HUBUNGAN KONSUMSI PAKAN DENGAN POTENSI LIMBAH PADA SAPI BALI UNTUK PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR ABSTRAK PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

POTENSI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK DI SULAWESI TENGGARA

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

sering tidak sesuai dengan perkembangan harga produk (ANONIM, 2004). Di lain pihak untuk pengembangan tanaman makanan ternak, baik untuk bahan baku ko

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK. umum perilaku ekonomi rumahtangga petani di wilayah penelitian.

PROFIL DAN PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI SAPI POTONG DI KALIMANTAN SELATAN

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

POLA PEMASARAN TERNAK SAPI BALI DI KAWASAN PRIMATANI LKDRIK KABUPATEN BULELENG

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

Petunjuk Praktis Manajemen Umum Limbah Ternak untuk Kompos dan Biogas

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah bagian vital yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PANDUAN. Mendukung. Penyusun : Sasongko WR. Penyunting : Tanda Panjaitan Achmad Muzani

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

SILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xviii. DAFTAR LAMPIRAN... xx I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 14

DAYA HASIL DAN POTENSI LIMBAH UNTUK PAKAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADA SISTEM TANAM LEGOWO 2:1. I NYOMAN ADIJAYA dan I MADE RAI YASA

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

PERUBAHAN NILAI PENDAPATAN RUMAH TANGGA TANI DI KAWASAN PRIMA TANI LAHAN KERING DATARAN TINGGI IKLIM BASAH KABUPATEN GIANYAR

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DENGAN INTRODUKSI PROBIOTIK Di DESA SELANBAWAK, KEC.MARGA,KAB.TABANAN, BALI

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak komoditas ekspor. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut seca

Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Jamu Ternak di Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru

Edisi Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PROSPEK PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PEMBIBITAN SAPI BALI DI LAHAN MARGINAL UNTUK MENDUKUNG PENYEDIAAN SAPI BAKALAN DI NUSA TENGGARA BARAT

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Pertumbuhan Sapi Bali Jantan yang Dipelihara di Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Kering

POTENSI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB IV METODE PENELITIAN. (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

cara-cara sederhana dapat diubah menjadi pakan ternak (BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN, 2000). BPTP telah meneliti dan mengkaji SITT diant

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

KONTRIBUSI PENDAPATAN PEMELIHARAAN TERNAK SAPI DALAM SISTEM INTEGRASI JAGUNG DAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan taraf

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

Transkripsi:

HUBUNGAN KONSUMSI PAKAN DENGAN POTENSI LIMBAH PADA SAPI BALI UNTUK PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR I Nyoman Adijaya dan I M. R. Yasa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali e-mail: n_adijaya@yahoo.com ABSTRAK Pada pengembangan sistem pertanian terintegrasi (Simantri) oleh Pemda Bali pengelolaan limbah ternak sapi merupakan salah satu inovasi yang diperkenalkan. Hal ini disebabkan karena selama ini limbah yang merupakan hasil ikutan pada usaha ternak sapi masih banyak yang belum terkelola dengan baik. Limbah ternak sapi jika dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik. Identifikasi dilakukan di kandang koloni Kelompok Ternak Munduk Lingker Nadi, Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali dari bulan Pebruari-Juli 2012. Pengukuran potensi limbah dilakukan pada 16 ekor induk sapi dengan berat antara 225 kg-250 kg. Hasil analisis menunjukkan jumlah limbah yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsumsi pakan dan kualitas pakan yang diberikan. Rata-rata limbah padat segar dan urin yang dihasilkan selama periode Pebruari-Juli 2012 yaitu 14,87 kg dan 5,94 liter dari rata-rata konsumsi pakan dan air minum 17,91 kg dan 7,39 liter per hari. Rasio konsumsi pakan yang diberikan rata-rata 7,96%-7,16%, hasil limbah padat segar 5,95%-6,61%, urin 2,38%-2,64% dan rata-rata hasil kompos kadar air 20% sebesar 1,09%-1,21% dibandingkan bobot induk sapi. Potensi ekonomis limbah yang dihasilkan seekor induk sapi Bali yaitu sebesar Rp 4.335 dengan pendapatan dari kompos sebesar Rp 1.365 dan bio urin Rp 2.970 per hari. Kata kunci: konsumsi pakan, potensi limbah, pupuk organik PENDAHULUAN Ternak sapi merupakan ternak yang dominan dikembangkan pada program pengembangan pertanian terintegrasi (Simantri) oleh Pemda Bali. Pengembangan pertanian terintegrasi dalam bentuk unit percontohan kandang koloni dilengkapi dengan instalasi pengolahan limbah ternak sapi baik padat maupun cair. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali (2011) melaporkan sampai tahun 2012 telah dikembangkan 300 Simantri di seluruh Kabupaten/Kota di Bali dan sampai tahun 2013 Simantri ditargetkan dapat dikembangkan di 500 lokasi. Pendekatan kegiatan Simantri adalah adanya sistem usahatani dengan sistem zero waste, dengan harapan terjadinya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal secara optimal dan mengurangi ketergantungan akan input luar. Kariasa (2005) menyatakan ciri utama dari sistem integrasi tanaman-ternak adalah adanya sinergisme atau keterkaitan yang saling mengntungkan antara tanaman dan ternak. Petani memanfaatkan kotoran ternaknya sebagai pupuk organik untuk memupuk tanamannya kemudian memanfaatkan limbah pertanian untuk pakan ternak. Pengelolaan limbah ternak sapi secara optimal merupakan salah satu inovasi yang dikenalkan untuk meningkatkan kemandirian petani akan pupuk (fertilizer). Diwyanto (2008) menyatakan banyak kasus pada usaha ternak sapi mengalami kerugian karena tergantung pada input luar sehingga upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal termasuk pengelolaan limbahnya. Lebih lanjut Diwyanto dan Priyanti (2009) menyatakan untuk meningkatkan pendapatan peternak upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengelola hasil ikutan (limbah) ternak menjadi pupuk organik padat dan cair serta menjadi biogas, sedangkan Kusnadi (2008) menyatakan kebijakan yang perlu diterapkan untuk peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya lokal dalam pengembangan sistem integrasi tanaman ternak (SITT) yaitu pengelolaan limbah menjadi kompos/pupuk organik dan biogas. Produksi limbah/kotoran ternak yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Kaharudin dan Mayang (2010) menyatakan ternak sapi penggemukan dengan pertambahan bobot 1,0 kg mampu menghasilkan 25 kg kotoran/ekor/hari dan sangat dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan.kajian tentang potensi limbah yang dihasilkan oleh ternak sapi Bali masih sangat jarang dilakukan. Sehingga kajian ini diharapkan mampu memberikan gambaran akan potensi limbah yang dihasilkan ternak sapi dikaitkan dengan konsumsi pakan.

BAHAN DAN METODA Penelitian dilaksanakan di kandang koloni Simantri Kelompok Munduk Lingker Nadi Desa Sumberkima dari bulan Februari - Juli 2012. Pengukuran dilakukan pada 4 kandang permanen yang berisi masing-masing 4 ekor sapi induk dengan berat berkisar 225-250 kg. Pengamatan terhadap konsumsi pakan dilakukan dengan penimbangan jumlah pakan yang diberikan pada sapi dan mengurangi dengan sisa pakan selama 24 jam. Pengukuran limbah padat segar dan cair yang dihasilkan dilakukan dengan melakukan penimbangan dan pengukuran volume limbah cair/urin yang dihasilkan selama 24 jam. Pengukuran serupa juga dilakukan terhadap konsumsi air minum. Pengukuran dilakukan setiap 1 minggu sekali. Data yang dikumpulkan dianalisis deskriptif untuk mengetahui trend dan rata-rata dari variabel yang diamati. Untuk menentukan kadar air kotoran padat segar, diambil sampel limbah padat masing-masing 200 g sebanyak 5 sampel dan dioven untuk mendapatkan berat kering ovennya. Selanjutnya Kadar air (K.a.) limbah padat segar dihitung dengan formula: k.a. limbah padat segar (%) = Keterangan: BB = Berat basah BKO = Berat kering oven (BB BKO) limbah BB limbah x 100% Penghitungan berat kompos kadar air (k.a) 20% dilakukan dengan menggunakan formula Berat kompos k.a. 20% = (100 k.a. limbah padat segar) % x BB limah segar (100 20)% Untuk menghitung rasio konsumsi pakan/ekor/hari dilakukan dengan formula dibawah. Perhitungan serupa juga dilakukan terhadap hasil limbah padat segar, hasil limbah cair/urin dan hasil kompos kadar air 20%. Rasio konsumsi pakan (%) = Konsumsi pakan (kg) Bobot sapi (kg) x 100% HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Konsumsi Pakan dengan Limbah yang Dihasilkan Musim sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi pakan yang diberikan petani pada ternak sapinya. Menurunya curah hujan (Lampiran ), diikuti oleh penurunan ketersediaan pakan ternak (HMT) di lokasi kajian. Penurunan ketersediaan pakan mempengaruhi jumlah pakan yang diberikan petani pada ternak sapinya. Dari periode Pebruari sampai bulan Juli terjadi penurunan konsumsi pakan ternak sapi dari rata-rata 19,73 kg/ekor/hari menjadi 13,46 kg/ekor/hari atau menurun 31,78%. Konsumsi pakan memiliki hubungan linier dengan hasil kotoran padat dan cair (urin) yang dihasilkan, sedangkan penurunan curah hujan diikuti oleh peningkatan konsumsi air minum ternak sapi. Selama enam bulan pengamatan (Pebruari-Juli) rata-rata konsumsi pakan sebesar 17,91 kg, konsumsi air minum 7,39 liter, kotoran padat 14,87 kg dan urin yang dihasilkan sebesar 5,94 literper hari (Tabel 1). Perkembangan konsumsi pakan, air minum, kotoran padat dan urin yang dihasilkan seperti Gambar 1.

Tabel 1. Rata-rata konsumsi pakan, air minum, limbah padat dan cair yang dihasilkan per ekor induk sapi Bali di Desa Sumberkima periode Februari-Juli 2012. Uraian Bulan Februari Maret April Mei Juni Juli Jumlah Rerata Konsumsi pakan (kg) 19,73 19,49 19,35 18,86 16,56 13,46 107,45 17,91 Air minum (liter) 6,77 6,95 7,25 7,52 7,86 8,00 44,35 7,39 Kotoran padat (kg) 16,28 16,05 15,93 15,74 13,69 11,57 89,25 14,87 Urin (liter) 6,75 6,67 6,60 6,13 5,00 4,52 35,66 5,94 Rasio kotoran padat segar dan konsumsi pakan (%) 82,51 82,35 82,33 83,46 82,67 85,96 499,27 83,03 Hubungan antara konsumsi pakan berbading lurus dengan kotoran padat dan urin yang dihasilkan dan berbanding terbalik dengan konsumsi air minum ternak (Gambar 1). Ketersediaan HMT secara drastis menurun mulai bulan Juni yang ditandai dengan penurunan pemberian pakan pada ternak sapi. Penurunan konsumsi pakan dipengaruhi oleh penurunan ketersediaan hijauan pakan ternak akibat pengaruh musim/curah hujan. Dengan menurunnya curah hujan (Lampiran 1), menyebabkan menurunnya ketersediaan hijauan pakan ternak sehingga berpengaruh terhadap jumlah pakan yang diberikan.yasa et all., (2005) menyatakan selain ketersediaan HMT menurun pada musim kemarau, jenis pakan yang diberikan pada ternak sapi juga lebih mengandalkan pakan kering seperti jerami padi, jagung dan rumput kering. Konsumsi air minum ternak sapi meningkat dengan semakin menurunnya curah hujan. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan suhu lingkungan serta menurunnya kadar air pakan yang diberikan. Penurunan curah hujan yang berpengaruh terhadap peningkatan suhu lingkungan akan meningkatkan respirasi sehingga menyebabkan peningkatan kemampuan ternak sapi dalam mengkonsumsi air minum. Akan tetapi peningkatan konsumsi air minum tidak diikuti peningkatan produksi urin. Produksi urin selain dipengaruhi oleh konsumsi air minum juga dipengaruhi oleh kadar air pakan yang diberikan. Parwati et all., (2008) mendapatkan produksi urin seekor sapi Bali di dataran tinggi dapat mencapai 19 liter per hari. Hal ini diduga disebabkan oleh tingginya kadar air pakan yang diberikan. Konsumsi pakan (kg) Air Minum (liter) Kotoran padat (kg) Urin (liter) Bulan Gambar 1. Perkembangan konsumsi pakan,air minum, limbah padat dan cair yang dihasilkan per ekor induk sapi Bali di Desa Sumberkima periode Pebruari-Juli 2012.

Potensi Pupuk Organik Padat dan Cair Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan rata-rata kadar air limbah padat segar yang dihasilkan induk sapi di daerah ini yaitu 85,30% dengan rasio konsumsi pakan yang diberikan selama periode Februari-Juli 2012 yaitu 7,96%-7,16% dibandingkan bobot induk sapi. Hasil perhitungan juga menunjukkan rata-rata 83,03% dari pakan yang diberikan akan menjadi limbah padat. Rasio limbah padat segar yang dihasilkan juga meningkat dengan menurunnya konsumsi pakan. Perhitungan yang dilakukan pada bulan Juli menunjukkan rasio limbah segar yang dihasilkan sebesar 85,96% dari konsumsi pakan. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kualitas pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan pada bulan-bulan kering umumnya berupa pakan kering dengan kandungan serat yang tinggi seperti jerami jagung, jerami padi dan rumput kering. Hasil ini sesuai dengan hasil PRA yang dilaksanakan di Desa Musi dan Sanggalangit yang mendapatkan bahwa pada musim-musim kering pakan yang diberikan pada ternak sapi di daearah ini banyak berupa pakan kering seperti jerami dan rumput kering yang memiliki kandungan serat yang tinggi (Yasa et all., 2005; Adijaya et all., 2008). Tabel 2. Potensikompos k.a. 20% yang dihasilkan dari limbah padat segar dan urin yang dihasilkan seekor induk sapi Bali di Desa Sumberkima, tahun 2012. Uraian Rata-rata ekor/hari ekor/bulan ekor/tahun Limbah padat segar (kg) 14,87 446,10 5.353,20 Kompos k.a. 20% (kg) 2,73 81,97 963,65 Urin (liter) 5,94 178,20 2.138,40 Perhitungan potensi pupuk kompos kadar air 20% yang dihasilkan yaitu sebesar 2.732 g/ekor/hari, setara dengan 81,97 kg/ekor/bulan atau 963,65 kg/ekor/tahun (Tabel 2). Hasil perhitungan selama enam bulan pengamatan menunjukkan rasio limbah padat segar, urin dan kompos kadar air 20% yang dihasilkan seekor induk sapi Bali yaitu masing-masing 5,95% - 6,61%, 1,09%-1,21% dan 2,38%-2,62% dari beratnya. Hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan pernyataan Kaharudin dan Mayang (2010) yang menyatakan seekor sapi penggemukan dengan peningkatan bobot 0,5 kg/hari dapat menghasilkan kotoran sebesar 12,5 kg. Potensi limbah cair/urin yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh penurunan konsumsi pakan walaupun konsumsi air minum mengalami peningkatan akibat penurunan curah hujan dan peningkatan suhu harian (Tabel 1). Sampai bulan Mei potensi urin yang dihasilkan seekor induk sapi masih diatas 6 liter/ekor/hari sedangkan pada bulan Juni dan Juli potensi urin mengalami penurunan menjadi dibawah 5 liter/ekor/hari. Rata-rata selama enam bulan pengamatan seekor induk sapi mampu menghasilkan rata-rata 5,94 liter/hari, setara dengan 178,20 liter/bulan dan 2.138,40 liter/tahun (Tabel 2). Potensi Ekonomis Limbah Dengan asumsi data selama enam bulan pengamatan mampu mewakili kondisi dalam satu tahun maka seekor induk sapi Bali memiliki potensi memberikan tambahan pendapatan dari limbah sebesar Rp 4.335 dengan kontribusi Rp 1.365 dari kompos dan Rp 2.970 dari bio urin. Potensi per bulan dan per tahun dapat dihitung dengan mengalikan pendapatan per hari (Tabel 3). Hal ini sesuai dengan pendapat Haryanto (2009) yang menyatakan dengan penerapan sistem integrasi tanamanternak bebas limbah akan diperoleh beberapa keuntungan seperti peningkatan dari perluasan sumber pendapatan dan mengurangi pencemaran lingkungan. Hasil penghitungan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada penelitian Rohaeni et al., (2005) yang mendapatkan dalam sebulan seekor sapi mampu menghasilkan pendapatan dari pupuk kandang sebesar Rp 15.000 atau setara dengan Rp 500 per hari. Hal ini disebabkan karena limbah belum diolah sehingga nilai jualnya menjadi lebih rendah.

Tabel 3. Potensi pendapatan dari kompos k.a. 20% dan urin yang dihasilkan seekor induk sapi Bali di Desa Sumberkima, tahun 2012. Uraian Rata-rata ekor/hari ekor/bulan ekor/tahun Kompos ka. 20% (Rp) 1.365 40.985 481.825 Bio Urin (Rp) 2.970 89.100 1.069.200 Jumlah (Rp) 4.335 130.085 1.551.025 Keterangan: harga kompos per kg dan urin per liter masing-masing Rp 500,- KESIMPULAN 1. Jumlah konsumsi pakan ternak sapi berkorelasi positif dengan jumlah limbah yang dihasilkan. 2. Rata-rata limbah padat segar dan urin yang dihasilkan seekor induk sapi dengan berat 225 kg -250 kg adalah 14,87 kg dan 5,94 liter per hari. 3. Rasio limbah padat segar, urin dan kompos kadar air 20% yang dihasilkan per hari dengan berat sapi yaitu masing-masing 5,95% 6,61%, 2,38%-2,62% dan 1,09%-1,21%. 4. Potensi pendapatan dari limbah seekor induk sapi Bali yaitu sebesar Rp 4.335 dengan pendapatan dari kompos sebesar Rp 1.365 dan bio urin Rp 2.970 per hari.

DAFTAR PUSTAKA Adijaya, N., I G.A.K. Sudaratmaja, K. Mahaputra, W. Trisnawati, Suharyanto, S. Guntoro, J. Rinaldi, D.A.A. Elizabeth, P.Y. Priningsih dan A. Rachim. 2008. Prima Tani LKDRIK Desa Sanggalangit. (Laporan Akhir). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Denpasar. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali. 2011. Evaluasi Kegiatan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) Tahun 2009 dan Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2010. Makalah disampaikan pada Evaluasi Kegiatan Simantri, tanggal 20 Maret 2011. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Bali. Denpasar. Diwyanto, K. 2008. Pemanfaatan Sumber Daya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. ;1(3). 173-188. Diwyanto, K. dan A. Priyanti. 2009. Pengembangan Industri Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. ;2(3): 208-228. Haryanto, B. 2009. Inovasi Teknologi Pakan Ternak dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Bebas Limbah Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Daging. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. ;2(3):163-176. Kaharudin dan Mayang, F.S. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Umum Limbah Ternak Untuk Kompos dan Biogas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Mataram. Kariasa, K. 2005. Sistem Integrasi Tanaman-Ternak dalam Perspektif Reorientasi Kebijakan Subsidi Pupuk dan Peningkatan Pendapatan Petani. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 3(1) 2005: 68-80. Kusnadi, U. 2008. Inovasi Teknologi Peternakan dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak untuk Menunjang Swasembada Daging Sapi. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. ;1(3): 189-205. Parwati, I.A., I.N. Suyasa, I.W. Sunanjaya, L.G. Budiari dan N. Sriyani. 2008. Prima Tani LKDTIB di Kabupaten Bangli. (Laporan Akhir). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Denpasar. Rohaeni, E.S., A.Subhan, N. Amali, Sumanto dan A. Darmawan. 2005. Kontribusi Pendapatan Pemeliharaan Ternak Sapi dalam Sistem Integrasi Jagung dan Ternak Sapi di Lahan Kering. Balai Pengkajian Teknologi Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Yasa, I.M.R., I G.A.K. Sudaratmaja, I. N. Adijaya,K. Mahaputra, W. Trisnawati, Suharyanto, S. Guntoro, J. Rinaldi, D.A.A. Elizabeth dan P.Y. Priningsih 2005. Participatory Rural Appraisal Prima Tani LKDRIK Desa Sanggalangit. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Denpasar. Lampiran 1. Curah hujan di Kecamatan Gerokgak Januari-Juli Tahun 2012. B u l a n Curah hujan (mm) Jumlah hari hujan (hari) Januari 176,5 9 Februari 171,0 8 Maret 188,5 10 April 64,0 5 Mei 44,5 4 Juni 4,0 1 Juli - - Sumber: Stasiun Cuaca Balai Benih Pembantu Palawija Desa Patas, Kecataman Gerokgak, Buleleng.

HASIL DISKUSI Tanya : Berapa waktu yang dibutuhkan untuk melihat dampak pakan terhadap kandungan kotoran ternak. Jawab : Daya tunas adalah fertilitas. Contohnya pada telur itik untuk meningkatkan daya tunas dapat dilakukan dengan mempercepat perbandingan jantan dan betina. Waktu yang dibutuhkan untuk melihat dampak pakan terhadap kandungan kotoran ternak dapat dilihat melalui kondisi elastisitas yang ada di petani di wilayah binaan BPTP Bali ada 300 unit yang terdiri dari kandang kolam, rumah pakan, dan rumah kompos. Komposisi pakan di ukur melalui limbah padat dan cairnya kemudian dibandingkandibandingkan. Setelah 6 bulan berbanding lurus masih banyak konsumsi pakan yang dibutuhkan, makin banyak limbahnya. 83-86 % pakan yang diberikan menjadi limbah.