Pertumbuhan Sapi Bali Jantan yang Dipelihara di Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Kering

Transkripsi

1 Pertumbuhan Sapi Bali Jantan yang Dipelihara di Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Kering I Made Londra, IB. Aribawa dan Putu Sutami Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Ngurah Rai Denpasar Bali londra_bptp@yahoo.co.id Abstrak Pertumbuhan sapi bali dapat dilakukan dengan pemberian pakan tambahan, disamping perlakuan seperti pemberian probiotik diantaranya berupa Bio-Cas. yakni mikroba yang dapat membantu proses pencernaan makanan. Penelitian dilakukan di Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem yang berlangsung selama 6 (enam) bulan dari bulan April s/d Oktober Penelitian menggunakan 18 ekor sapi Bali jantan sebagai sample dengan berat awal rata-rata 220 kg/ekor. Sapi dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, P. 1 : Sapi diberi pakan sesuai cara petani P. 2 : Seperti (P1) ditambah pemberian Bio-Cas sebanyak 5 cc/ ekor/hari. P. 3 : Seperti (P2) ditambah dedak 2 kg / ekor/hari. Hasil penelitian menunjukan sapi diberi pakan sesuai cara petani (P1) peningkatan bobot badannya 180 gram/ekor/hari, pemberian Bio-Cas sebanyak 5 cc/ ekor/hari (P2) memberikan peningkatan bobot badan sebesar 350 gram/ ekor/hari sedangkan pemberian Bio-Cas sebanyak 5 cc/ ekor/har ditambah dedak sebayak 2 kg/ekor/hari (P3) pertambahan berat badannya 510 gram/ ekor/hari secara statistik ketiga perlakuan menunjukan berbeda nyata (P<0,05). Pemberian dedak sebanyak 2 kg/ekor/hari ditambah Bio-Cas 5 cc/ekor/hari memberikan B/C paling tinggi, sehingga mendapat keuntungan paling tinggi terhadap petani. Kata kunci : Lahan Kering, Pertumbuhan, Sapi. Pendahuluan Permintaan daging sapi nasional tahun 2010 mencapai 402,9 ribu ton, dimana pemerintah baru dapat menyediakan dari produksi lokal sebesar 282,9 ribu ton. Guna memenuhi permintaan daging nasional, pemerintah melakukan impor sebesar 46,3 ribu ton sapi bakalan dan 73,7 ribu ton daging, seiring dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya pendapatan kebutuhan akan daging sapi akan terus meningkat. Kebutuhan akan daging sapi tahun 2014 diprediksi meningkat menjadi 467 ribu ton atau sekitar 10% dari tahun Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sekitar 420,3 ribu ton diperoleh dari produksi lokal dan sebanyak 46,7 ribu ton di penuhi dari infor (Cacah jiwa ternak propinsi Bali, 2014). Seiring kenaikan produksi daging sapi, impor daging sapi menurun drastis. Pada 2009 porsi impor daging sapi masih 56,0% pada tahun 2013 tinggal 13,69%. Artinya dalam lima tahun impor daging sapi telah menurun 75,56% (sinartani, 2014). Pembangunan sub sektor peternakan pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan populasi maupun produksi ternak dan hasil ikutannya, yang pada gilirannya diharapkan dapat mendongkrak pendapatan petani ternak, mendorong diversifikasi pangan dan perbaikan mutu gizi masyarakat serta mengembangkan pasar ekspor terutama untuk mencapai kedaulatan pangan. Salah satu alternatif untuk peningkatan produksi pangan adalah menangani lahan kering dengan baik, melalui budidaya tanaman dan ternak, penyediaan air, konservasi lahan dan rehabilitasi lahan sehingga akan menjadi lahan yang produktif. Pengelolaan bahan terbarukan dan keberlanjutan merupakan salah satu prinsip pertanian ekologis, mempertahankan diversiti, menjaga kekuatan masyarakat, memaksimalkan keuntungan jangka panjang serta meningkatkan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1161

2 nilai kesehatan baik manusia maupun lingkungannya (Reijntjes et al., 1992). Diantara sapi-sapi lokal yang ada di Indonesia, jenis sapi Bali memiliki beberapa keunggulan yaitu daya adaptasinya sangat baik terhadap lingkungan (Darmaja, 1980) dan sebagai sapi potong, persentase karkasnya tinggi sekitar % (untuk sapi P0 atau Madura hanya %. Disamping itu, sapi Bali lebih toleran terhadap makan-makanan yang kasar serta memiliki efesiensi penggunaan pakan yang lebih baik dibanding sapi-sapi lokal lainnya. Dusun Sega, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem merupakan daerah lahan kering yang berbukit-bukit dengan ketinggian meter diatas permukaan laut, curah hujan relatif rendah, Luas wilayah 3 057,330 Hektar (monografi desa Bunutan, 2015) Kondisi Musim secara umum di Desa Bunutan sangat mendukung pada sektor pertanian tanaman musiman dan tahunan. Dengan kondisi udara tersebut sangat mendukung pertumbuhan berbagai jenis hijauan pakan ternak diantaranya : Rumput Gajah, Lantoro, Gamal, Gamelina, Sono keling, Daun Pisang, Daun Singkong, Alang-Alang, Daun Nangka, Limbah Jagung, Ketela Rambat, Jerami, Padi Daun Waru (londra, 2015). Dari usahatani ini limbahnya baik berupa daun-daunan maupun umbi-umbian merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung peternakan sapi. Untuk memacu pertumbuhan ternak dan meningkatkan efesiensi penggunaan pakan, disamping pemberian pakan yang mamadai baik jumlah maupun mutunya, belakangan beberapa peternak telah menggunakan probiotik, yakni mikroba yang dapat membantu proses pencernaan makanan diantaranya bio-cas. Bio Cas merupakan probiotik hasil temuan peneliti BPTP Bali. Bio-Cas disamping mengandung beberapa bakteri probiotik, juga mengandung Curcumae, Alysin dan Scordinin, Curcumae dan Alysin merupakan bahan alami yang dapat membunuh mikroba pathogen seperti Ecoli, Salmonela dan Shigella, serta meningkatkan nafsu makan. Bio Cas berbentuk cair, dengan aroma yang khas dan rasanya agak manis. Probiotik ini bisa diberikan secara langsung ke mulut ternak, bisa juga diberikan lewar air minum. Jika ternak sapi diberikan pakan konsentrat (pakan penguat) pemberian Bio Cas bisa juga dicampur pada konsentrat. Metodologi Penelitian dilakukan di Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem yang berlangsung selama 6 (enam) bulan dari bulan April s/d Oktober Penelitian menggunakan 18 ekor sapi Bali jantan Seluruh sapi dibagi dalam 3 kelompok (perlakuan) yang masing-masing diberi perlakuan sebagai berikut : P. 1 : Sapi diberi pakan sesuai cara petani P. 2 : Seperti (P1) ditambah pemberian Bio-Cas sebanyak 5 cc/ ekor/hari. P. 3 : Seperti (P2) ditambah dedak 2 kg / ekor/hari Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap R A K dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Data dianalisa dengan Duncant multiple test dengan tingkat kepercayaan (significant level) 5 % (P< 0,05%). Parameter yang diamati Pertambahan Bobot Badan Hidup ( PBBH) dan Analisis usaha penggemukan (B/C ratio). Pemberian bio-cas langsung dapat dilakukan dengan spuit (tanpa jarum). Cairan Bio- Cas disedot kedalam spuit, lalu pengikat hidung sapi dipegang, dan saat mulut sapi terbuka spuit dimasukkan ke mulut, lalu spuit ditekan agar probiotik keluar. Dosis penggunaan pada sapi yang digemukkan, sebanyak 5 cc atau 1 sendok makan per ekor per hari Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

3 Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukan sapi diberi pakan sesuai cara petani (P1) peningkatan bobot badannya 180 gram/ekor/hari, pemberian Bio-Cas sebanyak 5 cc/ ekor/hari (P2) memberikan peningkatan bobot badan sebesar 350 gram/ ekor/hari sedangkan pemberian Bio-Cas sebanyak 5 cc/ ekor/har ditambah dedak sebayak 2 kg/ekor/hari (P3) pertambahan berat badannya 510 gram/ ekor/hari secara statistik ketiga perlakuan menunjukan berbeda nyata (P<0,05 seperti pada tabel.1. Hasil penelitian ini lebih rendah dengan yang diperoleh Widiyazid, et al., (1999) dimana pemberian pakan tambahan dedak dan bioplus pada sapi kereman mampu meningkatkan berat badan 620 gram/ekor/hari dimana pemberian penggunaan probiotik dapat meningkatkan pertambaham berat badan.. Hal ini disebabkan karena bahan probiotik dapat menghasilkan enzimenzim yang dapat membantu pencernaan makanan. Pertumbuhan sapi relatif kecil karena ketersediaan pakan dilokasi pendampingan sangat terbatas. Probiotik Bio-Cas merupakan produk feed additive yang mengandung mikroba-mikroba probiotik dan beberapa bahan perangsang pertumbuhan alami(organik) untuk mempercepat pertumbuhan ternak ruminansia(sapi). Probiotik telah diproduksi antara lain dari bahan isi rumen. Pada probiotik asal isi rumen dalam bentuk padat sulit direproduksi dan tidak praktis dari segi transportasi maupun aplikasi. Sementara probiotik bentuk cair yang ada, teknik reproduksinya kurang praktis serta belum terjamin bebas dari mikroba pathogen. Pemberian Bio Cas pada sapi menunjukan perbedaan penampilan sekitar 2 minggu setelah pemberian Bio Cas, nafsu makan ternak akan meningkat, dan ternak akan tampak lebih lincah. Kulit dan bulu ternak akan tampak halus dan meningkat. Disamping itu bau kotoran ternak menjadi sangat berkurang. Setelah sekitar 4 minggu, biasanya respon pertumbuhan terhadap sapi yang diberikan Bio Cas akan tampak secara nyata. Menurut Rai Yasa, et al., (2000) bahwa sapi-sapi yang diberikan pakan tambahan berupa probiotik bioplus memberikan pertambahan bobot badan harian rata-rata lebih tinggi 160 gram dibandingkan yang tanpa bioplus dengan pakan dasar berupa hijauan segar dengan komposisi 70 % rumput-rumputan dan 30 % tanaman leguminosa. Lebih lanjut Parwati, et. al. (1999) melaporkan bahwa pemberian pakan tambahan berupa dedak sebanyak 2 Kg per hari yang ditambahkan probiotik bioplus pada sapi Bali dengan pakan dasar rumput raja (70 %) dan tanaman legum (30 %) dapat memberikan pertambahan bobot badan harian rata -rata sebesar 0,611 kg/ekor/hari. Disisi lain Suyasa, et al., (1997) memperolah bahwa untuk ternak sapi yang diberi dedak padi 2 kg/ekor/hari hijauan standar dan probiotik starbio sebesar 20 gram/hari mampu meningkatkan berat badan 0,56 kg/ekor/hari, hal ini jauh lebih baik kalau dibandingkan dengan pertambahan berat badan yang dicapai sapi-sapi yang dipelihara secara tradisional yang hanya mampu meningkatkan berat badan hariannya 0,31 kg/ekor/hari. Dinyatakan lebih lanjut bahwa ternak sapi yang diberi teknologi introduksi pakan tambahan berupa dedak padi sebanyak 2 kg dan bioplus 5 ml serta pakan hijauan standar mampu mencapai pertambahan berat badan rata-rata 0,68 kg/ekor/hari, sehingga secara nyata dapat dinyatakan bahwa teknologi bioplus memberi peningkatan rata-rata paling tinggi dibanding dengan teknologi starbio dan cara petani (tradisional) Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1163

4 Tabel 1. Pengaruh pemberian Bio-cas terhadap pertambahan berat badan sapi jantan di Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Berat Awal Berat Akhir PBB (gram/ekor/hari) Perlakuan (kg) (kg) P ,50 251, a P ,25 286, b P ,25 307, c Keterangan : P1 = Cara Petani P2 = Cara Petani + Bio-cas P3 = Cara Petani + 2kg Dedak + Bio-cas Grafik 1. Pertumbuhan Sapi di Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Pada formulasi Bio Cas teknik reproduksinya mudah, terjamin bebas dari bakteri pathogen serta tetap mengandung zat pemacu pertumbuhan sehingga mampu memberikan respon pertumbuhan ternak yang nyata. Cairan isi rumen disamping mengandung bakteri probiotik dan zat pemacu pertumbuhan juga mengandung bakteri pathogen seperti E.coli, Salmonella dan shigella. Mikroba pathogen tersebut dalam kondisi tertentu dapat mendesak populasi bakteri probiotik dan pada tingkat populasi tertentu dapat membahayakan kesehatan ternak. Sementara ini formulasi probiotik asal isi rumen yang ada masih kurang praktis dalam reproduksi atau dalam aplikasi serta belum terjamin bebas dari bakteri pathogen. Dipihak lain bila pada bakteri probiotik bisa direproduksi maka pada zat pemacu pertumbuhan tidak bisa dilakukan penggandaan, karena itu dalam setiap proses reproduksi perlu ditambahkan bahan yang mengandung zat pemacu pertumbuhan Analisis usaha tani ternak sapi dilakukan untuk mengetahui besarnya investasi, unsur biaya, tingkat produksi yang harus dicapai, harga jual yang menguntungkan, dan besarnya keuntungan yang akan diraih. Analisis usaha tani dapat berupa pembiayaan usaha, keuntungan usaha, dan analisis kelayakan usaha yang terdiri dari analisis Break Even Point (BEP), Return Cash Ratio (R/C), dan Benefit Cost Ratio (B/C) Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

5 Hal-hal yang diperhitungkan dalam penentuan pembiayaan usaha, antara lain: kepemilikan ternak, efisiensi penggunaan pakan, lama pemeliharaa, harga jual per ekor, biaya investasi, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya lain-lain. Dari ketiga perlakuan baik P1, P2 dan P3 pada usaha penggemukkan sapi semuanya mendapatkan keuntungan yang besarnya berbeda-beda. Pada P1 keuntungan sebesar Rp , P2 = Rp dan P3 = Rp Rp Keuntungan yang besar bisa diperoleh jika kita mampu mengusahakan sebesar-besarnya pendapatan dan meminimalkan biaya. Analisis kelayakan usaha penggemukkan sapi yang didekati melalui perhitungan : Benefit Cost Ratio (B/C rasio) merupakan perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan selama pemeliharaan satu periode. Suatu usaha dinilai layak atau memberikan manfaat bila nilai B/C rasio > 0 (Intansari, Hasil perhitungan pada usaha penggemukkan sapi untuk ketiga perlakuan memperoleh nilai lebih besar dari 0, berarti usaha penggemukkan sapi dapat memberikan manfaat. Angka B/C pada perlakuan PI sebesar 0,06 berarti dari Rp 1000 modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp 6. Pada P2 diperoleh B/C ratio 0,22 berarti dari Rp 1000 modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp 22 dan pada P3 dengan B/C ratio 0,31 maka dari Rp 1000 modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp 31 (Tabel 2). Tabel 2. Analisis Ekonomi Penggemukan Sapi selama 6 bulan di Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. A Pengeluaran Perlakuan P1 P2 P3 1 Pengadaan Sapi Bakalan Bio -Cas Pakan Penguat P3 = 360 kg dedak (@'Rp 3.000) Obat - Obatan Penyusutan Kandang Hijauan Pakan Ternak (5400 kg x Rp.500) Tenga Kerja B Total Pengeluaran Penerimaan Hasil Penjualan Ternak Penjualan Pupuk Total Penerimaan C Keuntungan D B / C Ratio 0,06 0,22 0,31 Kesimpulan dan Saran 1. Pemberian Bio-Cas sebanyak 5 cc/ ekor/hari dan pemberian dedak 2 kg/ekor/hari ditambah Bio-Cas 5 cc/ ekor/hari dapat meningkatkan berat badan sapi bali jantan secara nyata. 2. Pemberian dedak sebanyak 2 kg/ekor/hari ditambah Bio-Cas 5 cc/ekor/hari memberikan B/C paling tinggi, sehingga mendapat keuntungan paling tinggi terhadap petani. 3. Diperlukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui pengaruh pemberian Bio-cas pada level yang berbeda dan pada ternak yang lebih banyak. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1165

6 Daftar Pustaka Desa Bunutin 2015, Monografi Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Dinas Peternakan Propinsi Bali 2014, Laporan Cacah Jiwa Ternak Propinsi Bali. Dinas Peternakan Propinsi Bali-Denpasar. Darmaja, SGND (1980). Setengah Abad Peternakan Sapi Tradisional dalam Ekosistem Pertanian Bali Londra I.Md, Adijaya Nym, Rai Yasa, I.M dan Sudarma I.Wyn, 2015, Laporan Akhir Pendampingan Kawasan Komoditas Sapi Potong, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, Denpasar Intansari, diakses 4 Februari 2017 Parwati, I A, N. Suyasa, S. Guntoro dan M. Rai Yasa 1999, Pengaruh Pemberian Probiotik dan Laser Punctur dalam Meningkatkan Berat Badan Sapi Bali, Makalah Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Puslitbang Peternakan Bogor. Rai Yasa, I.M, S. Guntoro dan I. A. Parwati 2000.Pengaruh Penggunaan Enzim dan Bioplus Pada Penggemukan Sapi Bali. Makalah Disampaikan dalam seminar Peran Teknologi Pertanian dalam Mendukung Ketahanan Pangan, Oktober 2000 di Hotel Werda Pura Denpasar. Reijntjes, C., Haverkort, B., and Bayer, A.W Farming for the Future, An Introduction to Low-External-Input and Sustainable Agriculture. The Macmillan Press Ltd. Suyasa Nym, Guntoro.S, Widiazid.S, Suprapto, Parwati.IA, Pemanfaatan Probiotik dalam Pengembangan Sapi Potong Berwawasan Agribisnis di Bali, Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Denpasar. Makalah Raker Badan Litbang Pertanian Widiyazid Soethama I Ketut, Parwati I.A, Suyasa Nym, Guntoro.S, Londra.I Made, Triagastia I Komang, Adnyana Putra. A.A.G dan Widianta Gst Made, Laporan Akhir Pengkajian Sistem Usaha Pertanian Sapi Potong Berbasis Ekoregional Lahan Kering Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Denpasar Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian