyarakat berbangsa serta bernegara. Meskipun Nasionalisme bagi bangsa Indonesia masih sangat dibutuhkan dan akan terus diperjuangkan selama perjalanan Negara bangsa ini kedepan. Namun kelihatannya Bangsa ini hampr kehilangan Nasionalisme kebangsan karena berbagai kasus yang terjadi dalam negara. Yang sangat dibutuhkan adalah kesetiaan dan komitmen kita untuk berusaha memperkuat wawasan kita tentang bangsa dan negara yakni wawasan kebangsaan Indonesia.Wawasan kebangsaan dalam pembinaan dan pengembangannya sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yang sangat berpengaruh. Faktor pertama adalah jati diri yang merupakan Anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir, yang dalam pembentukannya dipengaruhi oleh lingkungan baik formal maupun nonformal yang wajib menumbuhkan hati yang bersih dan sehat. Kemudian karakter yang merupakan keseluruhan kehidupan psikhis seseorang hasil interaksi antara faktor endogen dan faktor eksogen atau pengalaman seluruh pengalaman pengaruh lingkungan. Kemudian jati diri bangsa yang merupakan tampilan adanya suatu bangsa atas kesepahaman mendirikan suatu bangsa. Yang terakhir adalah wawasan kebangsaan itu sendiri dimana anggota masyarakat memiliki pandangan terhadap Negara bangsanya. Jika proses pembentukan kebangsaan diatas berlangsung dengan wawasan yang baik, maka kesiapan memasuki Era globalisasi berhasil dengan baik juga.

Semangat kebangsaan dalam sebuah bangsa harus tetap relevan dengan perkembangan dunia massa kini. Bagi bangsa Indonesia rumusan Paham kebangsaan telah dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni membangun sebuah Negara kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, membina persahabatan dan pergaulan antar bangsa, menciptakan pergaulan dunia yang berdasarkan keadilan dan menolak penjajahan serta bentuk eksploitasi yang bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Lemahnya Nasionalisme berarti pula lemanya pula karakter kebangsaan. Hal senada dikemukakan Iswandi ( 2007: 1 ) bahwa kualitas karakter kebangsaan anak bangsa dari masa kemasa belum menggembirakan, bahkan jika dilihat dari tanda-tanda zaman sangat menghawatirkan. Karena itu menurut Megawangi (2004) bahwa usaha membentuk karakter bangsa bukan pekerjaan yang mudah, memerlukan pendekatan komprehensif yang dilakukan secara eksplisit, sistimatis dan berkesinambungan yang dimulai dari sejak kecil dilingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk itulah selain upaya pengembangan karakter kebangsaan dipersekolahan yang dilaksanakan secara terus menerus, maka pembangunan karakter kebangsaan dilingkungan masyarakat tidak ditawar-tawar lagi dalam rangka menciptakan warga negara yang cerdas dan berwawasan Nasional. Menurut Widan ( 2008 : 19 ) Era globalisasi membuka peluang sekaligus tantangan. Untuk memanfaatkan peluang dalam Era globalisasi tersebut kita harus memahami tiga fitur yang sangat penting yakni, pertama,open Competition, kedua, Interdependency, ketiga, Competitiveness. Open Competetion adalah kondisi persaingan terbuka yang semakin meluas dan menyangkut berbagai dimensi kehidupan, karena kompetisi ini semakin terbuka dan meluas, dengan sendirinya tingkat kompleksitas dari

kompetisi itu semakin meningkat sehingga terjadinya fitur yang kedua, yaitu desakan untuk semakin meningkatnya aspek saling ketergantungan atau Interdependensy antara satu pihak dengan pihak lain. Dan untuk menghadapi kompetisi yang telah semakin meluas, namun juga bersifat saling ketergantungan itu, maka setiap pihak dituntut untuk memiliki fitur yang ketiga yaitu competitiveness yang tinggi. Menyimak masalah Etno-Nasionalisme yang dapat berakibat disintegrasi bangsa, Hamdi Mulik mengemukakan beberapa program yang harus dilaksanakan: Pertama, Didalam menyikapi dorongan Etno Nasionalisme yang negatif, maka harus dihindarkan cara-cara kokoersif ( militeristik), tetapi dengan menggunakan metode persuasif dan dialogis,serta mengikutsertakan partisipasi masyarakat setempat, Kedua, pengakuan akan Identitas etnis perlu dilaksanakan dalam arti kultural bukan dalam arti politik.pengakuan akan identitas etnis akan menyumbang kepada terwujudnya identitasnasional bangsa Indonesia. Upaya tersebut harus dilaksanakan secara serius tanpa kecurigaan timbulnya berbagai kecurigaan yang berbau SARA, Ketiga, Menginsyafkan kelompok-kelompok yang cendrung kepada separatisme bahwa berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan. Keempat, menghormati hak asasi manusia dengan menghindari berbagai pelanggaran Hak asasi manusia, baik oleh Pemerintah pusat maupun pemerintah Daerah karena kesalahan paham masing-masing. Pembangunan wawasan kebangsaan yang telah dilaksanakan dengan berbagai program yang sistematis, namun sampai saat ini belum terlihat hasil yang menggembirakan malah mengarah pada terjadinya disintegrasi bangsa, dan itu berarti lemahnya nasionalisme bangsa hal ini membuktikan ada masalah dengan wawasan

kebangsaan Indonesia. Pembentukan wawasan kebangsaan suatu masyarakat bangsa dan negara tidak terlepas dari berbagai aspek sejarah, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan yang terjadi dimasa lalu ikut mempengaruhi pandangan masyarakat akan negara kebangsaan masyarakat yang bersangkutan. Demikian halnya dengan pembangunan wawasan kebangsaan di Provinsi paling timur Indonesia yakni di Provinsi Papua yang meninggalkan berbagai persoalan yang sampai saat ini belum terselesaikan secara tuntas, sehingga ikut mempengaruhi proses pembentukan wawasan kebangsaan masyarakat terutama didaerah perbatasan Daerah perbatasan adalah daerah yang sangat strategis karena merupakan pusat komunikasi intern masyarakat Indonesia sendiri, maupun antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat negara lain yang sangat membutuhkan komitmen wawasan kebangsaan yang disepakati bersama. Hal ini penting mendapat perhatian Pemerintah karena apa yang dilakukan atau ditampilkan oleh masyarakat Indonesia didaerah perbatasan adalah gambaran nyata Identitas Indonesia terhadap negara lain. Ini artinya perilaku warga negara harus utuh sebagai watak negara bangsa dalam berbagai aspek kehidupan. Realitas kehidupan hampir diseluruh perbatasan Indonesia dengan negara lain termasuk perbatasan Papua menunjukan adanya indikasi tingkat kemiskinan yang tinggi mengakibatkan rendahnya pula karakter kebangsaan berdampak pada partisipasi dalam pembangunan yang termasuk pula loyalitas dan kesetiaan terhadap negara kesatuan Indonesia. Idealnya pembangunan yang dilaksanakan selama ini seharusnya telah memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, namun sampai sekarang ini kesejahteraan itu tak kunjung tiba.

Akibat yang nampak secara nasional dan lokal adalah banyak warga negara Indonesia terutama daerah perbatasan banyak yang bealih menjadi warga negara lain, dan jika tidak sempat menjadi warga negara lain senantiasa ingin mengadu nasib di negara lain karena alasan kesejahteraan. Kenyataan diatas tidak dapat dibiarkan begitu saja, dan harus ditempuh langkah-langkah penyelesaian dalam rangka mencegah paling tidak mengurangi pilihan masyarakat yang mengambil keputusan tersebut dengan alasan kesejahteraan. Hal ini berkaitan erat dengan program pembangunan Nasional dan Implementasi Otonomi Daerah terutama Otonomi khusus Papua untuk mengatur rumahtangga sendiri. Pemerintah setempat harus mampu menciptakan program dalam Implementasi kebijakan publik untuk menjawab bahkan memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk itulah Penulis mengambil judul Esensi wawasan kebangsaan bagi masyarakat Indonesia di daerah Perbatasan Provinsi Papua. Harapan Penulis adalah fakta empiris Implementasi nilai wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia didaerah perbatasan terungkap untuk selanjtnya dilakukan analisa pemecahan masalah sebagai solusi bagi masyarakat perbatasan. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut Mengapa Wawasan kebangsaan sangat penting bagi masyarakat Indonesia di daerah perbatasan Papua? Agar masalah di atas dipecahkan dengan baik, maka diidentifikasikan masalahmasalah sebagai berikut : 1. Bagaimana wawasan kebngsaan masyarakat perbatasan Papua?

2. Bagaimana implementasi nilai-nilai wawasan kebangsaan masyarakat perbatasan Papua? 3.Bagaimana upaya membangun wawasan kebangsaan masyarakat perbatasan Papua? 4. Problema apa sajakah yang dihadapi masyarakat perbatasan Papua dalam penegembangan wawasan kebangsaan? 5. Bagaimana Implementasi kebijakan publik pembangunan di daerah perbatasan dalam kaitannya dengan pengembangan wawasan kebangsaan? C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Masyarakat perbatasan Masyarakat perbatasan adalah Kesatuan-kesatuan khusus dalam masyarakat yaitu kategori-kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok dan perkumpulan, yang saling berinteraksi dan memiliki ikatan khusus dan bertempat tinggal diwilayah perbatasan. Yang Penulis maksudkan dengan masyarakat perbatasan dalam penelitian ini adalah orang-orang warga negara Indonesia atau masyarakat bangsa Indonesia yang bertempat tinggal di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini tepatnya di Kota Jayapura Provinsi Papua. Masyarakat perbatasan ini adalah masyarakat yang homogen. Masyarakat homogen adalah masyarakat atau kelompok orang-orang /masyarakat yang memiliki ciri khas yang relatif sama. Sesuai observasi awal masyarakat yang mendiami perbatasan Papua dan Papua Nugini adalah masyarakat etnis Papua dengan ciri khas budaya, agama dan adat istiadat yang sama. Sedangkan masyarakat lain yang terlibat hanya temporer dibidang ekonomi melakukan usaha dengan melibatkan mayoritas warga negara asal Papua Nugini. 2.Daerah Perbatasan

Dalam beberapa sumber tulisan, Istilah batas ( boundary) dan perbatasan ( frontier ) dibedakan. Batas didefinisikan tanda yang membatasi bagian wilayah yang paling luar yang dikuasai oleh suatu negara. Sedangkan perbatasan adalah tapal batas atau garis pemisah antara dua negara. Boundary memiliki makna kedalam (intern), sedangkan frontier memiliki makna batas relasi antara dua negara yang bertetangga ( Carlson dalam Hayati (2007). Yang Penulis maksudkan dengan daerah perbatasan dalam penelitian ini adalah Daerah perbatasan Daratan Indonesia di Kota Jayapura Provinsi Papua dengan Papua Nugini 3. Wawasan kebangsaan Indonesia Wawasan kebangsaan merupakan cara pandang yang dilingkupi oleh rasa kebangsaan, paham kebangsaan, semangat kebangsaan dalam upaya mencapai cita-cita nasional Indonesia, dan mengembangkan eksistensi kehidupan atas dasar nilai-nilai luhur bangsa yakni Pancasila dan UUD 1945 yang berbihneka tunggal Ika. Ini berarti masyarakat didaerah perbatasan dengan karakter yang dimiliki wajib memandang bangsa Indonesia sebagai bangsanya sendiri dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan wilayah Indonesia lainnya. D.TUJUAN PENELITIAN 1.Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang wawasan kebangsaan masyarakat perbatasan dalam hubungannya dengam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan karakter dan budaya yang dimiliki. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan :

1. Mengungkapkan, mengkaji dan menganalisa wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia di daerah perbatasan Papaua. 2. Mengkaji bagaimana upaya membangun wawasan kebangsaan masyarakat perbatasan Papua 3. Mengkaji dan menganalisa Implementasi wawasan kebangsaan di Daerah perbatasan Papua. 4. Mendalami, mengkaji, problema yang dihadapi masyarakat perbatasan papua dalam Implementasi wawasan kebangsaan 5. Mengkaji dan menganalisa bagaimana Implementasi kebijakan publik dalam pembangunan wawasan kebangsaan Daerah perbatasan Papua. E. SIGNIFIKASI DAN MANFAAT PENELITIAN Secara teoritik, penelitian ini menggali dan mengkaji realitas implementasi wawasan kebangsaan, kemudian melakukan analisa yang akan sangat bermanfaat bagi upaya-upaya pembangungunan Nasionalisme kebangsaan. Selain itu agar masyarakat memiliki kemampuan dalam mengembangkan dirinya menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan dalam pergaulan Internasional. Temuan ini juga diharapkan bermanfaat bagi : a Para akademisi dalam mengkaji konsep-konsep pengembangan wawasan kebangsaan bagi masyarakat perbatasan. b Para pengembang kurikulum pendidikan formal maupun nonformal dalam menyusun kurikulum muatan Lokal di Daerah.

c Masukan bagi Pemerintah daerah untuk mengkaji model pembangunan pendidikan yang lebih tepat didaerah perbatasan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup serta harkat dan martabat masyarakat.. F. ASUMSI PENELITIAN Daerah perbatasan merupakan pintu gerbang yang mudah dipengaruhi faktor eksternal maupun internal. Untuk itulah penting artinya pembentukan wawasan kebangsaan sebagai modal partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Masyarakat Indonesia di daerah perbatasan harus mendapat perhatian yang sungguh dari pemerintah maupun pemerintah daerah, bahkan seluruh masyarakat karena daerah perbatasan sangat dekat aktifitasnya dengan negara lain. Kemajuan dan perkembangan daerah perbatasan merupakan cermin Indonesia terhadap negara lain, bahkan dunia Internasional. Pembangunan dalam rangka mempersiapkan masyarakat Indonesia didaerah perbatasan harus dilakukan dengan program yang jelas dan menyentuh kehidupan nyata.