BAB I PENDAHULUAN. bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. industri yang menjanjikan, paling tidak kini pariwisata telah berarti bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa (goods and service)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya, dengan pariwisata juga kita bisa reffresing untuk mendapatkan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis pelaksanaan personal selling dan sales promotion

BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pendukung utama yang menunjang dalam bisnis di bidang pariwisata. Sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki suatu nilai yang tidak hilang meskipun zaman sudah

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat menjadi lahan usaha menjanjikan bagi masyarakatnya. United

BAB V PENUTUP. yang mempengaruhi intensitas persaingan pada industri perhotelan kelas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

lbab V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI melalui personal selling dan sales promotion di Aston Tropicana Hotel dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan kajian World Economic Forum (WEF) lewat laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sektor industri lainnya di masing-masing negara. Hal ini terbukti dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Manajemen Pemasaran. mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai berikut:

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang besar. Hal tersebut dikarenakan Indonesia dikenal sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. cepat, dikarenakan oleh kunjungan wisatawan yang semakin meningkat untuk datang

PARIWISATA DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Dengan bertambahnya hotel baru di Jakarta menjadikan persaingan bisnis

BAB I. mendorong tumbuhnya berbagai industri sebagai upaya dalam memenuhi. Persaingan dalam dunia industri sebagai dampak dari beragamnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Peneltian

BAB I PENDAHULUAN. memadai bagi para wisatawan. Pertumbuhan pembangunan Hotel hotel baru di. fasilitas bisnis yang ditawarkan oleh hotel.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia, salah satunya yaitu pariwisata di Indonesia. Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga timbul banyak persaingan

Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan Agustus 2017

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

KUNJUNGAN WISATA MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan semakin majunya teknologi dan perkembangan yang

Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017

BAB I PENDAHULUAN. internet dalam kebutuhan masyarakat sehari-hari. Hampir setiap masyarakat

2015 PENGARUH SERVICE RECOVERY DAN CUSTOMER EMOTIONS TERHADAP KEPUASAN TAMU DI GRAND SERELA SETIABUDHI HOTELBANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia, salah satunya yaitu pariwisata di Indonesia. Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk

Tabel 1.Wisatawan Mancanegara yang Mengunjungi DKI Jakarta Menurut Pintu Masuk. Pintu Masuk Bulan-Tahun

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih ketat antara sesama pengelola jasa akomodasi yang ada di Kota Gorontalo

Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Nama Perusahaan. Alamat. Tanggal : / / Telepon/Fax

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sejak dilaksanakannya deregulasi sektor keuangan pasca krisis. moneter dan perubahan kebijaksanaan ekonomi yang dilakukan Pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, perdagangan, pendidikan, dan industri di bagian timur pulau Jawa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

BAB I PENDAHULUAN. dekade ke depan. Dengan pertumbuhan wisatawan yang berkisar 4. persen dalam 10 tahun ke depan, diprediksi akan ada sekitar 400 juta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam industri pariwisata, hotel memegang peranan penting. Hotel adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu sektor ekonomi yang mampu untuk terus berekspansi juga melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

Dari pengertian diatas, maka hotel juga dapat definisi seperti di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mutu yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara untuk berkunjung. Seiring dengan meningkatnya kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh sebagian besar ditopang oleh sektor jasa. Menurut data yang ada pada tahun

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL ,36 PERSEN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PARIWISATA DKI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain yang terkait. Wisata itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Industri di sektor pariwisata mempunyai potensi yang cukup besar bagi

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PARIWISATA DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup berarti,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu usaha yang memberikan kontribusi besar bagi negara-negara di seluruh dunia, hal ini dibuktikan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan oleh pariwisata sebesar 5%. Pertumbuhan bisnis di bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization (UNWTO) menyebutkan bahwa pada penerimaan dari wisatawan yang berwisata di seluruh dunia mencapai US$ 1,75 milyar dengan jumlah wisatawan mencapai 1.035 juta. Usaha di sektor pariwisata merupakan aset yang berharga bagi perekonomian suatu negara.devisa yang dihasilkan dari usaha-usaha pariwisata seperti restoran, akomodasi, biro perjalanan, penerbangan turut berdampak pada pendapatan yang diterima oleh suatu negara. Pendapatan dari sektor wisata ini disebabkan adanya keinginan serta kebutuhan wisatawan untuk berkunjung. Keinginan wisatawan untuk berkunjung perlu diiringi dengan kemudahan aksessibilitas, fasilitas yang ditawarkan dan ketersediaan sarana akomodasi. Aksessibilitas, fasilitas serta akomodasi yang dikelola secara baik akan mampu menarik wisatawan dalam jumlah yang lebih besar. Hotel merupakan salah satu 1

2 bentuk akomodasi yang menunjang aktivitas pariwisata, dimana ketersediaan hotel menjadi suatu fasilitas pendukung bagi wisatawan yang berkunjung ke suatu negara. Peningkatan kunjungan wisatawan menjadi suatu prospek usaha yang menjanjikan bagi para investor untuk mendirikan hotel. Pembangunan hotel disebabkan adanya peningkatan permintaan akan tingkat hunian setiap tahunnya. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di 20 provinsi di Indonesia mencapai rata-rata 56,05% pada Desember 2012 atau naik 0,48 poin dibandingkan TPK Desember 2011 sebesar 55,57%. (Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013). Peningkatan tingkat hunian hotel di seluruh provinsi yang tersebar di Indonesia diiringi dengan perkembangan industri perhotelan yang berkembang pesat. Begitupun halnya dengan pertumbuhan jumlah akomodasi di Provinsi Jawa Barat yang melebihi jumlah akomodasi provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa. Data mengenai jumlah akomodasi di Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2012 sebagai berikut: TABEL 1.1 JUMLAH AKOMODASI DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2012 TAHUN JENIS USAHA AKOMODASI JUMLAH HOTEL BERBINTANG AKOMODASI LAINNYA 2009 166 1367 1533 2010 178 1374 1552 2011 198 1386 1584 2012 210 1442 1652 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2013. Tabel 1.1 menunjukkan pertumbuhan industri perhotelan baik hotel bintang maupun non bintang memiliki potensi yang cukup besar. Pertumbuhan hotel yang

3 pesat seiring dengan tingginya laju tingkat hunian. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Desember 2012 mencatat bahwa TPK hotel berbintang di Provinsi Jawa Barat tercatat 57,56%, angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 50,97%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah wisatawan ke Provinsi Jawa Barat. Peningkatan jumlah wisatawan ini dikarenakan adanya keberagaman objek wisata serta kota-kota tujuan wisata yang memiliki keunggulannya tersendiri. Tidak terkecuali untuk Kota Bogor. Kota Bogor memiliki daya tarik bagi para wisatawan yang ingin berekreasi ke berbagai tempat wisata yang dimilikinya. Kota Bogor yang dapat ditempuh 1 jam dari kota besar seperti Jakarta menjadi alternatif bagi wisatawan yang ingin berwisata ataupun tamu bisnis yang ingin mengadakan kegiatan meeting. Kota Bogor memiliki beragam obyek wisata dan sarana akomodasinya. Ketersediaan hotel mulai dari hotel melati hingga hotel bintang lima di Kota Bogor yang didukung dengan beragam destinasi wisata yang dimiliki serta jajanan khas Kota Bogor menjadikan Kota Bogor semakin diminati wisatawan, baik wisman maupun wisnus. Berikut data mengenai perkembangan kunjungan wisatawan ke Kota Bogor tahun 2007-2012 yang ditunjukkan pada Tabel 1.2. WISATAWAN TABEL 1.2 PERTUMBUHAN KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BOGOR TAHUN 2007-2012 PERKEMBANGAN TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012

4 NUSANTARA 716.807 1.086.374 1.190.793 1.205.628 1.309.875 1.428.957 MANCANEGARA 31.443 102.737 102.055 104.076 106.137 110.219 JUMLAH 748.250 1.189.111 1.292.848 1.309.704 1.416.012 1.539.176 Sumber: Disbudpar Kota Bogor, 2013. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa adanya peningkatan pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Kota Bogor setiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa Kota Bogor memiliki potensi wisata yang cukup tinggi. Ketersediaan objek wisata didukung dengan ketersediaan hotel sebagai fasilitas penunjang bagi wisatawan. Ketersediaan hotel di Kota Bogor mengalami peningkatan, termasuk ketika hotel-hotel di Kota Bogor memperluas pangsa pasarnya ke tamu-tamu bisnis. Pada tahun 2012, jumlah hotel secara keseluruhan di Kota Bogor berjumlah 46 hotel. (Sumber: Disbudpar Kota Bogor, 2013). Klasifikasi hotel untuk hotel berbintang menjadi pilihan yang bervariasi bagi wisatawan yang ingin menginap ataupun tamu bisnis. Data mengenai jumlah hotel berbintang di Kota Bogor tahun 2012 sebagai berikut: 25 20 15 23 Bintang 1 10 Bintang 2 5 10 6 7 Bintang 3 Bintang 4 0 Klasifikasi Hotel Sumber: Disbudpar Kota Bogor, 2013.

5 GAMBAR 1.1 JUMLAH HOTEL BERBINTANG DI KOTA BOGOR TAHUN 2012 Gambar 1.1 menunjukkan bahwa hotel bintang satu mendominasi jumlah hotel berbintang di Kota Bogor tahun 2012. Sedangkan hotel bintang tiga memiliki jumlah terendah dibandingkan klasifikasi hotel bintang lainnya. Salah satu hotel bintang tiga di Kota Bogor dengan konsep yang cukup unik, yaitu Sahira Butik Hotel. Hotel berbintang tiga yang mengusung konsep Quality, Exclusive, Madani ini berbeda dengan para pesaingnya. Kualitas pelayanan yang Exclusive merupakan cerminan dari butik hotelnya itu sendiri dan konsep Madani yang ditampilkan adalah Universal Point yang memiliki arti yaitu konsep operasional yang sejalan dengan norma agama, hukum dan masyarakat. Persaingan yang ketat diantara para penyedia jasa hotel berbintang tiga yang setaraf dengan Sahira Butik Hotel, menjadikan market share hotel berbintang tiga di Kota Bogor cukup bervariasi. Keberagaman fasilitas yang diberikan, variasi harga yang ditawarkan oleh masing-masing hotel menjadi suatu pencapaian tingkat kesediaan tamu untuk menginap. Data mengenai market share hotel berbintang tiga di Kota Bogor tahun 2012 - Maret 2013 sebagai berikut:

6 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 80,94% Mirah Hotel Sahira Butik Hotel 72,73% 71,51% 68,25% 65,33% 57,06% Hotel Royal Hotel Hotel Ririn Hotel Braja Pangrango 2 Mustika Sumber: Sales & Marketing Dept Sahira Butik Hotel, 2013. GAMBAR 1.2 MARKET SHARE HOTEL BINTANG 3 DI KOTA BOGOR TAHUN 2012-MARET 2013 Gambar 1.2 menunjukkan bahwa Sahira Butik Hotel belum menjadi market leader diantara hotel bintang tiga lainnya di Kota Bogor. Pihak manajemen Sahira Butik Hotel terus berupaya agar Sahira Butik Hotel mampu menjadi market leader yang diantaranya dapat meningkatkan tingkat occupancy setiap tahunnya. Berikut ini data tingkat occupancy Sahira Butik Hotel tahun 2009-2012 yang ditunjukkan pada Tabel 1.3. TABEL 1.3 TINGKAT OCCUPANCY DAN RATA-RATA HARGA KAMAR SAHIRA BUTIK HOTEL TAHUN 2009-2012 Tahun Room Available Room Sold % Occupancy Average Room Rate (Rp.) 2009 12.040 7.560 62,79% 390.695 2010 27.826 18.695 67,18% 402.758 2011 29.835 22.503 75.42% 434.667

7 2012 29.755 21.810 73.29% 432.742 Sumber: Front Office Dept Sahira Butik Hotel, 2013. Tabel 1.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 ke 2012 terjadi penurunan tingkat occupancy sebesar 2%. Penurunan tingkat occupancy ini disebabkan persaingan diantara para penyedia jasa perhotelan di Kota Bogor sehingga pihak sales marketing Sahira Butik Hotel berupaya meningkatkan efektifitas kegiatan promosinya. Efektifitas kegiatan promosi ini diharapkan berdampak pada tingkat occupancy tamu, khususnya tamu bisnis. Tingkat occupancy di Sahira Butik Hotel lebih didominasi oleh segmen pasar tamu bisnis yang terdiri dari corporate dan government. Berikut data mengenai segmentasi tamu di Sahira Butik Hotel tahun 2012 yang dijelaskan pada Gambar 1.3. 14% GIT FIT 86% Segmentasi Tamu Sumber: Sales & Marketing Dept Sahira Butik Hotel, 2013.

8 GAMBAR 1.3 SEGMENTASI TAMU DI SAHIRA BUTIK HOTEL TAHUN 2012 Gambar 1.3 menunjukkan bahwa segmentasi pasar di Sahira Butik Hotel didominasi oleh GIT (Group Individual Traveller) yang salah satunya terdiri dari tamu bisnis dengan jumlah sebesar 17.427 tamu. Sedangkan travel menempati segmentasi pasar terendah di Sahira Butik Hotel sebesar 447 tamu. Untuk meningkatkan tingkat hunian serta memperluas pangsa pasar khususnya tamu bisnis, pihak manajemen Sahira Butik Hotel melakukan kegiatan promosi berupa personal selling dan sales promotion tools yang diupayakan dapat menarik minat tamu bisnis untuk menginap dan melakukan aktivitas lainnya. Sahira Butik Hotel melakukan dua dari kegiatan-kegiatan promosinya, dengan melakukan personal selling dan sales promotion tools yang dilakukan secara khusus untuk tamu bisnis. Personal selling berperan memperkenalkan serta menawarkan produk atau jasa yang dimiliki oleh perusahaan kepada konsumen, menangani keluhan yang diajukan konsumen serta memberikan insentif seperti cinderamata sebagai tanda penutup penjualan. Selain sebagai alat promosi yang paling efektif, personal selling juga mengeluarkan biaya promosi yang terbilang kecil sehingga perusahaan tidak mengeluarkan biaya yang tinggi untuk kegiatan promosi. Berikut tahapan dalam kegiatan personal selling di Sahira Butik Hotel.

9 TABEL 1.4 TAHAPAN DALAM PERSONAL SELLING DI SAHIRA BUTIK HOTEL Tahapan Personal Sellling Penerapan Personal Selling Personal Skills - Meningkatkan kemampuan teknik berkomunikasi kepada tamu melalui training yang diadakan oleh pihak HRD Sahira Butik Hotel dua kali dalam sebulan, bagaimana teknik berkomunikasi verbal maupun non verbal yang baik dengan tamu. Selling Skills - Melakukan penjualan secara tatap muka yaitu sales call selama delapan kali dalam sebulan. - Menawarkan pilihan paket meeting serta paket harga khusus selain menawarkan pilihan harga kamar yang tersedia. Sumber: Sales & Marketing Dept Sahira Butik Hotel, 2013. Definisi personal selling menurut Edexcel BTEC (2010:1), The marketing function that deals with the customer on a direct or face-to-face basis. Personal selling attempts to inform and educate prospective customers and to persuade them to purchaseproducts and services. Dapat dikatakan bahwa personal selling berperan dalam menginformasikan pelanggan mengenai produk dan jasa yang dimiliki perusahaan serta mengajak pelanggan untuk menggunakan maupun membeli produk tersebut. Menurut Edexcel BTEC (2010:2), tahapan pertama yaitu personal skills yang memiliki arti teknik salesperson dalam berkomunikasi dengan tamu dalam bentuk komunikasi verbal seperti mendengarkan pendapat tamu, menanyakan atau menawarkan bantuan kepada tamu maupun dalam bentuk non verbal dan cara

10 salesperson dalam bernegosiasi serta kerjasama dan ketegasan dalam menyatakan pendapat atau saran. Selling skills berupa kemampuan salesperson dalam menawarkan serta menjual produk maupun jasa dengan berbagai jenis penjualan seperti penjualan melalui tatap muka atau melalui telepon, dan dengan berbagai jenis penawaran seperti penawaran satu jenis produk, maupun berbagai jenis produk dan seperti kemampuan salesperson mengetahui produk, menciptakan kesadaran menggunakan produk, mengidentifikasi keunggulan produk dan mencatat pemesanan tamu. Kemampuan salesperson baik secara personal maupun dalam menjual produk, menjadi suatu titik pandang bagi pelanggan dalam melihat keunggulan produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, kemampuan salesperson dalam menjual produk perlu untuk ditingkatkan agar komunikasi dengan pelanggan terjalin secara dua arah. Selain personal selling, pihak sales & marketing Sahira Butik Hotel juga memberikan sales promotion tools yang keduanya bertujuan meningkatkan keputusan tamu bisnis untuk menginap dan melakukan aktivitas lainnya. Menurut Kotler and Keller (2012:519), sales promotion didefinisikan sebagai A key ingredient in marketing campaigns consist of a collection of particular product or service by consumer or the trade. Sales promotion juga dapat diartikan sebagai berbagai bentuk alat promosi untuk meningkatkan penjualan produk maupun jasa yang dilakukan dalam jangka pendek. Sales promotion (promosi penjualan)

11 bermanfaat penting dalam merangsang respons konsumen berupa perilaku (behavioral response). Pelaksanaan sales promotion tools ini diantaranya yaitu pemberian kupon, potongan harga serta hadiah. Jenis sales promotion tools yang dilakukan oleh pihak sales & marketing Sahira Butik Hotel ditunjukkan pada Tabel 1.5 berikut. TABEL 1.5 JENIS SALES PROMOTION TOOLS DI SAHIRA BUTIK HOTEL Jenis Sales Promotion Tools Penerapan Kupon - Voucher menginap gratis 1 malam untuk tamu bisnis yang melakukan pemesanan kamar kelipatan dari 15 kamar. Potongan Harga - Pemberian potongan harga sebesar 30% pada saat low seasonal weekend. Hadiah - Pemberian hadiah berupapayung,notes maupun kalender bagi tamu bisnis yang melakukan pemesanan kamar kelipatan dari 15 kamar. Sumber: Sales & Marketing Dept Sahira Butik Hotel, 2013. Jenis sales promotion tools yang dilakukan oleh Sahira Butik Hotel, termasuk pada kupon, potongan harga dan hadiah. Menurut Kotler and Keller (2012:521), alatalat promosi penjualan diantaranya sampel, kupon, rabat, potongan harga, diskon, program frekuensi, hadiah (kontes, undian, permainan), hadiah berlangganan, pengujian gratis, garansi produk, promosi bersama, promosi silang dan peragaan di tempat penjualan (POP). Kupon memberikan pembeli pengurangan harga ketika membeli produk tersebut. Potongan harga menawarkan penghematan dari harga yang

12 tertera di produk tersebut, ditandai di label atau kemasan produk. Hadiah menawarkan kesempatan untuk memenangkan uang tunai atau barang setelah melakukan pembelian. Ketiga jenis sales promotion ini bertujuan untuk mendorong penjualan produk serta jasa yang ditawarkan oleh Sahira Butik Hotel. Personal selling dan sales promotion tools sebagai alat promosi bertujuan untuk menciptakan keputusan menginap tamu bisnis di Sahira Butik Hotel. Personal selling yang dilakukan delapan kali dalam sebulan oleh tim sales & marketing di Sahira Butik Hotel dengan mendatangi perusahaan-perusahaan baik di dalam maupun luar kota Bogor. Sales promotion tools yang terdiri dari pemberian kupon, potongan harga, serta hadiah ini dilakukan untuk meningkatkan penjualan akan produk dan jasa yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan penelitian mengenai Pengaruh Personal Selling dan Sales Promotion Tools Terhadap Keputusan Menginap Tamu Bisnis di (Survei pada Tamu Bisnis di ). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana personal selling di.

13 2. Bagaimana sales promotion tools di. 3. Bagaimana keputusan menginap tamu bisnis di. 4. Bagaimana pengaruh personal selling dan sales promotion tools terhadap keputusan menginap tamu bisnis di baik secara simultan maupun parsial. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh hasil temuan mengenai: 1. Personal selling di. 2. Sales promotion tools di. 3. Keputusan menginap tamu bisnis di. 4. Pengaruh personal selling dan sales promotion tools terhadap keputusan menginap tamu bisnis di. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu manajemen

14 pemasaran pariwisata di bidang perhotelan dengan mengkaji pemahaman mengenai personal selling dan sales promotion tools serta keputusan menginap tamu bisnis. 2. Kegunaan Praktis: Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak Sahira Butik Hotel dalam menciptakan keputusan menginap tamu bisnis melalui personal selling dan sales promotion tools. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi instansi pemerintah maupun swasta yang berwenang dalam industri perhotelan pada khususnya.