Trana Uminingsih INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
EFFECTIVENESS OF PATIENT SAFETY TRAINING WITH SPEECH METHODE IN INCREASING NURSING STAFF S KNOWLEDGE IN PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL OF BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

EFEKTIVITAS PELATIHAN PATIENT SAFETY DENGAN METODE CERAMAH DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN PERAWAT DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Peraturan Menteri

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif. Data diambil

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. care and acritical component of quality management.. Keselamatan pasien

PENINGKATAN PEMAHAMAN PERAWAT PELAKSANA DALAM PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN MELALUI PELATIHAN KESELAMATAN PASIEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan tingginya standar tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain perlakuan semu (quasi experiment designs) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan pre-test and

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. terletak di Jalan Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah sakit ini

EFEKTIFITAS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA MENGATASI MASALAH KESEHATAN DI KELUARGA. Agrina 1, Reni Zulfitri

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

sebelum diberi perlakuan (kelompok eksperimen)

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dan memegang peranan penting dalam memberikan pelayanan. kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan dapat terwujud dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen Apotek Non Praktek Dokter di Kuta Utara

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP


KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap. Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity),

BAB III METODE PENELITIAN. Queen Latifa Yogyakarta, Kemudian dilakukan analisis antara Profesi, Intensitas

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PERSIAPAN PASIEN PULANG TERHADAP KEPUASAN PASIEN TENTANG PELAYANAN KEPERAWATAN DI RS ROMANI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

Mohammad Iqbal Bumulo Hendro Bidjuni Jeavery Bawotong

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

BAB III METODE PENELITIAN. dibandingkan dengan standar normatif, serta mendeskripsikan persepsi

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu (quasi

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KERJA DAN KESADARAN INDIVIDU DENGAN PENERAPAN PATIENT SAFETY DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN. berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, O1 X O2 O3 - O4

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB III METODE PENELITIAN. semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Efektivitas Pelatihan Patient Safety dengan Metode Ceramah dalam Meningkatkan Pengetahuan Perawat di Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul EFEKTIVITAS PELATIHAN PATIENT SAFETY DENGAN METODE CERAMAH DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN PERAWAT DI RAWAT INAP RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Trana Uminingsih INTISARI Latar Belakang: Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul merupakan rumah sakit tipe C dengan kapasitas 129 tempat tidur. Tingkat hunian tempat tidur selama 3 tahun terakhir adalah sekitar 60% -70%. Perawat merupakan unsur penting di rumah sakit dalam pelayanan keselamatan pasien. Meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan keselamatan pasien dibutuhkan perawat yang bekerja secara professional. Untuk itu peningkatan pengetahuan perawat merupakan hal yang sangat penting. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen dengan rancangan penelitian pre test-post test dengan control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di instalasi rawat inap dewasa dari PKU Muhammadiyah Bantul rumah sakit yang memenuhi criteria inklusi dan ekslusi. Total Sampel adalah responden dengan teknik pengambilan sampling simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner yang diisi pada saat pre test dan post test. Uji analisis menggunakan t-test dengan taraf signifikansi 5%. Hasil dan Pembahasan: Hasil penelitian untuk perawat (kelompok eksperimen) dan Perawat (kelompok kontrol), menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan perawat sesudah pelatihan dalam kelompok eksperimen (p value: 0,00) dan tidak ada perbedaan signifikan dalam meningkatkan pengetahuan perawat pada kelompok kontrol (p value: 0.083) sesudah intervensi. Kesimpulan : Pelatihan patient safety dengan metode ceramah efektif untuk meningkatkan pengetahuan perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Sarannya adalah Rumah Sakit perlu membuat program pelatihan secara berkelanjutan mengenai keselamatan pasien dengan metode role play sebagai upaya mengembangan standart kinerja sebagai bentuk fasilitasi transfer pemahaman staf keperawatan. Kata kunci: efektivitas pelatihan, Keselamatan pasien, tingkat pengetahuan. PENDAHULUAN Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien bertujuan menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016 sehingga sangat merugikan baik pasien sendiri dan pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang cukup tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain sebagainya Untuk meminimalisir kejadian nyaris cedera atau KTD maka Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) mengemukakan 6 sasaran keselamatan pasien (patient safety) sebagai syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh KARS. Penyusunan ini mengacu kepada nine life-saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient safety (2007) yang juga digunakan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah sakit (KKPRS PERSI) dan dari Joint Commission International (JCI). Enam sasaran tersebut yaitu: mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi yang efektif, meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai, memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien dengan benar, mengendalikan resiko infeksi dan pengurangan resiko jatuh,menurut KARS Perawat memegang peranan yang sangat penting untuk meningkatkan keselamatan pasien karena kedekatannnya yang melekat pada pasien. Posisi ini memberikan wawasan yang diperlukan perawat untuk mengidentifikasi masalah dalam sistem kesehatan dan menjadi bagian dari solusi keselamatan pasien. Perawat harus didukung dan didorong tanpa takut dihukum, serta memiliki pemahaman tentang bagaimana perubahan budaya organisasi dapat dicapai menurut Friessen Dalam lingkup keselamatan pasien, pengetahuan SDM (sumber daya manusia) di kesehatan termasuk perawat merupakan hal yang berhubungan dengan komitmen yang sangat diperlukan dalam upaya untuk membangun budaya keselamatan pasien, menurut Cahyono Rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul merupakan salah satu rumah sakit yang sedang mengembangkan program patient safety. Informasi dari kepala ruang dinyatakan bahwa 80% perawat sudah diberikan sosialisasi tentang patient safety oleh Tim patient safety pada tahun 2010, akan tetapi menurut informasi dari bagian diklat efektivitas dari sosialisasi patient safety tersebut belum pernah dievaluasi sejak 2011 sampai sekarang, dan setelah itu tidak pernah dilakukan pelatihan patient safety lagi.

Efektivitas Pelatihan Patient Safety dengan Metode Ceramah dalam Meningkatkan Pengetahuan Perawat di Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul Wawancara dengan 15 perawat dirasakan harus dibenahi. Untuk itu perlu pelaksana di rawat inap, 6 perawat menyatakan kurang tertarik dan malas untuk melakukan tindakan safety tersebut dengan alasan tidak ada pengaruhnya terhadap kesejahteraan mereka dan 9 perawat mengatakan belum memahami tentang prinsip-prinsip patient safety. Hal ini dimungkinkan sosialisasi yang pernah diberikan masih terbatas pada penekanan terhadap dukungan manajemen dan kewajiban staf untuk menerapkan keselamatan pasien dan belum secara spesifik memberikan gambaran mengenai bagaimana kontribusi individu selaku tenaga profesional dalam menerapkan keselamatan pasien sehingga pelaksanaan patient safety belum optimal. Beberapa hal lain dikarenakan belum adanya persepsi yang sama tentang pengisian format pelaporan insiden, adanya perasaan takut disalahkan jika melaporkan suatu insiden,ini teridentifikasi sebagai kendala yang ditemukan oleh Tim patient safety. Belum optimalnya nilai-nilai kesadaran dalam membangun budaya patient safety berhubungan dengan peran perawat melalui peningkatan pengetahuan perawat dalam mendukung program keselamatan pasien yang harus terus menerus diingatkan juga merupakan kondisi yang diadakan pelatihan dengan metode ceramah. Menurut Kamil Metode ceramah ini paling mudah digunakan serta paling umum dimengerti daripada metode pembelajaran lain yang banyak dikembangkan sekarang dan sangat cocok untuk menyampaikan materi yang baru, menghadapi kelompok yang besar, waktu yang terbatas dan bisa meringkaskan bahan yang dikembangkan melalui metode pembelajaran lain. Dengan metode ini juga diharapkan umpan balik dan partisipasi peserta melalui diskusi dapat meningkat. Apabila partisipasi meningkat maka harapannya pengetahuan juga meningkat dan ini merupakan unsur penting bagi Rumah Sakit untuk bisa mengoptimalkan budaya patient safety. Berdasarkan latar belakang tersebut menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan yang mengedepankan keselamatan pasien membutuhkan pengetahuan keperawatan yang baik, sehingga dirumuskan masalah bagaimana efektifitas pelatihan patient safety dengan metode ceramah dalam meningkatkan pengetahuan Perawat di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul.

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Quasi eksperiment dengan rancangan penelitian pre-test- post-test with control group design. Subyek penelitian ini adalah perawatpelaksana yang melakukan asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian dilakukan mulai bulan februari sampai Maret 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di Instalasi Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang berjumlah 161orang dengan jumlah sampel yang akan diteliti adalah 62 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel bebas ( independent Variable) adalah pelatihan patient safety dengan metode ceramah (X1) dan variabel terikat (dependent Variable) adalah tingkat pengetahuan Perawat. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang diberikan saat pre test dan post test. Dalam uji validitas menggunakan korelasi product moment, uji reliabilitas dengan Cronbach s Alpha. Untuk analisa datanya menggunakan uji t-test. Adapun jalannya penelitian adalah melakukan pre test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah pre test kemudian dilanjutkan dengan pelatihan patient safety pada kelompok eksperimen, dan memberikan leaflet pada kelompok kontrol. Setelah pelatihan dilakukan post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. HASIL Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul adalah rumah sakit swasta yang sedang berkembang. Berawal dari sebuah Balai Pengobatan dan Rumah Barsalin (BP/RB) yang didirikan tahun 1966, kemudian pada tanggal 21 Agustus 1995 menjadi Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak. Pada tahun 2001 rumah sakit ini telah resmi menjadi rumah sakit umum tipe C dengan jumlah tempat tidur sebanyak 104 buah. Seiring dengan perkembangan RS, saat ini RS PKU Muhammadiyah Bantul telah memiliki sedikitnya 129 TT (tempat tidur) yang terbagi di 9 ruang rawat. Saat ini jumlah karyawan tetap sekitar 325 orang dan karyawan tidak tetap berjumlah 98 orang, dan honorer 44 orang. Tenaga medis terdiri dari dokter umum sebanyak 15 orang, dokter spesialis 51 orang, dan dokter gigi sebanyak 5 orang. Jenis pelayanan yang ada di RS PKU Muhammadiyah Bantul antara lain pelayanan 24 jam yang mencakup Instalasi Gawat Darurat, Rawat inap, ICU,

Efektivitas Pelatihan Patient Safety dengan Metode Ceramah dalam Meningkatkan Pengetahuan Perawat di Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul pelayanan bersalin, pelayanan operasi, pelayanan rukti jenazah. Selain itu ditunjang oleh adanya pelayanan penunjang medik seperti laboraturium klinik, farmasi, radiologi, ambulance 118, USG, pelayanan gizi serta CT-Scan. Tabel 1.1 Karakteristik Responden Karakterisktik Umur < 25 tahun 25 30 tahun > 30 tahun Jumlah Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Pendidikan D3 Sarjana Jumlah Lama bekerja di RS 1 5 tahun 6 10 tahun Jumlah Lama bekerja di bangsal 1 5 tahun 6 10 tahun Jumlah Sumber : data primer diolah Kontrol Eksperimen N % n % 6 22 3 4 27 23 8 19 12 24 7 19,35 70,97 9,68 12,90 87,10 74,19 25,81 61,29 38,71 77,42 22,58 3 24 4 3 28 24 7 21 10 26 5 9,68 77,42 12,90 9,68 90,32 77,42 22,58 67,74 32,26 83,87 16,13 Melihat tabel diatas maka dapat disimpulkan responden penelitian sebagian besar berumur 25 sampai 30 tahun baik pada kelompok kontrol maupun eksperimen. Responden perempuan juga lebih banyak dari pada laki-laki pada kedua kelompok. Berdasarkan tingkat pendidikan responden yang lulus D3 lebih banyak dibandingkan lulusan S1 Keperawatan. Sebagian besar responden penelitian sebagian besar telah bekerja di Rumah sakit maupun bangsal selama 1 sampai 5 tahun. Hasil paired t-test pada kelompok kontrol

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016 Hasil penelitian pengetahuan perawat tentang patient safety pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa nilai rerata (mean) 15,19 saat pre-test dan 15,29 saat post-test. Melihat hasil pada gambar 4.1 diatas bisa disimpulkan bahwa antara pre test dan post test pada kelompok kontrol tidak ada peningkatan pengetahuan yang berarti. Uji beda antara pengetahuan perawat tentang patient safety pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah intervensi dengan menggunakan paired sample t-test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,083. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata pengetahuan perawat tentang patient safety pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah diadakan pelatihan. Hasil paired t-test pada kelompok eksperimen. Hasil penelitian pengetahuan perawat tentang patient safety pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa nilai rerata (mean) 15,71 saat pretest dan 19,32 saat post-test. Melihat gambar tersebut berarti bisa disimpulkan ada peningkatan pengetahuan. Uji beda antara pengetahuan perawat tentang patient safety pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah pelatihan dengan menggunakan paired sample t-test. Selanjutnya dilakukan uji beda dengan menggunakan paired sample t- Test. Kenaikan rata-rata tingkat pengetahuan perawat tentang patient safety pada kelompok eksperimen sebesar 23,0%. Hasil independent t-test. Diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata pengetahuan perawat tentang patient safety pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah diadakan pelatihan dengan metode ceramah. PEMBAHASAN Pengetahuan perawat masingmasing kelompok belum optimal walaupun secara keseluruhan tingkat pendidikan responden minimal DIII keperawatan. Peran dan fungsi dari Tim patient safety di rumah sakit juga belum terlalu optimal. Nilai rata-rata pengetahuan perawat pelaksana mengenai keselamatan pasien pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan kondisi pengetahuan awal mengenai keselamatan pasien yang belum adequate.

Efektivitas Pelatihan Patient Safety dengan Metode Ceramah dalam Meningkatkan Pengetahuan Perawat di Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul Pertimbangan atas kesamaan kriteria kontrol sehingga hasil penelitian ini inklusi yang telah terpenuhi oleh responden pada masing-masing kelompok secara umum memberikan gambaran bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sudah cukup homogen. Hal ini berarti bahwa walaupun terdapat perbedaan nilai pengetahuan pada kedua kelompok namun jika dibandingkan dengan nilai maksimal yang harus diperoleh secara keseluruhan responden maka nilai pengetahuan pada kedua kelompok masih belum optimal. Hasil penelitian dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Juslida yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum intervensi (nilai kelompok intervensi lebih tinggi daripada nilai kelompok kontrol) dengan p value sebesar 0,007. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Juslida yang menemukan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p value : 0,0001. Perbedaan pengetahuan yang disimpulkan melalui hasil pengukuran post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disebabkan karena tidak adanya stimulus berupa pelatihan pada kelompok menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok perawat yang diberi pelatihan dan yang tidak diberi pelatihan. Perbedaan pengetahuan yang diperoleh perawat setelah mendapatkan pelatihan merupakan salah satu bentuk kemanfaatan yang dicapai oleh individu dan rumah sakit. Pelatihan perawat tentang patient safety di RSU PKU Muhammadiyah Bantul secara nyata dapat meningkatkan pengetahuan perawat. Peningkatan pengetahuan juga akan meningkatkan kemampuan afektif, motorik dan kognitif sehingga diharapkan akan diperoleh suatu peningkatan produktifitas atau hasil yang baik Pelatihan merupakan proses secara sistematik bagi individu untuk mendapatkan dan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk kirerja yang lebih baik menurut Baron Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan perawat pelaksana mengenai penerapan patient safety sebelum dan sesudah mendapatkan pelatihan pada kelompok eksperimen dengan p value 0,00 dan tidak ada perbedaan pengetahuan perawat pelaksana mengenai penerapan keselamatan pasien sebelum dan sesudah

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016 pelatihan pada kelompok kontrol dengan p value: 0,083. Hasil penelitian yang didapatkan pada kelompok eksperimen dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Juslida yang menemukan bahwa pada kelompok intervensi didapatkan perbedaan nilai ratarata sebelum dan sesudah intervensi dengan p value sebesar 0,0001. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kirana yang menemukan bahwa ada perbedaan kemampuan koqnitif perawat secara signifikan pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan pelatihan dengan p value 0,000. Sebaliknya, penelitian lain yang berbeda dengan hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Indraswati yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan perawat sebelum dan sesudah mendapatkan pelatihan melalui pengukuran sebelumnya, dengan p value 0,454. Hasil penelitian yang didapatkan pada kelompok kontrol juga berbeda jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Juslida dimana dalam penelitian yang dilakukannnya dengan menggunakan kelompok kontrol yang berada dalam lingkup rumah sakit yang sama terdapat peningkatan nilai pada kelompok kontrol atau terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna pada kelompok kontrol sebelum dan setelah intervensi walaupun kelompok kontrol tidak mendapatkan pelatihan dengan p value 0,007. Walaupun secara umum desain penelitian yang digunakan sama akan tetapi Juslida mengemukakan bahwa perawat yang terlibat dalam kelompok intervensi maupun kelompok kontrol merupakan perawat yang berasal dari ruangan yang sama yang memungkinkan terjadinya interaksi antar kelompok diluar kegiatan pelatihan. Perbedaan hasil uji statistik antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa ternyata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memberikan respon yang berbeda berdasarkan ada atau tidak adanya stimulus berupa pelatihan keselamatan pasien. Adanya peningkatan pengetahuan perawat pelaksana mengenai keselamatan pasien pada kelompok kontrol walaupun tidak signifikan antara pre-test dan posttest tanpa intervensi kemungkinan selain ada interaksi dengan kelompok intervensi juga mencari sumber-sumber pengetahuan yang baru di lingkungannya, seperti membaca leaflet, buku atau dari internet. Hal ini didasari oleh pandangan

Efektivitas Pelatihan Patient Safety dengan Metode Ceramah dalam Meningkatkan Pengetahuan Perawat di Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul Notoatmodjo yang menyatakan bahwa Terkait dengan hal tersebut, peneliti lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hasil penelitian pada kelompok eksperimen yang menunjukkan ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan membuktikan bahwa pelatihan dapat mempengaruhi pengetahuan perawat pelaksana secara positif. Perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan yang diberikan terhadap perawat pelaksana pada kelompok eksperimen mengenai penerapan keselamatan pasien dalam pelayanan keperawatan merupakan peningkatan hasil yang diharapkan pemberian intervensi berupa pelatihan. dari Hasil ini sejalan dengan pendapat Rivai dan Sagala yang menyatakan bahwa jika kemampuan peserta pelatihan meningkat secara signifikan artinya program pelatihan secara aktual menyebabkan terjadinya perbedaan kemampuan. Program pelatihan dapat dikatakan berhasil apabila peningkatan kemampuan dapat memenuhi kriteria evaluasi dan dapat ditransfer ke pekerjaan serta mengakibatkan perubahan sikap yang dapat diukur dengan meningkatkan performance pekerjaan. berpendapat bahwa secara nyata terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan dengan metode ceramah pada kelompok eksperimen dan tidak ada perbedaan signifikan pada kelompok kontrol yang tidak memperoleh pelatihan, tetap diperlukan suatu tindak lanjut program pelatihan yang seharusnya dapat dilakukan secara terprogram. Pertimbangan yang mendasari pendapat peneliti akan hal ini adalah untuk mengetahui seberapa lama dan seberapa baik hasil pelatihan dapat bertahan serta menimbulkan perubahan sikap dan kinerja perawat dalam menerapkan keselamatan pasien. Penelitian ini didukung oleh pendapat Marisson bahwa efektivitas ingatan terhadap obyek pelatihan dapat dioptimalkan dengan melakukan pelatihan lanjutan maksimal selama 6 bulan dari pelatihan sebelumnya karena interval retensi pengetahuan pada staf setelah mendapatkan pelatihan berada dalam rentang tersebut. Artinya evaluasi dari pelatihan ini perlu diiringi dengan suatu pelatihan yang berkesinambungan, terprogram dan terencana sesuai dengan peningkatan kebutuhan perawat.

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016 Evaluasi dampak program pelatihan yang diberikan perlu diiringi dengan suatu pelatihan yang berkesinambungan, terprogram dan terencana sesuai dengan peningkatan kebutuhan perawat atas hal spesifik yang menjadi tuntutan kinerja perawat dalam menerapkan keselamatan pasien. Alokasi waktu yang tidak cukup panjang untuk pemberian intervensi berupa pelatihan dalam penelitian ini perlu dipertimbangkan sebagai faktor yang berdampak pada belum optimalnya pencapaian pengetahuan perawat pelaksana pada kelompok eksperimen. KESIMPULAN Tidak ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan perawat mengenai penerapan keselamatan pasien sebelum dilakukan pelatihan patient safety pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terdapat perbedaan signifikan tingkat pengetahuan perawat pada kelompok eksperimen mengenai penerapan patient safety sebelum dan setelah dilakukan pelatihan. Tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan perawat tentang patient safety pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah pelatihan dilakukan pada kelompok eksperimen. Pelatihan tentang penerapan patient safety dengan metode ceramah efektif dalam meningkatkan pengetahuan perawat di Rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul. DAFTAR PUSTAKA Nursalam, 2011, Manajemen keperawatan, salemba Medika, Jakarta. KARS, 2011, Standart Akreditasi Rumahsakit, Jakarta. Friessen, MA., Fatquhar, MB., Hughes, R 2008, The nurse s role in promoting a culture of patient safety, darihttp: // www. nursing world.org/mods/mod780/cerolefull. Cahyono, J 2008, Membangun budaya Keselamatan pasien dalam praktik kedokteran. Kanisius, Yogyakarta. Kamil, M 2010, Model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi), Alfa Beta, Bandung. Juslida 2001, Pengaruh pelatihan: manajemen :metode penugasan terhadap pengetahuan dan sikap ketua tim dalam penerapan metode tim di ruang penyakit dalam dan penyakit bedah RSUPN Dr. Cipto mangun kusumo, FIK-UI, Tesis, Tidak dipublikasikan

Efektivitas Pelatihan Patient Safety dengan Metode Ceramah dalam Meningkatkan Pengetahuan Perawat di Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul

Marquis, B.L & Huston, C.J 2006, Leadership roles and management functions in nursing : theory and applications (5 th Ed), Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Baron, R.A. & Greenberg, J 2000, Behavior in organizations, (7 th ed.), New Jersey: Prentice Hall. Kirana, W (2007), Pengaruh Pelatihan penangan resiko perilaku kekerasan terhadap kinerja perawat dan perubahan perilaku klien dengan resiko perilaku kekerasan, FK-UI, Tesis, Tidak dipublikasikan. Indraswati, T.R 2008, Pengaruh pelatihan system jenjang karir berdasarkan kompetensi terhadap pengetahuan dan kepuasan kerja perawat pelaksana di RS Atmajaya Jakarta. Tesis.FIK UI. Tidak dipublikasikan. Notoatmodjo, S 2007, Promosi Kesehatan dan ilmu perilaku : PT Rineka Cipta, Jakarta. Rivai. V & Sagala, E.J 2009, Manajemen Sumber daya Manusia untuk perusahaan: Dari teori ke praktik, Edk2, Rajawali pers, Jakarta. Morrison, J.E 1991, Training for performance : principles of

applied human learning, USA : John Wiley & Sons Inc.